106781285-kelompok-missed-abortion Fix.doc

  • Uploaded by: rissaalhuzna
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 106781285-kelompok-missed-abortion Fix.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 3,272
  • Pages: 16
Kata pengantar

Assalamu’alaikumwarahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolonganNya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “ABORTUS TERTUNDA” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini memuat tentang “ABORTUS TERTUNDA” yang sangat berbahaya bagi kesehatan seseorang. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terimakasih

Martapura,Senin 25 Maret 2019

KELOMPOK 6

1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................................................

1

DAFTAR ISI.......................................................................................................

2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.............................................................................................

3

B. Rumusan Masalah........................................................................................

4

C. Tujuan..........................................................................................................

5

D. Manfaat........................................................................................................

5

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian...................................................................................................... 6 B. Faktor predisposisi........................................................................................ 6 C. Patofisiologi................................................................................................... 7 D. Gejala............................................................................................................. 8 E. Komplikasi..................................................................................................... 9 F. Penatalaksanaan............................................................................................. 9 G. Asuhan Kebidanan Pada Kaus Abortus Tertunda.......................................... 10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................................... 16 B. Saran-Saran.................................................................................................... 16 DAPTAR PUSTAKA............................................................................................ 18

BAB I PENDAHULUAN 2

A. Latar Belakang Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum. Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan pertimbangan masing-masing, tetapi setiap kali kita melihat terjadinya perdarahan pada kehamilan kita harus selalu berfikir tentang akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan kegagalan kelangsungan kehamilan itu sendiri. Dikenal beberapa batasan tentang peristiwa yang ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda, salah satunya adalah abortus. Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang diketahui 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami keguguran 2 kali yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih keguguran berurutan. Rata-rata terjadi 114 kasus abortus per jam. Sebagian besar studi menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau dikaji lebih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%. Abortus disebabkan oleh beberapa faktor baik dari ibu maupun dari janin, oleh sebab itu kita sebagai tenaga kesehatan harus memberikan wawasan dan HE pada ibu hamil untuk selalu memeriksakan kehamilannya dan waspada terhadap komplikasi yang terjadi. Pada remaja, remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan pematangan organ-organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. 3

Perasaan seksual yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya

berbeda

satu

dengan

yang

lain.

Begitu

juga

kemampuan

untuk

mengendalikannya. Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala hal tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di kepala mereka. Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat remaja enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas seksualitas dengan anggota keluarganya sendiri. Tak tersedianya informasi yang akurat dan “benar” tentang kesehatan reproduksi memaksa remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri.Arus komunikasi

dan

informasi

mengalir

deras

menawarkan

petualangan

yang

menantang.Majalah, buku, dan film pornografi yang memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang dan risiko yang harus dihadapi, menjadi acuan utama mereka. Mereka juga melalap “pelajaran” seks dari internet, meski saat ini aktivitas situs pornografi baru sekitar 2-3%, dan sudah muncul situs-situs pelindung dari pornografi . Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian abortus? 2. Apa saja penyebab abortus? 3. Bagaimana patofisiologi abortus? 4. Apa saja macam-macam abortus? 5. Apa saja diagnosa banding perdarahan kehamilan muda? 6. Bagaimana komplikasi akibat abortus? C. Tujuan A. Tujuan umum

4

agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang abortus dan penatalaksanaan dari abortus. B. Tujuan khusus 1.

Menjelaskan pengertian abortus

2.

Menjelaskan penyebab abortus

3.

Menjelaskan patofisiologi abortus

4.

Menyebutkan macam-macam abortus

5.

Menjelaskan diagnosa banding perdarahan kehamilan muda

6.

Menjelaskan komplikasi akibat abortus

D. Manfaat a. Bagi masyarakat Agar masyarakat mengetahui tentang penyebab dan dampak dari abortus. b. Bagi peneliti Mengetahui dan menambah wawasan serta pengetahuan agar dapat melakukan penatalaksanaan abortus. c. Bagi institusi Memberikan penambahan informasi tentang abortus khususnya bagi institusi kesehatan agar dapat mengetahui tentang abortus dan penatalaksanaannya.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian

5

Abortus tertunda (missed abortion) yaitu keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke-20, tetapi tertanam di dalam rahim selama beberapa minggu (8 minggu atau lebih) setelah janin mati (Fadlun, 2012).

