157032090.pdf

  • Uploaded by: maik
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 157032090.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 17,367
  • Pages: 104
Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU

http://repositori.usu.ac.id

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Tesis Magister

2018

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kejadian Kanker Serviks pada Wanitadi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2017 Lubis, Rhina Chairani http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1825 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara

FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI KEJADIAN KANKER SERVIKSPADA WANITADI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2017

TESIS

Oleh RHINA CHAIRANI LUBIS 157032090

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

RISK FACTORS WHICH INFLUENCE THE INCIDENCE OF CERVICAL CANCER IN WOMEN AT RSUD dr. PIRNGADI, MEDAN, IN 2017

THESIS

By

RHINA CHAIRANI LUBIS 157032090/IKM

MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH UNVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN 2018

FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI KEJADIAN KANKER SERVIKSPADA WANITADI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2017

TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh RHINA CHAIRANI LUBIS 157032090

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018

Judul Tesis

: Faktor Risiko yang Memengaruhi Kejadian Kanker Serviks pada Wanitadi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2017

Nama Mahasiswa Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Peminatan

:Rhina Chairani Lubis :157032090 :S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat :Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D) Ketua

Ketua Program Studi S2

(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D)

Tanggal Lulus : 08 Nopember 2017

(Sri Rahayu Sanusi, SKM, M.Kes, Ph.D) Anggota

Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Telah diuji Pada Tanggal : 08 Nopember 2017

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota

: dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D : 1. Sri Rahayu Sanusi, SKM., M.Kes, Ph.D : 2. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D : 3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M

PERNYATAAN FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI KEJADIAN KANKER SERVIKS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2017

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, 08 Nopember 2017

( Rhina Chairani Lubis) 157032090

ABSTRAK

Kanker Serviks merupakan masalah yang paling sering terjadi pada sistem reproduksi wanita. Setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan sekitar 8.000 kasus diantaranya berakhir dengan kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang memengaruhi kejadian kanker serviks pada wanita di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2017. Penelitian bersifat analitik observasional dengan desain case control. Kasus adalah seluruh penderita kanker serviks dan kontrol bukan penderita kanker serviks. Sampel terdiri dari 58 kasus dan 58 kontrol. Analisis data dilakukan dengan Simple Logistic Regression dan Multiple logistic Regression. Hasil menunjukkan ada pengaruh signifikan usia pertama kali melakukan hubungan seksual OR 3,359 (95%CI 1,566-7,203), paritas OR 6,009 (95%CI 2,69413,807), riwayat keluarga OR 3,382 (95%CI 1,573-7,272), pemakaian pembersih vagina OR 6,984 (95%CI 3,078-15,845), pemakaian kontrasepsi oral OR 2,450 (95%CI 1,132-5,305) terhadap kejadian kanker serviks. Sedangkan riwayat penyakit HIV/AIDS, berganti pasangan, merokok tidak berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks. Faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian kanker serviks adalah pemakaian pembersih vagina OR 8,428 (95% CI 2,991-23,744). Diharapkan kepada seluruh wanita agar tidak menggunakan pembersih vagina sebagai pesonal hygiene dan rutin melakukan screning dengan melakukan pap smear serta vaksinasi HPV bagi wanita yang tidak menderita kanker serviks. Kata Kunci : Faktor Risiko, Kanker Serviks, Wanita

ABSTRACT

Cervical cancer frequently occurs in women’s reproductive system. More than 15,000 cases of cervical cancer are detected each year, and about 8,000 of them cause of death. The objective of this study was to find out some factors which influence the incidence of cervical cancer in women at RSUD dr. Pirngadi, Medan, in 2017. The research used observational analytics with case-control design. Cases are people who diagnosed cervical cancer as much as 58 respondents and control are people does not have symptoms of cervical cancer as much as 58 respondents or ratio 1:1. The data were analyzed by using simple logistic regression analysis and multiple logistic regression analysis. The result of the study showed that there was significan betweent influence of the first time committing sexual intercourse OR=3.359 (95%CI 1.566-7.203), parity OR=6.009 (95%CI 2.694-13.807), history of family OR=3.382 (95%CI 1.573-7.272), the use of vagina cleaners OR=6.984 (95%CI 3.078-15.845), and the use of oral contraception OR=2.450 (95%CI 1.132-5.305) on the incidence of cervical cancer. On the other hand, history of HIV/AIDS, changing mates and smoking did not have any influence on the incidence of cervical cancer. The risk factor which had the most dominant influence on the incidence of cervical cancer was the use of vagina cleaners OR=8.428 (95%Ci 2.991-23.744). It is recommended that all women did not use vaginal cleaners as personal hygiene and always perform screening by doing Pap-smear and HPV vaccination for those who are negative cervical cancer. Keywords: Risk Factor, Cervical Cancer, Women

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT dan segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ Faktor Risiko yang Memengaruhi Kejadian Kanker Serviks pada Wanita di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2017”. Tesis ini dapat selesai dengan baik berkat limpahan rahmat dan karunia Allah SWT, namun dalam penulisan tesis ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar besarnya kepada : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H. M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara 2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph. D Selaku Ketua Program StudiS2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 4. Destanul Aulia, S.K.M, M.B.A, M.Ec, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi S2. Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 5. Dr. Fazidah Aguslina Siregar, M.Kes, Ph.D selaku ketua komisi pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan perhatian serta dorongan moril

dalam membimbing penulis menyelesaikan tesis ini. 6. Sri Rahayu Sanusi, S.K.M, M.Kes, Ph.D selaku anggota komisi pembimbing yang juga telah banyak meluangkan waktu dan perhatian serta dorongan moril dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan tesis ini. 7. Dr. Rahayu Lubis, M.Kes. Ph.D selaku ketua komisi penguji yang telah memberikan perhatian, bimbingan, dan saran perbaikan dalam penulisan tesis ini 8. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku anggota komisi penguji yang telah memberikan perhatian, bimbingan, dan saran perbaikan dalam penulisan tesis yang lebih baik 9. Seluruh dosen Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 10. Seluruh Karyawan administrasi Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah membantu kelancaran administrasi yang dibutuhkan penulis sampai penyelesaian tesis ini. 11. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang telah memberi kelancaran dalam penyusunan Tesis ini. 12. Seluruh Karyawan dan Staff Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang telah memberi kelancaran penyusunan tesis ini. 13. Ucapan yang tulus penulis tujukan kepada Suami, anak-anak tercinta, orang

tua, serta saudara-saudara yang penulis banggakan dan cintai yang telah banyak memberikan dukungan, doa dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. 14. Teman- teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya Minat Studi Kespro –A, Kk Nizwa, kk Putri, Winda, Lili, Wilda, Magdalena, Resha dan Dwi atas bantuan dan semangatnya dalam penyelesaian tesis ini 15. Semua pihak yang telah turut serta membantu pembuatan tesis ini dengan baik yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam tesis ini, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, 08 Nopember 2017 Penulis

Rhina Chairani Lubis 157032090

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rhina Chairani Lubis, berumur 31 tahun, dilahirkan di Pematangsiantar pada 19 Maret 1986 dan beragama Islam, Penulis anak kedua dari dua bersaudara dan bertempat tinggal di Jalan Karya Dame komplek Pondok Surya Kelurahan Sei Berombang Kecamatan Medan Helvetia. Pendidikan formal penulis dimulai dri pendidikan SD Negeri 122376 Pematangsiantar pada tahun 1992-1998. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 7 Pematangsiantar 1998-2001. Pada tahun 2001-2004 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Pematangsiantar. Pada tahun 2004-2007 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di Akademi Kebidanan Indah Medan program studi kebidanan. Selanjutnya pada tahun 2008-2009 penulis melanjutkan kuliah untuk program D-IV Bidan Pendidik di Universitas Sumatera Utara. Pada tahun 2015, penulis kembali melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat peminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Penulis memulai karir sebagai Dosen di salah satu perguruan tinggi swasta yaitu Akademi kebidanan Indah Medan sejak tahun 2009 hingga saat ini.

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRACT .......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii DAFTAR TABEL ............................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xiii BAB 1.

PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1. 1.2. 1.3. 1.4.

BAB 2.

1

Latar Belakang ........................................................................... 1 Rumusan Masalah ....................................................................... 9 Tujuan Penelitian ........................................................................ 10 Manfaat Penelitian ...................................................................... 10

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 11 2.1. Kanker Serviks ............................................................................ 2.1.1. Pengertian Kanker Serviks .............................................. 2.1.2. Epidemiologi ................................................................... 2.1.3. Etiologi ............................................................................ 2.1.4. Penyebab Kanker Serviks................................................ 2.1.5. Penyebaran Kanker Serviks ............................................ 2.1.6. Faktor Risiko Kanker Serviks ......................................... 2.1.7. Diagnosis, Gejala dan Tanda dari Kanker Invasif........... 2.1.8. Stadium Kanker Serviks .................................................. 2.1.9. Deteksi Dini Kanker Serviks ........................................... 2.1.10. Diagnosis Kanker Serviks ............................................... 2.2. Pencegahan Kanker Serviks ........................................................ 2.3. Pengobatan Kanker Serviks ........................................................ 2.4. Prognosa Kanker Serviks ............................................................ 2.5. Landasan Teori ............................................................................ 2.6. Kerangka Konsep ........................................................................ 2.7. Hipotesis .....................................................................................

11 11 11 12 13 14 15 24 25 27 27 30 30 32 35 36 36

BAB 3.

METODE PENELITIAN .................................................................. 38 3.1. Jenis Penelitian ............................................................................ 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 3.2.1. Lokasi Penelitian ............................................................. 3.2.2. Waktu Penelitian ............................................................. 3.3. Populasi dan Sampel ................................................................... 3.3.1. Populasi Penelitian .......................................................... 3.3.2. Sampel Penelitian ............................................................ 3.3.3. Besar Sampel ................................................................... 3.4. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 3.4.1. Data Primer ..................................................................... 3.4.2. Data Sekunder ................................................................. 3.5. Variabel dan Definisi Operasional .............................................. 3.5.1. Variabel Penelitian .......................................................... 3.5.2. Definisi Operasional ........................................................ 3.6. Metode Pengukuran .................................................................... 3.7. Teknik Pengolahan Data ............................................................. 3.8. Metode Analisis Data ..................................................................

BAB 4.

HASIL PENELITIAN ........................................................................ 51 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ....................................................... 4.1.1. Sejarah Sngkat RSUD. Dr.Pirngadi Medan .................... 4.1.2. Struktur Organisasi Rumah Sakit .................................... 4.1.3. Sarana .............................................................................. 4.1.4. Tugas dan Fungsi ............................................................ 4.1.5. Visi dan Norma .............................................................. 4.2. Gambaran Karakteristik Wanita yang Berobat ke Poli Obgyn RSUD Dr. Pringadi Medan Tahun 2017 .................................... 4.3. Hasil Analisa Univariat Faktor Resiko Kanker Serviks.............. 4.4. Analisa Bivariat dengan Uji Simple Logistic Regression ........... 4.5. Analisa Multivariat Seleksi Variabel Untuk Uji Multiple Logistik Regression..................................................................... 4.5.1. Penentuan Variabel Dominan ......................................... 4.6. Model Regresi Logistik terhadap Kejadian Serviks .................. 4.7. Penentuan Persamaan Regresi Logistik .....................................

BAB 5.

38 39 39 39 39 39 40 41 43 43 44 44 44 44 45 47 48

51 51 53 54 55 56 57 58 61 66 66 66 67

PEMBAHASAN .................................................................................. 70 5.1. Pengaruh Usia pertama kali melakukan hubungan seksual terhadap kejadian kanker serviks ................................................ 70 5.2. Pengaruh Paritas terhadap kejadian kanker serviks .................... 72

5.3. Pengaruh Berganti-ganti pasangan seksual terhadap kejadian kanker serviks ............................................................................. 5.4. Pengaruh Merokok terhadap kejadian kanker serviks ................ 5.5. Pengaruh Pemakaian pembersih vagina terhadap kejadian kanker serviks ............................................................................. 5.6. Pengaruh Kontrasepsi Oral terhadap kejadian kanker Servik .......................................................................................... 5.7. Pengaruh Riwayat HIV/ AIDS terhadap kejadian kanker serviks ....................................................................................... 5.8. Pengaruh Riwayat Keluarga terhadap kejadian kanker Serviks ....................................................................................... 5.9. Implikasi Penelitian .................................................................... 5.10. Keterbatasan Penelitian ............................................................... BAB 6.

74 75 77 79 81 82 83 85

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 86 6.1. Kesimpulan ................................................................................ 86 6.2. Saran ........................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 89 LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No.

Judul

Halaman

3.1. Nilai Odds Rasio Pada beberapa Variabel penelitian terdahulu .................. 42 3.2. Metode Pengukuran Variabel Bebas dan Terikat ........................................ 46 3.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama, Suku, Pendidikan dan Pekerjaan ..................................................................................................... 57 3.4. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Kanker Serviks .................................... 58 3.5. Faktor Risiko Yang memengaruhi Kanker Serviks Berdasarkan Hasil Uji Simple Logistic Regression .......................................................................... 62 3.6. Faktor Risiko Yang Memengaruhi Kejadian Kanker Serviks berdasarkan Hasil Uji Multiple Logistic Regression ....................................................... 66

DAFTAR GAMBAR

No.

Judul

Halaman

2.1. Stadium dan Klasifikasi Kanker Serviks ..................................................... 26 2.2. Segitiga Epidemiologi ................................................................................. 33 2.3. Landasan Teori ............................................................................................ 35 2.4. Kerangka Konsep Penelitian ....................................................................... 36 3.1. Skema Rancangan Case Control ................................................................. 38

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Judul

Halaman

1.

Penjelasan Kuesioner ..................................................................................... 93

2.

Informed Consent .......................................................................................... 94

3.

Kuesioner Penelitian ...................................................................................... 95

4.

Hasil Uji Statistik........................................................................................... 100

5.

Master Data.................................................................................................... 140

6.

Lembar Kesediaan Pembimbing .................................................................... 144

7.

SK. Komisi Pembimbing ............................................................................... 145

8.

Surat Permohonan Izin Survei Pendahuluan ................................................ 146

9.

Surat Keterangan Selesai Penelitian .............................................................. 147

DAFTAR ISTILAH

ACOG FIGO HIV/ AIDS HPV IARC Kemenkes RI Riskesdas SPOG WHO YKI

: American College of Obstetricians and Gynecologists : Federation of Gynecology and Obstetricts : Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immune Deficiency Syndrome : Human Papilloma Virus : International Agency for Research on Cancer : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia : Riset Kesehatan Dasar : Spesialis Penyakit Obgyn dan Gynekologi : World Health Organization : Yayasan Kanker Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi baik pada laki-laki maupun perempuan, merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Banyak penyakit yang bisa terjadi pada sistem reproduksi, khususnya pada wanita. Salah satu masalah yang paling sering terjadi pada sistem reproduksi wanita adalah kanker leher rahim atau yang sering disebut sebagai kanker serviks. Penyakit ini merupakan penyakit nomor dua pembunuh pada wanita setelah kanker payudara. Pada tahap awal, gejala yang ditimbulkan seperti gangguan menstruasi, keputihan, perdarahan vagina diluar masa menstruasi, keluhan sakit pada perut bagian bawah, perdarahan pada saat melakukan hubungan seksual, dan infeksi pada saluran kandung kemih. Jika hal ini terus berlanjut pada stadium yang lebih tinggi, penderita akan merasakan sakit pada daerah panggul, perdarahan yang berbau amis, nafsu makan hilang, penurunan berat badan secara drastis, dan anemia disertai perdarahan. Kanker serviks pada stadium lanjut biasanya menyebabkan kematian dalam waktu yang cepat (Fisca, 2012). Selain menimbulkan rasa sakit secara fisik, kanker serviks juga menimbulkan dampak psikis pada penderitanya. Hal ini dapat terlihat seperti turunnya tingkat kepercayaan diri dalam kehidupan sosial yaitu merasa malu untuk bersosialisasi dengan masyarakat. Turunnya kepercayaan diri dalam aktivitas seksual bagi pasangan yang sudah berumah tangga (Kartikawati, 2013).

