131000719.pdf

  • Uploaded by: Alam
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 131000719.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 20,088
  • Pages: 135
Universitas Sumatera Utara Repositori Institusi USU

http://repositori.usu.ac.id

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Skripsi Sarjana

2017

Identifikasi Bahaya Pekerjaan Pemeliharaan Jaringan Listrik pada Teknisi Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan di PT.PLN (Persero) Area Medan Tahun 2017 Hanna, Frisca Ruth http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2142 Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara

IDENTIFIKASI BAHAYA PEKERJAAN PEMELIHARAAN JARINGAN LISTRIK PADA TEKNISI PEKERJAAN EKERJAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN (PDKB)DI (PDKB) PT.PLN (PERSERO) AREA MEDANTAHUN 2017 Skripsi ini diajukan sebagai salah alah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OEH : FRISCA RUTH HANNA NIM. 131000719

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

IDENTIFIKASI BAHAYA PEKERJAAN PEMELIHARAAN JARINGAN LISTRIK PADA TEKNISI PEKERJAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN (PDKB) DI D PT.PLN (PERSERO) AREA MEDAN TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH : FRISCA RUTH HANNA NIM. 131000719

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul IDENTIFIKASI BAHAYA PEKERJAAN PEMELIHARAAN JARINGAN LISTRIK PADA TEKNISI PEKRJAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN DI PT.PLN (PERSERO) AREA MEDAN TAHUN 2017 Yang disiapkan dan dipertahankan oleh

FRISCA RUTH HANNA NIM : 131000719 Disahkan oleh : Komisi Pembimbing Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes NIP. 197911072005012003

Ir.Kalsum, M.Kes NIP. 195908131991032001

ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “IDENTIFIKASI BAHAYA PEKERJAAN PEMELIHARAAN JARINGAN LISTRIK PADA TEKNISI PEKERJAAN DALAM KEADAAN BERTEGANGAN (PDKB) DI PT.PLN (PERSERO) AREA MEDAN TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuwan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuwan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRAK Disetiap tempat kerja selalu terdapat sumber dan potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, untuk mengendalikan sumber dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja maka sumber dan potensi bahaya tersebut harus dilakukan identifikasi.Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) 20 KV adalah Pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan saat listrik dalam keadaan menyala atau bertegangan, jenis pekerjaan ini memiliki potensi bahaya yang tinggi yang dapat membahayakan keselamatan pekerja sehingga diperlukan identifikasi bahaya pada setiap proses pekerjaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan identifikasi terhadap sumber-sumber bahaya yang ada di tempat kerja. Metode pengambilan data menggunakan data primer berasal dari observasi langsung di tempat kerja dan wawancara, sedangkan data sekunder berasal dari dokumen dan catatan perusahaan kemudian dianalisis secara deskriptif. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sumber bahaya dari Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan 20KV adalah kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas , suhu udara yang panas, tangga alumunium dan tangga isolasi yang tidak terpasang dengan baik, penggunaan material yang tidak sesuai fungsinya, tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, tidak mematuhi jarak aman yang di tetapkan, adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang dikerjakan bila peralatan tidak sesuai standar. Disarankan kepada Sub.Bagian Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan PT.PLN (Persero) Area Medan untuk mewajibkan setiap teknisi menaati SOP (Standar Operational Procedure), menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap dan harus berhati-hati saat melakukan pekerjaan. Kata Kunci : Identifikasi Bahaya, Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB)

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ABSTRACT In every workplace there are always sources and potential hazards that can cause accidents and occupational diseases, to control the source and potential hazards that exist in the workplace, the source and potential hazards must be identified. PDKB 20 KV is maintenance work performed when power is on or on Electrical Voltage, this type of work has a high potential hazard that may endanger the safety of the worker so that hazard identification is required in every work process. The purpose of this study is to identify the sources of hazards present in the workplace. The method of retrieval data is using primary data comes from direct observation in the workplace and interview, while the secondary data comes from documents and company records then descriptively analyzed. The results of this research can be concluded that the source of the dangers of PDKB 20 KV is noise from traffic vehicles, hot temperatures, aluminum ladders and insulation stairs that are not installed properly, the use of materials that do not function properly, The rope that delivers the tool or material does not work properly, it does not comply with the prescribed safe distance, the existence of a voltage-to-electricity connection between the conductor and the equipment being worked on when the equipment is not up to standard of procedure. Suggested to Sub. Part Work In Tension Situation PT.PLN (Persero) Medan Area to require every technician to comply with SOP (Standard Operational Procedure), using Personal Protective Equipment (PPE) complete and must be careful while doing work Keywords: Hazard Identification, Work In Voltage (PDKB)

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah Tritunggal yang selalu memberikan kasih dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul judul “IDENTIFIKASI BAHAYA PEKERJAAN PEMELIHARAAN JARINGAN LISTRIK

PADA

TEKNISI

PEKERJAAN

DALAM

KEADAAN

BERTEGANGAN (PDKB) DI PT.PLN (Persero) Area Medan Tahun 2017”. Segala proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun material. Untuk itu, disampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalam kepada : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Prof. Dr. Ida Yusnita, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Depatemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 4. Ir.Kalsum, M.Kes selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan arahan,saran dan kritik yang membangun dalam proses penyusunan skripsi 5. Eka Lestari Mahyuni, SKM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan waktu, arahan, bimbingan kepada penulis mulai dari tahap persiapan, penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

6. Dra.Lina Tarigan, Apt., MS selaku penguji skripsi skripsi penulis, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik pada proses penyusunan skripsi. 7. dr.Halinda Sari Lubis, MKKK selaku penguji skripsi penulis, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik pada proses penyusunan skripsi. 8. Bapak Azhar Effendy selaku Spv.PDKB, Bapak Armensyah selaku Preparator PDKB dan seluruh Teknisi PDKB PT.PLN (Persero) Area Medan sebagai pembimbing lapangan penulis yang telah memberikan waktu untuk berdiskusi dan arahan saat di lapangan sehingga skripsi ini bisa selesai dengan baik. 9. Terkhusus bagi orangtua penulis, K.Sianturi dan T.Rajagukguk serta Bang Saverius Harlen, Bang Hendry Noven, Kak Nira yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan baik moral maupun materi selama penulis mengerjakan skripsi. 10. Sepupu terkasih Damayanti Natalia, SKM yang selalu menjadi tempat curhat bagi penulis dalam mengerjakan skripsi, memberikan semangat, dan dukungan doa. 11. Sahabat terkasih Margaretha Pratiwi Sihombing , Devi Merry Sonia Sitepu, Bintang Sri Panjaitan yang selalu mendukung dalam doa, semangat, dan perhatian penuh selama pengerjaan skripsi, We will on the to top together!

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

12. Teman-teman seperjuangan skripsi Firman, Deo, Gia, Maria Gesly. You’re rocks guys! 13. Teman-teman KTB SDG&Pequenavella (Ka Elinsa, Ka Erni, Susi, Mai, Rosnani, Dedek, Elida, dan Anna) terimakasih untuk setiap doa, pengalaman hidup dan firman yang dibagikan. 14. Adik-adik Kelompok terkasih (Dwira Veronika, Hanna Amelia, Peronika Siregar, Yanti Fitriani) terimakasih untuk doa dan dukungan kalian ya adik-adik 15. Teman-teman sepelayanan di Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Oikumene Mahasiswa Kristen dan Kepaniatian Retreat POMK FKM USU 2017. Semangat untuk Retreat kita! 16. Kakak-kakak terkasih di Harmonika 70 (Kak Vero dan Kak Ingrid), Semangat terus kak! 17. Keluarga Kota Pari (Juniarta, Sari, Jannah, Winda, Intan, Maria Gesly) terima kasih untuk semangat, dukungan, motivasi yang kalian berikan selama pengerjaan skripsi ini. 18. Dan semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Medan, April 2016

Frisca Ruth Hanna

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................. ABSTRAK ............................................................................................... ABSTRACT ............................................................................................. KATA PENGANTAR .............................................................................. DAFTAR ISI ............................................................................................ DAFTAR TABEL .................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................. DAFTAR ISTILAH..................................................................................

halaman i ii iii iv v vii x xi xii xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................6 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum .....................................................................7 1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................7 1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja......................................................9 2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ........................9 2.1.2 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja......................12 2.1.3 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.....................13 2.2 Tempat Kerja......................................................................................14 2.3 Identifikasi Bahaya 2.3.1 Definisi Identifikasi Bahaya ..............................................15 2.3.2 Tujuan Identifikasi Bahaya................................................17 2.3.3 Persyaratan Identifikasi Bahaya.........................................20 2.3.4 Sumber Identifikasi Bahaya...............................................21 2.3.5 Pemilihan Teknik Identifikasi Bahaya ...............................23 2.3.5 Proses Identifikasi Bahaya ................................................25 2.4 Konsep Bahaya..................................................................................26 2.4.1 Jenis Bahaya .....................................................................26 2.5 Bahaya Listrik ...................................................................................30 2.5.1 Potensi Bahaya Listrik ......................................................31 2.6 Kecelakaan Kerja 2.6.1 Pengertian Kecelakaan Kerja............................................32 2.6.2 Pencegahan Kecelakaan Kerja..........................................33 2.7 Keselamatan Ketenagalistrikan .........................................................34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.7.1 Ruang Lingkup Pengawasan K3 Listrik...........................38 2.8 Kerangka Konsep .............................................................................39 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian...................................................................................40 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian .....................................................................40 3.2.2 Waktu Penelitian .......................................................................................40 3.3 Populasi 3.3.1 Populasi ....................................................................................41 3.3.2 Sampel......................................................................................41 3.4 Metode dan Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer ..............................................................................41 3.4.2 Data Sekunder ..........................................................................42 3.5 Definisi Operasional ........................................................................42 3.6 Instrumen Penelitian ........................................................................43 3.7 Analisa Data ....................................................................................43 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran umum PT.PLN (Persero) Area Medan 4.1.1 Sejarah singkat perusahaan .....................................................44 4.1.2 Visi, Misi, Motto, Nilai-Nilai Perusahaan ...............................45 4.2 P2K3 PT.PLN (Persero) Area Medan ...............................................48 4.2.1 Susunan P2K3 PT.PLN (Persero) Area Medan.........................48 4.2.2 Fungsi, Tugas Pokok, Kewajiban dan Wewenang P2K3...........50 4.2.3 Program Kerja P2K3 PT.PLN (Persero) Area Medan ...............51 4.3 Deksripsi Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) ..............52 4.4 Stuktur Organisasi PT.PLN (Persero) Area Medan ...........................53 4.5 Stuktur Organisasi PDKB PT.PLN (Persero) Area Medan ................54 4.6 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Umur, Pendidikan, Masa Kerja Dan Jenis Kelamin...........................................................................55 4.7 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan 4.7.1 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Pemasangan Jumper pada Satu Tiang dengan Metode Berjarak ................................................56 4.7.2 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Pemasangan Tiang Sisipan dengan Metode Berjarak ..........................................................59 4.7.3 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Pemasangan Arrester dengan Metode Berjarak ......................................................................62 4.7.4 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Perubahan Konstruksi dari Isolator Tumpu menjadi Double Dead End dengan Metode Berjarak ......................................................................65 4.7.5 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Penggantian Pin Type Isolator Tumpu Metode Lutut Phasa Pinggir dengan Metode Berjarak .....................................................................69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Bahaya Pekerjaan Pemasangan Jumper pada Satu Tiang dengan Metode Berjarak..........................................................................72 5.2 Bahaya Pekerjaan Pemasangan Arrester dengan Metode Berjarak ......................................................................................74 5.3 Bahaya Pekerjaan Pemasangan Tiang Sisipan dengan Metode Berjarak ......................................................................................76 5.4 Bahaya Pekerjaan Perubahan Konstruksi dari Isolator Tumou menjadi Double Dead End dengan Metode Berjarak....................78 5.5 Bahaya Pekerjaan Penggantian Isolator Tumpu Metode Lutut Phasa Pinggir dengan Metode Berjarak .................................................80 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan.................................................................................83 6.2 Saran ..........................................................................................84 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................85 DAFTAR LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Distribusi Pekerja Berdasarkan Kelompok Umur, Pendidikan, Jenis Kelamin dan Masa Kerja ..................................................................... 55 Tabel 4.2 Identifikasi Bahaya Pemasangan Jumper pada Satu Tiang.................... 58 Tabel 4.3 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Pemasangan Tiang Sisipan dengan Metode Berjarak ............................................................................................... 60 Tabel 4.4 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Pemasangan Arrester dengan Metode Berjarak ............................................................................................... 63 Tabel 4.4 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Perubahan Konstruksi dari Isolator Tumpu menjadi Double Dead End dengan Metode Berjarak........................... 67 Tabel 4.5 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Penggantian Pin Type Isolator Tumpu Metode Lutut Phasa Pinggir dengan Metode Berjarak ........................ 71

ix UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama

: Frisca Ruth Hanna

Tempat Lahir

: Jakarta

Tanggal Lahir

: 24 Juli 1995

Suku Bangsa

: Batak

Agama

: Kristen Protestan

Nama Ayah

: Krisman Sianturi

Suku Bangsa Ayah

: Batak

Nama Ibu

: Tia Rajagukguk

Suku Bangsa Ibu

: Batak

Pendidikan Formal 1. SD/Tamatan Tahun

: SD Negeri 03 Pagi Pondok Kopi, Jakarta Timur/ 2007

2. SMP/Tamatan Tahun

: SMP Strada St. Anna Jakarta Timur/ 2010

3. SMA/Tamatan Tahun

: SMA Budhaya 2 St. Agustinus/ 2013

4. Lama Studi di FKM USU : 2013-2017 (3 Tahun 7 Bulan)

xii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR ISTILAH 1. Jumper

: Penyambungan langsung yang dilakukan tanpa melalui

alat pembatas dan menghubungkan aliran listrik pada SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah) 2. Protektor : Alat yang berfungsi untuk melindungi kabel 3. Phasa

: Instalasi listrik yang menggunakan 3 kawat penghantar

yang menghubungkan arus listrik dengan daya nya 4. Fuse Cut Out

: Suatu alat pengaman yang melindungi jaringan terhadap

arus beban lebih yang mengalir melebihi dari batas maksimum, yang disebabkan karena hubung singkat atau beban lebih. 5. Arrester

: Suatu alat pelindung bagi peralatan system tenaga listrik terhadap

surya petir. Alat pelindung terhadap gangguan surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga listrik dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah 6. Konduktor : Material yang dapat menghantarkan arus listrik dengan mudah 7. Isolator

: Material listrik yang berfungsi sebagai penyekat atau isolaasi.

