MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II ANATOMI, FISIOLOGI, KIMIA, FISIKA DAN BIOKIMIA SISTEM PERKEMIHAN
OLEH : KELOMPOK 4 NI KADEK DWINITA PURNAMAYANTI
(17.321.2728)
NI KETUT NOPIA ANTARI
(17.321.2731)
NI KOMANG LINDA RAHMAYANTI
(17.321.2732)
NI LUH AYU LISTYAWATI
(17.321.2735)
NI LUH DESY PURWANINGSIH
(17.321.2737)
NI LUH JULIANTARI
(17.321.2740)
NI LUH PUTU WIDHI ASTITI RAHAYU
(17.321.2742)
NI NYOMAN DESY CANDRA SARI
(17.321.2748)
NI PUTU HEPINA TRESNAYANTI
(17.321.2749)
NI WAYAN AYU FEBRIYANI
(17.321.2753)
NI WAYAN WENA WARDANI
(17.321.2757)
PUTU BAGUS WARSA WARDANA
(17.321.2758)
PUTU KOLA INDRIANI
(17.321.2760)
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI TAHUN 2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Anatomi, Fisiologi, Kimia, Fisika, dan Biokimia Sistem Perkemihan” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pedoman bagi mahasiswa untuk mengetahui lebih dalam dan mampu menjelaskan tentang Anatomi, Fisiologi, Kimia dan Fisika Sistem Perkemihan serta dalam memenuhi tugas mata kuliah Sistem Perkemihan. Disamping itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di dalam penulisan makalah ini. Demikian pula halnya, kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan makalah ini untuk selanjutnya dapat menjadi lebih baik dan mempunyai potensi untuk dikembangkan. Sebagai akhir kata, dengan selesainya makalah ini maka seluruh isi makalah ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami dan seberapapun sederhana makalah ini, kami harapkan mempunyai suatu manfaat bagi semua pihak.
Denpasar, 25 Maret 2019 Penyusun
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................
i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ..
ii
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................
1
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................
1
C. TUJUAN PENULISAN ...............................................................................................
2
D. MANFAAT PENULISAN ...........................................................................................
2
E. METODE PENULISAN ..............................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN A. ANATOMI ORGAN-ORGAN SISTEM PERKEMIHAN ..........................................
3
B. FISIOLOGI SISTEM URINARIUS .............................................................................
8
C. PROSES PEMBENTUKAN DAN KOMPOSISI URIN .............................................
9
D. PENYIMPANAN DAN ELIMINASI URIN ............................................................... 12 E. PEMEKATAN URIN, MEKANISME COUNTER-CURRENT................................. 14
BAB III PENUTUP A. SIMPULAN .................................................................................................................. 17 B. SARAN ........................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Sistem perkemihan atau sering disebut dengan system urinary adalah salah satu sistem yang berhubungan dengan eliminasi. Sistem perkemihan, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin(air kemih). Sistem urinari terdiri atas renal, ureter, vesica urinaria, dan uretra. Selain mempunyai fungsi eliminasi, sistem perkemihan juga mempunyai fungsi lainnya sebagai berikut yaitu meregulasi volume darah dan tekanan darah dengan mengeluarkan sejumlah cairan ke dalam urine dan melepaskan eritropoietin serta melepaskan rennin, meregulasi konsentrasi plasma dari sodium, potassium, klorida dan mengontrol kuantitas kehilangan ion-ion lainnya ke dalam urine serta menjaga batas ion kalsium dengan menyintesis kalsitrol, mengonsentrasi stabilisasi pH darah dengan mengontrol jumlah keluarnya ion hydrogen dan ion bikarbonat ke dalam urine, menghemat pengeluaran nutrisi dengan memelihara ekskresi pengeluaran nutrisi tersebut pada saat proses eliminasi produk sisa, terutama pada saat pembuangan nitrogen seperti urea dan asam urat, membantu organ hati dalam mendetoksifikasi racun dan selama kelaparan, deaminasi asam amino yang dapat merusak jaringan, aktivitas sistem perkemihan dilakukan secara hati-hati untuk menjaga komposisi darah dalam batas yang bisa diterima. Setiap adanya gangguan dari fisiologis di atas akan memberikan dampak yang fatal.
