Dasar Hukum Dasar hukum ketentuan umum dan tata cara perpajakan
adalah Undang-Undang No. 6 tahun 1983 No. 9 tahun 1994 No.16 tahun 2000 No. 28 tahun 2007 No. 16 tahun 2009
UU KUP Asas dan sistem perpajakan, Ketentuan umum, Tata cara perpajakan,
Sanksi perpajakan.
Ketentuan Umum Perpajakan Segala ketentuan umum formal dari pajak-pajak negara, meliputi peristilahan, hak mendahului tagihan pajak, daluwarsa penagihan pajak, perwakilan dan kuasa, tanggung jawab pihak ketiga, pidana, ketentuan peralihan dan ketentuan penutup.
Tata Cara Perpajakan Berkaitan dengan tata cara (prosedur) yang berlaku bagi Wajib Pajak dan aparat pajak dalam melaksanakan kewajiban administrasi perpajakan, meliputi pendaftaran, pelaporan, pembayaran, penagihan, keberatan dan banding, pembukuan, pemeriksaan, penyidikan dan kerahasiaan.
Sanksi Perpajakan Diatur dalam berbagai pasal dan dibedakan menjadi sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Wajib Pajak Orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Badan Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
Pengusaha Orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Pengusaha Kena Pajak Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.
Pekerjaan Bebas Pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
Masa Pajak Jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 (satu) bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan.
Tahun Pajak Jangka waktu satu tahun takwim kecuali bila wajib pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim. Bagian tahun pajak bagian dari jangka waktu satu tahun pajak.
Pajak Yang Terutang Pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Kredit Pajak(PPN) Pajak Masukan yang dapat dikreditkan setelah dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
Kredit Pajak (PPh) Pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
Skema Pelunasan Pajak Penghasilan PPh Terutang Perhitungan Pajak Akhir Tahun B
Pelunasan Tahun Berjalan A Pemotongan/ Angsuran Kredit Pajak Pemungutan Sendiri Luar Negeri Pihak Lain Pemotongan Pemungutan
Restitusi
B ≥ A? Ya Pelunasan Akhir Tahun
Skema Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai Pajak Masukan (A) Dikreditkan
Pajak Keluaran (B)
B ≥ A? Ya
Tidak
Pelunasan Akhir Diperhitungkan Masa Masa Berikutnya
Restitusi
Skema Kewajiban Wajib Pajak Subjek Pajak
Objek Pajak
Wajib Pajak
Pendaftaran
Pembayaran Pelaporan
Pendaftaran
Pembayaran
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
Fungsi NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak ) Tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak. Sarana dalam administrasi perpajakan Dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan
Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan.
Format NPWP Nomor Pokok Kode kelompok WP
00.000.456.4.541.000
Angka Pengecekan
Kode KPP
Kantor Cabang/ Pusat
Yang wajib memperoleh NPWP Setiap WP pribadi yang mempunyai penghasilan neto dalam
satu tahun di atas Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP) Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah berdasarkan perjanjian pemisahan harta yang didasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara tertulis Setiap badan usaha termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menjadi subjek pajak walalupun menderita kerugian Wajib pajak pemotong atau pemungut pajak
Yang tidak wajib memperoleh NPWP Setiap WP pribadi yang mempunyai penghasilan neto
dalam satu tahun di bawah penghasilan tidak kena pajak (PTKP) WP pribadi yang memperoleh penghasilan semata-mata hanya dari satu pemberi kerja dan telah dipotong pajak penghasilan oleh pemberi kerja
Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) Nomor
yang diberikan kepada pengusaha yang memenuhi syarat sebagai pengusaha kena pajak (PKP). Format nomor sama dengan NPWP
Yang diwajibkan untuk memiliki NPPKP Pengusaha yang telah melakukan penyerahan barang
kena pajak lebih dari Rp240.000.000 setahun atau pengusaha yang melakukan penyerahan jasa kena pajak dengan nilai lebih dari Rp120.000.000 Pengusaha yang melakukan kegiatan impor barang kena pajak (importir)
Yang diwajibkan untuk memiliki NPPKP Pengusaha yang melakukan kegiatan ekspor barang kena