8. Cross Arm : Material yang terbuat dari besi untuk penghantar dan peralatan yang perlu di pasangdi tiang 9. Hook pole : Peralatan yang digunakan untuk pemasangan dan pembongkaran peralatan yang akan dipasang di konduktor bertegangan. 10. Tie pole : Peralatan yang digunakan untk membuka dan memasang tie wire pada konduktor sebagai pengikat di isolator. xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

11. By pass jumper : Peralatan yang digunakan untuk penyambungan, biasanya digunakan pada pekerjaan jumper pada konstruksi Tegangan Menengah. 12. Conductor Cover : Penutup konduktor yang dipakai agar jarak pekerja dari konduktor dapat sedekat mungkin.

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Keselamatan Ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkahlangkah pengamanan instalasi tenaga listrik dan pengamanan pemanfaat tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi andal bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi manusia, serta kondisi akrab lingkungan (ramah lingkungan) dalam arti tidak merusak lingkungan hidup disekitar instalasi tenaga listrik (UU No.30, 2009). Pekerjaan pemeliharaan jaringan listrik mempunyai tugas pokok merencanakan kegiatan pemeliharaan rutin jaringan, melaksanakan pengawasan pelaksanaan pemeliharaan, dan merencanakan anggaran serta kebutuhan material untuk pemeliharaan. Dalam mengoperasikan jaringan distribusi tenaga listrik yang efisien dan berkualitas maka konstruksi jaringan tegangan menengah harus di bangun dengan benar sesuai dengan kaidah keselamatan ketenagalistrikan. Klasifikasi saluran udara transmisi berdasarkan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) 40 volt-1000 volt, Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 6 KV- 20 KV, Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30 KV-150 KV, Saluran Udara Ekstra Tinggi (SUTET) 200 KV-500KV (Pedoman Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik, 2010) Perawatan dan pemeliharaan jaringan di Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah dengan keadaan bertegangan yang dilakukan oleh teknisi

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2

Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) Tegangan Menengah 20 KV selama pelaksaan pekerjaan pemeliharaan tersebut, jaringan masih dalam keadaan bertegangan, beraliran listrik. Teknik ini menggunakan teknologi tinggi, peralatan yang mahal dan pelatihan bagi pekerjanya karena resiko bahaya dalam pelaksanaan pekerjaan yang sangat tinggi (Diklat Profesi Distribusi PDKB TM, 2009). Menurut UU No.30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, bahwa tenaga listrik mempunyai peran yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional maka usaha penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara dan penyediannya perlu terus ditingkatkan sejalan dengan perkembangan pembangunan agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, merata dan bermutu. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik. Bahaya listrik adalah sesuatu yang dapat mendatangkan atau menimbulkan kecelakaan, bencana, kerugian dan sejenisnya yang diakibatkan oleh adanya arus listrik. Selain karena Unsafe Condition bahaya listrik juga bisa timbul karena adanya Unsafe Action yang salah satunya adalah ketidaktaatan ataupun kelalaian dari manusia yang menggunakan energi listrik (PLN, 2009). Menurut data di Amerika Serikat tercatat telah terjadi kasus kebakaran sebanyak 1,348,500 pada tahun 2009 dan pada tahun 2011 terjadi 1,389,500 kasus (NFPA, 2012) dan pada tahun 2010 sendiri di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

3

daerah perumahan karena bahaya listrik telah terjadi sebanyak 26.100 kasus kebakaran, 280 orang meninggal, 1050 orang luka-luka dan kerugian mencapai $ 1,013,700,000 (USFA A Fire Estimate Summary, 2010) Berdasarkan hasil statistik kecelakaan karena listrik diketahui bahwa hampir 95% kecelakaan listrik berakhir dengan kematian, lebih dari 60% kecelakaan listrik darii hasil kerja tegangan rendah yang pada hakekatnya adalah tegangan terpakai, sekitar 50% dari kecelakaan tersebut disebabkan oleh pemakaian alat-alat listrik dan faktor ketidaksengajaan dan tidak tahuan sebagai sumber terbesar dari kecelakaan listrik (Saputra, 2013) Berdasarkan laporan kecelakaan kerja dan pelanggaran peraturan keselamatan kerja pada PT.PLN (Persero) Area Medan tahun 2008 sampai 2010, terjadi 3 kasus kecelakaan kerja pada tahun 2008 karena tersengat listrik pada tahun 2009 terjadi 1 kasus karena kebakaran dan pada tahun 2010 terjadi 4 kasus kecelakaan kerja karena tersengat listrik dan terjatuh. Pada tahun 2008 dan 2010 terjadi sebanyak 5 kasus pelanggaran peraturan keselamatan yang mengabaikan peraturan keselamatan kerja sehingga dapat terjadi kecelakaan, namun dari tahun 2011 hingga tahun 2016 PT.PLN (Persero) Area medan nihil kecelakaan kerja Proses instalasi listrik berdasarkan peralatan penerangan dan distribusi

listrik

yang

menyebabkan

terjadinya

kebakaran

bisa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4

dikelompokkan sebagai berikut: 63% berasal dari sistem perkabelan, 20% berasal dari lampu dan fitting lampu, 11% berasal dari terminal dan steker, 6% berasal dari transformator dan power supply (Reza, 2012) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu (2013), Bahaya yang paling banyak ditemukan adalah tersengat listrik yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu isolasi kabel mengelupas, salah menghubungkan kabel ke kutub yang sebenarnya, memasang filler pada holder, tidak memasang soket listrik sesuai standar. Bahaya dari kondisi kabel yang terkelupas adalah bisa menimbulkan sengatan arus listrik apabila operator menyentuh bagian yang mengelupas tersebut. PT. PLN (Persero) Area Medan merupakan salah satu perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang penyalur listrik. Kegiatan perusahaan ini adalah menyalurkan energi listrik bagi setiap pelanggan khususnya didaerah Medan. PT. PLN ini melayani masyarakat yang membutuhkan daya listrik dan melayani keluhan masyarakat terhadap listrik yang disalurkannya, agar terjaminnya penyediaan tenaga listrik maka yang dilaksanakan oleh PLN adalah penyediaan dan pemeliharaan bahan bakar pembangkit listrik agar dapat secara terus menerus beroperasi menjalakan mesin pembangkit listrik selama 24 jam, pemeliharaan jaringan listrik yang dilaksanakan dengan cara bertegangan. PT PLN (Persero) Area Medan meluputi 9 rayon yaitu rayon johor, rayon medan selaran, rayon medan baru, rayon medan kota,rayon medan sunggal, rayon

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5

medan belawan, rayon medan helvetia, rayon medan labuhan dan rayon medan timur. Pekerja PT. PLN terutama bagian lapangan adalah orang yang paling membutuhkan jaminan keselamatan dan kesehatan, karena kondisi tempat kerja mereka yang berbahaya dan pekerjaan mereka yang beresiko tinggi, seperti memasang ataupun memperbaiki tiang listrik yang ada di jalan raya, selain beresiko terjatuh dari ketinggian mereka juga beresiko terkena tegangan listrik yang tinggi. Mengatasi agar tidak terjadi kecelakaan kerja, maka pekerja dianjurkan mematuhi peraturan-peraturan yang ada dalam perusahaan seperti pada saat bekerja karyawan harus menggunakan alat pelindung seperti helm, masker, sarung tangan dan tali pengaman yang diikat di pinggang jika melakukan pekerjaan diatas tiang listrik. Selain itu, pekerja juga harus fokus terhadap pekerjaan yang sedang dilakukannya, dengan kondisi seperti ini, PT. PLN (Persero) Area Medan lebih mengedepankan keselamatan dan kesehatan kerja pekerja sehingga pekerja tersebut dapat bekerja secara maksimal. Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) Tegangan Menengah 20 KV merupakan sub divisi PLN (Persero). PDKB adalah pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan saat listrik dalam keadaan menyala atau bertegangan seperti penggantian pin type isolator, penggantian cross arm, perbaikan jaringan SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah), Pemeliharaan jamper dari SUTM, Penjamperan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

6

sambungan baru, pemeliharaan LBS, pemeliharaan lightening arrester, penggantian brace wood, dan penggeseran jaringan SUTM. Berdasarkan hasil survey pendahuluan, pada saat

proses

pemeliharaan jaringan listrik dengan penggantian lightening arrester di 2 titik yaitu BR (Wilayah Bekerja Rayon) 213 Gajah Mada dan BR (Wilayah Bekerja Rayon) 186 Darussalam, dengan total pekerja PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan) 16 orang dan di bagi menjadi 2 team di 2 titik tersebut dengan proses kerja mengukur jarak aman, memasang protektor ketiga phasa, memasang arrester pada cross arm, mengukur dan memasang jumper pada arrester, memasang jumper arester pada SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah). Potensi bahaya penggantian lightening arester dapat mengakibatkan tersengat arus listrik, terbakar akibat efek panas dari listrik, terjatuh karena pekerja menyentuh atau berhubungan dengan rangkaian listrik yang bertegangan. Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) memiliki risiko bahaya yang tinggi, untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti identifikasi bahaya pada pekerjaan pemeliharaan jaringan listrik teknisi PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan) di PT.PLN Area Medan tahun 2017. 1.2

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan resiko bahaya pekerjaan pemeliharaan jaringan listrik pada teknisi PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan) di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

7

PT.PLN Area Medan tahun 2017 sehingga penulis ingin mengidentifikasi bahaya pekerjaan tersebut. 1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana identifikasi bahaya pada pekerjaan pemeliharaan jaringan listrik teknisi Pekerjaan

Dalam

Keadaan

Bertegangan

(PDKB)

sebagai

upaya

pendukung pelaksana keselamatan dan kesehatan kerja di PT.PLN Area Medan 2017. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi bahaya pekerjaan pemasangan jumper pada satu tiang 2. Mengidentifikasi bahaya pekerjaan pemasangan tiang sisipan 3. Mengidentifikasi bahaya pekerjaan pemasangan arrester 4. Mengidentifikasi bahaya pekerjaan perubahan konstruksi dari isolator tumpu menjadi double dead end 5. Mengidentifikasi bahaya pekerjaan penggantian pin type isolator tumpu metode lutut phasa pinggir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

8

5.4

Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Menambah wawasan pengetahuan tentang identifikasi bahaya pada pekerjaan pemeliharaan jaringan listrik teknisi Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) di PT.PLN Area Medan tahun 2017 dan pembelajaran efektif sebab dihadapkan langsung dengan permasalahan yang nyata di lapangan. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi untuk memberikan masukan atau sarah kepada perusahaan berupa informasi dan masukan tentang identifikasi bahaya pada pekerjaan pemeliharaan jaringan listrik teknisi Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) di PT.PLN Area Medan tahun 2017. 3. Bagi Institusi Pendidikan Menambah referensi bagi perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tentangg Identifikasi Bahaya pada pekerjaan pemeliharaan

jaringan

listrik

teknisi

Pekerjaan

Dalam

Keadaan

Bertegangan (PDKB) di PT.PLN Area Medan 2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat,alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi (UU No.1/1990). Keselamatan kerja adalah merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan/mesin dan lingkungan secara luas (Tarwaka, 2012) Menurut UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, syarat-syarat keselamatan kerja untuk : a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan; b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran; c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya; e. Memberi pertolongan pada kecelakaan; f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

9 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

10

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,kelembapan, debu, kotoran,asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikologis, peracunan, infeksi dan penularan i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan penyimpanan barang q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.. Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu/kedokteran yang memelajari bagaimana melakukan usaha preventif dan kuratif serta rehabilitatif, terhadap penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum dengan tujuan agar pekerja memperoleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

11

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial (Tarwaka, 2012) Menurut Sholiha dan Kuncoro (2014), kesehatan kerja adalah suatu kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang memengaruhi kesehatan pekerja. Tujuan kesehatan kerja : 1. Memelihara dan meningkatkan setinggi-tingginya derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan, baik kesehatan fisik, mental ataupun sosial. 2.

Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang disebabkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan dalam pekerjaannya. 4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis mereka. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012, dijelaskan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

12

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012, dijelaskan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Dalam Sucipto (2014) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari risiko kecelakaan dan bahaya fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak selalu membicarakan masalah keamanan fisik dari pekerja, tetapi menyangkut berbagai unsur dan pihak. 2.1.2 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Indonesia berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan K3 telah banyak diterbitkan baik dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Surat edaran antara lain : 1. Undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. Undang-undang RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 3. Undang-undang RI No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional 4. Undang-undang RI No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

13

5. Peraturan Pemerintah RI No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 2 tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja 7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 2 tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 3 tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja 9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 13 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) Faktor Fisik dan Kimia dan berbagai peraturan lainnya 2.1.3 Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Era globalisasi akan membawa dampak terhadap perubahan tatanan kehidupan global. Berbagai kesepakatan yang bersifat regional dan multilateral seperti Asia Free Trade Area (AFTA) yang berlaku tahun 2003, Asia Pacific Economic Committee (APEC) tahun 2005, World Trade Organization sekitar tahun 2020, dan sebagainya mensyaratkan dunia usaha untuk melakukan berbagai upaya dalam rangka mengantisipasi globalisasi. Kompetisi dan tuntutan akan standar internasional menyebabkan masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) menjadi isu global dan sangat penting. Banyak negara semakin meningkatkan kepeduliannya terhadap masalah K3 yang dikaitkan dengan isu perlindungan tenaga kerja dan hak asasi manusia serta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

14

kepedulian terhadap lingkungan hidup sehingga mau tidak mau industri yang ingin produknya laku pasar harus memenuhi syarat K3. Oleh karena itu, penerapan K3 sebagai bagian dari operasi perusahaan merupakan syarat yang tidak dapat diabaikan dalam proses produksi untuk dapat mencapai efisiensi dan produktivitas yang dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing. Kebijikan penerapan K3 merupakan upaya dalam mengantisipasi hambatan teknis di era globalisasi dan perdagangan. Berkaitan dengan upaya penerapan K3, penggunaan alat pelindung diri sebagai bagian dari pengendalian bahaya di tempat kerja merupakan syarat penting yang harus mendapatkan perhatian khususnya standar keselamatan kerja alat pelindung diri harus dikembangkan sebagai sarana untuk lebih menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. 2.2

Tempat Kerja Dalam UU NO.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, tempat kerja

adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut. Pasal 13 dari UU No.1 Tahun 1970 menetapkan bahwa barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat pelindung diri yang diwajibkan (Suma’mur, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

15

2.3

Identifikasi Bahaya

2.3.1 Definisi Identifikasi Bahaya Identifikasi Bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangka manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan dari manajemen risiko tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin melakukan pengelolaan risiko dengan baik. (Ramli, 2010) Menurut Stuart Hawthorn I.Eng., M.I. Plant E. Dalam buku Risk Management Processs, cara sederhana adalah dengan melakukan berbagai sumber bahaya pada seekor anjing seperti kuku yang runcing serta gigi tajam yang dapat merobek mangsanya. Anjing berbulu lebat yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak menyenangkan dan tidak jaeang menyimpan berbagai kuman, anjing juga memiliki gerakan yang atraktif dan dapat membahayakan. Melalui pengamatan tersebut kita sebenarnya tekah melakukan suatu identifikasi bahaya dari seekor anjing. Hal serupa dapat dilakukan untuk mengidentifiksi bahaya di lingkungan kerja seperti dari mesin, proses kerja, lingkungan

kerja,

peralatan

dan

material

yang

di

gunakan.