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa saja anatomi organ-organ sistem perkemihan? 2. Bagaimana fisiologi sistem urinarus ? 3. Bagaimana proses pembentukan dan komposisi urin ? 4. Bagaimana proses penyimpanan dan eliminasi urine ? 5. Bagaimana pemekatan urine mekanisme counter-current ?
4
C. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, kimia, fisika dan biokimia sistem perkemihan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui anatomi organ-organ sistem perkemihan. b. Untuk mengetahui fisiologi sistem urinarus. c. Untuk mengetahui pembentukan dan komposisi urin. d. Untuk mengetahui penyimpanan dan eliminasi urine. e. Untuk mengetahui pemekatan urine mekanisme counter-current.
D. MANFAAT PENULISAN Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penulisan makalah ini yaitu untuk menyadarkan mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan bahwa pentingnya mempelajari dan memahami tentang anatomi, fisiologi, kimia dan fisika sistem perkemihan agar lebih memahaminya serta pentingnya dalam konteks keperawatan.
E. METODE PENULISAN Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini, yaitu : Metode Kepustakaan yang merupakan metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan mempergunakan buku atau referensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.
5
BAB II PEMBAHASAN A. ANATOMI ORGAN – ORGAN SISTEM PERKEMIHAN
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat -zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem perkemihan terdiri dari : 1. Dua ginjal (Ren) yang menghasilkan urin Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke 3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan lebih rendah dari gijal kiri karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.
6
a. Anatomi Kasar Ginjal 1) Tampilan Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan lebarnya 2,5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Setiap ginjal memiliki berat antara 125-175 g pada laki-laki dan 115-155 pada perempuan. 2) Lokasi a) Ginjal terletak diarea yang tinggi, yaitu pada dinding abdomen posterior yang berdekatan dengan dua pasang iga terakhir. Organ ini merupakan organ retroperitoneal dan terletak diantara otot-otot punggung dan peritoneum rongga abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjar adrenal diatasnya. b) Ginjal kanan terletak agak kebawah dibandingkan ginjal kiri karena ada hati pada sisi kanan. 3) Jaringan ikat pembungkus Setiap ginjal diselubungi tiga lapisan jaringan ikat a) Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada struktur disekitarnya dan mempertahankan posisi organ. b) Lemak perirenal adalah jaringan adipose yang terbungkus fasia ginjal. Jaringan ini membantali ginjal dan membantu orang tetap pada posisinya. c) Korpus fibrosa atau ginjal adalah membrane halus transparan yang langsung membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas. b. Struktur Internal Ginjal 1) Hilus (hilum) adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal 2) Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang terbuka pada hilius. Sinus ini membentuk perlekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf dan limfatik. 3) Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine pada ginjal. Setiap kaliks mayor bercabang menjadi beberapa (818) kaliks minor. 7
4) Parenkim ginjal adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur sinus ginjal. Jaringan ini terbagi menjadi medulla dalam dan korteks luar. a) Medulla terdiri dari masa-masa triangular yang disebut piramida ginjal. Ujung yang sempit dari setiap piramida,papilla, masuk dengan pas dalam kaliks minor dan ditembus mulut ductus pengumpul urine b) Korteks tersusun dari tubulus dan tubulus darah nefron yang merupakan unit structural dan fungsional ginjal. Korteks terletak didalam di antara piramidapiramida medulla yang bersebelahan untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari rubulu-tubulus pengumpul yang mengalir ke dalam ductus pengumpul. 5) Ginjal terbagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal, kolumna yang sering berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya c. Fungsi Ginjal 1) Pengeluaran zat sisa organic. Ginjal mensekresi urea, asam urat, kreatinin, dan produk penguraian hemoglobin dan hormone. 2) Pengaturan konsentrasi ion-ion penting. Ginjal mensekresi ion natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat dan phosfat. Eksresi ion-ion ini seimbang dengan asupan dan eksresinya melalui rute lain, seperti pada saluran gastroinstestinal atau kulit. 3) Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. Ginjal mengendalikan ekskresi ion hydrogen (H+), bikarbonat (HCO3-), amonium (NH4+), serta memproduksi urin asam atau basa, tergantung pada kebutuhan tubuh. 4) Pengaturan produksi sel darah merah. Ginjal melepas eritroprotein, yang mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang. 5) Pengaturan tekanan darah. Ginjal mengatur volume cairan yang esensial bagi pengaturan tekanan darah, dan juga memproduksi enzim rennin. Rennin adalah komponen penting dalam mekanisme rennin-antiangiotensin-aldosteron, yang meningkatkan tekanan darah dan retensi air. 6) Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah. Ginjal melalui eksresi glukosa dan asam amino berlebih, bertanggung jawab atas konsentrasi nutrient dalam darah. 8
7) Pengeluaran zat beracun. Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh. 2. Dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih)
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari : a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa) b. Lapisan tengah lapisan otot polos c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan gerak-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih. 3. Satu vesika urinaria (VU) tempat urin dikumpulkan
9
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius. Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet. Dinding kandung kemih terdiri dari : a. Lapisan sebelah luar (peritoneum) b. Tunika muskularis (lapisan berotot) c. Tunika submukosa d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam) 4. Satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7 – 16,2 cm terdiri dari : a. Uretra pars Prostatica b. Uretra pars membranosa (terdapat spinchter uretra externa) c. Uretra pars spongiosa Lapisan uretra laki-laki terdiri dari: a. Lapisan mukosa (lapisan paling dalam) b. Lapisan submukosa Sedangkan uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7 – 6,2 cm (Taylor) 3 – 5 cm (Lewis). Sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi. 10
Lapisan uretra wanita terdiri dari : a. Tunika muskularis (lapisan sebelah luar) b. Lapisan spongeosa c. Lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam) Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan : a. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter uretra menjaga agar uretra tetap tertutup. b. Lapisan submokasa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf c. Lapisan mukosa pembentukan urine yang pekat.
B. FISIOLOGI SISTEM URINARIUS Ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra membentuk sistem urinarius. Fungsi utama ginjal adalah mengatur cairan serta elektrolit dan komposisi asam basa cairan tubuh : mengeluarkan produk akhir metabolic dari dalam darah : dan mengatur tekanan darah. Urine yang terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut dari ginjal melalui ureter ke dalam kandung kemih tempat urine tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi, kandung kemih berkontraksi dan urine akan diekskresikan dari tubuh lewat uretra. Meskipun cairan serta elektrolit dapat hilang melalui jalur lain dan ada organ lain yang turut serta dalam mengatur keseimbangan asam basa, namun organ yang mengatur lingkungan kimia internal tubuh secara akurat adalah ginjal. Fungsi ekskresi ginjal diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Namun demikian, berbeda dengan sistem kardiovaskuler dan repiratorius, gangguan total fungsi ginjal tidak menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat. Dialysis (Ginjal artificial) dan bentuk – bentuk terapi lainnya dapat dilakukan untuk menggantikan fungsi – fungsi tertentu dari ginjal. Cirri penting sistem renal terletak pada kemampuannya untuk beradaptasi terhadap beban muatan cairan yang sangat bervariasi sesuai kebiasaan dan pola hidup individu. Ginjal harus mampu untuk mengekskresikan berbagai produk limbah makanan dan metabolisme dalam jumlah yang dapat diterima serta tidak dieliminasi oleh organ lain. Jika diukur tiap hari, jumlah produk tersebut biasanya berkisar dari 1 hingga 2 liter air, 6 hingga 8 gram (natrium klorida), 6 hingga 8 gram kalium klorida dan 70 mg ekuivalen asam per hari. Disampingitu ureum yang merupakan produk 11
akhir metabolisme protein dan berbagai produk limbah lainnya diekskresikan ke dalam urine. Jumlahsubstansi yang diterima ginjal mungkin berbeda jika pasien mendapatkan infuse cairan intravena, nutrisi parental total atu nutrisi enteral lewat selang nasogastrik.