Rendahnya pengetahuan wanita di Indonesia tentang pemeriksaan pap smear, tanda tanda kanker dan kendala biaya pengobatan serta akses fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilihat sebagai salah satu penyebab masih tingginya angka kanker serviks. Pasien yang menderita kanker serviks dengan stadium lanjut, harus mendapat penanganan dalam jangka panjang (Rafikasari, 2015). Meningkatnya jumlah kasus baru kanker serviks di Indonesia pada setiap tahunnya, dapat menjadi ancaman besar bagi dunia kesehatan, karena mayoritas penderita kanker serviks baru terdeteksi pada stadium lanjut. Padahal kanker serviks dapat di cegah dan diatasi jika wanita usia subur lebih awal mempunyai pengetahuan yang baik dan kesadaran melakukan deteksi dini berupa test pap smear secara rutin serta melakukan imunisasi vaksin HPV untuk memperkecil risiko terkena kanker serviks. Selain itu kebiasaan pola hidup yang baik harus diperhatikan dengan menjaga pola makan, menghindari rokok, dan menjauhi alkohol (Sulistiowati dkk, 2014). Jumlah penderita kanker diperkirakan terus meningkat dari tahun ke tahun dengan perkiraan mencapai 12 juta jiwa pada tahun 2030. Setiap tahun, terdapat 6,25 juta orang baru yang menderita kanker. Untuk penyakit kanker serviks di dunia, diperhitungkan terjadi lebih dari 30 per 100.000 penduduk. Kanker serviks adalah kanker paling umum keempat pada wanita, dan ketujuh secara keseluruhan. Sekitar 528.000 kasus baru kanker serviks terjadi dan sebanyak 266.000 meninggal akibat penyakit ini atau diperhitungkan 7,5% dari semua kematian akibat kanker di dunia. Hampir sembilan dari sepuluh (87%) kematian akibat kanker serviks terjadi di daerah yang kurang berkembang. Kematian bervariasi 18 kali lipat antara berbagai wilayah

di dunia, dengan tingkat kurang dari 2 per 100.000 di Asia Barat, Eropa Barat dan Australia/ Selandia Baru lebih dari 20 per 100.000, di Melanesia (20,6), Afrika Tengah (22,2) dan Afrika Timur (27,6). Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan sekitar 8.000 kasus diantaranya berakhir dengan kematian. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks tertinggi di dunia. Kanker ini muncul tanpa menimbulkan gejala dan sangat sulit di deteksi sehingga penyakit ini sering terdiagnosa pada stadium lanjut (WHO, 2015). Berdasarkan perkiraan kasus baru kanker serviks di Amerika Serikat, wanita yang terdiagnosa penyakit ini sebesar 12.820 kasus dan sekitar 4.210 wanita akan meninggal akibat kanker serviks. Di Amerika Serikat, wanita Hispanik kemungkinan besar terkena kanker serviks, diikuti oleh orang Afrika-Amerika, orang Asia dan Kepulauan Pasifik, dan orang kulit putih. Kanker serviks cenderung terjadi pada usia paruh baya dan jarang terjadi pada wanita di bawah usia 20 tahun. Sebagian besar kasus ditemukan pada wanita berusia di bawah 50 tahun. Banyak wanita yang lebih tua tidak menyadari bahwa risiko berkembangnya kanker serviks masih ada seiring bertambahnya usia. Lebih dari 15% kasus kanker serviks ditemukan pada wanita berusia di atas 65 tahun (American Cancer Society, 2017). Berdasarkan data yang diperoleh dari Information Centre HPV on Cancer (ICO), Populasi wanita di dunia yang berjumlah 2.784 juta jiwa dengan kelompok berusia 15 tahun ke atas, berisiko mengalami kanker serviks. Diperkirakan bahwa setiap tahun sebanyak 527.624 wanita didiagnosis menderita kanker serviks dan

265.672 meninggal karena penyakit ini. Insiden tertinggi kanker serviks berdasarkan golongan umur di dunia yaitu umur 50-54 tahun sebesar 12753 kasus, dan di Afrika pada golongan umur 50-54 tahun sebanyak 12753 kasus (HPV Information Centre, 2017). Berdasarkan data Badan Internasional untuk penelitian kanker atau IARC (International Agency for Research on Cancer), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14,1 juta kasus baru kanker dan 8,2 juta kematian akibat kanker di seluruh dunia. Perkiraan prevalensi untuk tahun 2012 menunjukkan 32,6 juta orang diatas usia 15 tahun didiagnosis telah memiliki kanker pada 5 (lima) tahun sebelumnya. Penyebab terbesar kematian akibat kanker antara lain disebabkan oleh kanker paru, hati, perut, kolorektal, payudara dan kanker serviks. Penyakit kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Insiden kanker serviks sebesar 17 per 100.000 perempuan. Kanker serviks menduduki urutan ke 7 secara global dalam segi angka kejadian (urutan ke 6 di negara kurang berkembang) dan urutan ke 8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3, 2% mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia) (Ferlay dkk, 2013). Kasus baru kanker serviks pada tahun 2014 yang terjadi di Inggris sebanyak 3.224 kasus. Angka kematian akibat kanker serviks sendiri mencapai 890 kasus. Kanker serviks di negara ini bertahan selama lebih dari sepuluh tahun pada tahun 2010 dengan persentase 63 % di inggris dan Wales (Cancer research UK, 2014). Pada negara berkembang seperti negara Argentina, Brazil, Chili, Peru, Afrika Selatan, Cina, India dan Thailand kematian yang disebabkan kanker serviks

menduduki urutan pertama yaitu lebih besar dari kematian maternal. Diseluruh dunia terlihat adanya disparitas gender untuk masalah kesehatan. Dan lebih menonjol di negara berkembang. Isu kesehatan seperti perawatan kesehatan dasar, face life debilitating dan life threatening yang kurang tersedia dan memadai, kematian ibu, menkah usia muda, HIV, dan kanker serviks adalah masalah kesehatan yang ditemui di negara negara berkembang (Dwipyono, 2011). Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga sangat tinggi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi tumor/ kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Insiden Kanker Serviks di Indonesia sebesar 17 per 100.000 perempuan. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker serviks di Indonesia pada tahun 2013, diketahui bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita kanker serviks terbesar, sementara itu Provinsi Gorontalo dan Papua Barat memiliki estimasi jumlah penderita terkecil dari seluruh provinsi (Riskesdas, 2013). Kanker leher rahim atau juga yang disebut juga dengan kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita. Kanker ini dialami oleh lebih dari 1,4 juta wanita di seluruh dunia. Setiap tahun, lebih dari 460.000 kasus terjadi dan sekitar 231.000 orang meninggal karena penyakit ini. Di Indonesia, kasus kanker leher rahim pada peringkat pertama dengan jumlah kasus 14.368 orang. Dari jumlah tersebut, 7, 297 orang meninggal dan prevalensinya adalah 10.823 orang setiap tahunnya (Kustiyati dkk, 2016).

Sampai saat ini, kanker mulut rahim masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya yang tinggi. Penelitian WHO mengungkapkan, kurangnya tindakan skrining penyakit kanker serviks yaitu sitologi serviks dan ulasan asam asetat, keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis histopatologi, dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis penderita. Penyakit ini banyak terdapat pada wanita Amerika Latin, Afrika, dan negara-negara berkembang lainnya di Asia, termasuk Indonesia. Pada wanita-wanita Suriname keturanan Jawa, terdapat insidensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan keturunan etnis lainnya (Rasjidi, 2014). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, Indonesia merupakan negara kedua di dunia paling banyak menderita kanker serviks. Untuk kota Medan sepanjang tahun 2016, penderita kanker serviks mencapai 110 orang. Berdasarkan data peserta BPJS Kesehatan secara nasional dari bulan Januari hingga Juni 2016, jumlah kasus kanker serviks di tingkat pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan mencapai 45.006 kasus dengan total biaya sekitar Rp 33,42 miliar. Sementara di tingkat rawat inap, terdapat 9.381 kasus, dengan total biaya sekitar Rp 51,33 miliar (Kemenkes RI, 2015). Berdasarkan data dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Penderita kanker di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 17,8 juta jiwa dan tahun 2017 menjadi 21,7 juta jiwa. Terjadi peningkatan sebesar 3,9 persen untuk jumlah penderita kanker. Untuk

angka kejadian kanker serviks juga masih sangat tinggi. Setiap tahun tidak kurang dari 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Setiap hari empat puluh orang wanita terdiagnosa kanker serviks, dan orang dua puluh orang diantaranya meninggal akibat kanker serviks (Yayasan Kanker Indonesia, 2016). Jumlah penderita kanker serviks di Provinsi Sumatera Utara terus mengalami peningkatan. Tahun 2013 tercatat 475 kasus, tahun 2014 sebanyak 548 kasus dan tahun 2015 sebanyak 681 kasus dengan prevalensi 0,063 per 100.000 penduduk. Angka prevalensi kanker serviks di Kota Medan diperkirakan 0,028 per 100.000 penduduk, jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk. Hal tersebut menunjukkan penyakit kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2016). Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan meminimalkan faktor risiko yang ada dengan cara membiasakan diri dengan pola hidup sehat, melakukan deteksi dini dengan melakukan pap smear bagi wanita yang aktif secara seksual. Oleh karena itu semakin dini gejala awal penyakit kanker serviks diketahui, semakin mudah pengobatan dan penanganannya (Soebachman, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prandana (2013) di RSUP Adam Malik Medan, bahwa jumlah pasien kanker serviks pada tahun 2013 sebanyak 367 orang. Berdasarkan umur, penderita kanker serviks paling banyak berada pada golongan umur 40-55 tahun (58,3%), seluruh penderita berstatus kawin (100%). Penderita kanker serviks lebih banyak dengan status pendidikan SMP-SMA (57,2%).

Menurut paritas yang paling sering menderita kanker serviks adalah 3-5 anak (56,1%). Keluhan utama yang paling banyak dialami penderita adalah perdarahan pervaginam (77,9%), sedangkan untuk stadium terbanyak berada pada stadium IIIb (39,5%). Penelitian yang dilakukan Haverkos dkk (2016) di Afrika, menyimpulkan bahwa kandungan dari douching atau bahan pembersih vagina (monomer kompleks, heksilresorinol, oxyquinoline, 2-fenilfenol, dan triklosan) akan menyebar ke jaringan ke tingkat tertinggi dan menghasilkan peradangan paling banyak sehingga menyebabkan iritasi kimia atau kemungkinan karsinogen sebagai pencetus timbulnya kanker serviks. Penelitian yang dilakukan oleh Bahmanyara dkk (2012) di Eropa, menyimpulkan bahwa secara statistik faktor risiko terkait dengan kejadian kanker serviks yaitu faktor infeksi, tidak serumah dengan pasangan, merokok, usia <15 tahun saat hubungan seksual pertama, berganti pasangan selama 12 bulan terakhir, pemakaian kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu yang lama dan riwayat infeksi menular seksual (IMS). Penelitian yang dilakukan Makuza dkk (2015) di Afrika Selatan menyimpulkan bahwa berdasarkan analisis multivariat yang dilakukan yaitu terdapat pengaruh faktor risiko yang menyebabkan kanker serviks yaitu aktivitas seksual yang dilakukan pada umur kurang dari 20 tahun (OR = 1,75; 95% CI 1,01-3,03), dan wanita yang tidak menikah (OR = 3,29, 95% CI 1.26-8.60) dan paritas (OR= 0,42 95% CI 0,23-0,76).

Salah satu penelitian yang juga berkaitan dengan faktor risiko yang menyebabkan kanker serviks yaitu imunosupresi, yang dikemukakan oleh Dugue dkk (2015) di India. Mereka menyimpulkan bahwa responden dengan asupan azathioprine dosis kumulatif tinggi berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks (OR = 2,2, 95% CI = 1,2-3,9), dan menyimpulkan bahwa paparan imunosupresan (azathioprine) dalam pemakaian akumulasi lima tahun akan memicu kejadian kanker serviks Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan penulis pada tanggal 04 maret 2017 di RM RSUD dr Pirngadi Medan, dapat dilihat bahwa pasien yang menderita kanker serviks sebanyak 639 kasus dengan rincian sebagai berikut yaitu pasien dengan status rawat inap pada tahun 2012 sebanyak 57 kasus, tahun 2013 sebanyak 58 kasus, tahun 2014 sebanyak 66 kasus, tahun 2015 sebanyak 69 kasus, dan tahun 2016 sebanyak 57 kasus, dengan total keseluruhan sebanyak 307 kasus. Sedangkan untuk penderita kanker serviks dengan status rawat jalan, pada tahun 2012 sebanyak 45 kasus, tahun 2013 sebanyak 38 kasus, tahun 2014 sebanyak 61 kasus, tahun 2015 sebanyak 96 kasus dan tahun 2016 sebanyak 92 kasus dengan total keseluruhan sebanyak 332 kasus (Data Rekam Medik RSUD. DR.Pirngadi Medan) Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang ”Faktor Risiko yang Memengaruhi Kejadian Kanker Serviks pada Wanita di RSUD dr. Pirngadi Medan tahun 2017. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah masih meningkatnya angka kejadian kanker serviks setiap

tahunnya dan faktor risiko apa yang paling memengaruhi kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2017 1.3. Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor risiko (Usia pertama kali melakukan hubungan seksual, paritas, berganti-ganti pasangan seksual, merokok, pemakaian pembersih vagina, pemakaian kontrasepsi oral, riwayat penyakit HIV/ AIDS, dan riwayat keluarga yang menderita kanker serviks) terhadap kejadian kanker serviks pada wanita di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017. 1.4. Manfaat Penelitian 1.

Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan untuk mengambil kebijakan dalam rangka pencegahan kanker serviks.

2.

Memperkaya khasanah dan wawasan ilmu kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan reproduksi.

3.