Namun,

pelaksanaannya tentu tidak mudah dan sederhana sehingga perlu dilakukan secara sistematis (Ramli, 2010). Menurut Ramli (2010), potensi bahaya tersebut harus diidentifikasi atau yang sering disebut identifikasi bahaya. Identifikasi bahaya adalah upaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

16

sistematis untuk mengetahui potensi bahaya yang ada dilingkungan kerja. Ada 3 teknik identifikasi bahaya yang diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Teknik Pasif Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena kecelakaan telah terjadi baru kita mengenal dan mengambil langkah pencegahan. 2. Teknik Semi Proaktif Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Teknik ini kurang efektif karena: a. Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecelakaan. b. Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran. c. Kecelakaan telah terjadi yang berartitetap menilmbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain. 3. Teknik Proaktif Teknik ini adalah metode terbaik karena mengidentifikasikan bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan. Tindakan proaktif memiliki kelebihan : a. Bersifat preventif karena bahaya dikendalikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

17

b. Bersifat peningkatan berkelanjutan karena dengan mengenal bahaya dapat dilakukan upaya perbaikan. c. Meningkatkan awareness semua pekerja setelah mengetahui dan mengenal adanya bahaya disekitar tempat kerjanya, dan d. Mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya bahaya dapat menimbulkan kerugian. Adapun teknik yang bersifat proaktif antara lain: a. Data kejadian b. Daftar periksa c. Brainstorming d. What if analysis e. Hazops (Hazards and Operability Study) f. Analisa moda kegagalan dan efek g. Task analysis h. Event tree analysis i. Fault tree analysis j. Job safety analysis 2.3.2 Tujuan Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya merupakan landasan dari program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya maka risiko tidak dapat di tentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat dijalankan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

18

Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat antara lain : a) Mengurangi peluang kecelakaan Identifikasi bahaya dapat mengurangi peluang terjadinya kecelakaan, karena identifikasi bahaya berkaitan dengan faktor penyebab kecelakaan, dengan melakukan identifikasi bahaya maka berbagai sumber bahaya yang merupakan pemicu kecelakaan dapat diketahui dan kemudian dihilangkan sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan.

1 Fatal 30 Kecelakaan Berat 300 Kecelakaan Serius 3.000 Kecelakaan Ringan 30.000 Tindakan dan Kondisi tdak aman Gambar 2.1 Rasio kecelaakaan menurut Dupont Menurut Dupont, rasio kecelakaan adalah : 1 : 30 : 300 : 3000 : 30.000

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

19

Artinya untuk setiap 30.000 bahaya atau tindakan yang tidak aman atau kondisi tidak aman, akan terjadi 1 kali kecelakaan fatal, 30 kali kecelakaan berat dan 300 kali kecelakaan serius dan 3000 kecelakaan ringan. Berdasarkan rasio ini dapat dilihat bahwa dengan mengurangi sumber penyebab kecelakaan yang menjadi dasar dari piramida maka peluang untuk terjadinya kecelakaan dapat diturunkan. Oleh karena itu harus di upayakan mengidentifikasi seluruh sumber bahaya yaitu kondisi tidak aman dan perilaku tidak aman yang ada di tempat kerja. b) Memberikan pemahaman bagi semua pihak (pekerja-manajemen dan pihak terkait lainnya) mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan. c) Sebagai

landasan

sekaligus

masukan

untuk menentukan

strategi

pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif, dengan mengenal bahaya yang ada manajemen dapat menentukan skala prioritas penanganannya sesuai dengan tingkat risikonya sehingga diharapkan hasilnya akan lebih efektif. d) Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan, dengan demikian mereka dapat memperoleh gambaran mengenai risiko suatu usaha yang akan di lakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

20

2.3.3 Persyaratan Identifikasi Bahaya Identifikasi bahaya harus dilakukan secara terencana dan komperhensif, banyak perusahaan yang telah melakukan identifikasi bahaya tetapi angka kecelakan masih dinilai tinggi. Hal ini menunjukan bahwa proses identifikasi bahaya yang dilakukan belum berjalan dengan efektif. Ada beberapa hal yang mendukung keberhasilan program identifikasi bahaya antara lain : 1. Identifikasi bahaya harus sejalan dan relevan dengan aktivitas perusahaan sehingga dapat berfungsi dengan baik. Hal ini sangat menentukan dalam memilih teknik identifikasi bahaya yang tepat bagi perusahaan. Bagi perusahaan yang sifat risiko rendah, tentu tidak perlu melakukan

identifikasi

bahaya

dengan

teknik

yang

sangat

komperhensif misalnya teknik kuantitatif. 2. Identifikasi bahaya harus dinamis dan selalu mempertimbangkan adanya teknologi dan ilmu terbaru, banyak bahaya sebelumnya belum dikenal tetapi saat ini menjadi suatu potensi besar. Karena otu, dalam melakukan

identifikasi

bahaya

selalu

mempertimbangkan

kemungkinan adanya teknik baru atau sistem pencegahan yang telah di kembangkan. 3. Keterlibatan semua pihak terkait dalam proses identifikasi bahaya. Proses identifikasi bahaya harus melibatkan atau dilakukan melalui konsutasi dengan pihak terkait misalnya dengan pekerja. Mereka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

21

paling mengetahui adanya bahaya di lingkungan kerja nya masingmasing, mereka juga berkepentingan dengan pengendalian bahaya di tempat kerjanya. Identifikasi bahaya juga berdasarkan masukan dari pihak lain misalnya, konsumen atau masyarakat sekiar. Konsumen biasanya mengetahui berbagai kelemahan dan kondisi berbahaya yang ada dalam jasa atau produk yang dihasilkan perusahaan. 4. Ketersediaan metoda, peralatan, referensi, data dan dokumen untuk mendukug kegiatan identifikasi bahaya. Salah satu sumber informasi misalnya data kecelakan yang pernah terjadi baik internal maupun eksternal perusahaan 5. Akses terhadap regulasi yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan termasuk juga pedoman industri dan data sepeti MSDS (Material Safety Data Sheet) 2.3.4 Sumber Informasi Bahaya Bahaya dapat diketahui dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber antara lain dari perisriwa atau kecelakaan yang pernah terjadi, pemeriksaan ke tempat kerja, melakukan wawancara dengan pekerja di lokasi kerja, informasi dari pabrik atau asosiasi industri, data keselamatan bahan (material safety data sheet) 1. Kejadian Kecelakaan Informasi berharga tentang sumber bahaya atau risiko adalah melalui informasi kejadian yang pernah terjadi sebelumnya. Setiap orang harus belajar dari kejadian dengan maksud agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

22

Informasi dari kejadian-kejadian sebelumnya, terutama dari hasil penelitian dan kajian penyebabnya akan bermanfaat untuk mencegah kejadian serupa. Dari kasus kecelakaan banyak informasi berguna untuk mengenal bahaya misalnya : a. Lokasi kejadian b. Peralatan atau alat kerja c. Pekerja yang terlibat dalam kecelakaan d. Data-data korban berkaitan dengan usia,pengalaman,pendidikan, masa kerja, kondisi kesehatan dan kondisi fsik serta informasi lainnya. e. Waktu kejadian f. Bagian badan yang cedera g. Keparahan kejadian Informasi yang diperoleh akan memberikan gambaran tentang suatu bahaya yang ada di tempat kerja. 2. Kecenderungan kejadian Identifikasi

bahaya

juga

dapat

dilakukan

dengan

memperlajari

kecenderungan atau tred kejadian dalam perusahaan. Misalnya, dalam periode setahun ditemukan banyak pekerja yang menderita penyakit pernafasan, terkena semburan bahan kimia, atau jatuh dari tangga. Indikasi ini dapat dipelajari untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang ada ditempat kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

23

2.3.5 Pemilihan Teknik Identifikasi Bahaya Menurut Soeratman Ramli (2010), Pemilihan teknik identifikasi bahaya yang sesuai bagi perusahaan sangat menentukan efektivitas identifikasi bahaya yang dilakukan. Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan teknik identifiasi bahaya yang tepat antara lain : 1. Sistematis dan terstuktur 2. Mendorong pemikiran kreatif tentang kemungkinan bahaya yang belum pernah dikenal sebelumnya. 3. Harus sesuai dengan sifat dan skala kegiatan perusahaan. 4. Mempertimbangkan ketersediaan informasi yang di perlukan. Pada dasarnya tidak ada satupun teknik identifikasi bahaya yang mampu seratus persen mengidentifikasi bahaya yang ada di tempat kerja. Karena itu diperlukan pertimbanan dalam memilih teknik yang tepat dan sesuai untuk masing masing perushaan. Bahaya di tempat kerja timbul atau terjadi ketika ada interaksi antara unsur-unsur produksi yaitu manusia, peralatan, material, proses atau metode kerja. Dalam proses produksi tersebut terjadi kontak antara manusia dengan mesin, material, lingkungan kerja yang di akomodir oleh proses atau prosedur kerja. Karena itu, sumber bahaya dapat berasal dari unsur-unsur produksi tersebut antara lain : 1. Manusia Manusia berperan menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu pada saat melakukan aktivitasnya masing masing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

24

2. Peralatan Semua peralatan dapat menjadi sumber bahaya bagi manusia yang menggunakannya. Misalnya, peralatan listrik dapat menimbulkan bahaya listrik seperti terkena sengatan listrik. 3. Material Material yang di gunakan baik sebagai bahan baku, hasil produksi yang mengandung berbagai macam bahaya sesuai dengan sifat dan karakteristiknya masing-masing. 4. Proses Kegiatan produksi menggunakan berbagai jenis proses baik yang bersifat fisis atau kimia. Sebagai contoh, dalam proses pengellaan minyak digunakan proses fisis dan kimia dengan kondisi operasi seperti temperatur yang tinggi atau rendah, tekanan, aliran bahan, perubahan bentuk dari reaksi kimia, penimbunan dan lainnya. Tekanan yang berlebihan atau temperatur yang terlalu tinggi dapat menimbulkan bahaya peledakan atau kebakaran. 5. Sistem dan Prosedur Proses produksi dikemas melalui suatu sistem dan prosedur operasi yang diperlukan sesuai dengan sifat dan jenis kegiatan. Secara langsung sistem dan prosedur tidak bersifat bahaya, namun dapat mendorong timbulnya bahaya yang potensial. Sebagai contoh, sistem pengaturan kerja bagi seorang sopir secara 8 jam terus menerus akan menimbulkan kelelahan. Faktor kelelahan ini akan mendorong terjadinya kondisi yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

25

tidak aman, misalnya menurunnya konsentrasi, mengantuk dan kehilangan daya reaksi yang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya kecelakaan. 2.3.6 Proses Identifikasi Bahaya Secara garis besar tahapan identifikasi bahaya adalah merinci bahayabahaya yang ada sampai level detail dan kemudian menetukan signifikansinya (potensi) dan penyebabnya, melalui program survei dan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang ada Mesin dan Peralatan

Proses Kerja

Identifikasi Bahaya

Sumber Tenaga Kerja dan bahan berbahaya

Lokasi Kerja

Gambar 2.2 Proses Identifikasi Bahaya Tahapan identifikasi bahaya diawali dengan menyusun daftar kejadian-kejadian yang tidak diharapkan yang mungkin menyebabkan terjadi kecelakaan maupun gangguan kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

26

2.4 Konsep Bahaya Sebelum melakukan identifikasi bahaya, harus dipahami pengertian dan konsep bahaya karena risiko berkaitan langsung dengan bahaya (hazard). Bahaya didefinisikan sebagai berikut : a. A hazard is a source of potential harm in term of human injury, illhealth, damage to property, the environment, or a combination of these (Frank Bird-Loss Control Management) b. Hazard : source, situation or act with potential for harm in term of human injury or ill health (OHSAS 180001). Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbukan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Karena hadirnya bahaya maka diperlukan upaya pengendalian agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan (Ramli, 2010). Demikian juga dengan energi listik, aliran listrik mengandung bahaya jika mengenai tubuh karena tubuh manusia berfungsi sebagai konduktor atau dapat mengalirkan energi listrik. Pemahaman mengenai bahaya merupakan syarat utama dalam pengendalian risiko yang efektif. Menurut Deshmukh (2006), potensi bahaya sebagai sumber risiko khususnya terhadap keselamatan dan kesehatan diperusahaan akan selalu dijumpai, antara lain :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

27

1. Potensi bahaya udara tercemar (Air Contaminants Hazards) Secara umum, udara tercemar di tempat kerja berasal dari partikulat atau gas dan uap. Partikulat pencemar yang paling banyak adalah debu, fume, mists, aerosol dan fibres. 2. Potensi bahaya kimia (Chemical Hazards) Bahaya senyawa kimia yang berbentuk padat, cairan gas, mists, debu, fume dan uap memiliki efek toksik terhadap inhalasi (pernafasan), absorpsi (kontak langsung dengan kulit), atau pencernaan (makanan atau minuman). 3. Potensi bahaya biologi (Biological Hazards) Potensi bahaya biologi yang terdiri dari bakteri, virus , jamur dan organisme lainnya dapat menyebabkan infeksi akut dan kronis. Pekerjaan yang kontak langsung dengan hewan atau tumbuhan, pekerjaan dibinag laboratorium dan medis merupakan pekerjaan yang sering terpapar dengan bahaya biologi. 4. Potensi bahaya fisik (Physical Hazards) Potensi bahaya fisik adalah radiasi, kebisingan, getaran, pencahayaan dan temperature. 5. Potensi bahaya ergonomi (Ergonomic Hazards) Potensi bahaya ergonomi berasal dari pada cara, sikap dan posisi kerja yang tidak benar, fasilitas kerja yang tidak sesuai, dan faktor lingkungan kerja yang kurang mendukung.Hal ini berpengaruh terhadap produktivitas, efisiensi dan efektivitas pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

28

6. Potensi bahaya ruang terbatas (Confines-Space Hazards). Potensi bahaya ruang terbatas terdiri dari kekurangan oksigen, gas beracun, gas mudah terbakar, bahan pelarut, dan lainnya. 7.

