131228121116pt. Arutmin Indonesia Tambang Senakin.pdf

  • Uploaded by: Mia Angelia
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 131228121116pt. Arutmin Indonesia Tambang Senakin.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 6,837
  • Pages: 25
LAPORAN HASIL VERIFIKASI LAPANGAN – PROPER 2013 PT. ARUTMIN INDOENSIA – TAMBANG SENAKIN

INFORMASI UMUM PT. Arutmin Indonesia, perusahaan pertambangan batubara di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan, beroperasi berdasarkan perizinan PKP2B dengan kontrak kerjasama No. J2/Ji.DU/45/1981 tertanggal 14 September 1982. PT. Arutmin Indonesia Tambang Senakin adalah perusahaan pertambangan batubara PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh grup Bumi Resources. Lokasi kegiatan pertambangan batubara PT. Arutmin Indonesia beserta sarana infrastrukturnya di Tambang Senakin terletak pada ketinggian antara 6 sampai 90 meter dpl, dengan batas koordinat 3°00’26” – 2°36’46” LS dan 116°12’40” – 116°20’14” BT. Secara administratif lokasi pertambangan DU313/Kalsel Senakin Timur terletak di Kecamatan Kelumpang Utara, Kabupaten Kotabaru, Propinsi Kalimantan Selatan atau sebelah timur cadangan batubara PKP2B PT Arutmin Indonesia DU307/Kalsel Sangsang di Tambang Senakin Barat. Dalam kondisi area penambangan normal dan dengan pertimbangan bentuk dan kedudukan lapisan batubara, metode penambangan yang diterapkan pada kegiatan penambangan di daerah Senakin adalah metode tambang terbuka strip mine. Kemajuan bukaan tambang mengikuti arah jurus dan kedalaman lapisan batubara. Bukaan tambang dibuat berjenjang dengan slope umum 25o di bagian low wall dan 42 o di bagian high wall. Lubang tambang awal akan digali terus sampai ke kedalaman akhir lubang tambang (mined out) menurut blok untuk selanjutnya kemajuan bukaan akan bergerak searah jurus. Tanah penutup dari lubang tambang awal tersebut akan ditimbun di tempat timbunan di luar tambang sedangkan tanah penutup dari blok-blok selanjutnya dapat ditimbun pada lubang tambang yang telah selesai ditambang atau yang umum disebut sebagai sistem penambangan backfilling. Kegiatan pengupasan lapisan tanah pucuk (top soil) dan lapisan penutup dilakukan berdasarkan rencana yang terdapat pada monthly forecast. Pelaksanaan pengupasan tanah pucuk dilakukan menurut prosedur yang telah ditentukan, dimana prosedur ini digunakan sebagai pedoman pengaturan keseimbangan banyaknya tanah pucuk, penjadualan, pengerukan, pengisian dan penempatan tanah pucuk, serta untuk penyimpanan pengelolaan data dimasa yang akan datang. Pengerukan tanah pucuk berdasarkan hasil survei mengenai ketebalan/ kedalaman kerukan dan di lapangan sudah ditandai dengan bendera warna hijau di bawah pengawasan Supervisor Reklamasi. Rencana pengerukan ini diinformasikan ke Departmen Mining dan Departemen Engineering. Tanah pucuk yang sudah dikeruk bisa langsung ditempatkan pada tempat penyimpanan top soil (Stockpile Top Soil). Lahan yang akan disebari tanah pucuk harus sudah sesuai dengan design dan dipastikan siap berdasarkan rekomendasi dari Supervisor Reklamasi. Apabila belum tersedia lahan yang siap tebar, maka tanah

pucuk harus disimpan pada stockpile top soil dan harus didata jumlahnya untuk memastikan banyaknya jumlah cadangan top soil sebagai acuan untuk rencana yang akan datang. Lahan yang sudah siap ditebari tanah pucuk diberi tanda bendera warna kuning sebagai pedoman di lapangan. Kegiatan reklamasi dan revegetasi sesegera mungkin dilakukan setelah lahan tersebut tidak terganggu lagi (final). Setiap kegiatan ini memiliki perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi keberhasilan dan pelaporan sesuai dengan dokumen RKTTL (Rencana Kerja Tahunan Teknik dan Lingkungan). Dalam operasionalnya PT Arutmin Indonesia Tambang Senakindapat membuktikan bahwa kegiatan yang dilakukan telah memenuhi kaedah-kaedah penambangan yang baik dan benar. PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin berhasil membangun citra perusahaan tambang ramah lingkungan dengan mendapatkan predikat terbaik dalam evaluasi lingkungan, empat tahun berturut-turut mendapat predikat HIJAU dalam evaluasi PROPER KLH. STATUS PENAATAN PERIODE 2012-2013 A. Dokumen Lingkungan/Izin Lingkungan Kegiatan operasi penambangan PT Arutmin Indonesia Tambang Senakin didukung dokumen AMDAL dengan persetujuan Bupati Kotabaru No. 188.45/217/Kum. Tahun 2009 Tentang Persetujuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Kegiatan Peningkatan Produksi Tambang Batubara PKP2B DU-313/Kalsel PT. Arutmin Indonesia yang berlokasi di Kecamatan Kelumpang Utara, Kecamatan Kelumpang Tengah, Kecamatan Sampanahan dan Kecamatan Pamukan Selatan (Daerah Senakin Timur) Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan. No. 1.

Kewajiban penanggungjawab usaha sesuai PP 27/2012 Memiliki dokumen lingkungan/Izin Lingkungan.

Penaatan

Temuan

Taat

a) Dokumen AMDAL (ANDAL, RKL&RPL) disetujui komisi Penilai Tim Teknis AMDAL UKL/UPL Kabupaten Kotabaru Nomor 660/10/BLHD tanggal 07 Juli 2009 b) Keputusan Bupati Kotabaru Nomor. 188.45/217/Kum. Tahun 2009 Tentang Persetujuan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Kegiatan Peningkatan Produksi Tambang Batubara PKP2B DU-313/Kalsel PT. Arutmin Indonesia yang berlokasi di Kecamatan Kelumpang Utara, Kecamatan Kelumpang Tengah, Kecamatan Sampanahan dan Kecamatan Pamukan Selatan (Daerah

No.

2.

3.

Kewajiban penanggungjawab usaha sesuai PP 27/2012

Melaksanakan ketentuan dalam dokumen lingkungan/izin lingkungan: A. Deskripsi kegiatan (luas area dan kapasitas produksi) B. Pengelolaan lingkungan terutama terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3 Melaporkan pelaksanaan dokumen lingkungan/izin lingkungan (terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3)

Penaatan

Taat

Taat

Temuan Senakin Timur) Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan Telah melaksanakan ketentuan seperti yang dipersyaratkan dalam pelaksanaan RKL-RPL

Telah melaporkan secara rutin pelaksanaan RKL-RPL kepada Kementerian Lingkungan Hidup, PPE Regional Kalimantan, BLHD Kabupaten Kotabaru dan BLHD Provinsi Kalimantan Selatan