Sebagai bahan masukan dan referensi bagi peneliti lainnya di dalam melakukan penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan kanker serviks di rumah sakit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Serviks 2.1.1. Pengertian Kanker Serviks Kanker serviks merupakan kanker yang berkembang pada epitel leher rahim dari sebuah sel yang mengalami perubahan kearah keganasan. Kanker serviks atau yang juga disebut kanker leher rahim merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau Human Papilloma Virus Onkogenik (Tilong, 2012). Serviks atau leher rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang menonjol ke liang senggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan akhirnya menjadi karsinoma in situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan KIS dikenal juga dengan tingkat pra kanker. Dari displasia menjadi karsinoma insitu diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma insitu menjadi karsinoma invasif berkisar 8-20 tahun (Kartikawati, 2013). 2.1.2. Epidemiologi Kanker serviks atau kanker mulut rahim masih merupakan masalah kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan angka kematiannya yang tinggi. Keterlambatan diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang

lemah, status sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis hispatologi dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan prognosis dari penderita kanker serviks. Di negara maju, angka kejadian dan angka kematian akibat kanker serviks masih menempati posisi kedua terbanyak pada keganansan wanita (setelah kanker payudara dan di perkirakan diderita oleh 500.000 wanita setiap tahunnya di Indonesia, diperkirakan 40 ribu kasus baru kanker mulut rahim ditemukan setiap tahunnya. Di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, frekuensi kanker serviks sebesar 76,2 % diantara kanker ginekologi. Data dari 17 rumah sakit di Jakarta pada tahun 1977, kanker serviks menduduki urutan pertama yaitu 432 kasus diantara 918 kasus perempuan (Rasjidi, 2014). Insiden kanker serviks di China pada kelompok usia muda, cenderung meningkat setiap tahun yaitu sebesar 131.500 kasus. Di negara Kolombia, Kanker serviks merupakan insiden tertinggi dunia yaitu sebesar 48,2/100.000, sedangkan Israel merupakan insiden kanker serviks terendah yaitu 3,8/100.000 (Desen dkk, 2013). 2.1.3. Etiologi 1. Faktor Risiko Perilaku Kanker serviks dapat disebabkan oleh berbagai perilaku penderita itu sendiri diantaranya adalah hubungan seksual yang dilakukan pada usia muda yaitu kurang dari 20 tahun, berganti ganti pasangan seksual lebih dari satu, memiliki banyak anak (lebih dari lima orang), personal hygiene yang buruk, pemakaian pembalut wanita yang mengandung bahan dioksin, daya tahan tubuh yang lemah, dan kurangnya

pengetahuan tentang pap smear secara rutin pada wanita yang telah aktif melakukan hubungan seksual (Kartikawati, 2013) 2. Faktor Biologis Berbagai Patogen berkaitan erat dengan terjadinya kanker serviks, terutama adalah virus papiloma humanus (HPV), virus herpes simpleks tipe II (HSV II), sitomegalovirus humanus ( HCMV), Klamidia dan virus EB. Hubungan antara HPV dan kanker serviks telah banyak diteliti. HPV tergolong virus epiteliotropik, terbagi menjadi HPV kutis dan HPV genital, sekitar 20 jenis berkaitan dengan tumor organ genital yang terbagi menjadi HPV resiko rendah seperti HPV 6,11, 42, 43, 44 dll. Untuk HPV resiko tinggi yaitu HPV16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68 dll. HPV resiko tinggi berkaitan erat dengan terjadinya kanker serviks dan neoplasia intraepitel serviks uteri ( CIN/ II/ III). Infeksi HPV merupakan penyakit ditularkan melalui hubungan kelamin yang bersifat asimtomatik. Puncak infeksi berusia 18-28 tahun. Umumnya lenyap sekitar 8-10 bulan pasca infeksi. Sebesar 10-15 % wanita usia 35 tahun ke atas sering terinfeksi sehingga berisiko meningkatnya terkena kanker serviks. Berbagai studi epidemiologi menunjukkan infeksi HP dan karsinoma serviks memiliki kaitan yang jelas ( OR=3,661,6), 99,7 % pasien dengan karsinoma serviks memiliki HPV positif, 97 % CIN II/ III positif, 61,4 % CIN I positif (Desen dkk, 2013). 2.1.4. Penyebab Kanker Serviks Penyebab utama kanker serviks adalah HPV (Human Papillomavirus) atau virus papiloma manusia. Terdapat 100 tipe virus HPV yang teridentifikasi dan

kebanyakan tidak berbahaya serta tidak menunjukkan gejala. Sebanyak 40 tipe HPV dapat ditularkan melalalui hubungan seksual. Sasarannya adalah alat kelamin dan digolongkan menjadi dua golongan yaitu tipe HPV penyebab kanker dan HPV berisiko rendah. HPV menimbulkan kutil pada pria dan wanita, termasuk kutil pada kelamin yang disebut kondiloma akuminata. Hanya beberapa saja dari varian HPV yang menyebabkan kanker. Kanker serviks dapat terjadi jika terjadi infeksi yang tidak sembuh-sembuh untuk waktu yang lama. Sebaliknya infeksi HPV akan hilang sendiri, teratasi oleh sistem kekebalan tubuh (Kartikawati, 2013). Human papilloma virus (HPV) 16 dan 18 merupakan penyebab utama pada 70% kasus kanker serviks di dunia. Perjalanan dari infeksi HPV menjadi kanker serviks memakan waktu yang cukup lama yaitu sekitar 10-20 tahun. Namun proses penginfeksian ini sering kali tidak disadari oleh penderita karena berlangsung tanpa menimbulkan gejala. Terdapat 15 jenis tipe yang menyebabkan kanker yang dapat mengarah pada kanker serviks, yakni HPV 16, 18, 45, dan 31 yang merupakan penyebab lebih dari 80% kasus kanker di Asia Pasifik dan dunia (Kartikawati, 2013) 2.1.5. Penyebaran Kanker Serviks Menurut Rasjidi (2014), proses penyebaran kanker leher rahim ada tiga macam yaitu: 1.

Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar getah bening.

2.

Melalui pembuluh darah (hematogen).

3.

Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung Kencing, dan rektum.

2.1.6. Faktor Risiko Kanker Serviks Faktor risiko adalah faktor yang mempermudah timbulnya penyakit kanker serviks. Beberapa faktor yang menyebabkan perempuan terpapar HPV (sebagai penyebab dari kanker serviks) adalah sebagai berikut: 1.

Usia Faktor alamiah pencetus kanker serviks adalah wanita usia diatas 40 tahun.

Semakin tua seorang wanita maka makin tinggi risikonya terkena kanker serviks (Kartikawati, 2013). Puncak perkembangan kanker serviks berada pada usia 47 tahun. Sekitar 47% wanita dengan kanker serviks invasif berusia di bawah 35 tahun saat terdiagnosis. Sekitar 10 %, kanker serviks terjadi pada wanita yang lebih tua (> 65 tahun) dan cenderung meninggal karena penyakit karena stadium lanjut mereka saat didiagnosis (Gattoc, et al, 2015) Menurut Dr. A. M. Puguh, SPOG, Ahli Kebidanan dan Kandungan RS Husada Jakarta, semua wanita yang aktif secara seksual, memiliki risiko terkena kanker serviks atau tahap awal penyakit ini tanpa memandang usia atau gaya hidup. Jika ditarik angka rata-rata, kanker serviks ini sering menjangkiti dan dapat membunuh wanita di usia produktif sekitar 30-50 tahun yang mana pada saat itu mereka masih memiliki tanggung jawab ekonomi dan sosial terhadap anak-anak dan anggota keluarga lainnya. 2. Usia pertama kali melakukan hubungan seksual Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita yang memulai hubungan seksual

pada usia muda akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat (Rasjidi, 2014). Usia pertama kali melakukan hubungan seks merupakan salah satu faktor risiko terpenting karena penelitian para pakar menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual maka semakin besar risiko terkena kanker serviks. Wanita yang melakukan hubungan seks pertama sekali pada usia kurang dari 20 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar daripada wanita yang berhubungan seksual pertama sekali pada usia lebih dari 20 tahun. Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya, masih rentan terhadap rangsangan. Sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan tumbuh lagi. Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati, sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia di atas 20 tahun, dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap perubahan (Anolis, 2012)

3. Paritas Berdasarkan

penelitian

yang

dilakukan

oleh

Hidayat

dkk

(2013),

menyimpulkan bahwa banyaknya anak yang dilahirkan berpengaruh dalam timbulnya penyakit kanker serviks. Paritas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker serviks dengan besar risiko 4,55 kali untuk terkena kanker serviks pada wanita dengan paritas >3 dibandingkan wanita dengan paritas 3. Wanita yang memiliki 7 atau lebih kehamilan aterm mungkin memiliki peningkatan risiko kanker serviks (National Cancer Institute, 2012).

4.

Multipartner seks (Berganti-Ganti Pasangan) Berganti ganti pasangan seksual, memungkinkan tertularnya penyakit

kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah selsel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak. Bila hal ini terus menerus terjadi, sel kanker pun akan terus berkembang. Perilaku berganti-ganti pasangan seksual akan meningkatkan penularan penyakit kanker serviks. Risiko terkena kanker serviks meningkat 10 kali lipat pada wanita mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih dibandingkan wanita yang mempunyai 1 pasangan seksual (Azis, 2008). Menurut Wahyuni dan Mulyani (2014) berpendapat bahwa partner sex >1 orang akan meningkatkan risiko 6,19 kali lebih besar untuk mengalami lesi prakanker serviks dibandingkan dengan wanita yang memiliki patner sex 1 orang saja. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Handayani (2015), pada wanita yang berada di pesisir pantai disimpulkan bahwa responden yang mempunyai pasangan

lebih dari 1 mempunyai hasil test IVA positif dibandingkan responden yang mempunyai 1 pasangan seksual. Penjelasan yang dikemukakan oleh dr. Melissa S Luwia, MHA dari yayasan Kanker Indonesia, bahwa seorang wanita yang memiliki risiko terkena kanker serviks kemudian berhubungan seks dengan lelaki, kemudian lelaki itu melakukan hubungan seksual dengan wanita lain, wanita lain tersebut berisiko terkena kanker serviks dari perempuan yang satunya dengan media penularan oleh lelaki tersebut (Kartikawati, 2013) 5. Merokok Tembakau yang mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang dihisap sebagai rokok/sigaret atau dikunyah. Asap rokok menghasilkan polycyclic aromatic hydrocarbon heterocyclic nitrosamines. Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Efek langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus (Kartikawati, 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trimble dkk (2011), pada perokok aktif yaitu menkonsumsi rokok 10-15 batang perhari menyebabkan resiko neoplasia pada serviks. Wanita yang merokok memiliki risiko 4–13 kali lebih besar untuk mengalami ca serviks daripada wanita yang tidak merokok. Hal ini dikarenakan nikotin dalam rokok mempermudah semua selaput lendir termasuk sel mukosa dalam rahim untuk menjadi terangsang. Rangsangan yang berlebihan ini akan memicu kanker. Namun

tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah nikotin yang mampu menyebabkan kanker serviks. Merokok dan menghirup asap rokok meningkatkan risiko kanker serviks. Diantara perempuan yang terinfeksi HPV, displsia dan kanker invasif terjadi sebesar 2-3 kali lebih sering pada perokok dan mantan perokok. Wanita yang terpapar asap rokok menyebabkan peningkatan yang lebih kecil dalam risiko terkena kanker serviks (National Cancer Institute, 2012). 6. Penggunaan Pembersih Vagina (Douching) Vagina yang sehat justru harus mengandung bakteri Lactobacillus, yang merupakan bakteri baik untuk menjaga keasaman vagina agar kuman tak mudah menginfeksi. Kebiasaan menggunakan cairan vagina (douching) akan memberantas bakteri Lactobacillus tersebut, sehingga vagina lebih rentan mengalami infeksi. Salah satunya adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV), yang menyebabkan kanker serviks. Penelitian yang dilakukan Neuman (2012) di Utah, Amerika Serikat menyatakan bahwa douching setidaknya seminggu sekali lebih berisiko empat kali lipat terkena kanker serviks dibandingkan dengan yang tidak. Penelitian yang dilakukan Dhorethea (2015), menyatakan bahwa cairan pembersih vagina/ douching yang beredar dipasaran berisi air dan campuran bahan seperti suka, baking soda atau iudium yang biasanya langsung digunakan wanita ke dalam vagina melalui tube. Kebiasaan ini akan mengganggu bakteri sehat (lactobacillus) yang sudah ada serta mengganggu keasaman vagina. Wanita yang sudah mengalami infeksi atau penyakit menular seksual lainnya justru mendorong

bakteri berbahaya ke uterus, ovarium, tuba fallopia yang akan menimbulkan masalah reproduksi. Jurnal Enviromental Health menyatakan bahwa pembasuhan vagina menggunakan douching akan terpapar zat kimia yang bernama Diethyl phthalates (DEP) yaitu sejenis produk perawatan tubuh yang akan mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh. Menurut penelitian yang dilakukan Gardner dkk (1991) dalam studi kasuskontrol menemukan hubungan antara kanker serviks dan douching yaitu pada wanita yang menggunakan pembersih vagina lebih dari sekali seminggu ternyata empat kali lebih rentan diserang kanker serviks (leher rahim) dengan (OR = 4,7, 95 persen CI: 1,9, 11) dan tidak ditemukan pada wanita yang menggunakan pembersih wanita satu kali dalam seminggu. Douching dapat mengubah lingkungan kimia vagina, membuat leher rahim lebih rentan terhadap perubahan patologis dan kanker serviks. Wanita yang melakukan douching vagina lebih dari sekali seminggu ternyata empat kali lebih rentan diserang kanker serviks (leher rahim). Douching bisa meningkatkan risiko infeksi HPV genital pada vagina. HPV telah diketahui sebagai salah satu pemicu kanker serviks. Penggunaan antiseptik merupakan risiko untuk terkena ca serviks. Hal ini sesuai dengan teori Sukaca (2009), bahwa penggunaan antiseptik merupakan salah satu faktor risiko untuk terkena ca serviks. Penggunaan antiseptik yang terlalu sering akan menyebabkan iritasi pada vagina yang memicu terjadinya kanker. Selain itu, antiseptik akan merangsang perubahan sel yang pada akhirnya akan berubah menjadi kanker.

Berdasarkan pendapat pakar kesehatan American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), kebiasaan mencuci vagina dengan antiseptik berupa obat cuci vagina yang memiliki PH tinggi yaitu lebih dari 3-4 dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Hal ini dapat mengakibatkan kulit kelamin menjadi keriput dan mematikan bakteri Bacillus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat untuk mempertahankan PH vagina, sehingga merangsang perubahan sel yang berakhir dengan kejadian kanker yang mendiami vagina. Penggunaan sabun secara rutin akan mengiritasi dan mengeringkan mukus di sekitar vulva sehingga adanya iritasi menjadi tempat tumbuh HPV sedangkan sabun antiseptik akan membunuh semua bakteri,

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suryandari, dkk (2013) menyimpulkan bahwa 75% wanita Indonesia pernah menggunakan cairan sabun pembersih vagina yang telah menjadi bagian dari personal higienis dan dilakukan secara rutin. Pemakaian sabun pembersih kewanitaan dalam jangka waktu panjang mengakibatkan pengikisan bakteri baik dalam vagina dan mengakibatkan infeksi genetalia interna maupun eksterna dari keputihan patologis sampai kanker serviks. 7. Pemakaian Kontrasepsi Oral Wanita yang telah menggunakan kontrasepsi oral (pil KB) selama 5 tahun atau lebih memiliki risiko lebih besar terkena kankerserviks dibandingkan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsioral. Risiko lebih tinggi setelah 10 tahun penggunaan (National Cancer Institute, 2012). Menurut Hartmann (2002), Penggunaan kontrasepsi hormonal lebih dari 4 atau

5 tahun dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks 1,5-2,5 kali. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi oral menyebabkan wanita sensitif terhadap HPV yang dapat menyebabkan adanya peradangan pada genitalia sehingga berisiko untuk terjadi kanker serviks. Penggunaan pil KB dapat meningkatkan resiko kanker serviks. Analisis data yang dilakukan oleh International agency for Reaserch on Cancer ( IARC) pada tahun 2003, menemukan bahwa ada peningkatan risiko kanker serviks dengan penggunaan kontrasepsi oral dihentikan. Laporan lain dari IARC menyatakan bahwa dari data 8 studi mengenai efek penggunaan kontrasepsi oral pada wanita yang positif hpv, ditemukan peningkatan risiko 4 kali lebih besar pada mereka yang menggunakan kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun (Nurwijaya dkk, 2010). Penggunaan kontrasepsi oral selama lebih dari empat tahun akan meningkatkan risiko ca serviks sebesar 1,5–2,5 kali. Namun, efek dari penggunaan kontrasepsi oral terhadap ca serviks masih kontroversial karena ada beberapa penelitian yang gagal menemukan peningkatan risiko pada perempuan pengguna atau mantan pengguna kontrasepsi oral. Penelitian Wahyuningsih (2014), menemukan bahwa wanita yang menggunakan pil KB selama ≥4 tahun memiliki risiko 42 kali untuk mengalami kejadian lesi prakanker serviks dibandingkan wanita yang menggunakan pil KB progesteron noretindron. Kontrasepsi ini mengandung dosis estrogen dan progesteron yang tetap. Penggunaan pil KB berisiko ca serviks karena pemakaian estrogen yang terkandung dalam pil KB merangsang terjadinya penebalan dinding endometrium dan dapat merangsang selsel endometrium berubah sifat menjadi sel kanker (Wahyuningsih, 2014).

Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang, yaitu lebih dari 5 tahun dapat meningkatkan risiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan risiko relatif pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian (Sjamsuddin, 2001). 8. Riwayat HIV/ AIDS Faktor resiko lainnya penyebab kanker serviks adalah kondisi imunosupresi atau menurunnya daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh berperan penting dalam proses penghancuran sel-sel kanker serta menghambat pertumbuhan dan penyebarannya. Salah satu keadaan imunosupresi bisa ditemui pada penderita AIDS. Virus HIV pada penderita AIDS akan merusak fungsi kekebalan tubuh seseorang, sehingga wanita yang menderita AIDS memiliki resiko tinggi terkena infeksi HPV yang berkembang menjadi kanker serviks. Pada wanita penderita AIDS, perkembangan sel pra-kanker menjdi kanker yang biasanya memerlukan waktu beberapa tahun, dapat terjadi lebih cepat karena imunosupresi. Selain itu, kondisi seperti ini juga bisa ditemui pada wanita yang mengonsumsi obat penurun daya tahan tubuh, seperti wanita penderita penyakit autoimun (daya tahan tubuh yang menyerang organ tubuh sendiri karena menganggap organ tersebut sebagai musuh) atau wanita yang sedang menjalani transplantasi organ tubuh (Krisno, 2011). 9. Riwayat keluarga yang menderita kanker serviks Riwayat keluarga seperti ibu dan saudara perempuan juga menentukan tingginya potensi terkena kanker serviks. Setidaknya risiko meningkat dua kali lipat di bandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga. Hal ini terjadi karena

dalam riwayat keluarga terdapat sistem imun yang sama, sel yang dibawa oleh faktor keturunan, serta daya tahan tubuh dan faktor terinfeksi yang sama (Pusat info studi Kanker, 2014). 2.1.7. Diagnosis, Gejala dan Tanda dari Kanker Invasif Menurut Rasjidi (2014) kanker mikroinvasif dapat asimtomatik, dan mungkin hanya dapat di deteksi saat investigasi pada hasil tes pap smear. Sebaliknya, kebanyakan kasus pasien dengan kanker serviks yang invasif datang ke petugas kesehatan saat mereka telah mengalami gejala berikut: 1.

Awal a.

Keputihan kadang berbau busuk

b.

Perdarahan tidak teratur pada wanita usia produktif

c.

Perdarahan pasca hubungan seksual pada wanita segala usia bahkan wanita usia muda

d.

Perdarahan pasca menopouse

e.

Pada kasus perdarahan saat manopouse, kanker serviks harus selalu dicurigai, jika perdarahan tersebut tidak berespon terhadap pengobatan yang sesuai

2.

Akhir a.

Nyeri berkemih

b.

Peningkatan frekuensi berkemih

c.

Nyeri punggung

d.

Nyeri abdomen bawah

3.

Paling akhir a.

Penurunan berat badan

b.

Penurunan pengeluaran urin (dari obstruksi ureter atau gagal ginjal)

c.

Kebocoran urin atau feses dari vagina

d.

Pembengkakan ekstremitas bawah

e.

Breathlessness (karena anemia)

2.1.8. Stadium Kanker Serviks Menurut FIGO (Federation of Gynecology and Obstetricts) (Rasjidi, 2014), stadium kanker serviks adalah sebagai berikut: 1.

Stadium 1 Karsinoma masih terbatas pada serviks 1A

: Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara mikroskopik lesi dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial dikelompokkan sebagai stadium 1b. Kedalaman invasi ke stroma tidak lebih dari 5mm dan lebarnya lesi tidak lebih dari 7mm.

1A1

: Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3mm dan lebar tidak lebih dari 7mm.

1A2

: Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3mm tapi kurang dari 5mm dan lebar tidak lebih dari 7mm.

1B

: Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari 1a.

1B1

: Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4cm.

1B2

: Besar lesi secara klinis lebih dari 4cm.

2.

Stadium II Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul. IIA : Telah melibatkan vagina tapi belum melibatkan parametrium. IIB : Infiltrasi ke parametrium,tetapi belum mencapai dinding panggul.

3.

Stadium Ш Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain. ШA : Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul. ШB : Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidroneprosis atau gangguan fungsi ginjal.

4.

Stadium ІV Perluasan ke luar organ reproduktif. ІVA : Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rectum. ІVB : Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul.

Gambar 2.1. Stadium dan Klasifikasi Kanker Serviks Sumber : Tilong, 2012

2.1.9. Deteksi Dini Kanker Serviks Deteksi dini merupakan kunci penanggulangan penyakit kanker. Kanker leher rahim stadium dini sering tidak menimbulkan gejala atau tanda yang khas. Namun demikian kanker stadium dini dapat dideteksi dengan suatu pemeriksaan sederhana yang dikenal dengan Pap Smear. Setiap wanita yang telah melakukan hubungan seksual, berisiko untuk menderita kanker leher rahim. Oleh karena itu Pap Smear dilakukan setelah ada aktifitas seksual. Jika setelah pemeriksaan pertama ternyata tidak ada kelainan displasia atau kanker, maka tes diulangi setelah satu tahun, jika hasilnya tetap negatif pemeriksaan dilanjutkan tiap 2-3 tahun sampai umur 65-70 tahun. Jika ditemukan pra kanker, maka pemeriksaan diulangi 6 bulan berikutnya (Kartikawati, 2013). 2.1.10. Diagnosis Kanker Serviks Menurut Kartikawati (2013), diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai berikut: 1.

IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat) Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5 % secara inspekulo. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Dibutuhkan waktu 2-3 menit untuk melihat perubahan jaringan epitel. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada insfeksi pada serviks. Pemeriksaan ini dapat dilakukan di Puskesmasdengan harga yang relatif murah. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.

2.

Pemeriksaan pap smear Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker serviks secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap smear bisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai berikut: a.

Normal.

b.

Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas).

c.

Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas).

d.

Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar).

e.

Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ tubuh lainnya)

3.

Thin Prep Metode ini lebih akurat dibanding pap smear. Jika pap smear hanya mengambil dari sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka metode ini metode ini memriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Hasilnya lebih tepat dan akurat. 1.

Pemeriksaan DNA HPV Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap’s smear untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala

besar mendapatkan bahwa Pap’s smear negatif disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 (Carsinoma Intraepithelial Neoplasia 3) sebanyak hampir 100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu. 2.

Kolposkopi Jika semua tes sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur koloskopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal selanjutnya dilakukan tindakan biopsi.

3.

Biopsi Biopsi merupakan salah satu tindakan medis dimana pengambilan sel atau sebagian jaringan tubuh untuk dianalisa lebih lanjut. Misalnya untuk membedakan

benjolan

sebagai

tumor

jinak

atau

ganas

(kanker).

Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. 4.

Tes Schiller Serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang sehat berubah menjadi coklat, sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.

2.2. Pencegahan Kanker Serviks Menurut Kartikawati (2013) sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan menghindari faktor-faktor penyebab kanker meliputi: 1.

Memilih pola makan yang sehat yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk

2.

merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai viamin A, C dan E dan asam folat yang dapat mengurangi risiko kanker serviks

3.

menghindari Merokok.

4.

Menghindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.

5.

Menghindari berhubungan seks saat menstruasi

6.

Menghindari hubungan seks dengan banyak pasangan

7.

Menjalani test pap smear secara rutin

8.

Pemberian vaksinasi HIV untuk mencegah kanker serviks

9.

Melakukan pembersihan organ intim (vagina toilet)

2.3. Pengobatan Kanker Serviks Menurut National Cancer Institute (2012) ada berbagai jenis pengobatan untuk kanker serviks. Sebagian pengobatan merupakan terapi standar (pengobatan yang saat ini digunakan), dan sebagian lainnya sedang dalam uji klinis. Sebuah uji klinis pengobatan adalah studi penelitian yang dimaksudkan untuk meningkatkan perawatan atau memperoleh informasi tentang perawatan baru untuk pasien dengan kanker. Ketika uji klinis menunjukkan bahwa pengobatan baru lebih baik daripada pengobatan standar, pengobatan baru dapat menjadi pengobatan standar.

Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Menurut Kartikawati (2013) pengobatan kanker serviks antara lain: 1.

Pembedahan Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan penderita.

2.

Terapi penyinaran (radio terapi) Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi, IVP (pielogram intravena), enema barium, dan sigmoidoskopi. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

atau scan CT

abdomen/pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan/atau terkenanya nodus limpa regional (Kartikawati, 2013). 3.

Kemoterapi Apabila kanker telah menyebar ke luar panggul, maka dianjurkan menjalani kemoterapi. Kemoterapi menggunakan obat obatan untuk memperlambat atau

membunuh sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau melalui mulut. Prosedur kemoterapi dikatakan berhasil menyembuhkan penyakit jika sel kanker tidak dapat tumbuh lagi. 4.

Terapi biologis Terapi biologis juga disebut terapi pengubah respon biologis atau imunoterapi. Terapi biologi berguna untuk memperbaiki sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis tersebut dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke bagian tubuh lainnya.

5.

Terapi gen Terapi gen dilakukan dengan beberapa cara : 1.

Mengganti gen yang rusak atau hilang.

2.

Menghentikan kerja gen yang bertanggung jawab terhadap pembentukan sel kanker.

3.

Menambahkan gen yang membuat sel kanker lebih mudah dideteksi dan dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh, kemoterapi, maupun radioterapi.

4.

Menghentikan kerja gen yang memicu pembuatan pembuluh darah baru di jaringan kanker sehingga sel-sel kankernya mati.

2.4. Prognosa Kanker Serviks Angka ketahanan hidup penderita kanker serviks 5 tahun setelah pengobatan. Umumnya, 5-years survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 6080%, stadium III kira - kira 50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30% (Rasjidi, 2014).

2.5. Landasan Teori Landasan teori pada penelitian ini mengacu kepada konsep dasar timbulnya penyakit dalam teori segitiga epidemiologi (epidemiologic triangle) dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950) dalam (Nugrahaini, 2012). Teori ini menyatakan bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh adanya pengaruh faktor pejamu (host), agen (agent) dan lingkungan (environment). PEJAMU (HOST)

LINGKUNGAN (ENVIRONTMENT)

AGEN (AGENT)

Gambar 2.5. Segitiga Epidemiologi Sumber : Nugrahaeni, 2012 Konsep ini bermula untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agen, namun selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular dengan memperluas pengertian agen Faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit dalam konsep ini sebagai berikut: 1.

Agen penyakit (faktor etiologi) a.

Zat nutrisi: ekses (kolesterol) / defisiensi (protein)

b.

Agen kimiawi: zat toksik (CO)/alergen (obat)

c.

Agen fisik (radiasi)

d.

Agen infeksius: parasit (skistosomiasis), protozoa (amuba), bakteri (tuberkulosis), jamur (kandidiasis), riketsia (tifus), virus (poliomielitis)

2.

Faktor pejamu, yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik: mempengaruhi pajanan, kerentanan respons terhadap agen.

3.

a.

Genetik (buta warna)

b.

Usia

c.

Jenis kelamin

d.

Ras

e.

Status fisiologis (kehamilan)

f.

Status imunologis (hipersensitivitas)

g.

Penyakit lain yang sudah ada sebelumnya

h.

Perilaku manusia (diet)

Faktor lingkungan (faktor eksternal): mempengaruhi keberadaan agen, pajanan atau kerentanan terhadap agen; a.

Lingkungan fisik (iklim)

b.

Lingkungan biologis:

c.

1.

Populasi manusia (kepadatan penduduk)

2.

Flora (sumber makanan)

3.

Fauna (vektor artropoda)

Lingkungan sosial ekonomi: 1.

Pekerjaan (pajanan terhadap zat kimia)

2.

Urbanisasi dan perkembangan ekonomi (kehidupan perkotaan)

3.

Bencana dan musibah (banjir)

Berdasarkan konsep penyebab penyakit, bahwa penyakit disebabkan oleh agen (agent), pejamu (host) dan lingkungan (environment), maka pendekatan yang relevan untuk mengetahui penyebab penyakit pada kanker serviks adalah model segitiga epidemiologi yang dimodifikasi sedemikian rupa dalam bentuk kerangka teori seperti pada gambar 2.5 berikut ini : Faktor Pejamu Faktor Intrinsik Usia Status pernikahan Tingkat pendididkan Paritas Aktivitas seksual pertama kali Defisiensi zat gizi Keturunan Kekebalan tubuh Riwayat penyakit Faktor Ekstrinsik Merokok Penyalahgunaan obat Alkohol Penggunaan alat kontrasepsi Diet Berganti–ganti pasangan seksual Pekerjaan Pembalut yang mengandung bahan kimia

Faktor Agen (Etiologi) Infeksi HPV (Human Papiloma Virus).

Faktor Lingkungan (Faktor eksternal) Lingkungan fisik Lingkungan biologik Lingkungan sosio ekonomi Gambar 2.3. Landasan Teori Sumber : Nugrahaeni, 2012

Kejadian Kanker Serviks

2.6. Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teori di

atas, maka dapat dikembangkan kerangka

konsep seperti yang terlihat pada Gambar 2.6. di bawah ini : Variabel Independen Faktor Intrinsik

Variabel Dependen

Usia pertama kali melakukan hubungan seksual Paritas Riwayat Penyakit HIV/ AIDS Riwayat kanker serviks pada keluarga Kejadian kanker serviks

Faktor Ekstrinsik Berganti-ganti pasangan seksual Merokok Pemakaian pembersih vagina Pemakaian Kontrasepsi Oral

Gambar 2.6. Kerangka Konsep Penelitian Sumber : Sastroasmoro, 2014 2.7. Hipotesis 1.

Ada pengaruh usia pertama kali melakukan hubungan seksual terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017.

2.

Ada pengaruh paritas terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017.

3.

Ada pengaruh berganti ganti pasangan seksual terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017.

4.

Ada pengaruh merokok terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017.

5.

Ada pengaruh Pemakaian pembersih vagina terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017.

6.

Ada pengaruh pemakaian kontrasepsi Oral terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan tahun 2017.