Potensi bahaya kelistrikan (Electrical Hazards) Listrik banyak digunakan diindustri atau tempat kerja lainnya.Potensi bahaya listrik dapat menyebabkan kebakaran/ledakan.

8. Potensi bahaya mekanik (Mechanical Hazards) Contoh potensi bahaya mekanik adalah jatuh dari ketinggian dan lainnya. 2.4.1 Jenis Bahaya Jenis bahaya dapat di klasifikasikan sebagai berikut : a. Bahaya Mekanis Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang di gerakkan secara manual maupun dengan penggerak. Misalnya mesin gerinda, bubut, potong, press, tempa. Pengaduk dan lain lain. Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk gerakan lainnya. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat, terjepit atau terkelupas. b. Bahaya Listrik Energi lisrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik dan hubungan singkat. Di lingkungan kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

29

banak ditemukan bahaya listrik baik dari jaringan listrik maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik. c. Bahaya Kimiawi Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Banyak kecelakaan terjadi akibat bahaya kimiawi. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan kimia antara lain : 1. Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat beracun (toxic). 2. Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam keras, cuka air aki dan lainnya. 3. Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia memiliki sifat mudah

terbakar

dan

meledak,

misalnya:

golongan

senyawa

hidrokarbon seperti minyak tanah, premium, LPG dan lainnya 4. Polusi dan pencemaran lingkungan. d. Bahaya Fisis Bahaya yang berasal dari faktor fisis antara lain : 1. Bising, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan indera pendengaran. 2. Tekanan 3. Getaran 4. Suhu panas atau dingin 5. Cahaya atau penerangan 6. Radiasi dari bahan radioaktif, sinar UV atau inframerah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

30

e. Bahaya Biologis Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja atau berasal dari aktivitas kera. Potensi bahaya ini ditemukan dalam industri makanan, farmasi, pertanian dan kimia, pertambangan, minyak dan gas bumi. 2.5

Bahaya Listrik Seiring dengan kemajuan teknologi sekarang ini, kehidupan manusia tidak

dapat lagi dipisahkan dari kebutuhan akan energi listrik. Kebutuhan manusia akan energi listrik terus meningkat dari waktu kewaktu. Hal ini menunjukkan bahwa begitu tingginya manfaat listrik bagi kehidupan manusia. Disisi lain hal yang sering terlupakan adalah tentang bahaya yang dapat ditimbulkan oleh listrik. Padahal dari fakta-fakta yang kita jumpai, disamping manfaatnya yang begitu banyak, ternyata listrik juga dapat menimbulkan bahaya. Secara umum bahaya listrik

adalah

sesuatu

yang

dapat

mendatangkan

(menimbulkan)

kecelakaan,bencana,kerugian dan sejenisnya yang diakibatkan oleh adanya arus listrik, selain karena Unsafe Condition, bahaya listrik juga bisa timbul karena adanya Unsafe Action, yang salah satunya adalah ketidaktaatan ataupun kelalaian dari manusia yang menggunakan energi listrik. Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik dan hubungan singkat. Di lingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik baik dari jaringan listrik maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik (Ramli, 2010)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

31

2.5.1 Potensi Bahaya Listrik Arus listrik antara 15 – 30 mA dapat mengakibatkan kematian, karena sudah tidak mungkin melepaskan pegangan. Pengaruh lain dalam tubuh manusia adalah panas yang timbul dan pengaruh elektrokimia. Akibat sentuh langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan kerugian, antara lain; 1. Kecelakaan Manusia Arus listrik antara 15-30 mA dapat mengakibatkan kematian, tetapi tergantung dari tahanan kulit manusia antara kulit kering dan kulit basah akibat keringat. 2. Kerusakan instalasi serta perlengkapannya Kabel terbakar, panel trbakar, kerusakan isolasi, kerusakan peralatan dan terjadinya kebakan bangunan. 3. Kerugian

materi,

yerhentinya

proses

produksi

dan

mengurangi

kenyamanan. Pada dasarnya, bahaya listrik terhadap manusia disebabkan oleh : 1. Bahaya sentuh langsung adalah sentuh langsung pada bagian aktif perlengkapan atau instalasi listrik yang secara normal atau bertegangan. Bahaya sentuh langsung dapat diatasi dengan cara proteksi dengan isolasi bagian aktif, proteksi dengan penghalang atau selungkup, proteksi dengan rintangan, proteksi dengan penempatan diluar jangkauan dan proteksi tambahan dengan Gawai Pengaman Arus Sisa (GPAS). 2. Bahaya sentuh tidak lamgsung adalah sentuh tidak langsung pada perlengkapan atau instalasi listrik adalah bagian konduktif yang tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

32

merupakan bagian sirkuit listriknya yang dalam kondisi normal tidak bertegangan tetapi menjadi bertegangan 2.6

Kecelakaan Kerja

2.6.1 Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi, penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang batas. Di samping itu, kecelakaan di tempat kerja juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material (Ramli, 2010) Kecelakaan kerja menurut Menteri Tenaga Kerja No.03/MEN/98 suatu kejadian yang tidak di kehendaki dan tidak di duga semula yang dapat menimbulkan korban manusia harta atau benda, sementara menurut OHSAS 18001:2007 kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang menyebabkan kematian. Kecelakaan kerja menurut Frank Bird adalah kejadian yang tidak di inginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian pada manusia dan harta benda. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : 03 /MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Kecelakaan kerja tidak terjadi kebutulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

33

ada penyebabnya, kecelakaan kerja harus di teliti dan ditemukan agar selanjutnya ada tindakan korektif yang ditunjukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali (Suma‟mur, 2009) Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan kerja sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang riil. 2.6.2 Pencegahan Kecelakaan Kerja Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan, sebab-sebab kecelakaan disuatu perusahaan diketahui dengan melakukan analisis disetiap kecelakaan yang terjadi, selain analisis mengenai penyebab terjdinya suatu kecelakan, untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting dilakukan identifikasi yang terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan perusahaan serta assessment besarnya risiko kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2009) pencegahan ditunjukan kepada : 1. Lingkungan Lingkungan harus memenuhi syarat lingkungan kerja yang aman serta menunjukan persyaratan keselamatan, tata ruang yang baik, kondisi gedung dan tempat kerja yang memenuhi syarat keselamatan. Syarat-syarat lingkungan kerja melipyti hygiene umum, sanitasi, ventilasi udara, pencahayaan dan penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu ruangan di tempat kerja. 2. Mesin dan peralatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

34

Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar atau tutup pengaman (guarding) pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak. Efektif atau tidaknya pagar atau tutup pengaman terlihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai dengan mesin atau alat serta perkakas yang memberikan keselamatan bagi pekerja 3. Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi pekerja alat pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, harus cocok ukurannya sehingga nyaman dalam penggunaanya. 4. Faktor Manusia Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia harus memperhatikan tentang betapa pentingnya peraturan kerja, mempertimbangkan batas kemampuan dan keterampilan pekerja, meniadakan hal-hal yang mengurangi konsentrasi pekerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang mendatangkan kecelakaan, serta menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental (Suma’mur,2009) 2.7

Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) Keselamatan ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-langkah

pengamanan instalasi penyediaan tenaga listrik dan pengamanan pemanfaatan tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi andal dan aman bagi instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya, serta kondisi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

35

ramah lingkungan, di sekitar instalasi tenaga listrik. Adapun dasar hukum pelaksanaan dari keselamatan ketenagalistrikan (K2) adalah sebagai berikut: a. UU No.1 / 1970 tentang Keselamatan Kerja b. UU No. 30 / 2009 tentang Ketenagalistrikan c. PP No.3 / 2005 tentang Instalasi Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik d. Keppres No.22 / 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja e. Kep Menaker No.5/Men/1996 tentang Sistem Manajemen K3 (SMK3) f. Kep Direksi No.090.K/DIR/2005 tentang Pedoman Keselamatan Instalasi g. Kep Direksi No.091.K/DIR/2005 tentang Pedoman Keselamatan Umum h. Kep Direksi No.092.K/DIR/2005 tentang Pedoman Keselamatan Kerja Keputusan Direksi PT PLN ( Persero ) : a. No : 090.K/DIR/2005 tentang keselamatan instalasi di lingkungan PT PLN (Persero) b. No: 091.K/DIR/2005 tentang pedoman keselamatan umum di lingkungan PT PLN (Persero) c. No: 092.K/DIR/2005 tentang pedoman keselamtan kerja di lingkungan PT PLN (Persero) 46 Keselamatan Ketenagalistrikan (PP No.3/2005 Psl.21) merupakan setiap usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

36

1.

Keselamatan ketenagalistrikan meliputi : a. Standarisasi, pengamanan instalasi dan pemanfaat TL untuk mewujudkan kondisi : Andal dan aman bagi instalasi (keselamatan instalasi), Aman dari bahaya bagi manusia tenaga kerja (Keselamatan Kerja), Masyarakat umum (Keselamatan Umum), akrab lingkungan (Keselamatan Lingkungan) b. Sertifikasi : Sertifikasi laik operasi bagi instalasi penyediaan TL 1. Sertifikasi kesesuaian dengan standar PUIL (Persyaratan Umum Instalasi Listrik) untuk instalasi pemanfaatan TL (Instalasi Pelanggan) 2. Tanda keselamatan bagi pemanfaat TL (alat kerja / rumah tangga) 3. Sertifikasi kompetensi bagi tenaga teknik ketenagalistrikan Ketentuan Keselamatan Ketenagalistrikan bertujuan untuk mewujudkan kondisi andal dan aman bagi instalasi, aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya serta bersifat ramah lingkungan. Upaya untuk mewujudkan K2 diantaranya ada standarisasi dan penerapan 4 pilar K2 : A. Standarisasi B. Penerapan 4 pilar K2 :

1.

Keselamatan Kerja Upaya mewujudkan kondisi aman bagi pekerja dari bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan instalasi dan kegiatan ketenagalistrikan lainnya dari perusahaan, dengan memberikan perlindungan, pencegahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

37

dan penyelesaian terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit yang timbul karena hubungan kerja yang menimpa pekerja 2. Keselamatan Umum Upaya mewujudkan kondisi aman bagi masyarakat umum dari bahaya

yang

diakibatkan

ketenagalistrikan perlindungan,

lainnya

pencegahan

oleh dari dan

kegiatan

Instalasi

perusahaan, penyelesaian

dan

dengan terhadap

kegiatan

memberikan terjadinya

kecelakaan masyarakat umum yang berhubungan dengan kegiatan Perusahaan. 3. Keselamatan Lingkungan Upaya mewujudkan kondisi akrab lingkungan dari Instalasi, dengan memberikan perlindungan terhadap terjadinya pencemaran dan atau pencegahan terhadap terjadinya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan instalasi 4. Keselamatan Instalasi Upaya mewujudkan kondisi andal dan aman bagi instalasi, dengan memberikan perlindungan, pencegahan dan pengamanan terhadap terjadinya gangguan dan kerusakan yang mengakibatkan instalasi tidak dapat berfungsi secara normal dan atau tidak dapat beroperasi. C. Sertifikasi D. Penerapan SOP (Standar Operational Procedure) E. Adanya pengawas pekerjaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

38

2.7.1 Ruang Lingkup Pengawasan K3 Listrik Ruang lingkup obyek pengawasan tersirat dalam Bab II pasal 2 ayat (2) huruf q UU No.1 tahun 1970, setiap tempat dimana dibangkitkan, diubah, dikumpulkan dan disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air. Dari ketentuan tersebut, ruang lingkup K3 listrik adalah mulai dari pembangkitan jaringan transmisi Tegangan Ekstra Tinggi (TET), Tegangan Tinggi (TT), Tegangan Menengah ( TM ) dan jaringan distribusi Tegangan Rendah (TR) sampai pada tingkat distribusi. Undang-undang No.1 Tahun 1970, pasal 3 ayat (1) huruf q, dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat K3 untuk mencegah terkena aliran listrikberbahaya. Menurut Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000, listrik yang berbahaya adalah listrik yang memiliki tegangan lebih dari 25 Volt di tempat lembaba atau 50 volt ditempat normal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1

Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan menggunakan jenis penelitian survei

dengan metode deskriptif yaitu digunakan untuk melihat gambaran fenomena yang terjadi dalam populasi tertentu dan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa sekarang, kemudian hasilnya digunakan menyusun perencanaan perbaikan program tersebut (Notoatmodjo, 2010). 3.2

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini akan di lakukan di PT.PLN (Persero) Area Medan dengan wilayah kerja rayon area medan yang sesuai dengan rencana kerja PDKB TM PLN (Persero) Area Medan Tahun 2017. 3.2.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan April tahun 2017.