B. Pengendalian Pencemaran Air Pengelolaan air limbah dari areal pertambangan sudah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tahapan awal adalah melakukan kajian pola aliran permukaan yang masuk ke areal tambang. Kajian dimaksudkan untuk menetapkan titik penaatan-titik penaatan air limbah yang akan dibuang ke lingkungan. Saat ini terdapat 20 (dua puluh) titik penaatan yang semuanya sudah mendapatkan izin pembuangan air limbah (IPAL) dari Bupati Kotabaru dan Menteri Ligkungan Hidup. Air limbah yang di buang melalui semua lokasi titik penaatan sudah dilakukan pengujian laboratorium eksternal setiap 1 (satu) bulan sekali. Hasil analisasi menunjukkan bahwa air limbah yang dibuang tersebut telah memenuhi baku mutu air limbah yang ditetapkan. Kebijakan yang diambil oleh perusahaan saat ini adalah mempersiapkan dahulu fasilitas pengelolaan air limbah dan kemudian memintakan izin pembuangan air limbah ke Bupati. Setelah semua fasilitas dan izin diperoleh baru fasilitas tersebut dioperasikan sebagai sarana pengolahan air limpah (IPAL). Perlakuan secara teknis yang dilakukan adalah membuat settling pond, culvert, gradien channel, tailing dam, spillway, dan slope 4:1 untuk semua kemiringan lahan. Pembuatan kolam pengendapan dirancang dalam bentuk dua bagian, yaitu kolam pertama sebagai tempat untuk pengendapan dan kolam kedua yang berfungsi sebagai

tempat untuk penetralan dan penjernihan air. Pembuatan rancangan kolam pengendapan dihitung berdasarkan beberapa parameter yang ada di lokasi rencana tambang yang antara lain, yaitu banyaknya curah hujan, luas daerah tangkapan hujan, bentuk dan kemiringan permukaan tanah, jenis lapisan tanah penutup, serta jenis vegetasi yang ada di wilayah tersebut. Ukuran kolam pengendapan pada prinsipnya disesuaikan dengan mempertimbangkan jumlah air yang akan masuk dalam kolam. Posisi penempatan dan pengoperasian kolam pengendapan ditetapkan berdasarkan kedudukan tambang aktif dengan memperhitungan kontur sebagai dasar perancangan posisi kolam dan saluran drainase tambang yang memungkinkan semua air larian permukaan masuk ke dalam kolam. Ukuran (kapasitas) dan perlengkapan teknis operasional kolam pengendapan dirancang bersifat dinamis untuk memungkinkan modifikasi sesuai dengan realita kebutuhan di lapangan pada tahap operasi berlangsung. Untuk menjaga agar kolam pengendapan dapat berfungsi dengan baik, maka setiap 3 bulan sekali dilakukan pengambilan atau penggalian endapan dan perbaikan saluran masuk maupun keluar dari kolam tersebut. Periode pengerukan endapan juga bersifat dinamis, artinya tidak harus dilakukan setiap 3 bulan sekali, tetapi bisa lebih sering atau lebih lambat dari jadwal perawatan yang telah ditetapkan tergantung dari tingkat pengendapan material yang dibawa oleh aliran air yang menuju kolam tersebut.

Gambar 6. Model bangunan Settling Pond

Tujuan dari pengelolaan air limbah adalah agar air tersebut tidak mencemari lingkungan dan mampu mendukung kehidupan makluk hidup. Pengelolaan air limbah atau air larian dari tambang dilakukan karena air ini membawa partikel dan tanah tererosi yang mengandung senyawa Fe, Al, Mn, dan S. Senyawa-senyawa ini dapat mengakibatkan turunnya pH dan menyebabkan air bersifat asam. Pengelolaan air limbah dilakukan dengan cara pengaturan sistem penirisan (drainase), pembuatan kolam pengendapan (settling pond), dan netralisasi pH. Sistem drainase diatur sedemikian rupa sehingga air larian/ limbah dari tambang masuk ke dalam settling pond. Settling pond di Tambang Senakin ada dua, yaitu kolam pertama yang berfungsi untuk mengendapkan partikel batubara, tanah atau senyawa lainnya, sedangkan kolam pengendap yang kedua berfungsi untuk penetralan pH. Pemberian kapur di Senakin dimaksudkan untuk menurunkan pH air. Sedangkan untuk menurunkan tingkat kekeruhan (turbidity) air yang keluar dari tambang ditambahkan flokulant tawas.

Status Penaatan: No. 1.

Pengelolaan Limbah Cair Ketaatan terhadap Izin

Penaatan Taat

2.

Ketaatan terhadap titik penaatan pemantauan

100%

3.

Ketaatan terhadap parameter Baku Mutu

100%

4.

Ketaatan terhadap pelaporan

100%

5.

a. Ketaatan terhadap pemenuhan Baku Mutu b. Pemenuhan Baku Mutu berdasarkan Pemantauan Tim PROPER Ketaatan terhadap Ketentuan Teknis

100%

6.

-----Taat

Temuan Perusahaan telah memiliki izin pembuangan air limbah ke badan air dari Bupati Kotabaru dan Menteri Lingkungan Hidup Perusahaan memiliki 20 (dua puluh) titik penaatan air limbah yang aktif dan seluruhnya sudah dilakukan pemantauan Parameter yang dipantau sudah lengkap sesuai dengan parameter yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Kalsel No 036 Tahun 2008, Izin Pembuangan Limbah Cair dari Bupati Kotabaru dan Izin Pembuangan Limbah Cair dari Menteri Lingkungan Hidup Data yang sudah dilaporkan lengkap sesuai dengan periode Juli 2012-Juni 2013 Semua hasil uji parameter telah memenuhi BMAL Tim PROPER telah mengambil sampel air limbah dan menunggu hasil pengukuran dari Laboratorium PUSARPEDAL Telah sesuai dengan ketentuan teknis yang dipersyaratkan

C. Pengendalian Pencemaran Udara Upaya pengendalian pencemaran udara dilakukan untuk mengurangi pencemaran dari aktivtas penambangan maupun aktivitas penunjang kegiatan penambangan. Dilakukan penyiraman jalan-jalan tambang untuk mengurangi polusi debu. Hasil pengukuran udara ambient setiap 6 bulan sekali masih memenuhi baku mutu kualitas udara yang ditetapkan. Sedangkan untuk kegiatan penunjang operasional seperti pembangkit listrik telah dilakukan pengelolaan sesuai ketentuan yang berlaku. Status Penaatan: Penaatan 100%

No. 1.

Pengendalian Pencemaran Udara Ketaatan terhadap titik penaatan pemantauan

2.

Ketaatan terhadap pelaporan

100%

3.

Ketaatan terhadap parameter Baku Mutu Emisi

100%

4.

Ketaatan terhadap pemenuhan Baku Mutu Emisi Ketaatan terhadap ketentuan Teknis yang dipersyaratkan

100%

5.