Saat terjadi kematian janin kadang – kadang

ada perdarahan per vaginam sedikit sehingga menimbulkan gambaran abortus iminens. Selanjutnya rahim tidak membesar bahkan mengecil karena absorpsi air ketuban dan maserasi janin. Perdarahan dengan kehamilan muda disertai dengan hasil konsepsi telah mati hingga 8 minggu lebih, dengan gejala dijumpai amenore, perdarahan sedikit yang berulang pada permulaanya serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi malahan tambah rendah, kalau tadinya ada gejala kehamilan belakang menghilang diiringi dengan reaksi yang menjadi negative pada 2 – 3 minggu sesudah fetus mati, servik masih tertutup dan ada darah sedikit, sekali-kali pasien merasa perutnya kosong. B. Faktor predisposisi Sama dengan etiologi abortus secara umum yaitu: 1. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol. 2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun. 3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis 4. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.

C. Patofisiologi Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali proses abortus. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung 6

dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi. Pada kehamilan 8 – 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14 – 22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002). Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed abortion), yaitu retensi hasil konsepsi 4-8 minggu setelah kematian janin. Pertumbuhan uterus berhenti kemudian tegresi. Denyut jantung janin tidak berdenyut pada auskulatasi ketika diperkirakan berdasarkan tanggal. Tidak terasa ada gerakan janin lagi. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola krueta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion. Pada janin yang telah mati dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi berkurang akibat diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiaesus).

7

Kemungkinan lain janin mati yang tidak segera dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, yaitu kulit terkelupas, tengkorang menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.

D. Gejala Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda – tanda kehamilan sekunder pada payudara mulai menghilang (payudara mengecil kembali). Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit (Mochtar, 1998). Pada pemeriksaan tes urin kehamilan biasanya negative setelah 2-3 minggu dari terhentinya pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang mengecil, kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda – tanda kehidupan. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan pembekuan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.

E.

Komplikasi Pada retensi janin mati yang sudah lama terutama pada kehamilan yang telah mencapai trimester kedua plasenta dapat melekat erat pada dinding uterus sehingga sangat sulit untuk dilakukan kuretase, dan juga terjadi gangguan pembekuan darah. Akan terjadi perdarahan gusi, hidung atau dari tempat terjadinya trauma. Gangguan pembekuan tersebut disebabkan oleh koagulopati konsumtif dan terjadi hipofibrionogenemia sehingga pemerksaan studi koagulasi perlu dilakukan pada missed abortion. 8

F.

Penatalaksanaan Pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada pasien dan keluarganya secara baik karena risiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan komplikasi perdarahan atau tidak bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan. Faktor mental penderita perlu diperhatikan, karena penderita umumnya merasa gelisah setelah tahu kehamilannya tidak tumbuh atau mati. Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara langsung dengan melalukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan di atas 12 minggu atau kurang dari 20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis servikalis. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian infuse intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc dekstrose 5% tetesan 20 tetes permenit dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan tetesan dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi biasanya maksimal 3 kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin. Pada decade belakangan ini banyak tulisan yang telah menggunakan prostaglandin atau sintetisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion. Salah satu cara yang banyak disebutkan adalah dengan pemberian misoprostol secara sublingual sebanyak 400mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak enam jam. Dengan obat ini akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri. Kemungkinan penyulit pada tindakan missed abortion ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang menempel pada dinding uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfusi darah segar atau fibrinogen. Pasca tindakan kalau perlu dilakukan pemberian infuse intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika.

9

ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS MISSED ABORTION A. Pengkajian / Pengumpulan Data Pengkajian merupakan langkah pertama dalam manajemen kebidanan. Pengkajian dilaksanakan secara umum meliputi aspek biopsikososial spiritual yang komprehensif, data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber dari pasien, keluarga, tenaga kesehatan, catatan medik,catatan perawatan dan hasil pemeriksaan penunjang. 1. Data Subjektif a. Identitas pasien terdiri dari : nama pasien, umur, kebangsaan / suku,agama, pendidikan, pekerjaan. b. Anamnese terdiri dari : 1) Riwayat kehamilan ini terdiri dari HPHT, menarche, lamanya, banyaknya, siklus, teratur atau tidak, konsistensi dan warna. 2) Tanda-tanda kehamilan (trimester I) terdiri dari test kehamilan (bila dilakukan) tanggal hasil. 3) Pergerakan fetus dirasakan pertama kali, dan pergerakan fetus dalam 24 jam terakhir. 4) Keluhan yang dirasakan. 5) Diet / makanan-makanan sehari-hari, perubahan makan yang dialami. 6) Pola eliminasi 7) Aktifitas sehari-hari : pola istirahat dan tidur, pekerjaan. 8) Imunisasi TT c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu terdiri dari : No,Tanggal persalinan/ umur anak, tempat pertolongan, usia kehamilan, jenis kehamilan dan persalinan, anak (jenis kelamin, BB, PB, keadaan bayi). d. Riwayat kesehatan sekarang terdiri dari : 1) Keadaan dan riwayat kesehatan sekarang 2) Perilaku kesehatan. e. Riwayat social 1) Apakah kehamilan ini direncanakan / diinginkan 2) Jenis kehamilan yang diharapkan 3) Status perkawinan, jumlah, lama perkawinan 4) Susunan keluarga yang tinggal serumah 5) Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas f. Riwayat Obstetri 2. Data Objektif a. Pemeriksaan 1) Keadaan umum, kesadaran, keadaan emosional 2) Tanda vital : tekanan darah, suhu tubuh dan pernafasan 3) Tinggi badan, berat badan, kenaikan berat badan selamahamil 10