40 44 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

41

3.3

Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang yang terlibat dalam pekerjaan PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan) yang terdiri dari 15 orang teknisi PDKB. 3.3.2 Sampel Pengambilan sampel dengan cara total population sampling. Total population sampling atau sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, sering juga diartikan sampe yang sudah maksimum, ditambah berapapun tidak akan merubah keterwakilan kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2015). Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 15 orang teknisi PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan). 3.4

Metode dan Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada pekerja PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan) terhadap peralatan yang di gunakan, kondisi tempat kerja dan tahanpan proses yang di lakukan di PT. PLN (Persero) Area Medan dengan instrumen berupa lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

42 4246

3.4.2 Data sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen yang meliputi rencana kerja PDKB TM PLN Area Medan, profil perusahaan, dan dokumen lain yang ada kaitannya dengan topik penelitian ini. 3.5

Definisi Operasional

1. Identifikasi Bahaya adalah teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari suatu alat, bahan dengan mengkasifikasikan jenis bahaya mekanis, bahaya listrik, dan bahaya fisik, dalam penelitian ini menggunakan metode observasi (Ramli, 2010) 2. Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) Tegangan Menengah 20 KV adalah pekerjaan pemeliharaan dan perbaikanmaupun rekonstruksi pada instalasi jaringan dan gardu tanpa harus memadamkan aliran listriknya 3. Pemasangan jumper pada satu tiang berfungsi menghubungkan bagian yang satu dengan bagian yang lainnya pada Saluran Udara Tegangan Menegah (SUTM) untuk memudahkan kegiatan pemeliharaan jaringan 4.

Pemasangan Arrester berfungsi untuk mengamankan jaringan listrik dan

mencegah sengatan petir tanpa harus memutuskan jaringan. 5.

Pemasangan tiang sisipan adalah suatu proses pemeliharaan jaringan listrik

yang bertujuan untuk memperbaiki konstruksi jaringan yang kendor dan rendah sehingga berbahaya bagi keselamatan lingkungan sekitar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

43

6. Perubahan Konstruksi dari Isolator Tumpu menjadi Double Dead End berfungsi tiang pengecang dari konduktor listrik dan pembebaban lebih terhadap konstruksi tersebut. 7. Penggantian pin type isolator tumpu metode phasa pinggir adalah salah satu pekerjaan pemeliharaan jaringan listrik yang sering dilakukan karena isolator phasa pinggir sangat rawan retal, pecah terlebih ketika hujan lebat tegangan menjadi trip. 3.6

Instrumen Penelitian Instrumen peneitian adalah alat-alat yang akan di gunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrumen penelitian ini berupa lembar observasi yang berisi tentang identifikasi bahaya pekerjaan pemeliharaan jaringan listrik teknisi PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan) di PT. PLN (Persero) Area Medan Tahun 2017 3.7

Analisis Data Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif untuk

menggambarkan tentang identifikasi bahaya pada pekerjaan pemeliharaan jaringan listrik bagian PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan) di PT.PLN (Persero) Area Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

44

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1

Gambaran Umum PT.PLN (Persero) Area Medan

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah keberadaan kelistrikan PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara berawal dari dimulainya usaha kelistrikan di Sumatera Utara pada tahun 1923 yang dibangun oleh NV. NIGEM / OGEM Perusahaan swasta Belanda di atas tanah pertapakan yang saat ini menjadi lokasi Kantor PLN Area Medan Jl. Listrik No 8 Medan. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Berandan pada tahun 1924, Tebing Tinggi tahun 1927, Sibolga (oleh NV ANIWM), Brastagi, dan Tarutung tahun 1929, Tanjung Balai tahun 1931, Labuhan Bilik tahun 1936, dan Tanjung Tiram pada tahun 1937. Perkembangan kelistrikan Sumatera Utara terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat, hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah pelanggan, perkembangan fasilitas lainnya. Untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan kelistrikan Sumatera Utara di masa-masa mendatang serta sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan

jasa

kelistrikan,

maka

berdasarkan

Surat

Keputusan

NO.078.K/023/DIR/1996 pada tanggal 9 Agustus 1966 dibentuk organisasi baru dibidang jasa pelayanan kelistrikan yaitu PT. PLN (Persero) pembangkitan dan penyaluran Sumatera Bagian Utara.

48 44 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

45

Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972 mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan hak dan wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan, dan mendistribusikan tenaga listrik di seluruh Indonesia, kemudian disusul dengan keputusan menteri PUTL No. 01/PRT/73 untuk menetapkan perubahan PLN dari Perusahaan Umum Listrik Negara sebagai satu-satunya Perusahaan Negara yang dibentuk Pemerintah untuk membangkitkan, menyalurkan, dan mendistribusikan tenaga listrik di seluruh Indonesia. Kemudian pada tanggal 16 Juni 1994 terbitlah Peraturan Pemerintah No. 23 / 1994 yang isinya menetapkan status PLN yang berubah dari Perusahaan Umum (PERUM) Listrik Negara dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Persero. PT PLN (Persero) Area Medan memiliki 6 divisi, yaitu divisi Fungsional, divisi Pelaksanaan Pengadaan, divisi Perencanaan, disivi Jaringan (PDKB dan K3L), divisi Transaksi Energi Listrik, serta divisi Pelayanan dan Administrasi.

4.1.2 Visi, Misi, Motto, Nilai-Nilai Perusahaan Visi PT.PLN (Persero) Area Medan adalah diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. Misi PT.PLN (Persero) Area Medan 1. Menjaga kontinuitas pendistribusian tenaga listrik agar medan tetap terang 2. Menjalankan bisnis kelistrikan di Kota Medan dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

46

Motto PT. PLN (Persero) Area Medan adalah Bersama kita bisa, Menjaga Medan tetap terang. Nilai-Nilai inti PT.PLN (Persero) Area Medan terdiri dari : 1. Peka terhadap kebutuhan pelanggan, senantiasa berusaha untuk tetap memberikan pelayanan yang dapat memuaskan kebutuhan pelanggan secara cepat, tepat dan sesuai. 2. Menjunjung harkat dan martabat manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya serta mengakui dan

melindungi hak-hak

asasi dalam

menjalankan bisnis. 3. Integritas, menjunjung tinggi nilai kejujuran, dan objektifitas dalam pengelolaan bisnis. 4. Kualitas produk, meningkatkan kualitas dan keandalan produk secara terus menerus dan terukur serta menjaga kualitas lingkungan dalam menjalankan perusahaan. 5. Peluang untuk maju, memberikan peluang yang sama dan seluas-luasnya kepada setiap anggota perusahaan untuk berprestasi dan menduduki posisi sesuai dengan kriteria dan kompetensi jabatan yang ditentukan. 6. Inovatif, bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan sesama anggota perusahaan, menumbuhkan rasa ingin tahu serta meghargai ide dan karya inovatif. 7.

Mengutamakan kepentingan perusahaan untuk mencegah terjadinya

benturan kepentingan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

47

8.

Menjamin setup keputusan yang diambil ditujukan demi kepentingan

perusahaan. 9.

Bisnis akan berorientasi pada upaya meningkatkan nilai investasi

pemegang saham. 10.

Saling percaya, integritas dan peduli terhadap masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

48

4.2

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT.PLN (Persero) Area Medan

4.2.1 Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja(P2K3) PT. PLN (Persero) Area Medan

Gambar 4.1 Susunan P2K3 PT.PLN (Persero) 4.2.2 Fungsi, Tugas Pokok, Kewajiban dan Wewenang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT.PLN (Persero) Area Medan 1. Fungsi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Merupakan suatu badan pertimbangan untuk membantu Manajer baik diminta maupun tidak diminta dalam menyusun kebijakan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

49

pedoman kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di PT PLN (Persero) Area Medan. b. Membantu Manajer dalam membina, mengatur mengendalikan kegiatan bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), agar tercipta kondisi kerja yang aman dan efisien. c. Menghimpun dan mengelola data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja. 2. Tugas Pokok Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Menyusun program kerja P2K3 masing-masing unit. b. Melaksanakan

program

kerja

K3

untuk

meningkatkan

produktivitas dan efisien. c. Menyampaikan laporan setiap kasus secara incidental dan laporan intern secara periodik kepada General Manajer dan Direksi PT PLN (Persero). 3. Kewajiban Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Menciptakan hubungan kerja dengan pihak-pihak lain dalam bidang K3. b. Menyampaikan saran dan pendapat kepada Manajer dalam perencanaan dan pelaksanaan norma K3 untuk untuk kelancaraan tugas. c. Membuat Berita Acara Kecelakaan Kerja sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

50

4. Wewenang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja a. Memberi teguran lisan/tertulis kepada pegawai yang tidak mematuhi peraturan norma K3 ditempat kerja melalui pimpinan unit kerja pegawai yang bersangkutan. b. Mengadakan pertemuan-pertemuan dengan pihak lain untuk mematuhi, menciptakan situasi, dan kondisi kerja yang baik. c. Menandatangani Berita Acara Kecelakaan Kerja. 4.2.3 Program Kerja Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) PT.PLN (Persero) Area Medan a. Evaluasi Membuat evaluasi masalah K3 di masing-masing bagian pada unit kerja rayon, untuk mengadakan data tentang bahaya potensial yang mungkin timbul dari segi proses produksi, peralatan yang dipergunakan, alat pengaman atau pelindung diri yang tersedia, cara mencegah/menanggulangi kebakaran dan kekuatan pegawai untuk mematuhi instruksi kerja (cara kerja aman, pemakaian alat pelindung diri, dan lain-lain). b. Kerjasama Memupuk kerjasama dengan semua bagian pada unit kerja unit rayon PT PLN (Persero) Area Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

51

c. Analisis Kecelakaan Mencari penyebab utama dan penyebab ikutan dari kecelakaan kerja, mencari cara pencegahan agar kecelakaan serupa tidak terulang, mencatat setiap kecelakaan dengan baik dan teratur. d. Statistik Kecelakaan Membuat statistik kecelakaan secara baik, agar manajemen dapat membuat langkah-langkah penyempurnaan. e. Pelaporan Membuat laporan kegiatan K3,sebagai bahan laporan Manajer dalam hal pembuatan laporan kepada Dinas Tenaga Kerja dan Direksi PT PLN (Persero) Kantor Pusat. f. Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Menyusun rencana pendidikan dan memberikan penyuluhan kepada pegawai tentang K3, pencegahan kecelakaan, kesehatan lingkungan, PPPK dan cara kerja yang sehat, selamat dan produktif. Pelaksanaan dapat dilakukan melalui kursus, ceramah, pemutaran film, slide, bulletin atau majalah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

52

4.3 Deskripsi Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan tanpa pemadaman sehingga selama pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan tersebut, jaringan masih dalam keadaan bertegangan, beraliran listrik sehingga dapat meningkatkan keandalan, keamanan, mutu, dan efisensi jaringan distribusi. Tugas pokok Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) sebagai berikut : 1. Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pekerjaan PDKB. 2. Mengendalikan pelaksanaan pekerjaan PDKB sesuai dengan SOP. 3. Mengusulkan Surat Perintah Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan dan

Surat

Penunjukan

Pengawas

Pekerjaan

Dalam

Keadaan

Bertegangan. 4. Melaksanakan inventarisasi dan mengusulkan peremajaan peralatan PDKB. 5. Memonitor masa berlaku dan mengusulkan sertifikat / brevet personil PDKB. 6. Mengusulkan revisi SOP atau mengajukan SOP baru ke komisi PDKB 7. Melaporkan penyelesaian pekerjaan kepada kepala operasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

53

4.4 Stuktur Organisasi PT.PLN (Persero) Area Medan Manajer Area Medan

Asisten Manajer Perencana

Asisten Manajaer Jaringan Spv.Operasi

Spv.Perencanaan Sistem

Spv.Pemeliharaan

Spv.Pengendalian Konstruksi

Rayon M.Kota

Rayon M.Baru

Rayon M.Timur

Asisten Manajer Transaksi Energi Listrik

Spv.PDKB

Rayon M.Selatan

Rayon M.Johor

Rayon M.Helvetia

Asisten Manajer Pelayanan & Administrasi

Spv.Pemeliharaan Meter Transaksi

Spv.Adm Umum

Spv.Pengendalian Susut

Spv.Pelayanan Pelanggan

Spv.Transaksi Energi Listrik

Spv.K3L

Rayon M.Sunggal

Rayon M.Labuhan

Rayon M.Belawan

Spv.Teknik

Spv.Teknik

Spv.Teknik

Spv.Teknik

Spv.Teknik

Spv.Teknik

Spv.Teknik

Spv.Teknik

Spv.Teknik

Spv.Transaksi Spv.Pelayanan Energi Pelanggan&Adm

Spv.Transaksi Spv.Pelayanan Energi Pelanggan&Adm

Spv.Transaksi Spv.Pelayanan Pelanggan&Adm Energi

Spv.Transaksi Spv.Pelayanan Pelanggan&Adm Energi

Spv.Transaksi Spv.Pelayanan Energi Pelanggan&Adm

Spv.Transaksi Spv.Pelayanan Energi Pelanggan&Adm

Spv.Transaksi Spv.Pelayanan Energi Pelanggan&Adm

Spv.Transaksi Spv.Pelayanan Energi Pelanggan&Adm

Spv.Transaksi Spv.Pelayanan Energi Pelanggan&Adm

m

m

Gambar 4.2 Stuktur Organisasi PT.PLN (Persero) Area

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

54

4.5 Stuktur Organisasi Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) PT.PLN (Persero) Area Medan

Agus Trisanto Manajer Area

Deny Fitryanto Asmen Jar

Azhar Effendy Spv.PDKB Armensyah PM Preparator

Ferdinan Teknisi PDKB

M.Silaban Teknisi PDKB

D.Banjarnahor Kp.Regu I

Safwan Kp.Regu II

Aji Saka K3 Regu I

Jimmi K3 Regu II

M.Agung Teknisi PDKB

S.Tobing Teknisi PDKB

Donfri S. Teknisi PDKB

F.Hutapea Teknisi PDKB

Dody R Teknisi PDKB

Wahyudi Teknisi PDKB

Hikmaturiza Teknisi PDKB

Gambar 4.3 Stuktur Organisasi PT.PLN (Persero) Area Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

55

4.6 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Kelompok Umur, Pendidikan, Jenis Kelamin dan Masa Kerja pada teknisi Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) di PT.PLN (Persero) Area Medan tahun 2017 Tabel 4.1 Distribusi Pekerja berdasarkan Kelompok Umur, Pendidikan, JK dan Masa Kerja Karakteristik Pekerja Umur 20 - 30 Tahun 31 - 40 Tahun 41 - 50 Tahun Pendidikan STM D3 S1 Jenis Kelamin Laki-Laki Masa Kerja < 5 Tahun 6- 10 Tahun >11 Tahun Total Berdasarkan

hasil

N

%

10 3 2

66,7 % 20% 13,3%

3 6 6

20% 40% 40%

15

100%

3 8 4 15

20% 53,3% 26,7% 100%

penelitian,

teknisi

Pekerjaan

Dalam

Keadaan

Bertegangan (PDKB) di PT.PLN (Persero) Area Medan terdiri dari 15 teknisi dengan karakteristik berdasarkan kelompok umur terbanyak yaitu antara 20-30 tahun sebanyak 10 teknisi (66,7%) dan umur yang paling sedikit adalah 41-50 tahun sebanyak 2 teknisi (13,3%). Berdasarkan tingkat pendidikan teknisi PDKB terbanyak yaitu SI dan D3 sebanyak 6 teknisi (40%) dan yang paling sedikit yaitu STM dan sederajat yaitu 3 teknisi (40%), Berdasarkan jenis kelamin seluruh teknisi PDKB adalah laki-laki (100%). Sedangkan, berdasarkan masa kerja sangat bervariasi, teknisi yang terbanyak sudah bekerja antara 6-10 tahun (53,3%), dan masa kerja yang paling sedikit <5 tahun (20%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

56

4.7

Identifikasi Bahaya Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB)

4.7.1

Identifkasi Bahaya Pekerjaan Pemasangan Jumper Pada Satu Tiang dengan Metode Berjarak Pekerjaan pemasangan jumper pada satu tiang dengan metode berjarak di lakukan pada tanggal 15 Maret 2017 di Rayon Medan Labuhan dengan kode penyulang KL 11. Pekerjaan ini dilaksanakan oleh regu II dengan pekerja sebanyak 7 orang yang terdiri dari 1 kepala regu, 1 orang pengawas K3 dan 5 orang teknisi PDKB. Pada proses pekerjaan pemasangan jumper pada satu tiang dengan metode berjarak terdiri dari 9 tahapan sesuai dengan SOP yang di gunakan.