C. PROSES PEMBENTUKAN DAN KOMPOSISI URINE 1. Proses Pembentukan Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada kapsula bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter.
Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah. Ada tiga tahap pembentukan urine : a. Proses Filtrasi Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh 12
simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll yang diteruskan ke tubulus ginjal. Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat untuk menahan selular dan medium-molekular-protein besar kedalam vascular sistem, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrateglomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Tekanan hidrostatik darah dalam kapiler dan tekanan encotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatan untuk filtrasi. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrate glomerulus (urin primer) yang komposisi’a serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. b. Proses Reabsorpsi Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, sodium, klorida, fosfat, dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion bikarbonat, bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis. Volume urin manusia hanya 1% dari filtrate glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrate glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal. Sunstance yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal. c. Proses Sekresi / Augmentasi Sisanya penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke luar. 13
2. Komposisi Urine Ginjal berfungsi sebagai organ ekskresi yang utama dari tubuh. Organ ini membuang produk akhir metabolisme tubuh. Ketika ginjal berfungsi normal, jumlah bahan – bahan yang diekskresikan setiap hari akan sama dengan jumlah yang dikonsumsi atau dibentuk sehingga dalam suatu periode waktu tidak akan terjadi perubahan netto pada komposisi total tubuh. Urine terutama tersusun dari air. Individu yang normal akan mengkonsumsi kurang lebih 1 hingga 2 liter air per hari dan dalam keadaan normal seluruh asupan cairan ini akan diekskresikan keluar termasuk 400 hingga 500 ml yang diekskresikan ke dalam urine. Sisanya akan diekskresikan lewat kulit, paru – paru pada saat bernapas, dan feses. Elektrolit, yang mencakup natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan ion – ion lain jumlahnya lebih sedikit juga diekskresikan melalui ginjal. Diet rata – rata orang Amerika mengandung 6 hingga 8 gram natrium klorida (garam) serta kalium klorida per hari, dan hampir seluruhnya akan diekskresikan ke dalam urine. Kelompok ketiga substansi yang muncul dalam urine terbentuk dari berbagai produk akhir metabolisme protein. Produk akhir yang utama adalah ureum, dengan jumlah sekitar 25 gram, diproduksi dan diekskresikan setiap harinya. Produk lain dari metabolisme protein yang harus diekskresikan adalah kreatinin, fosfat dan sulfat. Asam urat yang terbentuk sebagai produk metabolisme asam nukleat juga dieliminasi ke dalam urine. Kita harus mengetahui bahwa sebagian substansi yang terdapat dengan kadar konsentrasi yang tinggi dalam darah biasanya akan direabsorpsi seluruhnya melalui transportasi aktif dalam tubulus ginjal. Sebagai contoh asam amino dan glukosa biasanya disaring di glomerulus dan direabsorpsi sehingga kedua substansi ini tida diekskresikan ke dalam urine. Namun, glukosa akan terlihat dalam urine jika kadarnya dalam darah begitu tinggi sehingga konsentrasinya di dalam filtrate glomerulus melampaui kapasitas reabsopsi tubulus. Dalam keadaan normal, seluruh glukosa akan direabsorpsi bila konsentrasinya dalam darah kurang dari 200 mg/dL (11 mmol/liter). Pada diabetes ketika kadar glukosa darah melebihi kapasitas reabsorpsi ginjal maka dalam urine akan dijumpai adanya glukosa. Protein dalam keadaan normal juga tidak ditemukan dalam urine. Molekul – molekul ini tidak akan disaring di glomerulus karena ukurannya yang besar. 14
Penampakan protein dalam urine biasanya menunjukkan adanya kerusakan glomerulus yang menyebabkan organ tersebut menjadi keropos sehingga molekul – molekul berukuran besar dapat melewatinya.