Taat

Temuan Perusahaan memiliki 25 (Dua Puluh Lima) genset dan semuanya telah dipantau Sudah melaporkan data Semester II 2012 dan Semester I 2013 Semua parameter dari hasil pemantauan semua sumber emisi sudah dipantau sesuai dengan Peraturan Hasil pemantauan emisi seluruh sumber emisi telah memenuhi BME Semua cerobong sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana sampling

D. Pengelolaan Limbah B3 Pengelolaan limbah B3 telah dilakukan sebagai kewajiban perusahaan yang dalam kegiatan industrinya menghasilkan limbah B3. Limbah B3 yang dihasilkan di tempat sementara di TPS limbah B3

yang telah diizinkan oleh instansi yang

bertanggungjawab. PT. Arutmin Indonesia – Senakin telah memiliki izin Penyimpanan sementara limbah B3 yang diterbitkan oleh Bupati Kotabaru sesuai SK Bupati Kotabaru Nomor: 188.45/427/KUM/2010, tertanggal 08 Desember 2010 dengan masa berlaku izin 5 tahun. Adapun Tempat Penyimpanan Sementara limbah B3 yang diizinkan ada 2 lokasi yaitu : 1) Lokasi kontraktor PT. Thiess Contractor Indonesia (TCI): berukuran 9.5x15m, pada titik koordinat 02o54’08.1”LS, 116o16’09.7”BT. 2) Lokasi kontraktor PT. Bukit Makmur Mandiri Utama (Buma): o

berukuran

o

11.5x19.5m, pada titik koordinat 02 40’59.2”LS, 116 18’44.0”BT.

Ketentuan teknis penyimpanan sementara limbah B3 harus mengikuti ketentuan peratuan yang ada yaitu Kep. Ka. Bapedal Nomor: Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang tatacara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah B3. Pihak perusahaan telah memenuhi semua persyaratan ketentuan teknis penyimpanan sementara limbah B3.

Limbah B3 yang disimpan di TPS limbah B3 disimpan tidak melebihi batas waktu penyimpanan sementara 90 (Sembilan puluh) hari. Selanjutnya limbah B3 dikelola lebih lanjut dengan diserahkan kepada pihak ketiga pengelola limbah B3. Ketentuan yang harus dilakukan dalam penyerahan limbah B3 kepada pihak ketiga telah dilakukan, seperti pihak ketiga pengumpul, pengangkut, dan pengolah akhir telah memiliki izin yang sesuai dan penggunaan dokumen limbah B3 (Manifest limbah B3) yang telah sesuai.

Limbah B3 diserahkan kepada pengumpul limbah B3 yang telah memiliki izin yang sesuai yaitu: 1. PT. Wiraswasta Gemilang Indonesia Cabang Banjarmasin: SK MENLH Nomor: 63 Tahun 2010, tertanggal 30 Maret 2010, masa berlaku 5 tahun tentang izin pengumpulan limbah B3.

2. PT. Balikpapan Environmental Service: SK MENLH Nomor: 163 Tahun 2010, tertanggal 12 Juli 2010, masa berlaku 5 tahun, tentang izin pengumpulan limbah B3. 3. PT. Nazar: SK MENLH Nomor: 122 Tahun 2010, tertanggal, tertanggal 15 Juni 2010, masa berlaku 5 tahun, tentang Izin Pengumpulan limbah B3. 4. PT. Nazar: SK Kepala BLHD Provinsi Kalimantan Selatan Nomor: 078 Tahun 2012, tertanggal 21 Maret 2012, masa berlaku 5 tahun, tentang izin pengumpulan limbah B3 berupa limbah B3 jenis padat dan cair non oli bekas.

Limbah B3 juga diserahkan langsung kepada pihak pengelola akhir (Pemanfaat, pengolah, penimbun) yaitu: 1. PT. Wastec International: SK MENLH Nomor: 60 Tahun 2010, tertanggal 30 Maret 2010, masa berlaku 5 tahun, tentang izin pengoperasian alat pengolah limbah B3. 2. PT. ALP Petro Industry (PT. Agip Lubrindo Pratama): Surat Rekomendasi Kepala Bapedal Nomor: Rekom-06/Bapedal/10/1996, tertanggal 28 Oktober 1996, tentang pemanfaatan limbah minyak pelumas bekas. 3. PT. Non Ferindo Utama: SK MENLH Nomor: 306 Tahun 2009, tertanggal 9 Juli 2009, masa berlaku 5 tahun, tentang izin penyimpanan, pengumpulan, dan pemanfaatan limbah B3. 4. PT. Muhtomas: SK MENLH Nomor: 135 Tahun 2010, tertanggal 25 Juni 2010, masa berlaku 5 tahun, tentang izin pemanfaatan limbah B3.

Limbah B3 yang diserahkan kepada pihak ketiga diangkut oleh pengangkut limbah B3 yang telah memiliki rekomendasi pengangkutan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan memiliki izin pengangkutan limbah B3 dari kementerian Perhubungan. Adapun pengangkut limbah B3 tersebut yaitu: 1. PT. Nazar: memiliki rekomendasi pengangkutan limbah B3 sesuai surat Deputi IV MENLH Nomor: B-4860/Dep.IV/LH/PDAL/05/2012, tertanggal 10 Mei 2012, masa berlaku 1 (satu) tahun dan memiliki izin dari Kementerian Perhubungan, masa berlaku s.d. 29 Juli 2013. 2. PT. Wiraswasta Gemilang Indonesia: memiliki rekomendasi pengangkutan limbah B3 dari KLH sesuai surat Deputi IV MENLH Nomor: B-140/Dep.IV/LH/01/2011,

tertanggal 6 Januari 2011 dan memiliki izin dari Kementerian Perhubungan, masa berlaku s.d. 26 Maret 2014. 3. PT. Maju Asri Jaya Utama: memiliki rekomendasi pengangkutan limbah B3 dari KLH sesuai surat Deputi IV MENLH Nomor: B-808/Dep.IV/LH/01/2012, tertanggal 26 Januari 2012 dan memiliki izin dari Kementerian perhubungan, masa berlaku s.d. 17 Maret 2013. Status Penaatan: No. 1.

2. 3.

4.

5. 6. 7.

Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 a. Pendataan jenis dan volume limbah B3 yang dihasilkan



Belum Taat ---

b. Pelaporan



---

Status perizinan pengelolaan limbah B3 Pelaksanaan ketentuan dalam izin a. Pemenuhan Ketentuan Teknis



---

--√

-----

---

---

Telah melakukan pendataan jenis dan volume limbah B3 yang dihasilkan Telah melakukan pelaporan yang sesuai Telah memiliki izin yang sesuai --Prosentase penaatan penyimpanan sementara limbah B3 100% ---

---

---

---

-----

-----

-----

-------

-------

-------

---

---

---



---



---

---

---

Limbah B3 yang dikelola 100% Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ketiga telah sesuai ---



---

---

b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah d. Pemenuhan Pemanfaatan Penanganan open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media terkontaminasi limbah B3 a. Rencana pengelolaan b. Pelaksanaan pengelolaan c. Jumlah tanah terkontaminasi yang dikelola d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan peraturan Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 dan pengangkutan limbah B3 Pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu (antara lain : Dumping, Re-injeksi, dll) Kesimpulan Penaatan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Taat

Keterangan

E. Pengendalian Kerusakan Lingkungan Rekapitulasi Penilaian

Lokasi

Nilai Total

KRITERIA PENILIAI Tidak Potens Potensi Potensi i Rusak Rusak Rusak Ringan Berat (X ≥ 80) (55 < X (X < 55) < 80)x

No.

Tahapan

1.

Penambangan

Pit 4

93





Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan

2.

Penimbunan

Pit 4

93





Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan

3.

Reklamasi

Pit 4

100





Untuk Aspek Teknis, Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penambangan

4.

Penambangan

Pit 8

95





Untuk Aspek manajemen, Kriteria K2 (Aktfitas): tidak ada aktifitas

5.

Penimbunan

Pit 8

95





Untuk Aspek manajemen, Kriteria K2 (Aktfitas): tidak ada aktifitas

6.