Gambar 4.1 Pekerjaan Pemasangan Jumper

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

57

Proses yang pertama adalah mengukur jarak Elemen Pelindung (EP), jarak EP merupakan jarak titik aman yaitu 1 EP adalah 10 cm sehingga jarak yang ditekankan untuk keselamatan adalah 6 EP dengan menggunakan alat measuring rod, untuk jarak kurang dari 6 EP merupakan pelanggaran keras, karena dapat membahayakan jiwa teknisi, lalu mengukur jumper permanen dengan menggunakan alat measuring rod dan universal hand pole dengan mensesuaikan posisi measuring rod dengan konstruksinya sehingga didapatkan panjang jumper yang sesuai dengan kebutuhan, setelah mengukur jumper protektor disesuaikan di pasang di tiga phasa dengan alat conductor cover, pin type insulator cover, hook pole, tie pole dengan mengikat conductor pada protektor yang seimbang, lalu memasang jumper pada fuse cut out dan arrester menggunakan tool kit yang di pasang pada jumper dibentuk kupu-kupu dan di ikat dengan tie wire. Selanjutnya, membuka protektor ketiga phasa yang akan dipasang jumper permanen menggunakan hook pole dan tie pole, dipastikan posisi protektor seimbang, lalu membersihkan konduktor yang akan dipasang jumper permanen menggunakan conductor cleaning brush dan universal hand pole, konduktor dipasikan bersih dan mengkilat, proses selanjutnya yaitu memasang jumper permanen ke SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah) menggunakan hook pole, binding wire cutter pole, dan wire holding pole dengan memegang jumper permanen menggunakan alat wire holding pole saat memotong tie wire dan posisi tabung fuse cut out belum terpasang, selanjutnya memasang tabung fuse cut out dan memasukkan fuse cut out ketiga phasa pastikan terpasang dengan kuat, tepat dan sesuai dengan beban.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

58

Berikut ini merupakan hasil identifikasi bahaya pada proses pekerjaan pemasangan jumper pada dua tiang dengan metode berjarak : Tabel 4.2

Identifikasi Bahaya Pemasangan Jumper pada Satu Tiang dengan Metode Berjarak

No. Proses Pekerjaan Mengukur jarak 1. aman

2.

Mengukur jumper permanen

Sumber Bahaya Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Resiko Bahaya Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

59

peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai 3.

Memasang protektor ketiga phasa

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

4.

Memasang jumper Kebisingan yang berasal pada fuse cut out dan dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, arrester Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

60

5.

Membuka protektor ketiga phasa yang akan di pasang jumper permanen

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

6.

Membersihkan konduktor yang akan dipasang jumper permanen

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

7.

Memasang jumper permanen SUTM

Kebisingan yang berasal Hilangnya konsentrasi dari kendaraan lalu lintas saat bekerja, Luka Suhu udara yang panas, bakar, Patah Tulang,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

61

Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

8.

Memasang tabung fuse cu out ketiga phasa

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

9.

Memasukan fuse cut out ketiga phasa

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

62

material yang tidak Tertimpa sesuai fungsinya, Tali Tersengat yang menghantarkan alat Kebakaran atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

material, listrik,

4.7.2 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Pemasangan Tiang Sisipan dengan Metode Berjarak Pekerjaan pemasangan tiang sisipan dengan metode berjarak di lakukan pada tanggal 16 Maret 2017 di Rayon Medan Sunggal dengan kode penyulang SG 09. Pekerjaan ini dilaksanakan oleh regu I dengan pekerja sebanyak 6 orang yang terdiri dari 1 kepala regu, 1 orang pengawas K3 dan 4 orang teknisi PDKB. Pada proses pekerjaan pemasangan tiang sisipan dengan metode berjarak terdiri dari 12 tahapan sesuai dengan SOP yang di gunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

63

Gambar 4.2 Pekerjaan pemasangan tiang sisipan Proses yang pertama adalah menyiapkan lubang untuk tiang sisipan dengan peralatan cangkul, digger, linggir, dan sekop yang dilakukan oleh pihak ketiga dengan syarat kedalaman lubang 1/6 tiang selanjutnya menempatkan tiang didekat lubang dengan peralatan gerobag tiang, syntetic rope, linggir, pole cover dan insulating flexible cover 0,8mm, selanjutnya tiang didirikan dengan menggunakan alat katrol 2 ton, rantai 2, syntetic rope, jarak aman diukur dengan alat measuring rod dengan ketentuan 6 EP atau 60 cm, tahap selanjutnya memasang triaggulasi phasa pinggir dan tengah dengan alat lift type saddle, pole type sadle, rope block, extenson sadle setelah triaggulasi dipasang selanjutnya memasang cross arm pada tiang baru dan memasang isolator tumpu ketiga phasa pada tiang baru dengan alat toll skit dan sling selanjutnya isolator di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

64

bungkus dengan menggunakan isulating flexible cover (blanket) sebelum konduktor di letakkan pada phasa tengah dan pinggir dengan alat tie wire dan mengikat konduktor pada isolator dengan alat binding wire cutter pole dan proses yang terakhir melepas insulating flexible cover pada tiang yang baru. Berikut ini merupakan hasil identifikasi bahaya pada proses pekerjaan pemasangan jumper pada dua tiang dengan metode berjarak. Tabel 4.3

Identifkasi Bahaya Pekerjaan Pemasangan Tiang Sisipan dengan Metode Berjarak

No. 1.

Proses Pekerjaan Menyiapkan lubang untuk tiang

Sumber Bahaya Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, arus Adanya hubungan listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Resiko Bahaya Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

2.

Menempatkan tiang di dekat lubang

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

65

material tidak berfungsi Kebakaran dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai 3.

Mendirikan tiang

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

4.

Mengukur jarak aman

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

66

tidak sesuai 5.

Memasang trianggulasi phasa tengah dan pinggir

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

6.

Memasang cross arm pada tiang baru

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

7.

Memasang isolator tumpu ketiga phasa pada tiang baru

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

67

alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

terpotong Tertimpa Tersengat Kebakaran

material, material, listrik,

8.

Memasang insulating flexible cover pada tiang baru

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, arus Adanya hubungan listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

9.

Meletakkan konduktor phasa tengah dan pinggir

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

68

listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai 10.

Mengikat konduktor pada tiang baru

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

11.

Melepas insulating flexible cover untuk tiang baru

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

69

4.7.3

Identifikasi Bahaya Pekerjaan Pemasangan Arrester dengan Metode Berjarak Pekerjaan pemasangan arrester dengan metode berjarak di lakukan pada tanggal 20 Maret 2017 di Rayon Medan Helvetia dengan kode penyulang SG 09. Pekerjaan ini dilaksanakan oleh regu II dengan pekerja sebanyak 7 orang yang terdiri dari 1 kepala regu, 1 orang pengawas K3 dan 5 orang teknisi PDKB. Pada proses pekerjaan pemasangan tiang sisipan dengan metode berjarak terdiri dari 8 tahapan sesuai dengan SOP yang di gunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

70

Gambar 4.3 Pekerjaan pemasangan arrester Proses yang pertama adalah mengukur jarak Elemen Pelindung (EP), jarak EP merupakan jarak titik aman yaitu 1 EP adalah 10 cm sehingga jarak yang ditekankan untuk keselamatan adalah 6 EP dengan menggunakan alat measuring rod, untuk jarak kurang dari 6 EP merupakan pelanggaran keras, karena dapat membahayakan jiwa teknisi, lalu memasang protektor ketiga phasa dengan menggunakan alat conductor cover, pin type insulator cover, hook pole, tie pole, selanjutnya arrester di pasang pada cross arm dengan menggunakan alat sling, tool kit dan hammer setelah arrester dipasang ukur dan pasang jumper arrester pada SUTM dengan alat measuring rod dan tool kit, proses selanjutnya membuka protektor sehingga posisi protektor seimbang menggunakan alat hook pole dan tie pole selanjutnya membersihkan konduktor yang akan dipasang jumper menggunakan alat conductor cleaning brush dan universal hand pole dengan persyaratan kerja konduktor harus bersih dan mengkilat tahap terakhir adalah memasang jumper arrester pada SUTM menggunakan alat hook pole, wire holding pole, binding wire cutter pole. Berikut ini merupakan hasil identifikasi bahaya pada proses pekerjaan pemasangan jumper pada dua tiang dengan metode berjarak : Tabel 4.4 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Pemasangan Arrester dengan Metode Berjarak : No. Proses Pekerjaan Mengukur jarak 1. aman (EP)

Sumber Bahaya Resiko Bahaya Kebisingan yang berasal Hilangnya konsentrasi dari kendaraan lalu lintas saat bekerja, Luka bakar, Suhu udara yang panas, Patah Tulang, Terpeleset

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

71

Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

2.

Memasang protektor Kebisingan yang berasal ketiga phasa dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

3.

Memasang arrester pada cross arm

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material,

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

72

material yang tidak Tersengat listrik, sesuai fungsinya, Tali Kebakaran yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai 4.

Mengukur panjang jumper arrester pada SUTM

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

5.

Memasang jumper pada arrester

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

73

berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai 6.

Membuka protektor

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

7.

Membersihkan konduktor yang akan dipasang jumper

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

74

arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai 8.

Memasang jumper arrester pada SUTM

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

75

4.7.4

Identifikasi Bahaya Pekerjaan Perubahan Konstruksi dari Isolator Tumpu menjadi Double Dead End dengan Metode Berjarak Pekerjaan perubahan konstruksi dari isolator tumpu menjadi double dead

end metode berjarak di lakukan pada tanggal 21 Maret 2017 di Rayon Medan Helvetia dengan kode penyulang GG 08. Pekerjaan ini dilaksanakan oleh regu I dengan pekerja sebanyak 6 orang yang terdiri dari 1 kepala regu, 1 orang pengawas K3 dan 4 orang teknisi PDKB. Pada proses pekerjaan perubahan konstrksi dari isolator tumpu menjadi double dead end dengan metode berjarak terdiri dari 13 tahapan sesuai dengan SOP yang di gunakan.

Gambar 4.4 Proses Pekerjaan Perubahan Kontruksi

dari Isolator Tumpu

menjadi Double Dead End

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

76

Gambar 4.5 Konstruksi sudah berubah menjadi Double Dead End Proses yang pertama adalah mengukur jarak Elemen Pelindung (EP), jarak EP merupakan jarak titik aman yaitu 1 EP adalah 10 cm sehingga jarak yang ditekankan untuk keselamatan adalah 6 EP dengan menggunakan alat measuring rod, untuk jarak kurang dari 6 EP merupakan pelanggaran keras, karena dapat membahayakan jiwa teknisi, lalu memasang insulating flexible cover (blanket) untuk menutup cross arm sampai bagian bawah isolator dengan menggunakan alat insulating blanket, insulating blanket clamp, hook pole, tie pole setelah cross arm ditutup triaggulasi phasa pinggir dan tengah di pasang dengan alat pole type saddle, pole clamp saddle, rope block dan extension sadle selanjutnya membuka ikatan konduktor dengan alat tie pole, double hook, binding wire cutter, universal hand pole dan menjauhkann konduktor secukupnya sehingga jarak aman terpenuhi, setelah konduktor dijauhkan dilakukan pemasangan insulating flexible cover dan pemasangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

77

cross arm dengan alat hook pole, tie pole, tool kit dan sling selanjutnya memasang jumper permanen dan mendekatkan konduktor dan memasang by pass jumper phasa tengah dengan menggunakan alat hook pole dan by pass jumper, setelah itu memasang LLC (Live Line Connector) untuk pembatas dengan menggunakan alat hook pole, universal hand pole dan measuring rod tahap terakhir adalah memasang rope block dan memasang outomatic came along menggunakan alat tie pole, rope block, sintetic rope, tension link pol, hook pole dan wire holding pole. Berikut ini merupakan hasil identifikasi bahaya pada proses pekerjaan pemasangan jumper pada dua tiang dengan metode berjarak :

Tabel 4.5 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Perubahan Kontruksi dari Isolator Tumpu menjadi Double Dead dengan Metode Berjarak No. Proses Pekerjaan Mengukur jarak aman 1. (EP)

Sumber Bahaya Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di

Resiko Bahaya Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

78

kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai 2.

Memasang insulating flexible cover

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

3.

Memasang trianggulasi phasa pinggir dan tengah

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

79

kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai 4.

Membuka ikatan konduktor

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

5.

Menjauhkan konduktor

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

80

kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai 6.

Melepas insulating flexible cover

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

7.

Melepas cross arm dan isolatornya

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

81

kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai 8.

Memasang double cross arm dan isolator

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

9.