D. PENYIMPANAN DAN ELIMINASI URINE 1. Penyimpanan Urine yang terbentuk oleh ginjal diangkut dari pelvis ginjal melalui ureter dan ke dalam kandung kemih. Gerakan ini difasilitasi oleh gelombang peristaltic yang terjadi sekitar 1 hingga 5 kali permenit dan di hasilkan oleh otot polos dalam dinding ureter. Antara kandung kemih dan ureter tidak terdapat sfingter. Meskipun aliran balik urine dari kandung kemih dalam keadaan normal dicegah oleh sifat gelombang peristaltic yang satu arah dank arena setiap ureter memasuki kandung kemih dengan sudut miring (oblique). Meskipun demikian, pada keadaan distensi kandung kemih, yang berlebihan akibat suatu penyakit, kenaikan tekanan dalam kandung kemih tersebut dapat dialihkan balik melalui uretersehingga terjadi distensi ureter dan kemungkinan refluks atau pengaliran balik urine. Keadaan ini dapat menyebabkan infeksi ginjal (pielonefritis) dan kerusakan ginjal akibat kenaikan tekanan (hidronefrosis). 2. Eliminasi Urin Beberapa struktur otak yang mempengaruhi fungsi kandung kemih meliputi korteks serebral, thalamus, hipotalamus dan batang otak. Secara bersama – sama struktur otrak ini menekan kontraksi otot detrusor kandung kemih sampai individu ingin berkemih atau bunag air kecil. Dua pusat di pons yang mengatur mikturisi atau berkemih yaitu : pusat M yang mengaktifkan reflex otot detrusor dan pusat L mengkoordinasi tonus otot pada dasar panggul. Pada saat berkemih respon yang terjadi adalah kontraksi kandung kemih dan relaksasi otot pada dasar panggul yang terkoordinasi. Mikturisi dipengaruh oleh beberapa factor yaitu : a. Tekanan Kandung Kemih Normalnya tekanan dalam kandung kemih sangat rendah bahkan meskipun terjadi akumulasi urine, karena otot polos kandung kemih akan melakukan adaptasi terhadap peningkatan regangan ketika kandung kemih terisi secara perlahan-lahan. Sensasi pertama yang timbul dari pengisian kandung kemih umumnya terjadi ketika sekitar 15
100 hingga 150 ml urine berada dalam kandung kemih. Pada sebagian besar kasus, keinginan untuk buang air kecil timbul ketika kandung kemih berisi kurang lebih 200 hingga 300 ml urine. Dengan jumlah urine 400 ml,rasa penuh yang mencolok biasanya akan ditemukan. b. Pengendalian Otot Eliminasi urin dikendalikan oleh kontraksi sfingter uretra eksterna. Otot ini berada di bawah kendali volunter dan diinervasi oleh saraf yang berasal dari medulla spinalis daerah sakral. Pengendalian ini merupakan perilaku yang dipelajari dan bukan bawaan sejak lahir. Ketika muncul keinginan untuk buang air kecil, sfingter uretra eksterna akan melemas dan muskulus detrusor (otot polos kandung kemih) berkontraksi serta mendorong urine keluar dari dalam kandung kemih melalui uretra. Tekanan yang timbul dalam kandung kemih pada waktu urinasi (mikturisi) kurang lebih sebesar 50 hingga 150 cm H2O. sisa urine dalam uretra akan mengalir keluar akibat pengaruh gaya berat pada wanita dan akan didorong keluar oleh kontraksi otot volunter pada laki – laki. c. Pengendalian Neural Kontraksi muskulus detrusor yang diatur oleh suatu reflex yang mencakup sistem saraf parasimpatik. Refleks tersebut terintegrasi dalam bagian sakral traktus spinalis. Sistem saraf simpatik tidak memiliki peranan yang penting dalam mikturisi tapi dapat mencegah masuknya semen (air mani) ke dalam kandung kemih pada saat terjadi ejakulasi. Jika terjadi kerusakan pada saraf pelvis yang menginervasi kandung kemih dan sfingter, maka kendali volunteer serta urinasi yang bersifat refleks akan menghilang dan kandung kemih tersebut mengalami distensi yang berlebihan akibat akumulasi urine. Jika lintasan spinal dari otak ke sistem urinarius terganggu atau rusak (misalnya sesudah terjadi trauma medulla spinalis), kontraksi kandung kemih yang reflektoris tetap dipertahankan kendali volunteer atas proses tersebut akan menghilang. Pada kedua keadaan ini, otot kandung kemih dapat berkontraksi dan mendorong urine
keluar
meskipun
kontraksinya
tidak
cukup
kuat
untuk
mengosongkan kandung kemih secara tuntas sehingga di dalamnya akan terdapat urine sisa (atau urine yang tertinggal setelah eliminasi urine).