Reklamasi

Pit 8

100





Aspek manajemen semua parameter yang dinilai memenuhi semua ketentuan kriteria pengendalian kerusakan lahan

7.

Penambangan

Pit 14

95



 Untuk Aspek manajemen, Kriteria K2 (Aktfitas): tidak ada aktifitas

8.

Penimbunan

Pit 14

95



 Untuk Aspek manajemen, Kriteria K2 (Aktfitas): tidak ada aktifitas

8

8

JUMLAH DATA

0

0

Keterangan

Taat

Evaluasi aspek Pengendalian Kerusakan Lingkungan meliputi 2 (dua) aspek yaitu aspek manajemen dan aspek tekins. Hasil penilaian untuk semua lokasi memperoleh nilai total > 80, sehingga masuk kategori TAAT terhadap kriteria kerusakan lahan, Rincian sebagai berikut : Aspek Manajemen : 

K1 (Perencanaan); o Telah memiliki Peta Triwulanan Rencana dan Realisasi dengan skala 1 : 2000, dan ditandatangani oleh KTT o Untuk target rencana Penimbunan dan realisasinya belum sesuai dengan kondisi lapangan  K2 (Kontinyuitas) : Sebagian lokasi tidak ada aktivitasnya antara 3 bulan sampai 1 tahun Aspek Teknis :  K3 (Potensi Longsor) semua lokasi yang dinilai sudah memenuhi kriteria penilaian,  K4 (Pengendalian batuan potensi asam) semua lokasi yang dinilai telah memenuhi aspek kriteria penilaian, 

K5 (Indikasi Erosi) sebagian lokasi yang dinilai belum memenuhi aspek kriteria adanya indikasi erosi



K6 (Kebencanaan) semua lokasi yang dinilai telah memenuhi aspek kebencanaan.

F. Pasca Tambang Kegiatan Revegetasi di Tambang Senakin pada dasarnya adalah upaya untuk merehabilitasi lahan bekas tambang menjadi lahan yang produktif kembali melalui praktek-praktek konservasi tanah dan penanaman. Praktek konservasi tanah meliputi kegiatan : Pembajakan Pembuatan saluran air pencegah erosi (rip rap) Penaburan tanaman penutup tanah (cover crop) Pemulsaan (mulching) Penanaman baru Replanting Pemeliharaan tanaman Pembajakan dilakukan pada seluruh lahan reklamasi yang telah dinyatakan siap tanam dengan maksud menggemburkan tanah untuk mempermudah masuknya oksigen ke dalam tanah (lapisan bawah) dan meningkatkan porositas. Pembuatan drainase air dengan kombinasi penggunaan batu pada sisi sepanjang saluran (riprap), conveyor belt, soil saver, geotextile, dan ban bekas pada dasar saluran agar dapat mengurangi kerusakan area reklamasi akibat aliran air di permukaan tanah, mengurangi terbentuknya gully erosion dan rill erosion. Akibat lain yang ingin dihindari dari proses ini adalah penurunan kualitas air sungai yaitu meningkatnya kekeruhan dan penurunan oksigen terlarut. Pada saat ini (tahun Juni 2013) Indeks Rehabilitasi telah mencapai 59.67 %. Angka tersebut merupakan perbandingan antara area yang telah di rehab dengan area bukaan tambang. Sisa area yang belum direhab merupakan area

yang masih digunakan baik untuk operasional penambangan dan sarana infrastruktur pendukung. Pemulsaan diprioritaskan pada area dengan kemiringan yang masih cembung dan panjang lereng yang besar. Pemulsaan dilakukan setelah kegiatan penyebaran kacangkacangan (cover crop). Dam penghambat merupakan tanggul kecil dan bersifat sementara yang dibangun melintang pada alur/saluran air dengan tujuan untuk mengurangi kecepatan aliran air hujan yang terkonsentrasi sehingga pada akhirnya dapat mengurangi erosi yang diakibatkan oleh alur atau saluran air. Sarana ini juga dapat menangkap sejumlah kecil sedimen yang berasal dari saluran itu sendiri, namun bukan sebagai tujuan utama. Dam tersebut terbuat dari kayu dengan garis tengah 1015 cm dan ditanamkan ke tanah sekitar 50 cm, berada di permukaan tanah sekitar 50 cm. Jenis tanaman tahunan yang ditanam, terbagi dalam jenis kelompok berdasar sifat pertumbuhannya dan peruntukannya, yaitu jenis tanaman pioneer dan tanaman multiguna (multi purposes tree species) serta tanaman sisipan. Jenis yang termasuk tanaman pioneer yang ditanam pada triwulan ini antara lain : Alaban (Vitex Pubescens), Gmelina (Gmelina arborea), Johar (Casia siema), Sengon (Albizia falcataria), Sengon Buto, Sungkai (Peronema canescens), Trembesi (Samanea saman) dan lain-lain. Sedangkan tanaman multi guna seperti buah-buahan lokal Asam (Tamarindus indica), Cempedak (Artocarpus integer), Durian (Durio zibetinus), Madang (Listea sp.) Rambutan (Nephelium sp.). Penanaman tanaman multi-guna ditujukan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat sekitar tambang akan hasil hutan baik kayu maupun non kayu (getah, buah, kulit batang dll). Untuk tanaman sisipan (spesies lokal) yang ditanam seperti Lua, Kayu Hutan, Ulin dan lain-lain. Pemilihan spesies ini didasarkan atas kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang di tanah yang cenderung mempunyai pH rendah, miskin hara tanah, kemampuan dekomposisi daun relatif cepat, tahan terhadap api dan dapat diambil hasilnya kelak oleh masyarakat sekitar tambang.

G. Community Development/Coorporate Social Responsibility

PT. Arutmin Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang terbesar di Indonesia penghasil dan pengekspor batu batu bara yang berlokasi di beberapa wilayah di Propinsi Kalimantan Selatan. Kontrak penambangan batu bara pertama dengan pemerintah Indonesia dilakukan pada tahun 1981 yang kemudian dikenal dengan nama Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B). Operasi perusahaan ini mencakup 5 lokasi tambang, yaitu : Senakin, Satui, Mulia, Asam Asam dan Batulicin di wilayah Kalimantan Selatan. Selama kurang lebih 20 tahun PT. Arutmin Indonesia sudah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, dimana Saat ini, Arutmin telah menempatkan dirinya di pasar global dan dalam negeri.