7.

Ada pengaruh riwayat penyakit HIV/ AIDS terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Kota Medan tahun 2017.

8.

Ada pengaruh riwayat keluarga yang menderita kanker serviks terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Kota Medan tahun 2017

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi analitik observasional dengan desain studi case control dengan memilih penderita kanker serviks sebagai kasus dan bukan penderita kanker serviks sebagai kontrol. Adapun alasan menggunakan desain ini karena studi kasus kontrol merupakan studi observasional yang menilai hubungan paparan penyakit dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan retrospektif dimana efek diidentifikasi pada saat ini kemudian faktor risiko diidentifikasi terjadinya pada waktu yang lalu (Sastroasmoro, 2016). Secara sederhana, rancangan case control dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Faktor risiko Positif (+) Retrospektif

Kasus Responden Penderita Kanker Seviks

Retrospektif

Kontrol Responden bukan penderita Kanker Seviks

Faktor risiko Negatif (-)

Faktor risiko Positif (+)

Faktor risiko Negatif (-) Gambar 3.1. Skema Rancangan Case Control Sumber : Sastroasmoro, 2014

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang beralamat di jalan Prof. H. M. Yamin SH No. 47 Medan, dengan pertimbangan berdasarkan hasil survei awal kasus kanker serviks dari tahun 2012 sampai tahun 2016 terus meningkat. Peningkatan penyakit ini juga didukung data dari Rumah Sakit Umum Adam Malik dimana pasien penderita kanker serviks mengalami peningkatan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2007. Jumlah penderita kanker serviks di RSUD Dr. Pirngadi medan lebih tinggi dibandingkan RSUP Adam Malik. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dengan melakukan survei pendahuluan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisi data, hingga penyusunan laporan akhir sampai seminar hasil yang dimulai dari bulan Januari sampai bulan November 2017. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini terbagi atas dua, yaitu : 1.

Populasi kasus adalah seluruh penderita kanker serviks berdasarkan hasil diagnosa dokter obgyn yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Kota medan tahun 2017.

2.

Populasi kontrol adalah wanita produktif datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang melakukan pemeriksaan ke Poli Obgyn yang tidak terdiagnosa kanker serviks.

3.3.2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan tekhnik pengambilan sampel untuk bisa mewakili dan memenuhi populasi yang akan diteliti 1.

Sampel kasus adalah seluruh wanita usia produktif (19-58 tahun) yang menderita kanker serviks berdasarkan hasil diagnosa dokter obgyn yang diperoleh dari medical record di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Kota medan tahun 2017 yang memenuhi kriteria Inklusi. Adapun kriteria inklusi sampel kasus dalam penelitian ini sebagai berikut : a.

Pasien wanita yang produktif yang dinyatakan dokter Obgyn menderita kanker serviks berdasarkan diagnosa dokter Obgyn RSUD Dr. Pirngadi Medan

2.

b.

Penderita Dapat berkomunikasi dengan baik

c.

Bersedia menjadi responden

Sampel kontrol adalah wanita yang datang ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang melakukan pemeriksaan ke Poli Obgyn dan tidak terdiagnosa kanker serviks yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi sampel kontrol adalah sebagai berikut : a. Tercatat sebagai wanita usia produktif tahun yang datang untuk memeriksakan diri ke poli Obgyn dengan diagnosa berupa gangguan menstruasi, perdarahan, tumor pada serviks b. Penderita dapat berkomunikasi dengan baik c. Bersedia menjadi responden

Sedangkan kriteria ekslusi dalam penelitian ini sebagai berikut : a.

Pasien wanita yang menderita penyakit berat dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik

b.

Tidak bersedia menjadi responden

3.3.3. Besar Sampel Adapun besar sampel penelitian diambil dengan rumus studi kasus kontrol dengan perhitungan sebagai berikut (Sastroasmoro, 2016) :

(z n=

α

2PQ + z β P1Q1 + P2 + Q 2 )

)

2

(P1 − P2 ) 2

Dimana :

P1 =

(OR)P2 (OR)P2 + (1 − P2 )

Keterangan : n

= Besar sampel



= 1,96 (derajat kepercayaan CI : 95% derajat kemaknaan 5%)



= 0,842 (Power 80%)

P

= Prakiraan proporsi

Q

=1̵ P

P1

= Prakiraan proporsi risiko kanker serviks pada kelompok kasus

Q1

= 1 ̵ P1

P2

= Prakiraan proporsi risiko kanker serviks pada kelompok kontrol

Q2

= 1 ̵ P2

Penentuan besar sampel penelitiaan berdasarkan Odds Rasio (OR) hasil penelitian sebelumnya yang nilai risiko dari variabelnya terbukti bermakna dan signifikan terhadap faktor risiko kejadian kanker serviks. Tabel 3.1. Besar Sampel Berdasarkan Beberapa Variabel Penelitian Terdahulu No 1

Peneliti (Tahun) Melva (2008)

2

Sofia (2015)

3

Setyarini (2009)

4

Pratiwi (2014)

Judul Faktor Faktor Yang memengaruhi kejadian kanker serviks pada penderita yang datang berobat di RSUP Adam Malik tahun 2008 Faktor risiko kanker serviks di RSUD. Tugurejo tahun 2015 Faktor Faktor yang berhubungan dengan kejadian kanker Leher Rahim di RSUD. Dr Moewardi Surakarta Pengaruh pemakaian alat kombinasi progesteron terhadap kejadian kanker serviks di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

P1 =

(OR)P2 (OR)P2 + (1 − P2 )

P1 =

0,53 1,32

P 1 =0,40

Variabel

OR

P1

P2

Usia pertama kali 2,52 melakukan hubungan seksual

0,40 0,21

Paritas

4,9

0,59 0,23

Usia Pertama kali melakukan hubungan seksual

5,5

0,91 0,66

Penggunaan Kontrasepsi Hormonal

17,8

0,13 0,72

(1,96 n= n=

2 x 0,412 x 0,588 + 1,282 (0,594 x 0,406) x (0,23 x 0,77 (0,4594 − 0,23) 2

)

2

(1,353 + 1,428) 2 (7,739) 2 = 0,132 0,132

n= 58,41 ≈ 58 Berdasarkan rumus besar sampel diatas diperoleh 58 responden, yang terdiri dari 58 responden pada kelompok kasus dan 58 responden pada kelompok kontrol dengan perbandingan antara kelompok kasus : kelompok kontrol yaitu 1:1 b. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Sampel penelitian untuk kelompok kasus diambil dari pasien kanker serviks di Poli Obgyn yang telah terdiagnosa kanker serviks berdasarkan hasil pemeriksaan anamnesis, diagnosa, dan pemeriksaan laboratorium (pap smear dan biopsi) yang dilakukan oleh dokter spesialis Obgyn di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Kelompok kontrol diambil dari pasien wanita yang melakukan pemeriksaan ke poli obgyn Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yang tidak terdiagnosa kanker serviks. 3.4. Metode Pengumpulan Data Jenis, sumber dan metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 3.4.1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh melalui teknik wawancara langsung

pada subjek penelitian dengan menggunakan kuesioner. Adapun variabel data primer yaitu Usia pertama kali melakukan hubungan seks, paritas, berganti-ganti pasangan seksual, merokok, pemakaian pembersih vagina, pemakaian alat kontrasepsi, dan riwayat HIV/ AIDS, dan riwayat keluarga yang menderita kanker serviks. 3.4.2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Adapun data sekunder tersebut seperti umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan. 3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu: variabel bebas (independent), yaitu : Usia pertama kali melakukan hubungan seks, paritas, berganti-ganti pasangan seksual, merokok, pemakaian pembersih vagina, pemakaian alat kontrasepsi, riwayat penyakit HIV/ AIDS, riwayat keluarga yang menderita kanker serviks. Sedangkan variabel terikat (dependen), yaitu kejadian kanker serviks. 3.5.2. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga akhirnya mempermudah mengartikan makna penelitian yang dilakukan. Definisi operasional variable penelitian merupakan penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-indikator yang membentuknya. Adapun definisi operasional dari variabel bebas dan terikat sebagai berikut:

1.

Variabel Dependen Kanker serviks adalah Penyakit yang menyerang bagian serviks wanita berdasarkan diagnosa dokter obgyn

2.

Variabel Independen 1.

Usia pertama kali melakukan hubungan seks adalah usia ketika melakukan hubungan seksual untukpertama kali.

2.

Paritas adalah adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik lahir hidup maupun lahir mati.

3.

Berganti-ganti pasangan adalah aktivitas berganti-ganti pasangan seksual

4.

Merokok adalah kebiasaan merokok yang dilakukan setiap hari

5.

Pemakaian pembersih vagina adalah cairan pembersih vagina yang digunakan setiap hari atau seminggu sekali

6.

Pemakaian kontrasepsi oral adalah penggunaan alat kontrasepsi berupa pil yang pernah digunakan

7.

Riwayat penyakit HIV/ AIDS adalah penyakit HIV/ AIDS yang saat ini diderita.

8.

Riwayat keluarga yang menderita kanker serviks adalah keluarga dari perempuan yang pernah menderita kanker serviks (ibu, adik perempuan, kakak perempuan, anak perempuan dan saudara perempuan) yang masih mempunyai ikatan darah.

3.6. Metode Pengukuran Metode pengukuran variabel bebas dan terikat disajikan pada Tabel 3.2 :

Tabel 3.2. Metode Pengukuran Variabel Bebas dan Terikat No 1.

Definisi Operasional Kanker Serviks Penyakit Yang menyerang bagian serviks wanita berdasarkan diagnosa dokter obgyn Variabel

Alat Ukur

Hasil Ukur

Hasil Pap 1. Menderita Smear dan kanker serviks Biopsi 2. Tidak menderita kanker serviks

Skala Ukur Ordinal

2.

Usia pertama Usia melakukan Kuesioner kali melakukan hubungan seksual hubungan seks yang pertama kali.

1. < 20 tahun 2. ≥ 20 tahun

Ordinal

3.

Paritas

Jumlah anak yang Kuesioner dilahirkan hidup atau sudah meninggal.

1. ≤ 3 anak 2. > 3 anak

Ordinal

4.

Berganti-ganti pasangan seksual

Aktivitas berganti Kuesioner ganti pasangan seksual

1. >1 pasangan Ordinal seksual 2. 1 pasangan seksual

kebiasaan Kuesioner merokok yang dilakukan seharihari

1. Merokok Ordinal 2. Tidak merokok

5.a. Merokok

5.b. Jumlah batang Banyaknya Kuesioner rokok yang Jumlah batang dikomsumsi rokok yang dikonsumsi dalam sehari

1. ≥5 batang/hari, 2. <5 batang/hari

Ordinal

6.a. Pemakaian pembersih Vagina

1. Menggunakan 2. Tidak menggunakan

Ordinal

Cairan Pembersih Kuesioner vagina yang digunakan setiap hari atau 1 kali dalam seminggu

Tabel 3.2. (Lanjutan) No

Variabel

6.b. Frekuensi penggunaan pembersih vagina 7.

Pemakaian Kontrasepsi Oral

8.

Riwayat AIDS

9.

Riwayat Keluarga

Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Operasional Banyaknya Kuesioner 1. >1x/minggu jumlah pembersih 2. 1x/minggu vagina yang digunakan dalam satu minggu Penggunaan alat Kuesioner kontrasepsi berupa pil yang pernah digunakan

HIV/ Riwayat HIV/ Kuesioner AIDS yang saat ini diderita Keluarga Kuisioner perempuan yang pernah menderita kanker serviks (ibu, saudara perempuan, anak perempuan) yang masih mempunyai ikatan darah

Skala Ukur Ordinal

1. ≤ 5 tahun 2. >5 tahun

Ordinal

1. Menderita 2. Tidak menderita

Ordinal

1. Ada 2. Tidak ada

Ordinal

Sumber : Sastroasmoro, 2014 3.7. Teknik Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut : a.

Editing (Pemeriksaan Data) Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan jawaban atau pertanyaan. Apabila terdapat jawaban yang belum lengkap atau terdapat

kesalahan dalam mengisi maka harus dilengkapi dengan wawancara kembali terhadap responden. b.

Coding (pemberian kode) Data yang sudah dikumpul dan dikoreksi kebenaran serta kelengkapannya, kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan menggunakan komputer.

c.

Entry Data yang telah terkumpul dan tersusun secara tepat dimasukkan ke program komputer untuk dianalisis.

d.

Cleaning data Pemeriksaan kembali semua data yang telah dimasukkan ke dalam progam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan pemasukan data

3.8. Metode Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini mencakup : 1.

Analisa Univariat Analisis dilakukan pada seluruh variabel secara deskriftif untuk menggambarkan distribusi frekuensi dan persentase masing masing variabel dependen dan independen. Variabel dependent dan variabel independent dalam penelitian ini meliputi kejadian kanker serviks, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, paritas, berganti ganti pasangan seksual, merokok, pemakaian cairan pembersih vagina, pemakaian kontrasepsi oral, riwayat penyakit HIV/ AIDS dan riwayat keluarga yang menderita kanker serviks.

2.

Analisa Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yang meliputi usia pertama kali melakukan hubungan seksual, paritas, berganti-ganti pasangan seksual, pemakaian pembersih vagina, pemakaian kontrasepsi oral, riwayat menderita HIV/ AIDS, Riwayat keluarga yang menderita kanker serviks terhadap kejadian kanker serviks, dengan menggunakan uji simple logistic regression yaitu dengan cara menghubungkan antara beberapa variabel independen dan dependen. Apabila hasil uji bivariat diperoleh nilai p<0,25 maka variabel tersebut langsung masuk ke tahap uji analisis multivariat. Selain itu digunakan juga perhitungan odds ratio (OR) yang digunakan untuk mengestimasi tingkat risiko antara variabel independen dengan dependen. 1.

Bila OR > 1 menunjukkan ada hubungan positif antara faktor risiko dengan kejadian penyakit dan faktor yang diteliti merupakan faktor risiko.

2.

Bila OR = 1 menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor risiko dengan kejadian penyakit dan faktor yang diteliti bukan merupakan faktor risiko.

3.

Bila OR < 1 menunjukkan ada hubungan negatif antara faktor risiko dengan kejadian penyakit dan faktor yang diteliti merupakan faktor protektif (Sastroasmoro, 2016)

3.

Analisis Multivariat Analisis multivariat digunakan untuk melihat variabel independen yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis multivariat ini dapat

dilakukan dengan menggunakan uji multiple logistic regression yaitu apabila hasil uji bivariatnya diperoleh nilai p<0,25. Melalui analisis multiple logistic regression dapat dihitung OR terkontrol, untuk memperkirakan besar risiko terjadinya kanker serviks yang disebabkan faktor risiko. Adapun metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode enter.