pajak (eksportir) Pedagang eceran besar, yaitu pedagang eceran yang mempunyai omzet penjualan lebih dari Rp1.000.000.000 setahun
Jenis dokumen/persyaratan yang harus dilampirkan pada permohonan NPWP Wajib pajak perseorangan
Fotokopi identitas seperti KTP/Kartu Keluarga/PASPOR pemohon Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) bagi Wajib Pajak perseorangan yang mempunyai usaha Surat kuasa khusus bermeterai apabila permohonan ditandatangani oleh orang lain
Jenis dokumen/persyaratan yang harus dilampirkan pada permohonan NPWP Wajib pajak badan
Fc akte pendirian/akte perubahan dari notaris Fc surat ijin usaha atau surat keterangan tempat usaha Fc tanda bukti diri sebagai pengurus/KTP pengurus Fc kartu NPWP pusat (bagi Wajib Pajak cabang) Fc bukti adanya BUT, misalnya Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh Deperindag (Bagi WP BUT) Surat kuasa khusus bermeterai apabila permohonan ditandatangani oleh orang lain
Jenis dokumen/persyaratan yang harus dilampirkan pada permohonan NPWP Wajib pajak bendaharawan
Fc tanda bukti diri KTP/SIM/PASPOR Fc surat keputusan pengangkatan/ bendaharawan
penunjukkan
Penghapusan NPWP/NPPKP dan Tata Cara Penghapusan NPWP/NPPKP WP pindah dari satu KPP ke KPP lain WP meninggal dunia WP wanita kawin dan tidak pisah harta
Warisan telah selesai dibagi Badan dibubarkan
Pembayaran Pajak Membayar sendiri pajak yang terutang
PPh pasal 25 dan PPh pasal 29 Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain Melalui pembayaran pajak di luar negeri Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau pihak bendaharawan pemerintah Pembayaran pajak-pajak lainnya seperti PBB, BPHTB dan Bea Meterai Pembayaran pajak menggunakan SSP atau SSP khusus
Skema Pelunasan Pajak Penghasilan PPh Terutang Perhitungan Pajak Akhir Tahun B
Pelunasan Tahun Berjalan A Pemotongan/ Angsuran Kredit Pajak Pemungutan Sendiri Luar Negeri Pihak Lain Pemotongan Pemungutan
Restitusi
B ≥ A? Ya Pelunasan Akhir Tahun
Skema Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai Pajak Masukan (A) Dikreditkan
Pajak Keluaran (B)
B ≥ A? Ya
Tidak
Pelunasan Akhir Diperhitungkan Masa Masa Berikutnya
Restitusi
Pemotongan/Pemungutan PPh pasal 21 PPh pasal 22 PPh pasal 23
PPh pasal 26 PPh pasal 4 ayat (2) PPh pasal 15 Pajak pertambahan nilai Pajak penjualan atas barang mewah
Pemotongan/Pemungutan Pajak Pemotong /Pemungut
Transaksi
Pihak Dipotong /Dipungut
Utang Pajak
Keharusan Dipotong/ Dipungut Jumlah Dipotong/ Dipungut Pelunasan Tahun Berjalan
Disetor ke Kas Negara/ Pelunasan
Dikreditkan pada Pajak terutang Akhir tahun
Kewajiban Memotong/ Memungut Jumlah Dipotong/ Dipungut
PPh Pasal 21, 22, 23 Dan 26 Jumlahnya Sama
Surat Pemberitahuan (SPT) Surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
Fungsi SPT (PPh) Sebagai
sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang Melaporkan pembayaran dan pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) tahun pajak atau bagian tahun pajak
Fungsi SPT Melaporkan harta dan kewajiban Melaporkan pembayaran dari pemotong atau pemungut
tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) masa pajak, yang ditentukan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
Fungsi SPT (PPN) Sebagai
sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang sebenarnya terutang
Melaporkan pengkreditan pajak keluaran Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang
telah dilaksankan sendiri oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masal pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
Macam SPT SPT Masa
- SPT Masa PPh - SPT Masa PPN/PPnBM SPT Tahunan
SPT Masa PPh SPT masa PPh pasal 21 dan pasal 26 SPT masa PPh pasal 22 SPT masa PPh pasal 23 dan pasal 26
SPT masa pajak penghasilan pasal 4 ayat (2) SPT masa pajak penghasilan pasal 15 PPh pasal 25 (SSP)
SPT Masa PPN/PPnBM SPT masa PPN/PPnBM menggunakan form 1111 dan
1111DM
SPT Tahunan SPT tahunan WP perseorangan
form 1770 (WP orang pribadi) form 1770 S (WP orang pribadi) form 1770 SS (WP orang pribadi penghasilan
SPT Tahunan SPT tahunan WP badan
form 1771 form 1771$ (menggunakan mata uang dolar US)
Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan No.