Tambang Senakin terletak di Tanjung Pembentukan yang berasal dari jaman Eocene yang memiliki kualitas batubara bituminous. Tambang batubara tersebut terbentang sepanjang 40 km dari utara ke selatan dan sejajar dengan pantai terletak sekitar 14 km kearah pedalaman. Kandungan dari tambang Sangsang dan Sepapah terletak di bagian barat lereng dimana kandungan Senakin Timur berlokasi di bagian timur. Kecuraman dari lereng ini memiliki sudut antara 5 sampai 15 derajat. Untuk keperluan penambangan dan penjualan, lapisan batubara tambang Senakin dibagi-bagi tergantung dari kandungan belerangnya di setiap tingkatan lapisannya. Batubara tambang Senakin dipecah, dipisahkan dan kemudian dicuci untuk mengurangi kandungan abunya sehingga meningkatkan nilai jualnya. Batubara tambang Senakin Timur diproses di pabrik pencucian (yang memiliki kapasitas sebesar 3,2 mt per tahun). Sebagian besar dari batubara tambang Senakin Barat diproses di Pabrik Dense Media (yang berkapasitas 1,6 mt per tahun). Pabrik-pabrik tersebut memiliki tingkat pengembalian balik sebesar 80%. Sekitar 10% dari batubara tambang Senakin Barat di kirim langsung ke pelabuhan untuk dipecah, namun masih dalam keadaan belum tercuci dan dijual sebagai batubara ROM. PT Arutmin Indonesia mempunyai sejumlah kelebihan strategis yang meliputi cadangan serta kualitas batubara yang tinggi, operasional yang efisien, strategi pemasaran yang kuat dan keunggulan SDM - menempatkan perusahaan dalam posisi yang aman dalam mempertahankan kinerjanya yang sehat sehingga dapat mengelola kondisi pasar global secara penuh. Kombinasi dari berbagai kelebihan Perusahaan tersebut digunakan untuk membangun landasan yang kokoh dimana pihak Manajemen dapat meluncurkan berbagai ide guna memanfaatkan peluang di masa depan. 1. Arah Kebijakan CSR Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/Corporate Sosial Responsibilities (CSR) merupakan sebuah kewajiban dasar yang harus dipenuhi oleh perusahaan dalam rangka

menjaga

relasi

antara

perusahaan

dengan

pemangku

kepentingan

(stakeholder), termasuk komunitas yang ada di sekitar area pertambangan. Di samping menjaga relasi, CSR juga berperan dalam menjaga keberlanjutan aktivitas bisnis perusahaan. Salah satu aspek tanggung jawab sosial perusahaan adalah keterlibatan perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan

pemberdayaan komunitas, terlepas telah dikeluarkannya UU No. 40 tentang Perseroan Terbatas pada pasal 74 yang mengatur tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Komitmen PT. Arutmin Indonesia Senakin dalam program CSR memposisikan Program Community Development (CD), khususnya yang berada di sekitar Ring 1 PT. Arutmin Indonesia Site Senakin pada dasarnya sudah menjadi komitmen perusahaan sebagai bagian wujud Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan kenyamanan keberlanjutan bisnis perusahaan. Ide dasar dari tanggung Jawab

Sosial Perusahaan (Corporate

Social

Responsibility/CSR) adalah bagaimana perusahaan beroperasi dengan baik dalam konteks sosial dan lingkungan. Setidaknya ada lima aspek yang menjadi perhatian bagi perusahaan dalam menyelenggarakan tanggung jawab sosialnya, yaitu : 1. Melakukan bisnis dengan memperhatikan tanggung jawab sosial dan etika; 2. Melindungi lingkungan lokasi bisnis perusahaan dan keselamatan semua orang yang berkaitan dengan kegiatan bisnis; 3. Memberikan manfaat ekonomi dan lainnya kepada masyarakat dimana saja perusahaan beroperasi; 4. Mendukung dan memberikan kontribusi terhadap upaya penegakan hak asasi manusia; 5. Menerapkan berbagai kebijakan, program dan praktek untuk mengelola perusahaan dengan mentaati asas good corporate governance, memastikan berlakunya praktek operasi bisnis yang adil (fair) kepada semua stakeholder, serta memberikan informasi public secara transparan dan akuntabel. Pada level kebijakan, PT Arutmin Indonesia Site Senakin sudah menyusun visi dan misi perusahaan yang mengacu pada PT Bumi resources sebagaimana telah tertulis dalam dokumen Indonesian CSR Awards 2011 termasuk visi, misi, tujuan dan strategi CSR PT Arutmin Indonesia Site Senakin. Adapun visinya adalah : Berdayanya masyarakat Lingkar Tambang Menjadi Mandiri dan Sejahtera. Sedangkan misinya : Memberdayakan sumber daya lokal dengan berpegang pada nilai-nilai adat dan budaya setempat. Dari misi ini diturunkan menjadi dua tujuan, yaitu : 1) Berpartisipasi dalam pembangunan daerah dengan membangun struktur komunitas yang tidak berdaya menjadi lebih berdaya dalam menciptakan kemandirian dan

kesejahteraan masyarakat setempat, 2) Menjalin hubungan yang harmonis dengan pemangku kepentingan, berdasarkan atas keyakinan, saling percaya, kebersamaan dan saling menguntungkan. Startegi yang diterapkan untuk mencapai visi tersebut adalah : 1) Membangun kemitraan atas dasar saling menguntungkan antara perusahaan, masyarakat, pemerintah dan mitra kerja; 2) hidup berdampingan dengan masyarakat, harmonis dan saling percaya dimana perusahaan beroperasi; 3) Membangun keswadayaan masyarakat dalam rangka mengelola dan mengembangkan potensi sumber daya local; 4) berbasis komunitas dan sumberdaya local; 5) Melaksanakan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat (community development); 6) Menyiapkan kemandirian masyarakat pasca tambang. 2. Struktur Kelembagaan Community Development PT Arutmin Indonesia Site Senakin mempunyai komitmen yang tinggi terhadap program CSR, hal ini ditunjukkan dengan adanya struktur kelembagaan yang secara khusus menangani program CSR yang disebut dengan Departemen Community Development External Affairs (CDEA). Posisi departemen ini berada di bawah seorang manajer site. Departemen ini mempunyai struktur yang jelas dan dilengkapi dengan job description dan SOP, meskipun demikian, pada tingkat teknis masih dihadapkan pada persoalan keterbatasan staf dimana hanya ada 2 orang Local Community Organizer (LCO) yang ada di dua desa (Desa Skandis dan Wilas), sementara cakupan wilayah ring 1 PT Arutmin Indonesia Site Senakin ada 11 desa yang tersebar di empat kecamatan. Struktur Lembaga Community Development Affair PT. Arutmin Indonesia Site Senakin

Secara kelembagaan CDEA berada di bawah Site Manajer yang dipimpin oleh seorang CDEA Supt yang bertanggung jawab langsung kepada manajer site mengenai program-program CSR yang dilaksanakan. CDEA ini terdiri dari dua bagian, yaitu Community Development supervisor dan Community Relation Supervisor. Community Development supervisor fokus pada program-program pemberdayaan masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Sedangkan community relation officer lebih fokus pada program–program di bidang fisik seperti infrastruktur dan bidang Humas dan Eksternal. Kompetensi pimpinan dan staf yang ada di depertemen CDEA PT Arutmin Indonesia Site Senakin cukup memadai karena sudah mempunyai pengalaman kerja di bidang tersebut dalam waktu yang cukup lama, meskipun jika dilihat dari latar belakang pendidikan kurang sesuai, sebagian besar mempunyai latar belakang pendidikan sarjana bidang pertanian. Berikut gambaran latar belakang pendidikan dan pengalaman staf yang mengelola CSR PT. Arutmin Indonesia Site Senakin. Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman Pengelola CSR PT. Arutmin Indonesia Site Senakin PENDIDIKAN PENGALAMAN NO NAMA JABATAN TERAKHIR BIDANG CSR 1. Burhanuddin CDEA Supt S1 Budidaya Pertanian 12 Tahun Syamsir Comdev 2. S1 Ekonomi Pertanian 10 Tahun Alam Supv 3. Noor Firdaus Comrel Supv S1 Ilmu Tanah 7 Tahun

NO

NAMA

4.

M. Rusdi

5.