BAB 4 HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan di jelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan yang telah memberikan gambaran berbagai faktor risiko yang memengaruhi kejadian kanker serviks pada wanita. 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di RSUD Dr.Pirngadi Medan yang berdiri pada tanggal 11 Agustus 1928, merupakan Rumah Sakit milik pemerintah Kota Medan Propinsi Sumatera Utara dengan status Rumah Sakit swadana sejak 11 februari 1998 dengan Pendidikan Kelas B yang terakreditasi dasar tanggal 14 April 2000. 4.1.1. Sejarah Singkat RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930. Sebagai pimpinan yang pertama adalah dr. W Bays, pada tahun 1939 pimpinan Rumah Sakit ini diserahkan kepada dr. A.A. Messing. Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, Rumah Sakit ini diambil alih oleh bangsa Jepang dan berganti nama menjadi Syuritsu Byusonu Ince dan pimpinannya dipercaya kepada seorang putra Indonesia yaitu dr. Raden Pirngadi Gonggo Putra. Untuk maksud tersebut maka pada tanggal 26 Januari 1972 Rumah Sakit Paru-paru yang dahulunya berdiri sendiri masuk menjadi bagian dari Rumah Sakit Umum Pusat Provinsi Medan, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala

Daerah Sumatera Utara No. 48/XI/GSU tahun 1972. Pada tahun 1979 sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.150 Tahun 1979 tanggal 25 Juni 1979, RSU Pusat Medan ditetapkan menjadi Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan, berasal dari nama seorang putra bangsa Indonesia pertama menjadi pimpinan Rumah Sakit ini. Pada tahun 1983 pimpinan Rumah Sakit ini diserahterimakan kepada dr.JE.Sudibyo. Pada tahun 1986 pimpinan Rumah Sakit Dr.Pirngadi Medan dijabat oleh dr. Raharjo Slamet. Pada tahun 1990 sampai 26 Maret 1998 pimpinan Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dipimpin oleh Prof.dr. Rizal Basjrah Lubis. Pada tanggal 27 Maret 1998 RSU Dr. Pirngadi Medan dipimpin oleh Dr.Alogo Siregar, SpA sampai 5 Maret 2002. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, Rumah Sakit Umum (RSU) Dr. Pirngadi pada tanggal 27 Desember 2001 diserahkan kepemilikannya dari pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Medan. Pada tanggal 4 Maret 2004 dilakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung 8 (delapan) tingkat yang dilengkapi dengan peralatan canggih.Dan mulai dioperasionalkan pada tanggal 16 April 2005 Banyak institusi kesehatan seperti Kedokteran, Keperawatan, kebidanan mempercayakan pendidikan mahasiswanya kepada Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan. Maka Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan berkeinginan meningkatkan statusnya dari Rumah Sakit Tempat Pendidikan menjadi Rumah Sakit Pendidikan. Pada tanggal 13 Juli 2006, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan meminta rekomendasi persetujuan menjadi Rumah Sakit Pendidikan dari Ikatan Rumah Sakit Pendidikan Indonesia (IRSPI). Pada tanggal 10 April 2007 Rumah Sakit

Umum Dr. Pirngadi Kota Medan resmi menjadi Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 433/Menkes/SK/IV/2007. Sejak berdirinya Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan sampai sekarang telah mengalami pergantian pimpinan berkali-kali. Adapun yang pernah menjabat sebagai pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan periode Juni 2012 sampai sekarang adalah dr. Amran Lubis Sp. J(K) FIHA. Penilaian Akreditasi Dasar tanggal 14 April 2000 dan Akreditasi Lengkap tanggal 16 Desember 2006. 4.1.2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Berdasarkan Perda No. 03 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Kota Medan terdiri dari: Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan Wadir Pelayanan Medis RSUD Dr. Pirngadi Medan Bid. Pelayanan Medis

Ka. Instalasi Rawat Inap

Sekretaris Bid. Pelayanan Keperawatan Bid. pendidikan

Bid. penunjang

Pokja keperawatan

Pokja Gizi

Pokja Medis

SMF Ruang rawat Inap Anggrek, melati, Tanjung, , HDU, RR

Gambar 4.1.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Sumber : Perda Medan, 2009

1.

Dewan penyantun

2.

Direktur

3.

Wakil direktur bidang administrasi umum

4.

5.

6.

a.

Bagian umum

b.

Bagian keuangan

c.

Bagian perlengkapan

Wakil direktur bidang pelayanan medis dan keperawatan a.

Bidang pelayanan medis

b.

Bidang pelayanan keperawatan

c.

Bidang pelayanan penunjang medis

Wakil direktur bidang SDM dan pendidikan a.

Bidang pendidikan dan pelatihan

b.

Bidang penelitian dan pengembangan

c.

Bidang pengolahan data dan rekam medis

Kelompok jabatan fungsional

4.1.3. Sarana Sarana dan prasarana yang ada di RSUD Dr. Pirngadi Medan yaitu: 1.

Ruang Rawat berjumlah: 29 ruangan

2.

Klasifikasi Ruangan : VIP 42 tempat tidur (TT), Kelas I Plus 109 TT, Kelas I 122 TT, Kelas II 59 TT, Kelas III 253 TT.

3.

Ruangan Khusus : HDU 8 TT, ICCU 6 TT, ICU Anak dan Dewasa 16 TT, Kamar Prematur 16 TT, Unit Stroke 8 TT, Neonati 7 TT.

4.

Klinik Rawat Jalan : 48 Klinik

5.

Klinik Operasi : Efektif (terencana) 6 unit, Emergency (darurat) 2 Unit, THT 1 unit, Bedah Kulit 1 unit, Mata 1 unit, KB Kontrasepsi 1 unit. Ruangan rawat inap kebidanan terdiri atas ruang kenanga Lantai pertama

gedung lama dan Ruang Tulip lantai 3 dengan jumlah tempat tidur 12 tempat tidur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. 4.1.4. Tugas dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No. 30 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan dan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan. 1.

Tugas Pokok Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Kota Medan mempunyai fungsi: a.

Menyelenggarakan pelayanan medis

b.

Menyelenggarakan pelayanan

c.

penunjang medis dan non medis

d.

Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

e.

Menyelenggarakan pelayanan rujukan

f.

Mengelola administrasi dan keuangan

g.

Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya

h.

Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah

2.

Fungsi Adapun fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan adalah sebagai berikut: a.

Menyelenggarakan pelayanan medis

b.

Menyelenggarakan pelayanan non medis

c.

Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan

d.

Menyelenggarakan pelayanan rujukan

e.

Menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan

f.

Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

g.

Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

4.1.5. Visi, Misi, Norma dan Motto Rumah Sakit Visi Rumah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan Menjadi Rumah Sakit Pusat Rujukan dan Unggulan di Sumatera bagian Utara Tahun 2020 Misi yang diemban Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan adalah sebagai berikut: b. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu c. Pelayanan professional dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. d. Meningkatkan pendidikan e. Penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran serta tenaga kesehatan lain. f. Mengembangkan manajemen rumah sakit yang profesional Motto: Aegrotti Salus ex Suprema Kepentingan Penderita adalah yang utama

4.2. Gambaran Karakteristik Wanita yang Berobat ke Poli Obgyn RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2017 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Wanita yang Berobat ke Poli Obgyn Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2017

No

Karakteristik Responden

Umur 1 ≤30 Tahun 2 >30 Tahun Jumlah Suku 1 Batak 2 Jawa 3 Melayu Jumlah Agama 1 Islam 2 Protestan 3 Katolik Jumlah Pendidikan 1 Rendah (SD, SMP) 2 Menengah (SMA/SMK) 3 Tinggi (D3/S1) Jumlah Pekerjaan 1 IRT 2 Pedagang 3 Wiraswasta 4 Pegawai Swasta 5 PNS Jumlah Status Pernikahan 1 Menikah 2 Janda Jumlah Sumber : Almatsier, S, 2013

n

Status Responden Kontrol % n %

11 47 58

19,0 81,5 100

14 44 58

24,1 75,9 100

25 30 3 58

43,1 51,7 5,2 100

35 21 2 58

60,3 36,2 3,4 100

37 15 6 58

63,8 25,9 10,3 100

38 16 4 58

65,5 27,6 6,9 100

21 34

36,2 58,6

17 40

29,3 69,0

3 58

5,2 100

1 58

1,7 100

40 2 11 2 3 58

69,0 3,4 19,0 3,4 5,2 100

42 3 9 2 2 58

72,4 5,2 15,5 3,4 3,4 100

20 38 58

34,5 65,5 100

26 32 58

44,8 55,2 100

Kasus

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa mayoritas umur responden berumur >30 tahun pada kelompok kasus sebanyak 47 orang (81,5%) dan kelompok kontrol sebanyak 44 orang (75,9%). Diketahui pula mayoritas responden bersuku jawa pada kelompok kasus sebanyak 30 orang (51,7%) dan pada kelompok kontrol dengan suku batak sebanyak 35 orang (60,3%). Untuk Agama, Mayoritas responden beragama islam pada kelompok kasus sebanyak 37 orang (63,8%) dan kelompok kontrol mayoritas beragama islam sebanyak 38 orang (65,5%). Untuk pendidikan, mayoritas responden berpendidikan menengah (SMA/ SMK) sebanyak 34 orang (58,6 %), dan pada kelompok kontrol sebanyak 40 orang (69,0%) berpendidikan SMA/SMK. Untuk pekerjaan, pada kelompok kasus mayoritas responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 40 orang (69,0%) dan untuk kelompok kontrol responden juga bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 42 orang (73%). Untuk status pernikahan, mayoritas responden pada kelompok kasus berstatus janda sebanyak 38 orang (65,5%) dan pada kelompok kontrol berstatus janda sebanyak 32 orang (55,2%). 4.3. Hasil Analisis Univariat Faktor Risiko Kanker Serviks Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Faktor Risiko Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2017

No 1

Variabel Independen

Kejadian Kanker Serviks Kasus Kontrol n % n %

Usia Pertama Kali Melakukan Hubungan Seks <20 Tahun 36 62,1 ≥20 Tahun 22 37,9 Jumlah 58 100 Tabel 4.2 (Lanjutan)

19 39 58

32,8 67,2 100

No Variabel Independen

Kejadian Kanker Serviks Kasus Kontrol n % n %

2

Paritas >3 orang anak 45 ≤3 orang anak 13 Jumlah 58 3 Riwayat Penyakit HIV/AIDS Menderita 10 Tidak Menderita 48 Jumlah 58 4 Riwayat Keluarga Ada 35 Tidak Ada 23 Jumlah 58 5 Berganti-Ganti Pasangan Seksual ≥ 1 Pasangan Seksual 1 < 1 Pasangan Seksual 57 Jumlah 58 6.a. Merokok Merokok 49 Tidak Merokok 9 Jumlah 58 6.b. Jumlah Rokok Yang Dikonsumsi ≥5 batang/hari 19 <5 batang/hari 30 Jumlah 49 7.a. Pemakaian Pembersih Vagina Menggunakan 40 Tidak menggunakan 18 Jumlah 58 7.b. Frekuensi Pemakaian Pembersih Vagina >1 kali/minggu 30 1 kali/minggu 10 Jumlah 40 8 Pemakaian Kontrasepsi Oral >5 tahun 28 ≤5 tahun 30 Jumlah 58 Sumber : Sastroasmoro, 2014

77,6% 22,4 100

21 37 58

36,2 63,8 100

17,2 82,8 100

6 52 58

10,3 89,7 100

60,3 39,7 100

18 40 58

31,0 69,0 100

1,7 98,3 100

1 57 58

1,7 98,3 100

84,5 15,5 100

45 13 58

77,6 22,4 100

38,7 61,3 100

16 29 45

35,6 64,4 100

69,0 31,0 100

14 44 58

24,1 75,9 100

75,0 25,0 100

5 9 14

35,7 64,3 100

48,3 51,7 100

16 42 58

27,6 72,4 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada kelompok kasus, mayoritas responden pertama kali melakukan hubungan seksual <20 tahun sebanyak 36 orang (62,1%). Untuk kelompok kontrol, mayoritas responden melakukan hubungan seksual ≥ 20 tahun sebanyak 39 orang (67,2%). Berdasarkan paritas pada kelompok kasus, mayoritas responden memiliki paritas > 3 orang anak sebanyak 45 orang (77,6%). Sementara pada kelompok kontrol, responden dengan paritas ≤3 sebanyak 37 orang (63,8%). Untuk Riwayat HIV/ AIDS, Pada kelompok kasus responden yang tidak menderita HIV/ AIDS sebanyak 48 orang (82,8%). Untuk kelompok kontrol mayoritas responden tidak menderita HIV/AIDS sebanyak 52 orang (89,7%). Pada kelompok kasus mayoritas responden mempunyai riwayat keluarga yang menderita kanker serviks sebanyak 35 orang (60,3%). Untuk kelompok kontrol mayoritas responden yang menderita kanker serviks tidak mempunyai riwayat keluarga sebanyak 40 orang (69%). Pada kelompok kasus mayoritas responden hanya mempunyai pasangan seksual 1 pasangan yaitu sebanyak 57 orang (98,3%). Berdasarkan wawancara yang dilakukan, responden tidak memiliki pasangan seksual lain kecuali suami sendiri. Untuk kelompok kontrol mayoritas responden juga hanya memiliki 1 pasangan seksual yaitu sebanyak 57 orang (98,3%). Pada kelompok kasus, mayoritas responden yang merokok sebanyak 49 orang (84,5%). Berdasarkan Kelompok kontrol mayoritas responden yang merokok sebanyak 45 orang (77,6%). Berdasarkan jumlah batang rokok yang dikonsumsi, dari

49 orang yang merokok, pada kelompok kasus mayoritas responden merokok <5 batang/hari sebanyak 30 orang (26,5%), dan untuk kelompok kontrol mayoritas responden merokok <5 batang/hari sebanyak 29 orang (64,4%) Responden yang menggunakan pembersih vagina pada kelompok kasus sebanyak 40 orang (69,0%). Pada kelompok kontrol mayoritas responden yang tidak menggunakan cairan pembersih vagina sebanyak 44 orang (75,9%). Berdasarkan frekuensi pemakaian pembersih vagina, pada kelompok kasus mayoritas responden menggunakan pembersih vagina >1 kali/minggu sebanyak 30 orang (75,0%) dan pada kelompok kontrol mayoritas responden menggunakan pembersih vagina hanya 1 kali dalam seminggu sebanyak 9 orang (64,3%). Adapun alasan responden menggunakan pembersih vagina agar merasa bersih sebelum melakukan hubungan seksual dan setelah melakukan hubungan seksual. Selain itu, responden juga menggunakan pembersih vagina apabila merasa daerah vagina terasa lembab dan basah. Penggunaan pembersih vagina dilakukan sebanyak 3 kali dalam sehari. Pada kelompok kontrol mayoritas responden yang tidak menggunakan pembersih vagina sebanyak 44 orang (75,9%). Responden yang menggunakan kontrasepsi oral≤ 5 tahun pada kelompok kasus sebanyak 30 orang (51,7%). pada kelompok kontrol sebanyak 42 orang (72,4%) dengan penggunaan kontrasepsi oral ≤ 5 tahun. 4.4. Analisis Bivariat dengan Uji Simple Logistic Regression Analisis ini menjelaskan tentang hasil analisis bivariat variabel independen Usia pertama kali melakukan hubungan seksual, paritas, berganti-ganti pasangan

seksual, merokok, Pemakaian Pembersih vagina, pemakaian kontrasepsi oral, riwayat penyakit HIV/ AIDS, dan riwayat keluarga yang menderita kanker serviks terhadap kejadian kanker serviks. Analisis bivariat dilakukan dengan uji simple regression Tabel 4.3. Faktor Risiko yang Memengaruhi Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2017 Berdasarkan Hasil Uji Simple Logistic Regression

No

Variabel

1 Usia pertama kali melakukan hubungan seks <20 Tahun ≥20 Tahun Jumlah 2 Paritas >3 orang anak ≤ 3 orang anak Jumlah 3 Riwayat HIV/AIDS Ada Tidak Ada Jumlah 4 Riwayat keluarga Ada Tidak Ada Jumlah 5 Berganti-ganti pasangan seksual >1pasangan seksual 1pasangan seksual Jumlah 6.a. Merokok 1.Merokok 2.Tidak merokok Jumlah

