1. Askep Bph Ok.docx

  • Uploaded by: mirawati
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 1. Askep Bph Ok.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,170
  • Pages: 22
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I DENGAN DIAGNOSA MEDIS BENIGNA PROSTAT HIPERLASIA (BPH) DI RUANG WIRA RUMAH SAKIT TK. III DR. R. SOEHARSONO

DISUSUN OLEH: Nama

: Sri Ramadina

NPM

: 1614201120633

Kelompok

:4

PRAKTIK PRE NERS III PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN TAHUN 2018-2019

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama

: Mahabbatul Layna Fadli

NPM

: 1614201120611

Tempat

: Rumah Sakit TK. III DR. R. Soeharsono Banjarmasin

Judul

: Analisis Jurnal

Banjarmasin,

November 2018

Menyetujui,

Clinical Instruktur (CI)

Clinical Teacher (CT)

Gatot Yulianto, Ns., M.Kep

Hj. Ruslinawati, Ns., M.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN BENIGNA PROSTAT HIPERLASIA (BPH) PADA KLIEN Tn. I Di RUANG WIRA RUMAH SAKIT TK. III DR. R. SOEHARSONO

A. Pengkajian 1. Identitas Klien Nama

: Tn. I

Jenis Kelamin

:L

Umur

: 01 Maret 1955 (63 tahun)

Alamat

: Balandean

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Petani/pekebun

Status Perkawinan

: Kawin

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Banjar/Indonesia

Tanggal Masuk RS

: 19-11-2018

Diagnosa Medis

:Benigna prostat hiperlasia (BPH)

No. RM

:08-XX-XX

Tanggal Pengkajian

: 20-11-2018

2. Identitas Penanggung Jawab Nama

: Tn. A

Jenis Kelamin

:L

Umur

: 51 tahun

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Balandean

Hubungan dengan Klien : Saudara pasien

B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama Pada saat pengkajian tanggal 20 november 2018 pukul 09.30 pasien mengatakan tidak mau kencing sejak dua hari yang lalu dan nyeri saat mau kencing. 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pada saat pengkajian tanggal 20 november 2018 pukul 09.30pasien mengatakan pada saat bangun pagi mau BAK air kencingnya tidak mau keluar dengan lancar, pada siang hari saat pasien mau BAK pasien mengatakan urin hanya keluar sedikit-sedikit dan terasa nyeri bagian perut bawah. Pada hari senin tanggal 19 november nyeri semakin bertambah dan air urin tidak bisa dikeluarkan lagi sehingga keluarga memutuskan untuk masuk IGD dan rawat inap. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Pada saat pengkajian tanggal 20 november 2018 pukul 09:30 pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini. Pasien tidak pernah masuk rumah sakit ataupun rawat inap dirumah sakit dan pasien tidak pernah operasi. 4. Riwayat Penyakit Keluarga Pada saat pengkajian tanggal 20 november 2018 pukul 09:30 pasien mengatakan dari keluarga tidak memiliki penyakit yang sama dengan pasien maupun penyakit yang lainnya.

C. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum Pada saat pengkajian tanggal 20 november 2018 pukul 09:30 keadaan umum pasien composmentis dengan GCS : 15 (E: 4, V: 5, M: 6). Tanda-tanda vital : TD : 150/90 mmHg RR : 20 x/m N : 80 x/m

T : 37oC Data antropometri : TB : 159 cm dan BB : 58 kg. BBI = (TB-100) ± 10% (TB-100) = (159-100) ± 10% (159-100) = 55 ± 5.9 = 59-5.9 = 53.1 = 59+5.9 = 64.9 Jadi, rentang berat badan ideal pasien 53.1 – 64.9 2. Kulit Pada pemeriksaan kulit didapatkan data : kebersihan kulit bersih, warna kulit sawo matang, integritas kulit baik, kulit pasien tampak kering, tidak terdapat lesi, tidak terdapat ulkus/luka, turgor kulit kembali < 1 detik. 3. Kepala dan leher Pada pemeriksaan leher dan kepala : bentuk dan struktur kepala pasien simetris, tidak ada nyeri tekan, distribusi rambut pasien merata, warna rambut hitam dan tampak beruban. Pada pemeriksaan leher tidak ada pelebaran vena jugularis, tidak ada pembesaran tiroid dan limfe. 4. Penglihatan dan mata Pada pemeriksaan mata : bentuk dan struktur mata kiri dan kanan simetris, konjungtiva merah muda, palpebra normal, sklera putih, penglihatan agak sedikit kabur dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan. 5. Penciuman dan hidung Pada pemeriksaan penciuman dan hidung : struktur hidung simetris, tidak ada sumbatan ataupun sekter pada jalan nafas pasien, tidak ada polip ataupun peradangan dan penciuman baik. 6. Pendengaran dan telinga Pada pemeriksaan telinga : struktur telinga pasien kiri dan kanan simetris, kebersihan telinga bersih dan tidak ada peradangan ataupun