Asripudin

6.

Tomy

7.

Abdi Wahab Gunawan Saputra

8.

JABATAN Comrel Officer Comrel Officer Comdev Officer Ketua LPPM Asst. Project Karet

PENDIDIKAN TERAKHIR

PENGALAMAN BIDANG CSR

S1 Hukum Islam

3 Tahun

S1 Budidaya Hutan

5 Tahun

D3 Teknologi Hasil Hutan S1 Manajemen Hutn S1 Budidaya Pertanian

4 Tahun 3 Tahun 5 Tahun

Berdasarkan data temuan di lapangan dapat dijelaskan bahwa program CSR yang dilakukan oleh PT. Arutmin Site Senakin sudah banyak memberikan manfaat masyarakat di wilayah sekitar tambang, terutama wilayah ring 1, meskipun demikian, belum semua program berhasil secara optimal, salah satu faktor yang menyebabkan belum optimalnya program pemberdayaan masyarakat adalah sumber daya manusia di departemen CSR untuk tenaga lapangan masih terbatas sehingga tidak mampu melaksanakan tugas pendampingan secara maksimal.

Upaya untuk mengatasi

persoalan tersebut sudah dilakukan dengan mengangkat tenaga kontrak masyarakat yang ada di masing-masing desa di wilayah ring 1. Namun demikian, keberadaan tenaga kontrak masyarakat ini tidak lebih dari sekedar penghubung (humas) terkait dengan permasalahan yang ada di masing masing desa. 3. Anggaran CSR PT. Arutmin Indonesia Site Senakin Perusahaan setiap tahun mengalokasi dana untuk program CSR dengan besaran anggaran yang berbeda-beda pada setiap tahunnya. Berdasarkan data dapat diketahui bahwa sejak tahun 2009 PT. Arutmin Indonesia Site Senakin mengalokasikan anggaran untuk membiayai program CSR mencapai angka yang cukup besar yakni Rp 9,13 milyar, kemudian tahun 2010 meningkat menjadi 10,9 milyar, pada tahun 2011 anggaran CSR sedikit menurun menjadi Rp 7,7 milyar, dan pada tahun 2012 kembali meningkat menjadi Rp 8,5 milyar. Anggaran tersebut diperuntukkan untuk membiayai program community development dan program community relation. Meskipun demikian, realisasi penggunaan anggaran pada setiap tahunnya ada yang melebihi alokasi anngaran tetapi ada yang tidak mencapai 100 %, artinya anggaran tersebut tidak semuanya dapat terserap, hal ini disebabkan karena dinamika perkembangan yang ada di lapangan. Dilihat dari besaran anggaran yang

dialokasikan oleh perusahaan, sebenarnya program CSR mempunyai potensi yang cukup besar untuk memberdayakan masyarakat yang berada di sekitar perusahaan. Namun persoalannya belum semua anggaran dapat terserap secara maksimal. Implementasi program CSR yang dilakukan oleh PT. Arutmin Indonesia Site Senakin mulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 berdasarkan data dapat diketahui bahwa ada dinamika naik dan turun, hal ini dapat dilihat dari dana CSR yang terserap pada periode tersebut. Berdasarkan data tersebut juga dapat dilihat komitmen PT. Arutmin Indonesia Site Senakin dalam menyelenggarakan program CSR. Paling tidak ada 5 bidang garapan program CSR yang meliputi bidang ekonomi, pendidikan,

kesehatan,

sosial

budaya

dan

keagamaan,

dan

prasarana

umum/infrastruktur. Ada dua bidang yang menyerap alokasi anggarann cukup bvesar, yakni bidang prasarana umum dan ekonomi. Prasarana umum banyak menyerap anggaran karena programnya berupa pembangunan fisik seperti fasilitas umum, jalan, air bersih dan bangunan fisik lainnya. Sedangkan bidang ekonomi lebih banyak untuk mendorong usaha ekonomi masyarakat melalui program pendampingan UKM dan pemberian bantuan modal usaha. Berikut ini data tentang realisasi pembiayaan program CSR antara tahun 2009 – 2011.

Realisasi Pembiayaan CD PT. Arutmin Indonesia Site Senakin 2009 – 2011 No

Program

1 2 3 4

Ekonomi Pendidikan Kesehatan Sosial Budaya dan Keagamaan Prasarana Umum/Infrastru ktur Donasi Project Khusus Total

5

6 7

2009 872.192.600 540.550.352 130.267.070 508.661.990

Realisasi 2010 1.219.855.500 375.929.750 158.843.743 392.038.000

2011 2.790.045.225 115.439.750 180.705.704 677.677.000

4.882.093.325 1.031.919.852 469.816.516 1.578.376.990

1.024.247.700

1.544.075.414

3.127.809.350

5.696.112.474

411.225.000 2.156.434.516 5.643.579.228

3.018.396.000 3.012.250.750 9.721.389.167

426.041.100 2.351.642.822 9.669.360.951

3.855.662.100 7.520.328.088 25.034.309.345

Total (Rp)

Anggaran CSR dilihat dari realisasi penyerapan anggarannya mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2010, kemudian sedikit menurun pada tahun 2011. Namun apabila dilihat dari aspek perencanaan ada ketidaksesuaian nilai nominalnya pada tahun 2009 ada kelebihan sebesar 25% dari perencanaan, sedangkan pada tahun 2011 alokasi anggaran yang

tidak mampu direalisasikan secara maksimal. Kondisi ini mengindikasikan adanya ketidaksesuaian antara perencanaan dan realisasi anggaran. 4. Perencanaan CSR Perencanaan program CSR yang dilaksanakan oleh PT Arutmin Indonesia Site Senakin sudah berjalan cukup baik, penyusunan program didasarkan pada social mapping dan masukan dari musrenbang mulai dari tingkat desa, kecamatan sampai pada tingkat kabupaten yang secara rutin dilaksanakan setiap tahun. Namun demikian, PT Arutmin Indonesia Site Senakin belum memiliki dokumen Renstra CSR sebagai pedoman jangka menengah dalam merealisasikan program CSR. VIsi dan misi CSR hanya

tertuang

dalam

dokumen

Memorandum

perusahaan

dengan

No:

209/AI/VIII/2008. Perencanaan program CSR yang dilakukan PT. Arutmin Indonesia Site Senakin, selain didasarkan pada hasil pemetaan sosial juga dilengkapi dengan Logical Framework Analysis (LFA), hasil dari analisis ini menyajikan program-program pemberdayaan yang menjadi unggulan pada setiap bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan lingkungan serta menyajikan tahapan-tahapan kegiatan program unggulan dengan kalender kegiatan selama 3 sampai dengan 4 tahun, dengan kata lain analisis ini menggambarkan alur atau road map yang harus dilakukan untuk mencapai kondisi (tujuan akhir) yang diharapkan pada setiap bidang. Rencana kerja disusun setiap tahun sekali dengan memanfaatkan dokumen social mapping dan hasil musrenbang dari tingkat desa, kecamatan sampai tingkat kabupaten. Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan ke depan seharusnya didasarkan pada dokumen perencanaan yang lebih sistematis dan komprehensif yang biasanya dituangkan dalam dokumen perencanaan Strategis. Dalam dokumen social mapping, yang dilaksanakan secara periodik dirumuskan program-program yang akan dilaksanakan pada tiga tahun ke depan. Rencana program dibagi dalam beberapa bidang lengkap dengan road map program dan kegiatan yang akan dilaksanakan setiap tahun beserta dengan pencapaian tujuan dari masing-masing bidang tersebut. 5. Pelaksanaan Program CSR Program CSR yang dilaksanakan oleh PT. Arutmin Indonesia Site Senakin dilaksanakan secara baik yang melibatkan unsur pemerintah, perusahaan dan

masyarakat. Pada tingkat kabupaten, dibentuk forum CSR yang dibawah koordinasi Bappeda yang anggotanya terdiri dari perwakilan-perwakilan perusahaan yang ada di Kabupaten Kotabaru. Forum tersebut bertujuan untuk membangun sinergitas antara pemerintah dan perusahaan dalam melaksanakan program CSR. Pertemuan dilaksanakan secara periodik setiap 3 bulan sekali. Forum tersebut disamping sebagai forum untuk membangun koordinasi antara pemerintah dan perusahaan-perusahaan tetapi juga sebagai media berbagi informasi dan pengalaman dalam penyelenggaraan CSR.