Jenis SPT
Batas Waktu Pembayaran
Batas Waktu Pelaporan
Masa 1.
PPh Pasal 21/26
Tgl 10 bulan berikutnya
20 hari setelah akhir masa pajak
2.
PPh Pasal 23/26
Tgl 10 bulan berikutnya
20 hari setelah akhir masa pajak
3.
PPh Pasal 25
Tgl 15 bulan berikutnya
20 hari setelah akhir masa pajak
4.
PPh Pasal 22, PPN 1 hari setelah dipungut & PPnBM oleh Bea Cukai
7 hari setelah pembayaran
5.
PPh Pasal 22 Bendaharawan
Tgl 14 bulan berikutnya
Pada hari yang sama saat penyerahan barang
Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan (Masa) No.
Jenis SPT
Batas Waktu Pembayaran Sebelum Delivery Order dibayar
Batas Waktu Pelaporan
6.
PPh Pasal 22 Pertamina
-
7.
PPh Pasal 22 Tgl 10 bulan berikutnya Pemungut tertentu
20 hari setelah akhir masa pajak
8.
PPh Pasal 4 ayat (2) Tgl 10 bulan berikutnya
20 hari setelah akhir masa pajak
9.
PPN dan PPnBM PKP
Tgl 15 bulan berikutnya
20 hari setelah akhir masa pajak
10.
PPN dan PPnBM Bendaharawan
Tgl 17 bulan berikutnya
20 hari setelah akhir masa pajak
11.
PPN dan PPnBM Pemungut non Bendaharawan
Tgl 15 bulan berikutnya
20 hari setelah akhir masa pajak
Batas Waktu Pembayaran dan Pelaporan No.
Jenis SPT
Batas Waktu Pembayaran
Batas Waktu Pelaporan
Tahunan 1.
PPh WP Orang Pribadi
Tgl 25 bulan ketiga setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak
Paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak atau bagian tahun pajak
2.
PPh WP Badan
Tgl 25 bulan keempat setelah berakhirnya tahun atau bagian tahun pajak
Paling lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak atau bagian tahun pajak
3.
PBB
Enam bulan sejak tanggal diterimanya SPPT
-
4.