perdarahan pada telinga, pendengaran baik dan tidak menggunakan alat bantu dengar. 7. Mulut dan gigi Pada pemeriksaan mulut dan gigi : mulut terlihat bersih, pasien tidak mengalami gangguan menelan, tidak ada peradangan, dan pasien menggunakan gigi palsu pada bagian atas. 8. Dada a) Jantung Sirkulasi : perfusi darah ke perifer normal, CRT < 2 detik, warna ujung-ujung kuku dan bibir normal (tidak pucat) I

: Iktus kordis tidak terlihat

P

:Tidak teraba massa atau pembengkakan pada bagian thorax Iktus kordis tidak teraba

P

: Bunyi suara ketuk pekak

A

: Bunyi jantung s1 dan s2 normal, tidak ada bunyi jantung tambahan

b) Paru I

: bentuk dada simetris, Irama nafas eupnea (20x/m) Tidak ada pernafasan cuping hidung Tidak tampak deformitas dinding dada

P

:Tidak teraba massa atau pembengkakan pada bagian thorax, tidak terdapat nyeri tekan, dinding dada simetris, taktil fremitus getaran sama antara kiri dan kanan.

P

: Bunyi suara sonor

A

: Tidak terdapat bunyi suara nafas tambahan

9. Abdomen I

: keadaan umum abdomen terlihat simetris, tidak ada bekas luka pada abdomen, warna kulit sama dengan sekitarnya dan tidak ada jaundice.

A

: bising usus 10 x/menit

P

: ada nyeri tekan diperut bagian bawah, tidak ada pembesaran hepar dan tidak teraba masa atau benjolan lainnya pada abdomen.

P

: suara abdomen tympani pada ke empat kuadran

10. Genetalia dan reproduksi Pasien berjenis kelamin laki-laki, memiliki 3 orang anak, dan terpasang kateter alat reproduksi. 11. Ekstermitas atas dan bawah Keadaan umum ekstermitas atas dan bawah kiri dan kanan simetris, tidak ada kelainan bentuk tulang, terpasang infus di tangan kiri Skala kekuatan otot pasien :

5555

5555

5555

5555

D. Kebutuhan Fisik, Psikologi, Sosial dan Spritual. 1. Aktivitas dan latihan (di rumah dan di RS) Di rumah

: pasien mengatakan beliau adalah seorang kepala keluarga,

pasien melakukan pekerjaan sehari-hari dengar bertani dan berkebun Di RS

: pasien hanya berbaring ditempat tidur dan sesekali jalan

keluar kamar. 2. Istirahat dan tidur (di rumah dan di RS) Di rumah

: pasien tidur 7-8 jam sehari

Di RS

: pasien mengatakan susah tidur karena merasa cemas dan

nyeri, tidur 4-5 jam sehari 3. Personal hygine (di rumah dan di RS) Di rumah

: pasien mengatakan beliau mandi 2 kali sehari, keramas

setiap hari, menyikat gigi 2 kali sehari dan memotong kuku jika panjang. Di RS

: pasien mandi 1 kali sehari dengan bantuan keluarga,

meggosok gigi 2 kali sehari.

4. Nutrisi (di rumah dan di RS) Di rumah

: pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan lauk pauk

dan menghabiskan satu porsi. Pasien minum sebanyak 6 – 7 gelas perhari. Di RS

: pasien makan 3 kali sehari dengan porsi yang disediakan

rumah sakit 5. Eliminasi (di rumah dan di RS) Di rumah

: pasien mengatakan beliau BAB 2 hari sekali dengan

konsistensi feses lunak, warna kuning, bau khas. BAK bisa lebih dari 10-15 kali perhari dengan keluhan urin keluar sedikit-sedikit, dengan konsistensi kekuningan dan bau khas Di RS

: selama pasien di rumah sakit pasien mengatakan belum

ada BAB, terpasang kateter dengan karakteristik warna urin kuning jernih, 500 ml/hari, kadang terasa nyeri saat BAK. 6. Seksualitas Pasien berjenis kelamin laki-laki, mempunya anak 3 orang. 7. Psikologis Pasien mengatakan gelisah menunggu hari operasi dan pasien tampak cemas terhadap penyakitnya saat ini. 8. Sosial Pasien mengatakan hubungan pasien sangat baik dengan keluarga dan tetangga serta pasien juga ramah terhadap perawat yang ada di ruangan. 9. Spiritual Pasien beragama islam, dan pasien mengatakan selalu berdoa untuk kesembuhan pasien, karena beliau yakin setiap ada kesusahan disitu ada kemudahan dan setiap ada penyakit pasti ada obatnya.