Kejadian Kanker Serviks Kasus Kontrol n % n %

22 36 58 45 13 58

37,9 62,1 100 77,7 29,3 100

Crude OR (95%CI)

p

19 39 58

32,8 67,2 100

3.359 0.002 (1.566-7.203)

21 37 58

36,2 6.099 63,8 (2.694-13.807) <0.001 100

10 48 58

17,2 82,8 100

6 52 58

10,3 89,7 100

1.806 (0.610-5.346) 0.286

35 23 58

60,3 39,7 100

18 40 58

31,0 68,9 100

3 .382 (1.5737.272)

1 57 58

1,80 98,2 100

1 57 58

1,80 1.000 98,2 (0.061-16.379) 1.000 100

49 84,4 45 77,6 9 15,5 13 22,4 58 100 58 100 Tabel 4.3. (Lanjutan)

1.573 (0.614-4.032)

0.002

0.346

5

Berganti-ganti pasangan seksual >1pasangan seksual 1pasangan seksual Jumlah

6.a. Merokok 1.Merokok 2.Tidak merokok Jumlah 6.b. Frekuensi Merokok 1. >5 batang/hari 2. <5 batang/hari Jumlah 7.a. Pemakaian cairan pembersih vagina 1.Menggunakan 2.Tidak menggunakan Jumlah 7.b. Frekuensi Pemakaian Pembersih Vagina >1 kali/minggu 1 kali/minggu Jumlah 8 Pemakaian kontrasepsi oral Hormonal Kombinasi >5 tahun ≤5 tahun Jumlah Sumber : Sastroasmoro, 2014

1 57 58

1,8 98,2 100

1 57 58

1,8 1.000 98,2 (0.061-16.379) 1.000 100

49 9 58

84,4 12,6 100

45 13 58

77,6 22,4 100

1.573 (0.614-4.032) 0.346

19 30 49

38,8 61,2 100

16 29 45

35,6 64,4 100

1.148 (0.496-2.655) 0.747

40 18 58

68,9 31,1 100

14 44 58

24,1 6.984 <0.001 75,9 (3.078-15.845) 100

30 10 40

75 25 100

5 9 14

35,8 5.400 64,2 (1.462-19.946) 0.011 100

28 30 58

48,2 51,8 100

16 42 58

27,6 72,4 100

2.450 0.023 (1.132-5.305)

Tabel 4.3 menunjukkan variabel dengan hasil uji simple logistic regression dimana dari variabel usia pertama kali melakukan hubungan seksual, diperoleh nilai (p = 0,002;OR=3,359 95% CI 1,566-7,203. Artinya, terdapat pengaruh umur pertama kali melakukan hubungan seks terhadap kejadian kanker serviks dimana usia pertama kali melakukan hubungan seks <20 tahun memiliki peluang berisiko 3,4 kali lebih besar menderita kanker serviks dibanding dengan usia pertama kali melakukan

hubungan seks ≥20 tahun. Untuk paritas diperoleh nilai (p = <0,001;OR=6 95%CI 2,694-13,807) yang artinya terdapat pengaruh paritas terhadap kejadian kanker serviks. Hal ini menunjukkan bahwa paritas >3 orang anak memiliki peluang berisiko 6 kali lebih besar menderita kanker serviks dibanding dengan paritas ≤3 orang anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap responden. Rata rata responden mempunyai anak 4 orang. Hal ini didukung dengan keyakinan responden bahwa memiliki banyak anak akan banyak rezeki Untuk variabel riwayat HIV/AIDS, diperoleh nilai (p=0,286;OR=1,8 95%CI 0,610-5,346) yang artinya tidak terdapat pengaruh riwayat penyakit HIV/ AIDS terhadap kejadian kanker serviks. Mayoritas responden yang menderita kanker serviks tidak mempunyai riwayat HIV/ AIDS. Terdapat pengaruh riwayat keluarga terhadap kejadian kanker serviks (p = 0,002;OR=3,4 95% CI 1,573-7,272) artinya bahwa responden yang memiliki riwayat keluarga berpeluang berisiko 3,382 kali lebih besar menderita kanker serviks dibanding dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga. Dari wawancara yang dilakukan terhadap responden, keluarga terdekat mereka seperti ibu dan nenek pernah menderita kanker serviks. Berdasarkan hasil uji statistik pada variabel berganti ganti pasangan, diperoleh nilai (p=1;OR=1 95%CI 0,061-16,379) yaitu menujukkan tidak terdapat pengaruh berganti-ganti pasangan seksual terhadap kejadian kanker serviks. Artinya faktor yang diteliti (berganti-ganti pasangan seksual) bukan merupakan faktor risiko.

Responden yang menderita kanker serviks tidak mempunyai pasangan seksual lebih dari 1. Untuk responden yang berstatus janda, mereka juga hanya memiliki pasangan seksual tunggal yaitu suami responden sebelum bercerai Untuk variabel merokok, diperoleh nilai (p=0,346;OR=1,6 95%CI 0,6144,032) artinya tidak terdapat pengaruh merokok terhadap kejadian kanker serviks (p=0,346;OR=1,6 95%CI 0,614-4,032). Hal ini menunjukkan bahwa paparan (merokok) memiliki efek protektif atau mengurangi risiko kanker serviks. Untuk Frekuensi Merokok diperoleh nilai (p=0,747;OR=1,195%CI 0,4962,655) artinya tidak terdapat pengaruh jumlah batang rokok yang dikonsumsi terhadap kejadian kanker serviks. Penggunaan pembersih vagina mempunyai nilai (p= <0,001;OR=7 95%CI 3,078-15,845), artinya terdapat pengaruh pemakaian pembersih vagina terhadap kejadian kanker serviks. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pembersih vagina memiliki peluang berisiko 7 kali lebih besar menderita kanker serviks dibanding dengan yang tidak menggunakan pembersih vagina. Mayoritas responden menggunakan pembersih vagina 3 kali dalam sehari. Untuk frekuensi penggunaan pembersih vagina diperoleh nilai (p=0,011;OR5,4 95%Ci 1,462-19946) artinya frekuensi pemakaian pembersih vagina memiliki peluang berisiko 5 kali lebih besar terhadap kejadian kanker serviks. Terdapat pengaruh pemakaian kontrasepsi oral hormonal kombinasi terhadap kejadian kanker serviks (p=0,023;OR=2,4 95%CI 1,132-5,305) artinya bahwa penggunaan kontrasepsi oral > 5 tahun memiliki peluang berisiko 2,4 kali lebih besar

menderita kanker serviks dibanding dengan penggunaan ≤5 tahun. 4.5. Analisis Multivariat Seleksi Variabel Untuk Uji Multiple Logistic Regression Variabel yang dimasukan dalam uji regresi logistik adalah variabel yang mempunyai nilai p<0,25 yang diseleksi dengan melihat

p value. Hasil

seleksi

variabel dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut 4.5.1. Penentuan Variabel Dominan Analisis multivariat bertujuan untuk menentukan variabel yang paling dominan menjadi faktor risiko kanker serviks. Dalam analisis ini variabel yang memiliki nilai <0,25 diuji sekaligus secara bersamaan dengan uji multiple logistic Regression sehingga diperoleh variabel yang dominan dan berisiko terhadap kejadian kanker serviks.Hasil analisis dapat kita lihat pada tabel 4.6. berikut : 4.6. Model Regresi Logistik terhadap Kejadian Kejadian Serviks Tabel 4.4. Faktor Risiko yang Memengaruhi Kejadian Kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan Tahun 2017 Berdasarkan Hasil Uji Multiple Logistic Regression Kejadian Kanker Adjusted Serviks No Variabel OR P (95%CI) Kasus Kontrol 1

2

Usia pertama kali melakukan hubungan seks <20 Tahun ≥20 Tahun Jumlah Paritas >3 orang anak ≤ 3 orang anak Jumlah

36 22 58

62,1 37,9 100

19 39 58

45 13 58

77,6 22,4 100

21 37 58

32,7 67,3 100

6.581 (2.242-19.319)

0.001

36,2 63,8 100

7.041 (2.516-19.703)

<0.001

31,1 68,9 100

3.699 (1.353-10.113)

0.011

Tabel 4.6. (Lanjutan) 3

4

Riwayat keluarga Ada Tidak Ada Jumlah Pemakaian Pembersih

35 23 58

60,3 39,7 100

18 40 58

Vagina Menggunakan Tidak Menggunakan Jumlah

40 18 58

68,9 31,1 100

14 44 58

24,1 75,9 100

8.428 (2.991-23.744) <0.001

Table 4.4 menunjukkan bahwa seluruh variable independent telah signifikan yaitu variabel usia pertama kali melakukan hubungan seksual, paritas, riwayat keluarga dan pemakaian cairan pembersih vagina (p<0,05). Berdasarkan hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang dominan berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks adalah pemakaian cairan pembersih vagina (p= <0,001;OR=8,4 95%CI 2,991-23,744) artinya bahwa responden yang menggunakan cairan pembersih vagina memiliki peluang berisiko 8 kali lebih besar menderita kanker serviks dibanding dengan responden yang tidak menggunakan cairan pembersih vagina. 4.7. Penentuan Persamaan Regresi Logistik Hasil analisis multivariat yang mendapat nilai p < 0,05 adalah variabel independen yang berhubungan dengan variabel dependen dan nilai OR yang terbesar adalah variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadian Kanker serviks pada wanita di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan dengan perhitungan persamaan regresi logistik dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 4.7 Hasil Akhir Setelah Dilakukan Uji Kesesuaian Model Variabel

B

S.E

Wald

df

Sig.

Exp(B) 95.0% CI lower

Usia pertama kali 1.884

.549

311.762 1

.000

6.581

2.242

Upper 19.319

berhubungan seksual Paritas

1.952

.525

13.820

1

.002

7.041

2.516

19.703

Riwayat kel

1.308

.513

6.495

1

.000

3.699

1.353

10.113

Pembersih vag

2.132

.528

16.267

1

.000

8,428

2.991

23.774

constant

-3.533

.673

21.117

1

.000

.029

Sumber : Berdasarkan hasil uji kesesuaian model yang dilakukan dengan beberapa tahap maka hasil menunjukkan bahwa tidak ada multikolineritas terhadap data yang diuji yang dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor) <10, nilai Hosmer and Lameshow adalah 0,029, classification plot >50% maka didapatkan persamaan regresi logistik sebagai berikut : 1 P(X) = 1+ e

(-3,533 + 1,884 (usia pertama kali melakukan seks) + 1,952 (paritas) + 1,308 (riwayat keluarga ) + 2,132

(pemakaian cairan pembersih vagina)

=0,76 Seluruh variabel dengan nilai p < 0,25 maka masuk sebagai kandidat model, sehingga secara keseluruhan model ini dapat menjelaskan besarnya usia pertama kali melakukan hubungan seksual, paritas, riwayat keluarga dan pemakaian pembersih vagina berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 81,2% (overall percentage 80,2% ) sedangkan 19,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Variabel yang sangat berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks pada wanita adalah usia pertama kali melakukan hubungan

seksual, paritas, riwayat keluarga dan pemakaian pembersih vagina yang diketahui dari nilai koefisien B.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang Faktor Risiko Yang memengaruhi Kejadian Kanker Serviks Pada Wanita Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2017, dapat disimpulkan bahwa : 1. Terdapat pengaruh usia pertama kali melakukan hubungan seksual terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan dengan nilai (p<0,001, OR = 6,581 95%CI2,242-19,319) 2. Terdapat pengaruh paritas terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan dengan nilai (p< 0,001, OR = 7,041 95%CI 2,516-19,703 3. Tidak terdapat pengaruh berganti ganti pasangan seksual terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan (p=0,286, OR = 1 95%CI 0,061-16,3497) 4. Tidak terdapat pengaruh Merokok terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan (p< 0,342, OR = 1,695 95%CI 0,614-4,032) 5. Terdapat pengaruh pemakaian kontrasepsi Oral yaitu kontrasepsi Oral hormonal maupun kontrasepsi oral kombinasi terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan (p< 0,315, OR = 1,682 95%CI 0,610-4,644)

6. Terdapat pengaruh pemakaian pembersih vagina terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan (p< 0,001, OR = 6,984 95%CI 3,078-15,845) 7. Tidak terdapat pengaruh Riwayat Penyakit AIDS terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan (p< 0,286, OR = 1,806 95%CI 0,610-5,346) 8. Terdapat pengaruh riwayat keluarga terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan (p< 0,011, OR = 3,699 95%CI 1,353-10,113) 9. Pemakaian cairan Pembersih vagina merupakan variabel faktor risiko yang paling dominan berpengaruh terhadap kejadian kanker serviks di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan yaitu penderita kanker serviks berisiko 8,4 kali lebih besar menderita kanker serviks dibanding dengan yang tidak menggunakan pembersih vagina. 6.2. Saran 1. Diharapkan kepada seluruh wanita khususnya wanita usia subur agar tidak menggunakan cairan pembersih vagina sebagai personal hygine untuk menjaga kebersihan daerah kewanitaan. 2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan untuk melakukan sosialisasi skrining kepada wanita usia subur khususnya yang telah aktif berhubungan seksual untuk melakukan pap smear minimal 6 bulan sekali, pemberian Imunisasi HPV, penyuluhan tentang keluarga berencana dua anak

lebih baik, edukasi kesehatan seksual dengan tidak menikah dibawah usia 20 tahun 3. Meningkatkan pelayanan rumah sakit dengan memberikan terapi berupa pengobatan pada penderita kanker serviks secara berkesinambungan yaitu dengan cara perawatan paliatif yang berfungsi untuk memperlambat penyebaran kanker, memperpanjang usia pasien dan mengurangi gejala yang muncul, misalnya rasa sakit dan pendarahan vagina.