Memasang jumper permanen di isolator tumpu

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

82

kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai 10.

Mendekatkan konduktor dan memasang by pass jumper

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

11.

Memasang LLC untuk pembatas

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

83

kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai 12.

Memasang rope block

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

13.

Memasang outomatic came along

Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

84

kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai

4.7.5 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Penggantian Pin Type Isolator Tumpu Metode Lutut Phasa Pinggir dengan Metode Berjarak Pekerjaan penggantian pin type isolator tumpu metode lutut phasa pinggir dengan metode berjarak di lakukan pada tanggal 22 Maret 2017 di Rayon Medan Belawan dengan kode penyulang PP 05. Pekerjaan ini dilaksanakan oleh regu II dengan pekerja sebanyak 7 orang yang terdiri dari 1 kepala regu, 1 orang pengawas K3 dan 5 orang teknisi PDKB. Pada proses pekerjaan penggantian pin type isolator tumpu metode lutut phasa pingggir dengan metode berjarak terdiri dari 9 tahapan sesuai dengan SOP yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

85

digunakan.

Gambar 4.6 Pekerjaan penggantian pin type isolator tumpu Proses yang pertama adalah mengukur jarak Elemen Pelindung (EP), jarak EP merupakan jarak titik aman yaitu 1 EP adalah 10 cm sehingga jarak yang ditekankan untuk keselamatan adalah 6 EP dengan menggunakan alat measuring rod, untuk jarak kurang dari 6 EP merupakan pelanggaran keras, karena dapat membahayakan jiwa teknisi, selanjutnya memasang triaggulasi lutut dengan alat lift type sadle, pole type sadle, pole clamp sadle, rope block dan extension sadle setelah triaggulasi lutut dipasang ikatan kondoktor dibuka dengan alat binding wire cutter pole, universal hand pole dan double hook dan menjauhkan konduktor sehingga jarak aman terpenuhi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

86

selanjutnya memasang protektor phasa tengah menggunakan alat conductor cover, pin type insulator cover, hook pole dan tie pole, setelah itu isolator di lepas dan memasang isolator penggantinya dengan alat tool kit dan sling lalu pada bagian bawah isolator dan cross arm dipasang insulating flexible cover selanjutnya konduktor di ikat pada isolator menggunakan tie pole dan binding wire cutter pole dan tahap terakhir adalah melepas insulating flexible cover menggunakan alat hook pole dan tie pole. Tabel 4.6 Identifikasi Bahaya Pekerjaan Penggantian Pin Type Isolator Tumpu Metode Lutut Phasa Pinggir dengan Metode Berjarak No. Proses Pekerjaan Mengukur jarak 1. aman (EP)

2.

Memasang trianggulasi lutut

3.

Membuka ikatan konduktor

Sumber Bahaya Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran konsentrasi Hilangnya saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

Resiko Bahaya Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

87

4.

konsentrasi Memasang protektor Hilangnya saat bekerja, Luka bakar, phasa tengah Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

5.

Melepas isolator

konsentrasi Hilangnya saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

6.

Memasang isolator pengganti

konsentrasi Hilangnya saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

7.

Memasang insulating flexible cover pada bagian bawah isolator dan cross arm

8.

Mengikat konduktor pada isolator

konsentrasi Hilangnya saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran konsentrasi Hilangnya saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari

Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

88

9.

Melepas insulating flexible cover

tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran Hilangnya konsentrasi saat bekerja, Luka bakar, Patah Tulang, Terpeleset dari tangga, Terjatuh dari tiang, Tangan terjepit atau terpotong material, Tertimpa material, Tersengat listrik, Kebakaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

72

BAB V PEMBAHASAN 5.1

Bahaya Pekerjaan Pemasangan Jumper Pada Satu Tiang dengan Metode Berjarak Sumber bahaya pekerjaan pemasangan jumper pada satu tiang adalah

kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas, suhu udara yang panas, tangga alumunium dan tangga isolasi tidak terpasang dengan baik, penggunaan alat atau material yang tidak sesuai dengan fungsinya, tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, tidak mematuhu jarak aman, adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang dikerjakan bila peralatan yang digunakan sesuai dengan standar. Menurut Rahayu (2010), Efek kebisingan terhadap kesehatan terbagi menjadi dua yaitu efek terhadap pendengaran dan efek terhadap non pendengaran. Efek terhadap pendengaran terdiri dari pergeseran nilai ambang batas sementara yang bersifat sementara dan non patologis dan pergeseran nilai ambang batas menetap yang bersifat patologis dan menetap, terjadi di tempat kerja karena trauma akustik dan kebisingan dan terjadi bukan di tempat kerja. Efek terhadap gangguan bukan pendengaran, dapat berupa penyakit akibat stress, kelelahan, kurangnya konsentrasi, perubahan penampilan dan ganggguan komunikasi, sumber kebisingan pekerjaan pemasangan jumper yaitu kebisingan putus-putus atau intermitten, sumber kebisingan berasal dari kendaraan lalu lintas. Suhu udara yang panas merupakan salah satu sumber bahaya pekerjaan pemasangan jumper, karena bekerja di luar ruangan untuk itu teknisi dianjurkan

76 72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

73

untuk minum dan diwajibkan menggunakan APD seperti safety helmet (red,blue and green), pakaian kerja lapangan, sehingga tidak terjadi resiko bahaya seperti heat cramp, heat exhaustion dan heat stroke. Tekanan panas yang melebihi kemampuan adaptasi dapat menimbulkan heat cramp, heat exhaustion, heat stroke dan kelainan kulit dipengaruhi oleh suhu di lingkungan kerja, suhu metabolisme tubuh, aktivitas fisik dan beban kerja serta kecepatan angin dan kelembaban (Kurniawidjaja, 2010). Proses pekerjaan pemasangan jumper berada di atas tiang beton sehingga menimbulkan resiko bahaya seperti patah tulang karena terjatuh dari tiang beton, terpeleset dari tangga karena pemasangan tangga alumunium dan tangga isolasi tidak terpasang dengan baik, untuk itu teknisi diwajibkan menggunakan APD safety belt (full body hardness), safety helmet. Sepertiga dari kecelakaan yang menyebabkan kematian dikarenakan terjatuh baik dari tempat yang tinggi, maupun yang ditempat datar (Suma’mur, 2014). Menurut Kamil (2011), Hubungan pendek arus listrik atau korsleting listrik yang menimbulkan percikap api terhadap bahan yang mudah terbakar, masih menjadi pemicu tingginya angka kebakaran. Pekerjaan pemasangan jumper beresiko tinggi terjadinya kebakaran bila teknisi tidak mematuhi jarak aman yang di tetapkan dan peralatan yang digunakan tidak sesuai standar karena adanya hubungan arus listrik yang bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang dikerjakan sehingga dapat menimbulkan resiko bahaya tersengat listrik 20 KV bagi teknisi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

74

5.2

Bahaya Pekerjaan Pemasangan Arrester dengan Metode Berjarak Sumber bahaya pekerjaan pemasangan arrester dengan metode berjarak

adalah kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintass, suhu udara yang panas, tangga alumunium dan tangga islasi tidak terpasang dengan baik, penggunaan alat atau material yang tidak sesuai dengan fungsinya, tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, tidak mematuhi jarak aman, adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang dikerjakan bila peralatan yang digunakan sesuai dengan standar Resiko bahaya pekerjaan pemasangan arrester seperti luka bakar akibat tersengat listrik, terbakar karena adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang dikerjakan bila peralatan tidak sesuai dengan standar. Arus kejut listrik yang mengenai tubuh dapat menimbulkan berhentinya fungsi jantung serta menghambat pernapasan, panas yang ditimbulkan dapat menyebabkan kulit atau tubuh terbakar, menimbulkan pendarahan serta gangguan saraf dan gerakan spontan akibat terkena arus listrik, dapat mengakibatkan cedera lain seperti terjatuh atau terkena/ tersandung benda lain (ILO, 2013) Menurut Widiastuti (2011), Pengaruh bising secara psikologis yaitu berupa penurunan efektivitas kerja dan kinerja seseorang dengan tingkat kebisingan 80,3 dB dan 85 dB mengalami penurunan sebesar 12% produktivitas kerjanya. Sumber kebisingan pekerjaan pemasangan arrester berasal dari kendaraan lalu lintas di jalan raya yang dapat menyebabkan kurangnya konsentrasi dalam bekerja karena tingkat kebisingan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

75

Menurut Institute of Medicine tentang rekomendasi asupan air, kebutuhan cairan pada pekerja dalam lingkungan panas 30-35 dengan intensitas kegiatan fisik aktif sampai sangat aktif adalah sebesar 6-8 liter perhari. Hal ini berkesinambungan pada pekerjaan pemasangan arrester yang pekerjaan berada di lingkungan panas dalam waktu yang lama sehingga berpotensi mengalami dehidrasi karena kehilangan cairan akibat peningkatan pengeluaran air melalui keringat serta dapat menimbulkan heat cramps, heat exhaustion dan heat stroke. Sumber bahaya seperti tangga alumunim dan tangga isolasi yang tidak terpasang dengan baik, penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik dapat menimbulkan resiko bahaya seperti patah tulang karena terjatuh dari tiang beton dan terpeleset dari tangga, tertimpa material, tangan terjepit atau terpotong material serta luka bakar. Hal ini berhubungan dengan teori Kuniawidjaja (2010) risiko kecelakaan yang dapat timbul akibat bahaya mekanik adalah cedera, luka bakar, pendarahan, tulang patah, jaringan robek, sesak napas, masuknya benda asing ke dalam tubuh khususnya mata, bila cedera yang ditimbulkan berat dapat menimbulkan kematian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

76

5.3

Bahaya Pekerjaan Pemasangan Tiang Sisipan dengan Metode Berjarak Sumber bahaya pekerjaan pemasangan tiang sisipan dengan metode

berjarak adalah kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintass, suhu udara yang panas, tangga alumunium dan tangga isolasi tidak terpasang dengan baik, penggunaan alat atau material yang tidak sesuai dengan fungsinya, tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, tidak mematuhu jarak aman, adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang dikerjakan bila peralatan yang digunakan sesuai dengan standar. Pemasangan tiang sisipan adalah suatu proses pemeliharaan jaringan listrik yang bertujuan untuk memperbaiki konstruksi jaringan yang kendor dan rendah sehingga berbahaya bagi keselamatan lingkungan sekitar. APD yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah safety helmet (colour red, blue, and green), sarung tangan, insulating shoes, pakaian kerja lapangan, safety glasses UV, safety belt (full body hardness). Pemasangan tiang beton dilakukan dengan cara manual yaitu dengan menggunakan 2 buah bitung yang dipasang tegak lurus tepat diatas lubang tiang dan dipancang dengan kawat steel wire kemudian tiang diangkat dengan menggunakan tuckle rantai berkekuatan 3 ton. Tiang dipasang berdekatan dengan jarak 2 meter, kedalaman lubang tiang 180 cm kemudian tiang tersebut dipondasi sesuai dengan standar konstruksi yang telah ditetapkan oleh PT.PLN (Persero), tetapi apabalika di lokasi kerja lahan yang tersedia terbatas maka pemasangan pondasi tiang disesuaikan dengan keadaan lokasi tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

77

Sumber bahaya listrik pekerjaan pemasangan tiang sisipan adalah tidak mematuhi jarak aman yang ditetapkan dan adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang dikerjakan bila peralatan yang digunakan tidak sesuai standar. Menurut Nurmantris (2015), Sengat listrik dapat terjadi bila terdapat arus yang mengalir pada tubuh manusia. Arus akan melewati tubuh dengan berbagai situasi, kematian karena arus listrik 12% di semua tempat kerja, terkhusus diantaranya pekerja muda Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun dengan penggerak yang dapat mengakibatkan cedera seperti tersayat, terjepit, terpotong atau terkupas,luka bakar (Ramli, 2010), Pekerjaan pemasangan tiang sisipan memiliki resiko yang sangat tinggi untuk mengalami terpotong, terjepit, tertimpa material, cedera karena sumber bahaya pekerjaan seperti tangga alumunium dan tangga isolasi tidak terpasang dengan baik, penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik. Pekerjaan tiang sisipan memiliki risiko bahaya tersengat listrik 20 KV dan terbakar sesuai dengan penelitian yang dilakukan Daryanto (2012) tersengat arus listrik berisiko terhadap kesehatan pekerja karena dapat menyebabkan shock (kejut listrik) , pingsan dan meninggal dunia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

78

5.4

Bahaya Pekerjaan Pekerjaan Perubahan Konstruksi dari Isolator

Tumpu menjadi Double Dead End dengan Metode Berjarak Sumber bahaya pekerjaan perubahan konstruksi dari isolator tumpu menjadi double dead end dengan metode berjarak adalah kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintass, suhu udara yang panas, tangga alumunium dan tangga isolasi tidak terpasang dengan baik, penggunaan alat atau material yang tidak sesuai dengan fungsinya, tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, tidak mematuhi jarak aman, adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang dikerjakan bila peralatan yang digunakan sesuai dengan standar. Tuli dapat disebabkan oleh tempat kerja yang terlalu bising, yang dimaksud dengan tuli akibat kerja yaitu gangguang pendengaran parsial atau total pada satu atau kedua telinga yang di dapat di tempat kerja, termasuk dalam hal ini adalah trauma akustik dan tuli akibat kerja karena bising (Harianto, 2008). Sumber bahaya pekerjaan perubahan konstruksi dari isolator tumpu menjadi double dead end salah satunya kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas yang berisiko hilangnya konsenrasi saat bekerja dan berisiko jangka panjang mengalami gangguan pendengaran parsial atau total. Menurut Bernard (2002), heat stroke dan heat exhaustion biasanya didahului dengan dehidrasi yang ditandai dengan kelelahan atau lemah, mulut kering sehingga sering haus, dan konsentrasi kerja berkurang. Hal ini berkesinambungan dengan pekerjaan perubahan konstruksi dari isolator tumpu menjadi double dead end mengingat pekerjaan ini dilakukan selama 4 jam dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