4) Pemeriksaan fisik : a) Mata : kelompak mata, konjungtiva, sclera. b) Mulut, gigi, lidah c) Kelenjar thyroid, apakah ada pembesaran. d) Kelenjar getah bening, paru-paru, payudara, pembesaran putting susu, simetris, benjolan / tumor, pengeluaran, rasanyeri. e) Ekstremitas atas dan bawah : oedema, kekuatan sendi,kemerahan, varices dan patellah. f) Abdomen : Bekas luka operasi, konsistensi, benjolan, pembesaran lien / liver. Tinggi fundus uteri, kontraksi, denyut jantung janin, g) Anogenital terdiri dari : Infeksi perineum, luka perut, vulva, vagina, warna, varices, pengeluaran pervaginaan, warna, konsistensi, jumlah kelenjar bartolini, pembengkakan, rasa nyeri, anus, haemorhoid h) Pemeriksaan dalam i) Ukuran panggul : distansia kristarum, distansia spinarum,konjungata eksterna, lingkaran panggul b. Pemeriksaan Laboratorium Darah : hemoglobin, golongan darah Urine : protein, reduksi c. Pemeriksaan penunjang: Tes urin, Ultra Sonografi (USG) B. Analisa Data Dasar Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan yang disebut dengan diagnosa kebidanan. -Kondisi pasien yang terkait dengan masalah -Masalah utama dan penyebab utama masalah potensial -Kebutuhan pasien C. Deteksi Dini 1. Pada saat anamnesis, ibu mengeluh ada atau tidak perdarahan, buah dada mengecil, biasanya tidak disertai rasa nyeri. 2. Pada saat pemeriksaan fisik, terdapat tanda dan gejala seperti : hilangkan tanda kehamilan, tidak ada bunyi jantung, berat badan menurun, fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan. 3. Pada saat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa tes urin, maka hasil akan negative setelah 2-3 minggu janin mati. Pemeriksaan USG (kolaborasi dengan dokter) diperoleh hasil bahwa janin tidak utuh dan membentuk gambaran kompleks. 4. Diagnosisnya: a) Amenore b) Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya 11

c) Gejala-gejala kehamilan makin lama makin menghilang diiringi reaksi kehamilan yang menjadi negatif pada 2 – 3 minggu setelah fetus mati. d) Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. e) Sesekali pasien merasa perutnya dingin atau kosong. D. Prediksi Berkaitan Komplikasi Keadaan janin yang sudah mati, namun tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih fetus yang meninggal ini dapat mengalami hal-hal berikut: Keluar dengan sendirinya dalam 2 – 3 bulan setelah fetus mati, Diresorpsi kembali sehingga hilang, Mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus. Jadi mola karnosa, karena janin sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorpsi. Untuk memprediksi komplikasi tersebut maka perlu dilakukan pengkajian data baik subjektif dan objektif serta didukung oleh pemeriksaan penunjang, seperti: USG dan tes urin. Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya gangguan pembekuan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase. E. Perencanaan Dibuat untuk setiap permasalahan sesuai kebutuhan serta tindakan yang spesifik, perencanaan harus dikembangkan pada pasien dan keluarga, rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan missed abortion adalah sebagai berikut : 1. Mendiagnosa dan penanganan secara dini Mendiagnosa apakah ibu mengalami missed abortion berdasarkan pengkajian data yang telah dilakukan, baik data subjektif maupun objektif. Jika diagnose telah ditegakan maka penanganan atau member asuhan secara komprehensif baik penanganan awal, tindakan pengeluaran janin (kolaborasi atau rujuk) dan asuhan pasca tindakan. 2. Jelaskan tentang kondisi ibu Jelaskan tentang kondisi ibu pada ibu dan juga keluarga, perhatikan psikologis ibu dan keluarga. 3. Rujuk ibu atau kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Penanganan missed abortion seperti kuretase atau melakukan induksi bukanlah wewenang bidan, maka bidan harus merujuk ke petugas yang lebih berwenang dan