BPHTB
Dilunasi pada saat terjadingya perolehan hak atas tanah dan bangunan
Pembetulan SPT Jika belum dilakukan tindakan pemeriksaan, yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar Jika sudah dilakukan tindakan pemeriksaan tapi belum dilakukan tindakan penyidikan Jika jangka waktu pembetulan SPT sudah berakhir (lewat 5 tahun), Dirjen belum menerbitkan SKPKB
Surat Ketetapan Pajak SKPKB (surat ketetapan pajak kurang bayar) SKPKBT (surat ketetapan pajak kurang bayar
tambahan) SKPN (surat ketetapan pajak nihil) SKPLB (surat ketetapan pajak lebih bayar)
Batas waktu pembayaran ketetapan pajak Satu bulan sejak tanggal diterbitkan surat ketetapan
Kelebihan Pembayaran Pajak Jika setelah diadakan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dengan jumlah kredit pajak menunjukkan jumlah selisih lebih (jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang) atau telah dilakukan pembayaran yang tidak seharusnya terutang. Wajib pajak berhak untuk meminta kembali kelebihan pembayaran pajak, dengan catatan wajib pajak tersebut tidak mempunyai utang pajak.
Pengembalian kelebihan pembayaran pajak Wajib pajak harus mengajukan permohonan tertulis
kepada direktur jenderal pajak atau pejabat yang ditunjuk Setelah diperiksa oleh dirjen pajak, surat ketetapan harus diterbitkan selambat-lambatnya 12 bulan sejak surat permohonan diterima, kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain oleh Dirjen Pajak Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah jangka waktu 1 (satu) bulan, Pemerintah memberikan imbalan bunga 2% perbulan atas keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
Surat Tagihan Pajak (STP) Surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi
administrasi berupa bunga dan atau denda.
Penagihan seketika dan sekaligus Penagihan seketika artinya penagihan dilaksanakan
sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran dan tidak mengikuti jadwal waktu penagihan Penagihan sekaligus artinya untuk seluruh jenis pajak PPh, PPN dan PPnBM serta biaya penagihan
Surat Paksa Sarana penagihan pajak Diterbitkan karena jumlah pajak yang masih harus dibayar
berdasarkan STP, SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, yang tidak dibayar oleh penanggung pajak sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
Keberatan Apabila
WP berpendapat bahwa jumlah pajak dan pemotongan atau pemungutan tidak sebagaimana mestinya, dapat mengajukan keberatan. Keberatan diajukan atas dasar: SKPKB SKPKBT SKPLB SKPN Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Jadwal Waktu dan Tata Cara Pengajuan Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut perhitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan, kecuali apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.
Jadwal Waktu dan Tata Cara Pengajuan Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan seperti
disebutkan di atas tidak dianggap sebagai Surat Keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. Tanda Penerimaan Surat Keberatan yang diberikan oleh Dirjen Pajak yang ditunjuk untuk itu atau tanda pengiriman Surat Keberatan melalui pos tercatat menjadi tanda bukti penerimaan Surat Keberatan tersebut bagi kepentingan Wajib Pajak.
Jadwal Waktu dan Tata Cara Pengajuan Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan
pengajuan keberatan, Direktur Jenderal Pajak wajib memberi keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, pemotongan atau pemungutan pajak. Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
Banding Apabila WP masih belum puas dengan Surat Keputusan
Keberatan atas keberatan yang diajukannya, WP masih dapat mengajukan banding kepada Badan Peradilan Pajak.
Peninjauan Kembali (PK) Putusan peninjauan kembali adalah putusan Mahkamah
Agung atas permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh WP atau oleh Dirjen Pajak terhadap putusan banding atau putusan gugatan dari badan peradilan pajak. Apabila WP masih belum puas dengan putusan banding, WP masih memiliki hak mengajukan Peninjauan Kembali kepada Mahkamah Agung. Permohonan ini hanya dapat diajukan satu kali kepada MA melalui Pengadilan Pajak.
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN Pembukuan adalah proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan rugi-laba pada setiap Tahun Pajak berkahir.
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur
tentang peredaran bruto atau penjualan bruto dari usahanya dan penerimaan penghasilan lainnya dari luar usaha dengan tujuan untuk mempermudah pengisian Surat Pemberitahuan, mempermudah penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan mempermudah penghitungan PPN/PPnBM.