79

kondisi suhu udara yang panas dapat berisiko kehilangan konsentrasi dan terjadinya heat cramp, heat exhaustion, dan heat stroke. Berdasarkan hasil penelitian Zulfiana (2013), Hal yang mempengaruhi sengatan listrik adalah jenis arus, besarnya tegangan, ketahanan tubuh serta lamanya sengatan mempengaruhi dampak yang terjadi akibat sengatan listrik. Sangat banyak dampak sengatan listrik yang berujung dengan kematian. Mungkin kita pernah melihat orang meninggal yang disengat listrik, hanya memiliki luka kecil di daerah tubuh yang berhubungan dengan sumber listrik, sesuai dengan risiko bahaya listrik pekerjaan perubahan konstruksi dari isolator tumpu menjadi double dead end adalah tersengat listrik 20 KV dan terbakar. Sumber bahaya seperti tangga alumunim dan tangga isolasi yang tidak terpasang dengan baik, penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik dapat menimbulkan resiko bahaya seperti patah tulang karena terjatuh dari tiang beton dan terpeleset dari tangga, tertimpa material, tangan terjepit atau terpotong material serta luka bakar, Berdasarkan penelitian Winiarto (2013), Potensi risiko bahaya yang memiliki risiko tertinggi adalah terjatuh atay terpeleset dari ketinggian, terbentur, tertimpa, tertusuk dan tergores material yang tajam, tergores Material yang tajam, dan cidera atau pingsan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

80

5.5

Bahaya Pekerjaan Penggantian Isolator Tumpu Metode Lutut Phasa

Pinggir dengan Metode Berjarak Sumber bahaya pekerjaan penggantian isolator tumpu metode lutut phasa pinggir dengan metode berjarak adalah kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintass, suhu udara yang panas, tangga alumunium dan tangga isolasi tidak terpasang dengan baik, penggunaan alat atau material yang tidak sesuai dengan fungsinya, tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, tidak mematuhu jarak aman, adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang dikerjakan bila peralatan yang digunakan sesuai dengan standar. Isolator phasa pinggir sering mengalami gangguan, diakibatkan karena terlalu kencangnya tarikkan konduktor sehingga membuat isolator bengkok, dan tak jarang membuat retak dan akhirnya pecah,pada akhirnya jika terjadi hujan yang sangat lebat akan terjadinya gangguan dalam tegangan. APD yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah safety helmet (colour red, blue, and green), sarung tangan, insulating shoes, pakaian kerja lapangan, safety glasses UV, safety belt (full body hardness). Menurut Ramli (2009), Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energi listrik, energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran, sengaan listrik dan hubungan singkat. Dilingkungan kerja banyak ditemukan bahaya listrik, baik dari jaringan listrik maupun peralatan kerja atau mesin yang menggunakan energi listrik. Sumber bahaya listrik dari pekerjaan ini adalah tidak mematuhi jarak aman dan adanya hubungan arus listrik bertegangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

81

antara penghantar dengan peralatan yang dikerjakan bila peralatan tidak sesuai standar yang menimbulkan risiko tersengat listrik 20 KV dan terbakar. Berdasarkan hasil penelitian Sembiring (2013), Dampak psikologi kebisingan bagi masyarakat adalah gangguan psikologis yang dialami sebagian besar berupa gangguan sewaktu bercakap-cakap sebanyak 37, 35%, gangguan tidur 30, 35%, gangguan konsentrasi 17,67 % dan mudah terkejut 14,06% yang diakibatkan kebisingan dari arus lalu lintas. Hal tersebut berkesinambungan dengan risiko bahaya pada pekerjaan penggantian isolator tumpu yaitu kehilangan konstrasi akibat kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas. Berdasarkan hasil penelitian Handayani (2013), sekitar 25% dari cedera akibat penggunaan material dan peralat kerja dalam industri ini tergolong pada cedera berat. Cedera yang biasanya terjadi pada industri ini diantaranya luka gores, amputasi, jari terpotong, dan kebutaan. Risiko bahaya pada pekerjaan penggantian pin type isolator tumpu juga mengakibatkan patah tulang karena terjatuh dari tiang beton dan terpeleset dari tangga, tertimpa material, tangan terjepit atau terpotong material serta luka bakar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

82

.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

83

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian setiap proses pekerjaan mengenai identifikasi bahaya pekerjaan pemeliharaan jaringan listrik pada teknisi Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) di PT.PLN (Persero) Area Medan Tahun 2017 didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Sumber bahaya pekerjaan pemasangan jumper pada satu tiang adalah kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai. 2. Sumber bahaya pekerjaan pemasangan arrester adalah Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus

listrik bertegangan antara penghantar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

84

dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai. 3. Sumber bahaya pekerjaan pemasangan tiang sisipan adalah Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus

listrik bertegangan antara penghantar

dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai 4. Sumber bahaya pekerjaan perubahan konstruksi dari isolator tumpu menjadi double dead end adalah Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus

listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di

kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai. 5. Pekerjaan penggantian pin type isolator tumpu metode lutut phasa pinggir adalah Kebisingan yang berasal dari kendaraan lalu lintas Suhu udara yang panas, Tangga alumunium dan tangga isolasi tidak di pasang dengan baik, Penggunaan alat atau material yang tidak sesuai fungsinya, Tali yang menghantarkan alat atau material tidak berfungsi dengan baik, Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

85

mematuhi jarak aman, Adanya hubungan arus listrik bertegangan antara penghantar dengan peralatan yang di kerjakan bila peralatan yang di gunakan tidak sesuai.

6.2 Saran 1.

Teknisi diwajibkan menaati SOP pada saat melakukan pekerjaan

2.

Teknisi diwajibkan untuk mengunakan APD lengkap pada saat melakukan pekerjaan.

3.

Teknisi harus lebih berhati-hati dalam melihat jarak aman saat bekerja.

4.

Kepala regu dan pengawas K3, mengawasi teknisi saat bekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

85

DAFTAR PUSTAKA Arief, T., Setiawan, R., 2011. Analisa Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Pada Jalan Tol Ruas Waru-Sidoarjo. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 11 Nomor 1. Universitas Kristen Petra (Jurnal Elektronik) diakses 03 April 2017 ; http://repository.petra.ac.id/id/eprint/7717 Bernard, T. E. (2002). Thermal stress. Dalam B. A. Plog & P. J. Quinlan (Ed). Fundamentals of industrial hygiene (5th ed.). USA: NSC Andayani, K., 2013. Hubungan Konsumsi Cairan Dengan Status Hidrasi Pada Pekerja Industri Laki-Laki. Journal of Nutrition Colage Volume 2 Nomor 4. Universitas Diponegoro (Jurnal Elektronik) diakses 05 April 2017 ; http://eprints.undip.ac.id/41853/1/569 Deshmukh, L.M., 2006. Industrial Safety Management.Tata McGraw-Hill, New Delhi. Fajarwati, N., 2009. Analisis Penyelamatan Energi dan Keandalan Sistem Jaringan Distribusi 20 kV dengan adanya PDKB-TM di PT.PLN (Persero) APJ Surakarta. Surakarta. Hadi, B dan Ade Sari., 2014. Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT. Indonesia Power UPB Suralaya. Jurnal Teknik Industri Volume 2 Nomor 2. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Jurnal Elektronik) diakses 27 Januari 2017; http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jti/article/view/410 Kamil, I., Indra., 2011. Analisis Sistem Instalasi Listrik Rumah Tinggal dan Gedung untuk Mencegah Bahaya Kebakaran. Jurnal Ilmiah Elite Elektro Volume 2 Nomor 1. Politeknik Negri Jakarta (Jurnal Elektronik) diakses 29 Maret 2017 ; http://elektro.pnj.ac.id/upload/artikel/files/08 Kurniawati, E., Sugiono., 2013. Analisis Potensi Kecelakaan Kerja Pada Departemen Produksi Springbed dengan Metode Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA) di PT. Malindo Intitama Raya. Malang, Jawa Timur. Jurnal Teknik Industri Volume 2 Nomor 1. Universitas Brawijaya (Jurnal Elektronik) diakses 10 April 2017 ; http://download.portalgaruda.org/article Listrianti, W., Naiem, F. 2014. Hubungan Tekanan Panas Dengan Kelelahan Pekerja Instalasi Gizi Rumah Sakit di Kota Makassar. Jurnal Universitas Hasanuddin (Jurnal Elektronik) diakses 03 April 2107 ; http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10526/

85 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

86

Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT.Rineka Cipta, Jakarta. Maulidiani, AF., 2012. Gambaran Keluhan Subjektif Pekerja Akibat Tekanan Panas di Area Peleburan, Proses Sekunder, dan Pengecoran Slab Steel Plant (SSP) PT. Krakatau Steel Cilegon, Banten.Universitas Indonesia. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat (Jurnal Elektronik) diakses 11 April 2017 ; http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2015-09/S45178Pemerintah Republik Indonesia. 1970. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Jakarta. Peraturan Pemerintah., 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 3 Tahun 2005 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik. Jakarta. Pratiwi, W., 2013. Risk Assesment Pekerjaan Pengelasan pada bagian double bottom pembangunan kapal di PT.X Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol 2 No 1. Universitas Airlangga. (Jurnal Elektronik) diakses 02Februari 2017; http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-k3b3edb90d26full.pdf PT.PLN (Persero), 2009. Diklat Profesi Distribusi Pelaksanaan PDKB TM. Pusdiklat Udiklat Banjar Baru. PT.PLN (Persero), 2010. Pedoman Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik. Jakarta Ramli, S., 2010. Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif K3 OHS Risk Assesment. Dian Rakyat. Jakarta Ramli, S., 2010.Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS18001. Dian Rakyat. Jakarta. Reza, A., 2012. Penilaian Risiko Keselamatan Kerja Pada Kegiatan Proses Instalasi Listrik Di Proyek Pembangunan Apartement Park View Condominium Depok Town Square Oleh PT. X. Jakarta. Sembiring, E., Surbakti, M., 2013. Analisis Kebisingan Akibat Arus Lalu Lintas Di Jalan Gagak Hitam (Ringroad) Medan dan Tingkat Ketergangguan Masyarakat. Jurnal Teknik Sipil Volume 2 Nomor 2. Universitas Sumatera Utara (Jurnal Elektronik) diakses 03 April 2017 ; http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jts/article/view/4414 Sucipto, C. D., 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publising.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

87

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Bandung: Alfabeta cv. Soepriyo., 2005. Kilas balik 30 tahun PDKB (1975-2005) di PT PLN (Persero). Jakarta. Saputra, A., 2013. Analisis Hubungan Persepsi Risiko Bahaya Listrik dengan Risiko Kejadian Kebakaran pada Warga RW 07 Jl. Lautza Dalam Jakarta Pusat. Jakarta. Tarwaka. 2012. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan Kecelakaan di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press Vernandez AB., Yuningtyastuti., 2013. Analisis Perhitungan kWH terselamatkan pada Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 kV Area Jambi. Jambi Widiastuti., 2011. Studi Ergonomi Kognitif Untuk Mengetahui Penurunan Produktivitas Kerja Akibat Kenaikan Tingkat Kebisingan. Jurnal Teknologi, Volume 4 Nomor 2 (Jurnal Elektronik) diakses 10 April 12017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

88

LEMBAR PENGAMATAN (OBSERVASI LAPANGAN) Nama Responden

:

Waktu Pengamatan : Lokasi Pengamatan : No.

Jenis Pekerjaan

1.

Pemasangan Jumper pada Satu Tiang

Sumber Bahaya

Resiko Bahaya

1. Mengukur jarak aman 2. Mengkur jumper permanen

3. Memasang protektor ketiga phasa 4. Memasang jumper pada fuse cut out dan arrester

5. Membuka protektor ketiga phasa yang akan dipasang jumper permanen 6. Membersihkan konduktor yang akan dipasang jumper permanen

88

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

89

7. Memasang jumper permanen pada SUTM

8. Memasang tabung fuse cut out ketiga phasa 9. Memasukan fuse cut out ketiga phasa 2.

Pemasangan Tiang Sisipan 1. Menyiapkan untuk tiang

lubang

2. Menempatkan tiang di dekat lubang 3. Medirikan tiang 4. Mengukur jarak aman 5. Memasang trianggulasi phasa tengah dan pinggir 6. Memasang cross arm pada tiang baru 7. Memasang isolator tumpu ketiga phasa 8. Memasang insulating flexible cover pada tiang baru

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

90

9. Meletakan konduktor pada isolator ditiang baru 10. Meletakan konduktor phasa tengah dan pinggir

11. Mengikat konduktor pada tiang baru 12. Melepas insulating flexible cover untuk tiang baru 3.

Pemasangan Arrester 1. Mengukur jarak aman 2. Memasang protektor ketiga phasa 3. Memasang arrester pada cross arm 4. Mengukur panjang jumper arrester pada SUTM 5. Memasang jumper pada arrester 6. Membuka protektor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

91

7. Membersihkan konduktor yang akan dipasang jumper 8. Memasang jumper pada SUTM

4.

Perubahan Konstruksi dari Isolator

Tumpu

menjadi

Double Dead End 1. Mengukur jarak aman 2. Memasang insulating flexible cover 3. Memasang trianggulasi phasa pinggir dan tengah 4. Membuka konduktor

ikatan

5. Menjauhkan konduktor

6. Melepas insulating flexible cover 7. Melepas cross arm dan isolatornya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

92

8. Memasang double cross arm dan isolatornya

9. Memasang LLC untuk pembatas 10. Memasang rope block

11. Memasang came along

5.

outomatic

Penggantian Pin Type Isolator Tumpu 1. Mengukur jarak aman 2. Memasang trianggulasi lutut 3. Membuka ikatan konduktor 4. Memasang protektor phasa tengah 5. Melepas isolator 6. Memasang isolator pengganti

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

93

7. Memasang insulating flexible cover pada bagian bawah isolator dan cross arm 8. Mengikat konduktor pada isolator 9. Melepas insulating flexible cover

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

95 Lampiran 2. Foto Observasi Lapangan

Gambar 1. Penggunaan APD pada teknisi Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan

Gambar 2. APD teknisi PDKB (helm, glove dan sunglasses)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

96

Gambar 3. APD Teknisi PDKB (full body hardness)

Gambar 4. Proses pekerjaan perubahan konstruksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

97

Gambar 5. Insulating Blanket

Gambar 6. Tangga Isolasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

98

Gambar 7. Hook Pole

Gambar 8. Wawancara teknisi PDKB

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

99

Lampiran 3. Surat Izin Survey Pendahuluan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian

100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lampiran 5. Surat Telah Menyelesaikan Penelitian

101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

More Documents from "Alam"