12

kompeten seperti dokter spesialis kandungan, atau dengan melakukan kolaborasi dengan melakukan tindakan delegasi dari dokter. F. Penatalaksanaan Penatalaksanaan tindakan disesuaikan dengan rencana yang telah disusun, beberapa prinsip dalam melaksanakan tindakan kebidanan sebagai berikut : 1. Tindakan kebidanan ada yang dapat dikerjakan sendiri atau dibantu dan dilimpahkan kepada pasien atau keluarga, kolaborasi dan dirujuk kepada tenaga kesehatan yang lebih kompeten. 2. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan bidan tentang tindakan yang dilakukan. 3. Mencatat dan mengadakan konsultasi dan rujukan jika perlu. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan terkait kasus missed abortion adalah segera merujuk ke rumah sakit atas pertimbangan bisa terjadi komplikasi plasenta yang melekat terlalu erat sehingga perlu likakukan kuretase, pada umumnya kanalis servikaslis masih menutup sehingga perlu dilakukan tindakan pematangan serviks untuk

dilatasi.

Disamping karena tindakan penanganan missed abortion bukanlah wewenang bidan secara mandiri. Bidan dapat memberikan dukungan pada ibu dan suami karena kehilangan bayi yang didambakan oleh pasangan tersebut sangat berpengaruh pada psikologisnya. Jika bidan bertugas di rumah sakit dimana ada dokter spesialis kandungan bidan bisa berkolaborasi dengan dokter. G. Menilai Keberhasilan Tindakan Untuk mengukur keberhasilan akan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan perlu dilakukan evaluasi yang merupakan tahap akhir dalam proses manajemen kebidanan dengan menggunakan data perkembangan meliputi subjektif dan objektif. Dalam kasus missed abortion keberhasilan tindakan dinilai dari kondisi pasien pasca tindakan yaitu kondisi pasien sesuai dengan yang diharapkan dimana psikologis ibu dan keluarga bersedia menerima keadaan ibu dan tidak terjadi komplikasi maupun infeksi pasca tindakan.

13

BAB III PENUTUP A.

Kesimpulan Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Adapun berbagai macam penenyebab abortus yaitu, kelainan hasil konsepsi, kelainan plasenta, faktor maternal, kelainan traktus genitalia, trauma, faktor-faktor hormonal, sebab-sebab psikosomatik, sebab dari janin, dan lain-lain Aborsi secara umum dibagi atas aborsi spontan & aborsi provokatus (buatan). Aborsi provokatus (buatan) secara aspek hukum dapat golongkan menjadi dua, yaitu aborsi provokatus terapetikus (buatan legal) & aborsi provokatus kriminalis (buatan ilegal). Dalam perundang-undangan Indonesia, pengaturan tentang aborsi terdapat dalam dua undang-undang yaitu KUHP & UU Kesehatan. Dalam KUHP & UU Kesehatan diatur ancaman hukuman melakukan aborsi (pengguguran kandungan, tidak disebutkan soal jenis aborsinya), sedangkan aborsi buatan legal (terapetikus atau medisinalis), diatur dalam UU Kesehatan. Jika seorang wanita yang tengah mengandung mengalami kesulitan saat melahirkan, ketika janinnya telah berusia enam bulan lebih, lalu wanita tersebut melakukan operasi sesar. Penghentian kehamilan seperti ini hukumnya boleh, karena operasi tersebut merupakan proses kelahiran secara tidak alami. Tujuannya untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya sekaligus. Hanya saja, minimal usia kandungannya enam bulan. Aktivitas medis seperti ini tidak masuk dalam kategori aborsi; lebih tepat disebut proses pengeluaran janin (melahirkan) yang tidak alami.

B.

Saran Berhati-hatilah dalam menjaga kandungan dan harus waspada terhadap setiap komplikasi yang terjadi. Mudah-mudahan dengan makalah ini kita dapat lebih memahami dan mengetahui tentang aborsi. Sehingga kita tidak sampai melakukan tindakan aborsi karena tindakan

14

tersebut selain malanggar hukum, baik hukum agama maupun hukum perdata, juga mempunyai banyak resiko atau akibat dari perbuatan aborsi.

DAFTAR PUSTAKA 15

Cunningham, dkk. Alih bahasa Joko Suyono dan Andry Hartono. 1995. Obstetri William. Jakarta: EGC. Fadlun. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika. Marwan, 2010. Perdarahan dalam Kehamilan. Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama. Mochtam, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC . Prawirohardjo, Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sastrawinata,Sulaeman.1981. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset. Yeyeh Rukiah, Ai.2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media.

16

Related Documents


More Documents from "Pratiwi"

Bab_i[1].docx
December 2019 4
Bab I.docx
November 2019 4
Tgs Pak Razi.docx
December 2019 6