DAFTAR PUSTAKA

Abrori., Hernawan.A.D., Inayati.S. 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Servisitis Pada Wanita di lingkungan Keluarga Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pontianak, Indonesia Peminatan Kesehatan Reproduksi Almatsier. S., 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Andrijono, 2007. Kanker Serviks, Divisi Onkologi Departemen Obstetri dan Gynecolog. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. American Cancer Society, 2017. Data sources: Surveillance, Epidemiology, and End Results (SEER) 18 registries, National Cancer Institute, 2016. Atlanta : The American Cancer Society is a qualified 501(c)(3) tax-exempt organization. Aprilia.A., Surya.WH., 2013. Profil Kanker Serviks pada Wanita dengan Usia di bawah 40 Tahun di RSUP Sanglah Denpasar Periode juli 2013-juni 2014. Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian kesehatan RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta : 1 Desember 2013 Bahmanyara, E.R., Jorma P., Paulo, N., Jorge, S., Song-Nan, C., 2012. Prevalence And Risk Factors for Cervical Hpv Infection and Abnormalities in Young Adult Women at Enrolment in the Multinational PatriciaTtrial. Gynecologic oncology Volume 127, Issue 3, December 2012, Pages 440–450. Brinton.L.A., Hamman,R.F.,.Huggins,G.H., M.D. Herman F. Lehman, D.D.S. Sexual and Reproductive Risk Factors for Invasive Squamous Cell Cervical Cancer. Journal of the National Cancer Institute, Volume 79, Issue 1, 1 July 1987, Pages 23–30, https://doi.org/10.1093/jnci/79.1.23 Cancer Research UK, 2014. Cervical Cancer Statistics, New cases of cervical cancer, 2014, UK, England: Cancer Research UK Death is a Registered Charity A company limited by guarantee. Registered company in England and Wales (4325234) and the Isle of Man (5713F). Centre for Disease Control and Prevention. Genital HPV infection Fact Sheet . Available at : http://www.cdc.gov/std/HPV/STDFact-HPV.htm Accessed on July 25th, 2017

Damayanti, 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Serviks di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun 2013 Desen, W., Willie, J., 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta : Badan Penerbit FKUI Dewi.Y.I., Nurchayati.S., 2012. Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau Diananda, R., 2010. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta : Katahati. Dinas Kesehatan Kota Medan., 2016. Laporan Kegiatan Sub Din Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Medan. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2016. Laporan Kegiatan Sub Din Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Medan Dorland, W.A., Newman., 2002. Kamus kedokteran .Ed.29. Jakarta: EGC Dugue, P.A., Rebolj M, Hallas J, Garred P, Lynge E., 2015. Risk of cervical cancer in women with autoimmune diseases, in relation with their use of immunosuppressants and screening: population-based cohort study. Int J Cancer. 2015 Mar 15;136(6):E711-9. doi: 10.1002/ijc.29209. Epub 2014 Sep 24. Dwipiyono, Bambang., (2015), Kebijakan Pengendalian Kanker Serviks di Indonesia., Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Ferlay J., Soerjomataram I., Ervik M., 2013. GLOBOCAN 2012 Cancer incidence and mortality worldwide: IARC cancerbase No. 11. Lyon, France: International Agency for Research on Cancer. Fisca, 2012. Wanita dan kanker rahim. Diakses tanggal 13 desember 2017; http://www.sobatcantik.com/kesehatan-reproduksi fulviona, a., 2011. Hubungan Paritas dengan Kejadian kanker Serviks di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2011. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan Hacker, N.F., 2000. Principle of Cancer Therapy, dalam Essentials of Obstetrics and Gynecoloy, Edisi 2, (pp 613-624). USA: Saunders w.b company.

Handayani, I.F., 2010. Perbandingan Karakteristik dan Pengetahuan tentang Kanker Serviks pada Wanita dengan Inspeksi Visual Asam Asetat (iva) Positif di Pesisir dan Perkotaan Hidayat.,E., Hasibuan.D.H.S, Fitriyati.Y., 2013. Hubungan kejadian kanker serviks dengan jumlah paritas di rsud dr. Moewardi. 3departemen obstetri dan ginekologi pendidikan dokter fakultas kedokteran universitas islam indonesia Human papillomavirus and HPV vaccines: technical information for policy-makers and health professionals, 2007. World Health Organization website. http://whqlibdoc.who.id. Accessed March 12, 2013 Infodatin, Pusat Data dan Kementerian Kesehatan RI, 2015, Jakarta, 4 Februari 2015 Information Centre on HPV and Cancer. HPV Information Centre, 2017. Bruni L, Barrionuevo-Rosas L, Albero G, Serrano B, Mena M, Gomez D, Munoz J, Bosch FX, de Sanjose S. ICO Information Centre on HPV and Cancer (HPV Information Centre). Human Papillomavirus and Related Diseases in the World. Summary Report 19 April 2017. [Date Accessed]. The development of this report has been supported by grants from the European Comission 7th Framework. Kartikawati Erni, 2013. Bahaya Kanker Payudara dan Kanker Serviks. Bandung : Buku Baru Kemenkes RI, 2015. Situasi Penyakit Kanker. Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan, Semester 1, 2015. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. Khasbiyah., 2004. Faktor Risiko Kanker Serviks Uteri, Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP, Semarang. Kustiyati, 2013. Hubungan Kanker Serviks dengan Paritas., Departemen Onkologi dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Islam Indonesia Krisno Agus, 2011. Kajian Mikrobiologi Kesehatan. Hubungan Kandidiasis dengan Kanker Serviks, 11 Januari 2011 Makuza J.D, Nsanzimana S, Muhimpundu MA, Pace LE, Ntaganira J, Riedel DJ., 2015. Prevalence and risk factors for cervical cancer and pre-cancerous lesions in Rwanda. The Pan African Medical Journal. 2015;22:26. doi:10.11604/pamj.2015.22.26.7116.

Manoppo.I. J.,2014. Hubungan paritas dan usia ibu dengan kanker serviks di rsu prof. Kandou manado tahun 2014 the relationship between parity and the age of mother with cervical cancer in prof. Kandou general hospital manado in 2014. Fakultas ilmu keperawatan, Universitas Klabat Mardjikoen, P., 2007. Tumor ganas alat genital. In: Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Ilmu kandungan. 2nd ed. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, .p.380. Mariana. 2013. Hubungan Infeksi Hiv Dengan Lesi Prakanker Serviks. Fk Unud / Rs Sanglah Denpasar Mayrita, S.N., Handayani.S.N., 2012. Hubungan Antara Paritas Dengan Kejadian Kanker Serviks Di Yayasan Kanker Wisnuwardhana Surabaya Melva, 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim Pada Penderita Yang Datang Berobat Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008/ Tesis. SPS. USU, Medan. Murti, B., 2005. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Edisi Pertama, Gadjah Mada University Pres. Yogyakarta ______., 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. UGM Press,.Yogyakarta. Nadia, Nurul., (2015). Staium Usia Penderita Kanker Serviks. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Nugrahaeni, D. K, 2012. Konsep Dasar Epidemiologi, Jakarta Nurwijaya.2010. Hubungan Pemakaian Alata Kontrasepsi Dengan Resiko Terjadinya Kanker Serviks Menggunakan Metode IVA Di Puskesmas Seragen. Stikes Kusuma Husada Surakarta. Prandana.D.A., Rusda.M. 2013. Pasien Kanker Serviks Di RSUP H.Adam Malik Medan. Diakses tanggal 22 Februari 2017http/ Jurnal.usu.ac.index. php/ ejurnal.fk/articel/ dowload/1353/731. Pratiwi. 2009. Pengaruh pemakaian alat kontrasepsi kombinasi progesteron estrogen terhadap kejadian kanker leher rahim di rsud dr. Moewardi.Surakarta Rahmawati. N.E., 2014. Hubungan antara usia Pertama kali Melakukan hubungan Seksual dan Personal Hygiene dengan Kejadian kanker leher rahim di RSUD

kabupaten Sukoharjo. Fakultas ilmu kesehatan universitas Muhammadiyah Surakarta Ramli, H.M., Umbas, Rainy., Panigoro, S.S., 2005. Deteksi dini kanker, fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Rasjidi, I., 2014. Manual Prakanker Serviks, edisi 1, Sagung Seto, Jakarta. Roura E., Travier N., Waterboer T., de Sanjosé S, Bosch FX., Pawlita M, et al., 2016. The Influence of Hormonal Factors on the Risk of Developing Cervical Cancer and Pre-Cancer: Results from the EPIC Cohort. PLoS ONE 11(1): e0147029. doi:10.1371/journal.pone.0147029 Sastroasmoro, Sudigdo., Ismael Sofyan, 2014 dasar dasar metodologi penelitian klinis edisi 2 revisi. Sagung Seto, Jakarta. Savitri.F.A., 2012. Hubungan Perilaku Seksual dengan Kejadian Kanker Serviks.Invasif. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. Surakarta Setiati, E., 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita, CV Andi Offset, Cetakan Pertama, Yogyakarta. Sjamsuddin, S., 2012. Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks, Cermin Dunia Kedokteran No 133, hal 9. Pusat Penelitian dan Pengembangan PT Kalbe Farma, Jakarta. Soebachman, A., 2011. Awas 7 Kanker Paling Mematikan, Syura Media Utama, Cetakan Pertama, Yogyakarta. Sukaca, B.E., 2011. Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks . Penerbit Genius. Yogyakarta. Surbakti, E. (2004). Pendekatan Faktor Risiko Sebagai Rancangan Alternatif dalam Penanggulangan Kanker serviks Uteri di RSU Pringadi Medan. Medan, Tesis FK USU Suryandari. 2013. Pengetahuan Remaja Putri tentang pemakaian Sabun Pembersih Kewanitaan di Pondok Pesantren Al-Munawir kelas Salafiyah, Krapyak, Bantul, Yogyakarta. Tilong, Adi., 2012. Bebas Ancaman Kanker Serviks. penerbit flas book. Jogjakarta Umri, S. (2013). Hubungan Usia pertama kali melakukan hubungan seks dengan

kejadian Kanker serviks di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik Medan Wahyuningsih. T., Mulyani.E.Y.,2013. Faktor risiko terjadinya lesi prakanker serviks melalui deteksi dini dengan metode iva (inspeksi visual dengan asam asetatdepartment of nutrition faculty of health sciences, esa unggul university Wulandari. D.D.R. 2015. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kanker Serviks Dengan Minat Ibu Dalam Melakukan Pap Smear Di Mangkudranan Margorejo Tempel Sleman Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta WHO, 2015. Estimated Cervical Cancer Incidence Worldwide in 2012. World Health Organization, Geneva. World Cancer Research Fund International, 2015. Virtually all cervical cancers are associated with human papilloma viruses (HPV). However, the majority of women with HPV do not develop cervical cancer. Continue Update Project. WCRF International, Second Floor 22 Bedford Square, London WC1B 3HH Wiknyosastro, H, 2011. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, Jakarta. Yayasan Kanker Indonesia, 2016. Penderita Kanker Indonesia Semakin Meningkat. Diakses pada 20 Desember 2016, dari alamat http://kanker_insiden.com. 241html

Lampiran 1. Penjelasan Penelitian FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI KEJADIAN KANKER SERVIKS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2017 Sehubungan dengan penelitian saya yang berjudul faktor risiko yang memengaruhi kejadian kanker serviks di rumah sakit umum daerah dr. pirngadi medan tahun 2017 yang bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang memengaruhi kejadian kanker serviks dirumah sakit umum daerah Dr. Pirngadi Medan agar diperoleh upaya pencegahan dini guna mengurangi risiko peningkatan kasus kanker serviks. Karena ibu memenuhi kriteria sampel sebagai responden dalam penelitian ini, maka saya mohon kesediaan serta bantuan ibu untuk dapat mengisi/menjawab kuesioner yang saya berikan. Ibu tidak perlu mencantumkan nama pada lembar kuesioner. Tidak ada risiko dan biaya yang dibebankan jika ibu berpartisipasi dalam penelitian ini. Informasi yang ibu berikan akan menjawab secara ringkas apa yang menjadi tujuan penelitian ini. Dalam menjawab kuesioner ini akan membutuhkan waktu beberapa menit saja. Kemudian setiap informasi yang diperoleh sehubungan dengan penelitian ini tidak akan diberitahukan kepada siapapun (rahasia). Jika ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, mohon kesediaan ibu untuk menandatangani lembaran persetujuan yang diberikan peneliti. Atas kesediaan dan bantuan ibu saya ucapkan terima kasih. Hormat saya,

Rhina Chairani Lubis

Lampiran 2. Informed Consent FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI KEJADIAN KANKER SERVIKS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2017 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur : Alamat : Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini, maka saya menyatakan bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh saudari Rhina Chairani Lubis, mengenai faktor risiko yang memengaruhi kejadian kanker serviks di rumah sakit umum daerah Dr. Pirngadi Medan tahun 2017. Saya menyadari sepenuhnya, bahwa penelitian ini sangat bermanfaat sebagai informasi dan upaya program pencegahan yang berguna untuk mengurangi peningkatan risiko kanker serviks. Identitas responden digunakan hanya untuk keperluan penelitian dan akan dijaga kerahasiaannya. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun agar dapat dipergunakan sesuai keperluan. Peneliti,

Rhina Chairani Lubis

Medan,

(

Mei 2017 Responden

)

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian No. Responden : Tanggal Pengisian :

Kasus

Kontrol

FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI KEJADIAN KANKER SERVIKS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2017 Diisi sendiri oleh responden dengan pengawasan peneliti Petunjuk Pengisian : 1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan saudara untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada. 2. Isilah data dibawah ini dengan memberi tanda cheklist (√) serta pilihlah jawaban yang menurut saudara benar. 3. Jawaban saudara adalah jawaban pribadi yang tidak akan diketahui oleh orang lain dan akan terjamin kerahasiaannya, karena tanpa menggunakan nama dan hanya untuk penelitian ini saja. 4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan kepada peneliti. 1

Umur

...........................................tahun

2

Agama

1. Islam 2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Hindu 5. Budha

3

Suku

1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Minang 5. Karo 6. Lain – lain sebutkan.............

4

Pendidikan

1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Akademik/Perguruan tinggi

5

Pekerjaan

1. IRT 2. Pedagang 3. Wiraswasta 4. Pegawai swasta 5. PNS 6. Lain – lain sebutkan...

6

Riwayat Pernikahan Bagaimana status pernikahan anda 1. Menikah 2. Janda

7

Berapa umur anda ketikah menikah 1. Kurang dari 20 tahun 2. Lebih dari 20 tahun

8

Pada umur berapa anda melakukan hubungan seksual? 1. kurang dari 20 tahun 2. lebih Dari 20 tahun

9

Paritas Apakah anda pernah melahirkan 1. Ya 2. Tidak 10 Jika ya, Berapa jumlah anak yang pernah anda lahirkan baik lahir hidup maupun lahir mati 1. kurang dari 3 anak 2. lebih dari 3 anak 11 Berganti ganti pasangan seksual Pernakah ibu berganti ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual 1. Ya 2. Tidak

12 Bila ya, berapa kali ibu berganti ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual 1. 1 kali 2. Lebih dari 1 kali 13 Merokok Apakah ibu merokok 1. Ya 2. Tidak 14 Bila ya, Jumlah rokok (batang) yang ibu konsumsi perhari 1. Kurang dari 5 batang / hari 2. Lebih dari 5 batang per hari 15 Pemakaian Pembersih Vagina Pernakah ibu menggunakan cairan pembersih vagina 1. Pernah 2. Tidak pernah 16 Bila pernah, kapan ibu menggunakannya 1. 1 kali/ minggu 2. Lebih dari 1 kali/minggu 17 Riwayat Penyakit HIV/ AIDS Apakah ibu sedang menderita penyakit HIV/ AIDS 1. Ya 2. Tidak 18 Jika Ya, sudah berapa lama ibu menderita penyakit tersebut 1. Kurang dari 1 tahun 2. lebih dari 1 tahun 19 Pemakaian kontrasepsi oral Pernakah ibu menggunakan pil KB 1. Pernah 2. Tidak Pernah 20 Bila pernah, berapa lama ibu menggunakannya 1. kurang dari 5 tahun 2. lebuh dari 5 tahun

21 Riwayat Keluarga Yang menderita kanker serviks Apakah keluarga (ibu, saudara perempuan, nenek) pernah menderita kanker serviks 1. Menderita 2. Tidak menderita 22 Penyakit Kanker Serviks Apakah ibu sedang menderita penyakit Kanker serviks 1. Ya 2. Tidak 23 Jika ya, pada usia berapa ibu mengalami kanker serviks 1. Kurang dari 35 tahun 2. Lebih dari 35 tahun

More Documents from "maik"

Estimasi Gfr.docx
May 2020 12
157032090.pdf
May 2020 34
Story Teling.docx
May 2020 9
May 2020 5
402 - 403.pdf
October 2019 12