16
d. Kateterisasi Kateterisasi yaitu pemasangan ureter melalui uretra ke dalam kandung kemih dapat dilakukan untuk mengkaji fungsi kandung kemih dengan mengukur volume urine sisa. Normalnya, urine sisa berjumlah tidak lebih dari 50ml. Namun tindakan kateterisasi sedapat mungkin dihindari karena tindakan ini akan meningkatkan resiko infeksi. Pemeriksaan lain untuk memastikan disfungsi kandung kemih adalah dengan mengukur tekanan dalam kandung kemih sesudah memasukkan larutan garam fisiologis (saline) dengan jumlah yang bervariasi. Tindakan terakhir ini disebut sistometrogram.
E. PEMEKATAN URINE, MEKANISME COUNTER-CURRENT 1. Pemekatan Urine Proses untuk pemekatan urina tidak sesederhana mengencerkannya. Namun terkadang sangat penting untuk memekatkannya sehingga dapat membuang solute yang kelebihan dengan kehilangan air sekecil mungkin dari tubuh. Untungnya ginjal mempunyai mekanisme khusus untuk memekatkan urina tersebut, yang disebut mekanisme ‘counter current’. Mekanisme ‘counter current’ tergantung kepada suatu susunan anatomis khusus dari ansa Henle dan vasa rekta. Pada manusia, ansa Henle dari kira-kira sepertiga sampai seperlima nefron jatuh turun ke dalam medulla kemudian kembali ke korteks. Kelompok nefron ini dengan ansa Henle panjang dinamai nefron juktameduler. Sejajar dengan ansa Henle panjang adalah gelung kapiler peritubular yang dinamai vasa rekta, gelung ini turun ke bawah ke dalam medulla dan kemudian kembali ke korteks. Empat mekanisme pemekatan solute yang berbeda bertanggung jawab bagi hiperosmolalitas adalah sebagai berikut : a. Pertama, penyebab utama sangat meningkatnya osmolalitas cairan interstisial medulla ini adalah transport aktif ion klorida (ditambah absorpsi pasif elektronikion-ion natrium) keluar dari bagian tebal pars asendens ansa Henle. b. Kedua, ion-ion juga ditranspor ke dalam cairan interstisial medulla dari duktus koligens, terutama sebagai hasil transport aktif ion natrium dan absorpsi pasif elektrogenik ion-ion klorida bersama dengan ion-ion natrium. 17
c. Ketiga, bila konsentrasi hormon antidiuretik tinggi di dalam darah, maka sejumlah besar urea akan di absorpsi ke dalam cairan medulla dari duktus
koligens
medulla dalam. Bila ada hormone antidiuretik, maka duktus koligens di bagian dalam medulla menjadi permeable secara moderate bagi urea. Akibatnya, konsentrasi urea dalam cairan interstisial medulla meningkat sehingga hampir sama dengan konsentrasi di dalam duktus koligens. d. Keempat, kejadian terakhir yang menyebabkan peningkatan konsentrasi osmolal cairan interstisial medulla adalah absorpsi ion-ion natrium dan klorida ke dalam interstisium bagian dalam medulla dari bagian segmen tipi sans Henle. Bila konsentrasi urea meningkat sangat tinggi di dalam interstisium medulla karena absorpsi urea dari duktus koligens, ini segera menggerakkan osmosis air keluar dari cabang tipis desendens ansa Henle. Sehingga konsentrasi natrium klorida di dalamcabang tipis ansa Henle meningkat hamper dua kali normal. Karena konsentrasi yang tinggi, ion-ion natrium dan klorida berdifusi secara pasif keluar dari segmen tipis ke dalam interstisium. Ringkasnya, ada empat faktor berbeda yang menyokong peningkatan osmolalitas di dalam cairan interstisial medulla, yaitu: transport aktif ionion ke dalam interstisium oleh bagian tebal cabang asendens ansa Henle, transport aktif ion-ion dari duktus koligens ke dalam interstisium, difusi pasif sejumlah besar urea dari duktus koligens ke dalam interstisium, dan absorpsi tambahan natrium dan klorida ke dalam interstisium dari segmen ansa Henle. Hasil bersihnya adalah peningkatan osmolalitas cairan interstisial medulla. 2. Mekanisme Counter-Current Aliran
darah
medulla
mempunyai
dua
karakteristik,
yang
keduanya
sangat penting untuk mempertahankan konsentrasi solute yang tinggi di dalam cairan interstisial medulla: a. Pertama, aliran darah medulla sangat lambat, hanya berjumlah 1 sampai 2% aliran darah ginjal total. Karena aliran yang lambat ini, maka pembuangan solute minimum. b. Kedua, fungsi vasa rekta sebagai penukar ‘counter current’ yang mencegah hanyutnya solute dari medulla.