E. Data Fokus 1. Data subjektif : - Pasien mengatakan tidak bisa BAK sejak 2 hari yang lalu - Pasien mengatakan nyeri saat BAK

- pasien mengatakan susah tidur karena merasa cemas dan nyeri, tidur 4-5 jam sehari 2. Data objektif : - Keadaan umum composmentis - TTV : TD : 150/90 mmHg RR : 20 x/m N : 80 x/m T : 37oC - Terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah - Terpasang infus pada tangan sebelah kiri - Terpasang kateter pada alat genitalia - Pasien tampak cemas terhadap penyakitnya - Pasien tampak gelisah Hasil Radiologi : Hyperlasia prostat grade 1-2. Hasil lab : -

Hematokrit

: 36 %

-

SGOT

: 43 U/L

-

Urea

: 55 mg/dl

-

Kreatinin

: 1.5 mg/dl

Farmakologi -

Oral Catopril 3x25 gr

F. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan lab tanggal 19 november 2018 jam 12:20 wib No

Nama

Hasil

Nilai normal

pemeriksaan HEMATOLOGI ANALYZER 1

Hemoglobin (HGB)

2 3

Leukosit (WBC)

12.2g/dl

P : 13,5 – 17,5 g/dl W : 11,5 – 15,5 g/dl 4.000 – 11.000 /ul

10.400/ul LYM

Hitung jenis (%)

MID

4

LED

5

Eritrosit (RBC)

4.6

/ul

6

Hematokrit (HCT)

36

% P : 40 – 50, W : 35 -45

7

Trombosit (PLT)

230.000 /ul

8

Masa perdarahan

1’30”

1 – 3 menit

9

Masa pembekuan

5’00”

2 – 6 menit

GRAN

Mm/jam P : < 15 mm/jam W : < 20mm/jam P : 4,5 – 6.0/ul, W : 3,9 – 5,3/ul

150.000 - 350.000 /ul

Karbohidrat/Gula 10

Glukosa sewaktu

92

mg/dl < 200 mg/dl

Faal Hati & Jantung 11

SGOT

43

U/L < 37 U/L

12

SGPT

26

U/L < 42 U/L

13

HBs - Ag

Non reaktif Non reaktif Faaf Ginjal

14

Urea

15

Kreatinin

55

mg/dl 10 – 50 mg/dl

1.5 mg/dl

P : 0.6 – 1.1 , W : 2,4 – 5,7 mg/dl

Hasil pemeriksaan radiologi tanggal 19 november 2018 No 1

Pemeriksaan USG Radiologi

Hasil pemeriksaan Ren Dextra : Ukuran normal, echocortex homogen, batascortex medula tegas, sistem pelviocalices tidak melebar, batu/kista (-) Ren sinistra : ukuran normal, echocortex homogen, batas cortex medula tegas, sistem pelviocalices tidak melebar, bati/kista (-) Vesica

urinaria

:

mukosa

reguler,

batu/mass/clot (-). Terpasang kateter. Prostat : volume 31,6 cc, IPP 0,658 cm, echoparenkim modul/kista/kalsifikasi (-)

Kesimpulan :Hyperlasia prostat grade 1-2.

G. Terapi Farmakologi -

Oral Catopril 3x25 gr

homogen,

H. Analisa data Nama pasien : Tn. I No. RM

: 08-XX-XX

Hari/tanggal

: Selasa, 20 november 2018

No 1

Data Ds : - Pasien mengatakan nyeri saat BAK - pasien mengatakan susah tidur

karena

merasa

cemas dan nyeri, tidur 45 jam sehari Do : - TTV : TD : 150/90 mmHg RR : 20 x/m N : 80 x/m T : 37oC - Terdapat pada

nyeri

tekan

abdomen

bagian

tampak

cemas

bawah - Pasien

terhadap penyakitnya - Pasien tampak gelisah - Hasil

radiologi

:

Hyperlasia prostat grade 1-2. - Hasil lab : Hematokrit : 36 % SGOT

: 43 U/L

Problem

Etiologi

Ansietas

Status kesehatan

(Nanda Nic

(menghadapi

Noc, edisi 9

prosedur operasi)

halaman 42)

Urea

: 55 mg/dl

Kreatinin : 1.5 mg/dl - Farmakologi Catopril 3x25 gr 2

Ds:

Nyeri akut.