Kewajiban Penyelenggaraan Pembukuan/ Pencatatan dan Pengecualiannya Yang diwajibkan menyelenggarakan pembukuan (Pasal 28
ayat(1)) adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan/usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia Yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan Pembukuan atau Pencatatan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh, seperti misalnya Wajib Pajak yang hanya menerima penghasilan dari satu pemberi kerja.
PENELITIAN Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menilai kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.
PEMERIKSAAN Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan (Pasal 1 angka (24) UU No.16/2000).
Sasaran Pemeriksaan Interpretasi dari Undang-undang yang tidak benar Kesalahan hitung Penggelapan secara khusus dari penghasilan
Pemotongan dan pengurangan tidak sesungguhnya
PENYIDIKAN Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh penyidik untuk mencari atau mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu dapat membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
Dasar Tindakan Penyidikan Jika ditemukan bukti setelah diadakannya pemeriksaan
adanya indikasi tindakan pidana dibidang perpajakan.
Penyidik Pajak Penyidik pajak adalah pegawai negeri sipil yang berada
dilingkungan Dirjen Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana perpajakan sebagaimana yang dimaksud dalam UU No.8 tahun 1991 tentang Hukum Acara Pidana.
SANKSI PAJAK Sanksi Administrasi
Berupa bunga, denda administrasi , kenaikan 50% dan 100%. Sanksi Pidana Denda pidana, pidana kurungan, pidana penjara
Sanksi Administrasi No.
Pasal
Masalah
Saksi
Denda 1.
7 ayat 1
SPT tidak disampaikan: a. SPT Masa PPN
Rp500.000
b. SPT Masa lainnya
Rp100.000
c. SPT Tahunan PPh WP Badan
Rp1.000.000
d. SPT Tahunan PPh WP OP
Rp100.000
2.
8 ayat 3
Pembetulan sendiri dan belum disidik
150% dari jumlah pajak yang kurang dibayar
3.
14 ayat 4
a. Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP, tidak membuat faktur pajak b. Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP, tidak mengisi faktur pajak secara lengkap c. PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai masa penerbitan faktur pajak
2% dari Dasar Pengenaan Pajak
Sanksi Administrasi No.
Pasal
Masalah
Saksi
Denda 4.
14 ayat 5
PKP gagal berproduksi telah diberikan pengembalian pajak masukan
2% dari Dasar Pengenaan Pajak
5.
25 ayat 9
Keberatan ditolak atau dikabulkan sebagian
50% dari jumlah berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan
6.
27 ayat 5d Permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian
100% dari jumlah berdasarkan putusan banding dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan
Sanksi Administrasi No.
Pasal
Masalah
Saksi Bunga
1.
8 ayat 2
Pembetulan SPT tahunan dalam 2 tahun
2% dari jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran s/d tanggal pembayaran
2.
8 ayat 2a
Pembetulan SPT tahunan dalam 2 tahun
2% dari jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran s/d tanggal pembayaran
3.
9 ayat 2a
Keterlambatan pembayaran pajak masa
2% dari jumlah pajak yang terutang, dihitung mulai tanggal jatuh tempo pembayaran s/d tanggal pembayaran
4.
9 ayat 2b
Keterlambatan 2% dari jumlah pajak yang terutang, pembayaran pajak tahunan dihitung mulai berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan s/d tanggal pembayaran
Sanksi Administrasi No.
Pasal
Masalah
Saksi Bunga
5.
13 ayat 2
SKPKB karena pajak yang terutang kurang atau tidak dibayar, dan penerbitan NPWP dan pengukuhan PKP secara jabatan
2% per bulan dari jumlah pajak yang kurang dibayar, maksimal 24 bulan
6.
13 ayat 5
SKPKB diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena adanya tindak pidana
48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
7.
14 ayat 3
a. PPh tahunan berjalan tidak/kurang dibayar b. SPT kurang bayar
2% per bulan dari jumlah pajak tidak/ kurang dibayar, maksimal 24 bulan
8.
