BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keluarga adalah sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling ketergantungan, saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya (Aziz, 2015). Sering ditemui didalam keluarga inti dimana didalamnya terdapat ayah, ibu, kakak dan adik tentu terdapat berbagai macam perbedaan dalam pola komunikasi. Manusia dalam kehidupan kesehariannya, tidak akan pernah terlepas dari kegiatan komunikasi bahkan hampir seluruh waktu yang dihabiskan adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain (Djamarah, 2004 dalam Pusungulaa, Pantow dan Boham, 2015). Komunikasi adalah hubungan kontak mata antara manusia, baik individu maupun kelompok. (Widjaja, 1997 dalam Aziz, 2015). Komunikasi dalam keluarga selain didasarkan pada unsur kebutuhan interaksi
juga
didasarkan
pada
sikap
saling
menyayangi,
saling
menghormati, saling menghargai, saling empati, serta keluarga dianggap sebagai bagian yang paling tepat untuk diajak berkomunikasi (Aziz, 2015). Keluarga dalam menciptakan karakter yang kuat dan jiwa yang baik pada anak, diperlukan terciptanya suasana keluarga yang harmonis dan dinamis. Hal tersebut dapat terbangun komunikasi dan koordinasi dua arah yang kuat antara orang tua dan anak. Pembentukan karakter anak tersebut akan tercapai apabila adanya komunikasi yang baik antara orang tua dan anak. Misalnya ketika seorang anak berteman dengan teman yang agak keras dan
1
2
kasar dalam kesehariannya, ataupun ketika seorang anak bergaul dengan kehidupan anak-anak yang nakal, tentunya hal seperti ini dapat mempengaruhi pembentukan karakter tersebut (Pusungulaa, Pantow, dan Boham, 2015). Komunikasi yang buruk antara anak dan orang tua akan berdampak buruk pada emosi anak. Anak akan lebih individualis dan beresiko menjadi pemberontak. Bahkan yang lebih parah akan cenderung menghadapi banyak masalah saat dewasa (Puri, 2016). Komunikasi sangat erat kaitannya dengan pembentukan kepribadian karena proses pendidikan dalam keluarga secara realistis lebih didominasi melalui komunikasi secara langsung. Melalui komunikasi yang baik serta dilandasi dengan kasih sayang antara orang tua dengan anak-anaknya akan tercipta proses pendidikan secara optimal. Sehingga komunikasi langsung merupakan hal pokok dalam menciptakan seluruh anggota lainnya menjadi cerdas dan berkarakter (Aziz, 2015). Keluarga dalam kehidupan kesehariannya, sering ditemui berbagai kepribadian (karakter) yang berbeda-beda. Ada anak yang suka berbicara dan ramah (sanguinis), ada anak yang memiliki sifat damai dan tenang (plegmatis), pemalu dan pendiam (melankolis), kurang bersosialisasi, kemudian ada juga contoh karakter anak yang agak keras (koleris), cenderung kasar, suka melawan orang tua, nakal dan yang mengarah pada karakter anak ke arah negatif (Pusungulaa, Pantow dan Boham, 2015). Berdasarkan jurnal Pola Komunikasi keluarga dalam membentuk karakter anak oleh Pusungulaa, Pantow dan Boham, (2015) menyatakan
3
bahwa isi pesan yang disampaikan keluarga harus mengandung unsur yang baik karena akan berpengaruh pada pembentukan karakter. Contoh
kasus
dalam
jurnal
Komunikasi
Orang
Tua
dan
Pembentukan Kepribadian Anak oleh Manap Sholihat, (2005), bahwa Giddens (1990) mengisahkan anak-anak yang tidak disosialisasikan, yaitu seorang anak laki-laki sekitar 11-12 tahun yang pada tahun 1900, ditemukan di desa Saint Serin, Prancis dan kasus gadis berusia 13 tahun di california yang disekap ayahnya dalam gudang gelap sejak usia setegah tahun. Ada juga light, Keller dan Calhoun, (1989) mengisahkan kasus Anna yang semenjak bayi dikurung ibunya dalam gudang selama 5 tahun. Dari kasus diatas terungkap, anak-anak yang ditemukan tersebut tidak berperilaku sebagai manusia, tidak dapat berpakaian, buang air besar dan kecil tidak tertib, tidak dapat berbicara, Anna tidak dapat makan sendiri atau mengunyah dan tidak dapat tertawa atau menangis. Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Setyowati (2005) yang berjudul Pola Komunikasi Keluarga dan Perkembangan Emosi anak menyatakan bahwa penerapan pola komunikasi keluarga sebagai bentuk interaksi antara orang tua dan anak memiliki implikasi terhadap emosi anak atau terdapat hubungan antara komunikasi keluarga dengan perkembangan emosi anak. Teori yang dikembangkan Hildegard E. Peplau adalah keperawatan spikodinamik (Psychodynamic Nursing) yaitu kemampuan untuk membantu mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dirasakan. Tujuan keperawatan
4
ini adalah untuk mendidik klien dan keluarga untuk mencapai kematangan kepribadian ( Chin dan Jacobs, 1995 dalam Cahyanti, 2014) Dari observasi awal diperoleh bahwa, di Desa Saleo terdapat 7 keluarga yang memiliki komunikasi yang buruk antara orang tua dengan anak. Orang tua sebagai pendidik pertama dalam lingkungan keluarga seharusnya memiliki etika dalam berkomunikasi dengan anak seperti komunikasi yang baik dan lembut. Salah satu keluarga tersebut memiliki seorang anak berumur 9 tahun. Komunikasi yang
buruk seperti
mengeluarkan kata-kata kasar, tidak sopan, mengecewakan selalu diucapkan orang tua kepada anak tersebut baik ketika anak diberi tugas maupun membuat kesalahan. Hampir setiap hari perkataan yang buruk, kasar, tidak sopan dan menyakiti hati terjalin dalam keluarga tersebut. Hasil data awal di MTSN 1 Bolaang Mongondow Utara tahun ajaran ganjil 2016/2017 bahwa, jumlah seluruh siswa 202 orang, kelas VIII A berjumlah 31 orang, laki-laki berjumlah 18 orang dan perempuan berjumlah 13 orang. Sedangkan kelas IX A berjumlah 34 orang, laki-laki berjumlah 16 orang dan perempuan berjumlah 18 orang. Dari data jumlah siswa tersebut didapati bahwa di kelas VIII A terdapat 1 orang memiliki tipe kepribadian melankolis, 1 orang memiliki tipe kepribadian sanguinis, 5 orang memiliki tipe kepribadan koleris dan 3 orang memilki tipe kepribadian plegmatis. Sedangkan di kelas IX A didapati bahwa 2 orang memiliki tipe kepribadian melankolis, 2 orang memiliki tipe kepribadian sanguinis, 4 orang memiliki tipe kepribadian koleris dan 2 orang memiliki
5
tipe kepribadian plegmatis. Seseorang dengan tipe kepribadian melankolis adalah yang paling buruk. Berdasarkan temuan awal tersebut penulis tertarik untuk meneliti masalah ini dengan judul penelitian “Hubungan Komunikasi Orang Tua dengan Kepribadian Anak di MTs Negeri 1 Bolaang Mongondow Utara”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan komunikasi orang tua dengan kepribadian anak di MTs Negeri 1 Bolaang Mongondow Utara?.” C.
Tujuan Peneltitan 1. Tujuan Umum Diketahui hubungan komunikasi orang tua dengan kepribadian anak MTs Negeri 1 Bolaang Mongondow Utara. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui komunikasi orang tua anak di MTs Negeri 1 Bolaang Mongondow Utara. b. Diketahui tipe kepribadian pada anak di MTs Negeri 1 Bolaang Mongondow Utara. c. Dianalisis hubungan komunikasi orang tua dengan kepribadian anak di MTs Negeri 1 Bolaang Mongondow Utara
6
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini bisa menjadi informasi bagi masyarakat khususnya kepada orang tua bagaimana komunikasi orang tua dapat membentuk kepribadian anak. 2. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini bisa menambah kekayaan ilmu pengetahuan dan menjadi bahan untuk dikembangkan oleh institusi pendidikan khususnya dibidang kesehatan. 3. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan masukan bagi peneliti lain dalam penelitian selanjutnya.