Forum tersebut akan memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan

pemberdayaan masyarakat yang melibatkan ketiga stakeholders (pemerintah, perusahaan dan masyarakat). sejauh tidak dimanfaatkan untuk kepentingan praktis penguasa. Oleh karena itu, peran yang dapat dimainkan oleh perusahaan adalah mengontrol agar forum tersebut konsisten untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di sekitar perusahaan. Pada tingkat perusahaan, secara umum implementasi program CSR bukan hanya menjadi kewenangan tunggal CDEA melainkan juga melibatkan unit-unit lain seperti departemen enginering, departemen project, departemen lingkungan dan departemen finance. Hal ini terutama untuk program-program CSR bidang fisik dan infrastruktur yang skalanya besar. Koordinasi antar departemen selalu dilaksanakan mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan. Program-program community relation, terutama program pembangunan infrastruktur, Departemen Community Development dan Affair selalu melibatkan Departemen Engineering untuk mempersiapkan perencanaan fisik dan teknis, sementara dari Departemen Financial menyusun alokasi anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan infrastruktur tersebut. Kebijakan PT Arutmin Indonesia Site Senakin dalam mengembangkan program CSR dalam rangka memberdayakan masyarakat di bidang ekonomi ditempuh melalui pengembangan kerja sama dengan Dompet Dhuafa yang sudah berjalan selama tiga tahun lebih, keberadaan lembaga ini sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat yang terlibat dalam kelompok-kelompok usaha mandiri dan koperasi. Mengingat staf Dompet Dhuafa berasal dari luar daerah, maka pemahaman mereka terhadap wilayah dan sosial budaya masyarakat masih terbatas, agar kegiatan mereka menjadi lebih sinergis maka perlu adanya komunikasi dan sinergi yang lebih baik antara staf Dompet Dhuafa dengan CD Officer.

Berdasarkan data lapangan dapat diketahui bahwa cukup banyak programprogram pemberdayaan masyarakat yang sudah berhasil dilaksanakan. Programprogram yang dinilai cukup prospektif untuk terus dikembangkan adalah program pengembangan peternakan sapi yang ada di Desa Sei Seluang, program ini telah berhasil meningkatkan penghasilan keluarga miskin yang tergabung dalam kelompok peternak sapi. Ke depan program ini dapat direplikasi di desa-desa yang lain. Pengelolaan kelompok peternak sapi ini diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa bertanggung jawab dan dapat memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk belajar dari proses pendampingan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa. Program lain yang cukup prospektif di waktu yang akan datang adalah program pengembangan perkebunan karet. Program ini cukup menjajikan karena didukung dengan potensi lahan yang sangat bagus. Sebagai contoh, pengembangan perkebunan karet di desa Sebuli berkembang cukup baik, masyarakat antusias untuk mendukung program tersebut. Bentuk bantuan yang diberikan oleh perusahaan adalah pemberian bantuan bibnit karet unggul yang kemudian diteruskan dengan program okulasi bibit karet local dengan bibit unggul yang difasilitasi oleh perusahaan. Program ini didukung dengan sarana yang cukup memadai dengan didirikannya LPPM sebagai pusat pengembangan ketrampilan masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan melalui program CSR dapat dilihat dari dinamika perkembangan lembaga di tingkat lokal. Dinamika lembaga lokal merupakan salah satu output dari program yang dibina oleh Dompet Dhuafa selaku mitra PT Arutmin Indonesia Site Senakin. Fungsi dibentuknya kelembagaan lokal adalah sebagai wadah untuk menampung aspirasi mitra binaan, serta untuk mengembangkan dan mengamankan dana program dalam suatu system yang terikat menuju kemandirian masyarakat. Bentuk kelembagaan cukup variatif seperti koperasi serba usaha yang di dalamnya ada beberapa usaha Lembaga Keuangan Mikro Syariah dan Unit Usaha. Meskipun demikian, masih ada program-program pemberdayaan yang belum berhasil secara optimal, di antara program tersebut adalah program pelatihan. Program pelatihan yang dilaksanakan selama ini sudah cukup variatif (bidang pertanian, perkebunan, perikanan, dll) namun pendekatan yang dilakukan masih bersifat konvensional masih sebatas training delivery, sehingga belum berhasil secara optimal. Perlu mengembangkan pendekatan pelatihan yang berbasis Community Based

Training (CBT), dimana penyelenggaraan training dilakukan dalam tiga tahapan : pra training – training delivery – post training. Sementara itu, indikator keberhasilan sebagian program-program CSR yang dilaksanakan masih terbatas pada indicator output belum menggunakan indicator outcome sehingga tidak dapat diukur tingkat kemanfaatannya bagi masyarakat (kelompok sasaran). Padahal semestinya ukuran keberhasilan dari program pelatihan adalah seberapa banyak peserta pelatihan mampu mengembangkan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk mendirikan atau mengembangkan usaha secara mandiri. Di samping itu, dalam implementasi program CSR juga menghadapi beberapa persoalan, Pada awalnya (tahun 2000-an) efektivitas program CSR masih perlu ditingkatkan, dari data yang ada menunjukkan bahwa tingkat efektitas program KUM yang dilaksanakan oleh LPPM mengalami kredit macet kurang lebih sebesar 70%, sementara untuk program bantuan perkebunan karet tingkat keberhasilannya masih sebesar 50%. Hal ini disebabkan karena implementasi program tidak sesuai dengan kondisi kesiapan masyarakat terutama dalam mempersiapkan lahan. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pengelola program CSR di bawah Departemen CDEA. Pada saat ini program CSR yang dilaksanakan sudah berjalan lebih efektif, namun belum ada data yang lebih actual.