15 ayat 4
SKPKBT diterbitkan setelah lewat waktu 5 tahun karena adanya tindak pidana
48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar
Sanksi Administrasi No.
Pasal
Masalah
Saksi Bunga
9.
19 ayat 1
SKPKB/T, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding yang menyebabkan kurang bayar terlambat dibayar
2% per bulan dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, dihitung dari tanggal jatuh tempo s/d tanggal pelunasan atau diterbitkannya Surat Tagihan Pajak
10.
19 ayat 2
Mengangsur atau menunda pembayaran
2% per bulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar, dihitung dari tanggal jatuh tempo s/d tanggal diterbitkannya STP
11.
19 ayat 3
Kekurangan pajak akibat penundaan SPT
2% per bulan dari kekurangan pembayaran pajak, dihitung dari batas akhir penyampaian SPT s/d tanggal dibayarnya kekurangan tersebut
Sanksi Administrasi No.
Pasal
Masalah
Saksi
Kenaikan 1.
8 ayat 5
Pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT setelah lewat 2 tahun sebelum terbitnya SKP
50% dari pajak yang kurang dibayar
2.
13 ayat 3
a. SKPKB karena SPT tidak disampaikan sebagaimana disebut dalam surat teguran b. PPN/PPnBM tidak seharusnya dikompensasi atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% c. Kewajiban pembukuan dan pemeriksaan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang
50% dari PPh yang tidak/kurang dibayar dalam setahun
100% dari PPh yang tidak/kurang dipotong, tidak/kurang dipungut, tidak/kurang disetor, dan dipotong/ dipungut tetapi tidak atau kurang disetor, atau 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak/kurang dibayar
Sanksi Administrasi No.
Pasal
Masalah
Saksi
Kenaikan 3.
13 A
Tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, yang dilakukan karena kealpaan pertama kali
200% dari pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan SKPKB
4.
15 ayat 2
Kekurangan pajak pada SKPKBT
100% dari jumlah kekurangan pajak
5.
17C ayat 5 SKPKB yang terbit dilakukan 100% dari jumlah kekurangan pengembalian pendahuluan pembayaran pajak kelebihan pajak bagi WP dengan kriteria tertentu
Sanksi Administrasi No.
Pasal
Masalah
Saksi
Kenaikan 6.
17D ayat 5
SKPKB yang terbit setelah dilakukan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak bagi WP dengan persyaratan tertentu
100% dari jumlah kekurangan pembayaran pajak
Sanksi Pidana Meliputi pasal-pasal: Pasal
Pasal
38 ayat 1
41A
39 ayat 1
41B
39 ayat 2
41C ayat 1
39 ayat 3
41C ayat 2
39A
41C ayat 3
41 ayat 1
41C ayat 4
41 ayat 2
Contoh Penghitungan Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang
dibayar. Pajak penghasilan pasal 25 bulan Juni 2015 setiap bulan Rp100.000.000. Pajak penghasilan pasal 25 bulan Juni 2015 dibayar tepat waktu sebesar Rp40.000.000. Atas kekurangan pembayaran tersebut diterbitkan Surat Hitunga tagihan pajak pada tanggal 18 September 2015?
Jawaban Kurang bayar Bunga: 3 x 2% x Rp60.000.000 Jumlah yang harus dibayar
60.000.000 3.600.000 63.600.000
Contoh Penghitungan Hasil penelitian surat pemberitahuan.
SPT Tahunan PPh WP OP tahun 2015 yang disampaikan tanggal 31 Maret 2016 setelah dilakukan penelitian ternyata terdapat salah hitung yang menyebabkan pajak kurang bayar sebesar Rp1.000.000. Atas kekurangan PPh tersebut diterbitkan STP pada tanggal 12 Juni 2016. Hitung STP yang diterbitkan?
Jawaban Kurang bayar Bunga: 3 x 2% x Rp1.000.000 Jumlah yang harus dibayar
1.000.000 60.000 1.060.000