Agen

- Pasien mengatakan tidak

(Nanda Nic

biologis

bisa BAK sejak 2 hari

Noc, edisi 9

terputusnya

yang lalu

halaman 530)

- Pasien mengatakan nyeri saat BAK

tidur karena merasa cemas dan nyeri, tidur 4-5 jam sehari Do : - Keadaan

umum

composmentis - TTV : TD : 150/90 mmHg RR : 20 x/m N : 80 x/m T : 37oC - Terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah tampak

cemas

terhadap penyakitnya - Pasien tampak gelisah - Hasil lab : Hematokrit : 36 % SGOT

: 43 U/L

Urea

: 55 mg/dl

(

kontinuitasjaringan akibat pembedahan)

- pasien mengatakan susah

- Pasien

cedera

Kreatinin : 1.5 mg/dl - Farmakologi 3

Ds:

Resiko infeksi

Peningkatan

- Pasien mengatakan tidak

(Nanda Nic

paparan

bisa BAK sejak 2 hari

Noc, edisi 9

lingkungan

halaman 423)

terhadap patogen

yang lalu - Pasien mengatakan nyeri saat BAK

(adanya media masuknya kuman

Do :

akibat prosedur

- TTV :

invasif)

TD : 150/90 mmHg RR : 20 x/m N : 80 x/m T : 37oC - Terpasang

infus

pada

tangan sebelah kiri - Terpasang kateter pada alat genitalia - Hasil lab : Hematokrit : 36 % SGOT

: 43 U/L

Urea

: 55 mg/dl

Kreatinin : 1.5 mg/dl - Farmakologi

I. Prioritas diagnosa keperawatan 1. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan (menghadapi prosedur operasi) 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (terputusnya kontinuitas jaringan akibat pembedahan)

3. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan lingkungan terhadap patogen (adanya media masuknya kuman akibat prosedur invasif).(Nanda Nic Noc edisi 9, 2013)

J. Perencanaan Keperawatan Nama pasien : Tn. I

Usia

No. RM

: 08-XX-XX

Dx Medis : Benigna prostat hiperlasia

Hari/tanggal

: Selasa, 20 november 2018

No

Diagnosa

Tujuan

: 63 tahun

intervensi

Rasional

keperawatan 1

Ansietas

Setelah dilakukan

berhubungan

tindakan

dengan

status keperawatan 1 x

kesehatan

( 24

jam,

1. Gunakan

1. Menggunakan

pendekatan

teknik

yang

teraupetik

menyenangkan

menghadapi

diharapkan cemas

prosedur operasi)

berkurang/hilang.

saling percaya

saling

percaya

Ditandai dengan :

NOC

antara perawat

adalah

dasar

Ds :

Control, Coping,

dan pasien

hubungan

- Pasien

Impulse

terpadu

mengatakan

controldengan

mendukung

nyeri saat BAK

kriteria hasil:

klien

- Nyeri saat BAK

mengatasi

- pasien mengatakan susah

:

Anxiety

berkirang/hilang

tidur - Pola tidur pasien

karena

merasa

cemas

dan

Do : - TTV :

yang

dalam

perasaan cemas 3. Pahami

rasa 3. Perasaan adalah

normal kembali

takut/ansietas

nyata

7 – 8 jam sehari

pasien

membantu

nyeri, tidur 4-5 - Ttv normal jam sehari

2. Bina hubungan 2. Hubungan

- Pasien

pasien tidak

cemas - Pasien

dan

untuk

terbuka sehingga dapat

tidak

mendiskusikan

TD

:

150/90

gelisah

dan

mmHg

menghadapinya

RR : 20 x/m

4. Instruksikan

N : 80 x/m

klien

T : 37oC

teknik relaksasi

- Terdapat nyeri tekan

5. Kaji

pada

tentang

yang

dialami pasien

bawah - Pasien

sejauh

mana

tingkat kecemasan yang

tampak

dialami

cemas terhadap

oleh

pasien

penyakitnya - Pasien

jadi nyaman

tingkat 5. Mengetahui

ansietas

abdomen bagian

4. Membantu klien

6. Temani

tampak

gelisah - Hasil radiologi : Hyperlasia

atau 6. Dukungan yang

atur supaya ada

terus

menerus

seseorang

mungkin

bersama pasien

membantu

sesuai indikasi

pasien

prostat grade 1-

mengurangi

2.