18
Mekanisme pertukaran ‘counter current’ merupakan salah satu mekanisme cairan mengalir melalui tabung U yang panjang, dengan dua lengan U yang terletak dekat satu dengan yang lain sehingga cairan dan solute dapat segera bertukar antara kedua lengan. Bila cairan dan solute ini di dalam dua aliran sejajar berdampingan dapat segera bertukaran, maka konsentrasi solute yang tinggi dapat dipertahankan pada puncak ansa dengan jumlah solute yang hanyut yang relative dapat diabaikan. Jadi, ketika darah mengalir menuruni pars desenden vasa rekta, natrium kloridadan urea berdifusi ke dalam darah dan cairan interstisial, sementara air berdifusi keluar ke dalam interstisium dan dua efek ini menyebabkan konsentraasi osmol dalam darah meningkat secara progresif, mencapai suatu konsentrasi maksimum sebesar 1.200 milosmol/liter pada ujung vasa rekta tersebut. Kemudian ketika darah mengalir kembali ke atas mendaki air asendens, sifat semua molekul yang sangat udah berdifusi melalui membrane kapiler pada dasarnya memungkinkan semua natrium klorida dan urea yang sama berdifusi kembali keluar dari darah ke dalam cairan interstisial sementara air kembali berdifusi ke dalam darah. Oleh karena itu, pada saat darah akhirnya meninggalkan medulla, konsentrasi osmolnya hanya sedikit lebih tinggi daripada konsentrasi osmol darah yang mula-mula masuk vasa rekta. Sebagai akibatnya, darah yang mengalir melalui vasa rekta hanya mengangkut sejumlah kecil solute interstisial medulla keluar dari medulla.
19
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN Dua ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, diluar rongga peritoneum. Setiap ginjal pada orang dewasa beratnya kira-kira 150 gram dan kira-kira seukuran kepalan tangan. Sisi media setiap ginjal merupakan daerah lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik, suplai saraf, dan ureter yang membawa urine akhir dari ginjal ke kandung kemih, dimana urin disimpan hingga dikosongkan. Ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra membentuk sistem urinarius. Fungsi utama ginjal adalah mengatur cairan serta elektrolit dan komposisi asam basa cairan tubuh : mengeluarkan produk akhir metabolic dari dalam darah : dan mengatur tekanan darah. Urine yang terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut dari ginjal melalui ureter ke dalam kandung kemih tempat urine tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi, kandung kemih berkontraksi dan urine akan diekskresikan dari tubuh lewat uretra. Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah. Ada tiga tahap pembentukan urine yaitu proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.
B. SARAN Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus mampu menjelaskan serta memahami anatomi, fisiologi, kimia, fisika dan biokimia sistem perkemihan agar nantinya dapat mengaplikasikannya dengan baik pada saat berada di rumah sakit dan bertemu dengan pasien langsung.
20
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. & Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed. 9 Hal. 399 - 401. Jakarta : EGC Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 2 Hal. 1364 – 1371. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol.2. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat Ed. 2 Hal.108.Jakarta : EGC
21