Gambar : Produk Kerupuk Udang Binaan PT. Arutmin Inbdonesia Senakin

Gambar : Srtifikat Produk dan Standar Keamanan Pangan

Gambar : Pembangunan Masjid di Desa Binaan PT. Wilas (Bantuan PT Arutmin Indonesia di Desa Senakin)

Gambar

:

Kebun

Karet

Arutmin Indonesia Senakin Sebuli

6. Evaluasi Program CSR PT. Arutmin Indonesia Site Senakin mempunyai komitmen yang kuat dalam melaksanakan program CSR, hal ini ditunjukkan dengan adanya system monitoring dan evaluasi dengan cara memantau pelaksanaan program. Kajian evaluative dilaksanakan secara periodik 3 tahun sekali yang diintegrasikan dalam kegiatan social mapping. Secara garis besar kajian evaluasi ini mencakup 3 level, yaitu evaluasi kebijakan, review persepsi masyarakat terhadap perusahaan, dan evaluasi programprogram yang sudah dilaksanakan pada periode sebelumnya. Secara metodologis review yang dilakukan terhadap kondisi lingkungan masyarakat secara menyeluruh dilakukan dengan mencermati kembali mengenai beberapa aspek seperti: review peta perubahan desa, peta lingkungan dan pemukiman, peta potensi sumber daya, peta kalender musim, peta kalender pendapatan, peta dampak, peta diagram venn, peta peran serta perempuan dan peta kebutuhan. Secara garis besar kajian evaluasi ini memberikan informasi mengenai temuan atas persepsi masyarakat yang berkaitan dengan keberadaan perusahaan berpartisipasi dalam mensejahterakan masyarakat, pergaulan karyawan, pengelolaan dampak lingkungan, penyediaan kesempatan kerja, manfaat keberadaan perusahaan dan penghormatan terhadap adat budaya setempat), dan penyelenggaraan program Community Development (CD) PT. Arutmin Indonesia Site Senakin, yang menggambarkan mengenai pelibatan masyarakat, kesesuaian kebutuhan, sosialisasi program,

identifikasi kelompok sasaran,

pendampingan,

modal sosial dan

kemandirian, dimana hasil persepsi ini dapat dijadikan parameter (benchmark) untuk mengukur tingkat perubahan persepsi masyarakat.

Pada tingkat teknis, evaluasi

dilakukan pada setiap program, sehingga dapat diketahui apakah proses, output dan outcome program sudah sesuai dengan perencanaan atau ada penyimpangan. Sedangkan pada tingkat empiris, mekanisme pelaksanaan kegiatan baik yang berupa pembangunan fisik maupun program pemberdayaan ekonomi masyarakat, mekanisme pencairan dana dilakukan secara bertahap, dan setiap tahapan dimulai diikuti dengan penilaian apakah pelaksanaan program sudah sesuai dengan kesepakatan

yang

disepakati, apabila sudah sesuai maka baru dikucurkan dana stimulant berikutnya. 7. Rencana Paska Tambang Komitmen PT Arutmin Indonesia Site Senakin untuk mempersiapkan keberlanjutan penghidupan masyarakat cukup besar, hal ini dapat dilihat dari adanya dokumen Rencana Paska Tambang yang telah disetujui oleh Kementerian ESDM dan dijadikan sebagai framework untuk mempersiapkan keberlanjutan penghidupan masyarakat seperti misalnya pemanfaatan areal bekas tambang untuk berbagai kepentingan, seperti pengembangan wisata, sumber air untuk irigasi pertanian, teaching forest dan sebagainya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku. Rencana Paska Tambang sudah disiapkan melalui berbagai macam program, program CSR yang ditujukan untuk mempersiapkan keberlanjutan penghidupan masyarakat paska tambang di antaranya adalah program perkebunan karet, program pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui kelompok usaha mandiri dan kelompok usaha di bidang pertanian dan perkebunan yang dilaksanakan di seluruh wilayah desa binaan, namun demikian efektifitas program tersebut masih perlu ditingkatkan, mengingat pada masa-masa awal terbentuknya LPPM, banyak kelompok-kelompok binaan yang tidak berkembang dan akhirnya macet. Meskipun PT Arutmin Indonesia Site Senakin sudah mempersiapkan rencana paska tambang secara baik, namun yang perlu mendapat perhatian adalah adanya praktek illegal mining. Dikhawatirkan ketika PT Arutmin sudah tidak beroperasi lagi, praktek illegal mining akan semakin marak, kondisi ini tentunya akan menyisakan kerusakan lingkungan yang terjadi di hampir semua wilayah ring 1 yang dapat menjadi ancaman bagi keberlanjutan penghidupan masyarakat paska tambang. Penanganan masalah ini bukan hanya menjadi tanggung jawab PT Arutmin Indonesia

Site Senakin melainkan juga menjadi tanggung jawab pemerintah (aparat penegak hukum) dan masyarakat.

Gambar : Areal Reklamasi Site Senakin di Areal

Gambar : Penanaman tanaman Reklamasi Site Senakin

Gambar : Areal Reklamasi tahun 2007

Gambar : Contoh areal yang direklamasi

8. Lesson Learned 1. PT Arutmin Indonesia Site Senakin menyadari bahwa kegiatan eksploitasi sumberdaya alam (batubara) tidak bisa tidak akan menimbulkan dampak eksternal baik terhadap aspek lingkungan maupun aspek sosial. Perusahaan memposisikan program CSR pada dasarnya merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat lingkar tambang khususnya. Inti dari tanggung jawab sosial adalah adanya komitmen moral untuk membantu peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat lingkar tambang. Dana yang dialokasikan untuk membiayai program CSR merupakan investasi sosial yang sejajar dengan investasi lain yang harus bermanfaat bagi masyarakat lingkar tambang terutama kelompok masyarakat yang tidak diuntungkan dengan adanya perusahaan.

2. Pentingnya merumuskan indicator keberhasilan program CSR yang bukan hanya sekedar mengukur capaian program dari sisi output saja, melainkan perlu diukur outcome, impact dan benefit dari program yang dilakukan. Sebagian ukuran program masih sebatas pada pencapaian pada tingkat output saja, tetapi sampai sejauh mana program dan kegiatan tersebut memberikan manfaat bagi masyarakat belum semuanya terukur dengan baik. 3. Permasalahan kurang optimalnya keberhasilan dalam mengembangkan kelompok-kelompok binaan tersebut bukan sepenuhnya disebabkan oleh lemahnya manajemen pengelolaan program CSR, namun juga disebabkan karena persoalan mindset dan

mentalitas masyarakat yang ingin cepat

mendapatkan penghasilan tanpa harus bekerja keras. Oleh karena itu PT Arutmin Indonesia perlu merancang program-programm yang mampu untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) di kalangan pemuda. 4. Persoalan lain yang dapat diidentifikasi menjadi penyebab kurang optimalnya program CSR yang selama ini sudah dilakukan adalah kharakteristik masyarakat yang berbeda-beda antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Perbedaan kharakteristik ini dipertegas dengan perbedaan kapasitas modal sosial yang ada di masyarakat, hal ini dapat ditunjukkan adanya distrust antara kelompok masyarakat tertentu terhadap perusahaan, sehingga programprogram CSR tidak mendapat dapat berjalan dengan baik. 5. Sejauh ini program CSR yang dilaksanakan oleh PT Arutmin Indonesia dinilai sudah memberikan kontribusi pada pencapaian target MDGs yang dapat dilihat dari beberapa indikator seperti pengentasan kemiskinan, penurunan angka drop out sekolah, dll. Secara metodologis bagaimana mengukur kontribusi program CSR yang dilaksanakan oleh PT Arutmin dalam pencapaian tersebut masih dapat diperdebatkan, mengingat ada banyak program yang dilaksanakan oleh pihak lain (pemerintah) seperti Program PNPM Mandiri yang mempunyai tujuan sama untuk merealisasikan target MDGs.

Related Documents


More Documents from "Edward dinoy"