ansietas/rasa

- Hasil lab :

takut ke tingkat

Hematokrit : 36

yang

%

diatasi

SGOT

: 43

7. Berikan

U/L Urea

: 55

mg/dl

dapat

7. Dapat

penjelasan pada

mengurangi rasa

pasien tentang

cemas

penyakitnya

akan

Kreatinin : 1.5

pesein

penyakitnya

mg/dl - Farmakologi Catopril 3x25 gr 2

Nyeri berhubungan

akut Setelah dilakukan tindakan

1. Ajarkan

pola 1. Untuk

istirahat tidur

mengurangi

dengan agen cedera keperawatan 1 x biologi

24

(terputusnya

diharapkan nyeri

menyeluruh

mengetahui

kontiniutas

berkurang

tentang

keadaan umum

jaringan

jam

nyeri

atau

akibat hilang

2. Kaji

secara 2. Untuk

nyeri

termasuk

pembedahan.

Dengan

Ditandai dengan :

hasil:

frekuensi,

Ds:

- Nyeri saat BAK

intensitas, dan

- Pasien

kriteria

berkirang/hilang

mengatakan tidak - Pola tidur pasien bisa BAK sejak 2

normal kembali

hari yang lalu

7 – 8 jam sehari

- Pasien mengatakan nyeri saat BAK

mengatakan susah

bagian bawah

nyeri

- Pasien gelisah

tindakan

tidak

tidak

umum

composmentis - TTV :

mana

4. Untuk mengetahui tingkat

nyeri

5. Posisikan

5. Mengurangi

pasien

rasa nyeri

senyaman

6. Ajarkan teknik

- Keadaan

mengetahui

pasien

mungkin

Do :

TD

4. Mengidentifika si

cemas dan nyeri,

sehari

kualitas, 3. Untuk

lokasi nyeri

abdomen

cemas

jam

3. Kaji

nyeri dirasakan

merasa

4-5

penyebab

- Tidak terdapat

- Pasien

tidur

faktor

sejauh

tidur

karena

durasi,

- Ttv normal

nyeri tekan di

- pasien

lokasi,

pasien

non

6. Membantu pasien

menjari

rileks

farmakologi (misalnya;

:

150/90

mmHg RR : 20 x/m

relaksasi, distraksi) 7. Kolaborasi

N : 80 x/m

medis

T : 37oC

pemberian

7. Untuk mengurangi rasa nyeri

- Terdapat tekan

nyeri

analgetik

pada

dengan tepat

abdomen bagian bawah - Pasien

tampak

cemas

terhadap

penyakitnya - Pasien

tampak

gelisah - Hasil lab : Hematokrit : 36 % SGOT

: 43

U/L Urea : 55 mg/dl Kreatinin

: 1.5

mg/dl - Farmakologi 3

Resiko

infeksi Setelah dilakukan

1. Monitor tanda- 1. Peningkatan

berhubungan

tindakan

tanda vital

suhu

dengan

keperawatan 1 x

38oC dalam 24

peningkatan

24

jam

jam

paparan lingkungan diharapkan patogen infeksi

tidak

(adanya

media terjadi

dengan

masuknya

kuman kriteria hasil: prosedur

invasif. Ditandai dengan : Ds:

- Suhu

tubuh

pasien normal - Akral

pertama

sangat

terhadap

akibat

sampai

pasien

teraba hangat

menandakan infeksi 2. Inspeksi

2. Adanya

balutan,

rembesan dapat

abnormal

menandakan

terhadap

hematoma,

eksudat

dan

gangguan

- Pasien

- Hasil

mengatakan

normal

lab

rembesan,

penyatuan

lepaskan

jahitan/dehiscen

tidak bisa BAK

balutan

sejak

indikasi

2

hari

sesuai

t

luka,

memerlukan

yang lalu

intervensi

- Pasien

lanjut.

mengatakan

Pengangkatan

nyeri saat BAK

jahitan

Do :

memungkinkan

- TTV :

insisi

TD

:

150/90

mengering dan

mmHg

meningkatkan

RR : 20 x/m

penyembuhan

N : 80 x/m T : 37oC

teknik

- Terpasang infus pada

3. Terapkan

3. Menurunkan septic

antiseptic

tangan

terkena infeksi

mengontrol

- Terpasang

penyebarab

kateter pada alat genitalia

sumber infeksi 4. Mengkaji

- Hasil lab : Hematokrit : 36

4. Deteksi

dini

tanda-tanda

terjadi

infeksi

memberikan

%

infeksi

kesempatan : 43

untuk intervensi

U/L Urea

pasien

sekunder,

sebelah kiri

SGOT

resiko

tepat waktu dan : 55

dapat mencegah

mg/dl

komplikasi

Kreatinin : 1.5

lebih lanjut

mg/dl - Farmakologi

5. Kolaborasi dalam

5. Mencegah infeksi

dan

-

pemberian

penyebaran

ke

antibiotik

jaringan sekitar dan aliran darah

K. Analisa Jurnal Keperawatan 1. Judul Penelitian Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur. 2. Nama Penerbit Jurnal Program Studi Ners, STIK Siti Khadijah Palembang, Indonesia. 3. Publikasi Jurnal Agustus 2018 4. ISSN ISSN 2086 – 7751 (print), ISSN 2548 – 5696 (online) 5. Nama Peneliti Leni Aini dan Reza Reskita 6. Waktu dan Tempat Penelitian 15 Juni – 14 juli 2017 di RSI Siti Khadijah, Palembang. 7. Landasan Teori Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman (Smeltzer et al., 2010). Penanganan nyeri dengan melakukanteknik relaksasi merupakan tindakankeperawatan

yang

dilakukan

untukmengurangi

nyeri.

Penanganan nyeri dengantindakan relaksasi mencakup teknikrelaksasi nafas dalam dan guidedimagery.Beberapa penelitian telahmenunjukkan bahwa relaksasi nafas dalamsangat efektif dalam menurunkan nyeripasca operasi (Sehono, 2010).

Relaksasi adalah sebuah keadaandimana seseorang terbebas dari tekanan dankecemasan atau kembalinya keseimbangan(equilibrium) setelah terjadinyagangguan.Tujuan dari teknik relaksasiadalah mencapai keadaan

relaksasimenyeluruh,

mencakup

keadaan

relaksasisecara

fisiologis, secara kognitif, dan secarabehavioral. Secara fisiologis, keadaanrelaksasi ditandai dengan penurunan kadarepinefrin dan non epinefrin

dalam

darah,penurunan

frekuensi

denyut

jantung

(sampaimencapai 24 kali per menit), penurunan tekanan darah, penurunan

frekuensi

nafas(sampai

4-6

kali

per

menit),

penurunanketegangan otot, metabolisme menurun,vasodilatasi dan peningkatan temperatur pada extermitas (Rahmayati, 2010). Teknik

relaksasi

nafas

dalam

akan

lebih

efektif

bila

dikombinasikan dengan beberapa teknik lainnya, seperti guided imagery. Guided imagery merupakan teknik yang menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). Teknik ini dimulai dengan prosesrelaksasi pada umumnya yaitu memintakepada klien untuk perlahan-lahan menutupmatanya dan fokus pada nafas mereka, kliendidorong untuk relaksasi mengosongkanpikiran dan memenuhi pikiran denganbayangan untuk membuat damai dan tenang(Rahmayati, 2010). 8. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian variabel peneliti pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan skala nyeri pada pasien fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang (p-value=0,001). Hal ini berarti terjadi penurunan skala nyeri sesudah mendapatkan perlakuan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien fraktur, yaitu rata-rata skala nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah 4 dan setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalan adalah 2,80. Keadaan ini menggambarkan

bahwa teknik relaksasi nafas dalan mempengaruhi skaka nyeri pada pasien fraktur. 9. Implikasi pada Praktik Keperawatan Untuk hasil penelitian teknik relaksasi pada pasien nyeri bisa diterapkan, karena dalam hasil penelitian, pemberian teknik relaksasi efektif untuk mengurangi rasa nyeri karena dengan teknik relaksasi nyeri dapat membuat sesorang lebih rileks, sehingga dapat mengurangi kuantintas nyeri.

Related Documents

1. Askep Bph Ok.docx
May 2020 18
Askep Bph Jadi.docx
December 2019 23
Askep Bph Fix.docx
October 2019 15
Askep Bph Movit.docx
November 2019 25
Intro(bph)
April 2020 18
Ruu Bph
December 2019 18

More Documents from "dommi denita"