LAPORAN 04 PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM ELEKTRONIKA
TABEL IMPLIKASI
Disusun oleh : ABDUL HARIS HERYANI 06502241010
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2009
A. TUJUAN 1. Melakukan implikasi
penyederhanaan
logika
rangkaian
menggunakan
table
2. Menguasai table implikasi 3. Menggunakan table Implikasi 4. Mengimplementasikan hasil analisis 5. Mengevaluasi hasil pengamatan
B. DASAR TEORI Metode alternatif untuk minimalisasi rangkaian adalah menggunakan table implikasi berbasis pada kerja M.C. Paull dan S.H.Unger. Metode ini lebih memerlukan waktu untuk perancangan daripada metode partisi. 1. Definisi: suatu set keadaan P adalah diimplikasikan oleh set keadaan R untuk input yang spesifik Xj P adalah set dari semua set keadaan berikut ∂(r, Xj) untuk semua keadaan r dalam R Keadaa Keadaan berikut n Input xt Awal Qt 0 1 2 1 3 4 2 2 4 4 3 3 1 1 3 4 1 2 1
Qt+1 3 4 4 4 4
Misal R1 = (Q1, Q2) kemudian set implied oleh R1 dan R2 = (Q3, Q4) dan R3 = (Q2, Q3) Karena ∂(Q1, 0) = Q3 dan ∂(Q2, 0) = Q4 dan ∂(Q1, 2) = Q2 dan ∂ (Q2, 2) = Q3 begitu juga set R2 = (Q3, Q4) implied R1 = (Q1, Q2) dan R4 = (Q1, Q2) 2. State assignment
Tabel. Keadaan
1
State assignme nt
Tabel. Keadaa n tereduk
2
Tabel implik asi
Pers. masukan elemen memori
3
Tabel. Keadaa n minimal
Gb.3 Diagram Proses Sintesis
4
5 Rangkaian
Diagra ml Keadaa n
C. ALAT/INSTRUMEN Pada praktikum perancangan Pencacah Asinkron ini, instrument yang digunakan adalah software Electronics Workbench dengan komponen– komponen yang dipakai antara lain : 1. Catu Daya DC 5V
6. Decoded 7-Segment
2. Pembangkit Pulsa (Clock)
7. IC And
3. IC D Flip – Flop
8. IC OR
4. Logic Analiser
9. Saklar
5. Lampu indicator
D. LANGKAH KERJA Tabel keadaan dibawah ini merupakan tabel keadaan awal dan berikut untuk X = 0 dan X = 1 dan keadaan Z Keadaan Awal Qt 1 2 3 4 5 6
Keadaan berikut Qt+1, Z Input xt 0 1 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0 10,0 11,0 4,0 12,0
Keadaa n Awal Qt 7 8 9 10 11 12
Keadaan berikut Qt+1, Z Input xt 0 1 10,0 11,0 8,0 1,0 10,1 1,0 4,0 1,0 2,0 1,0 2,0 1,0
1. Mereduksi tabel diatas dengan metode reduksi biasa. 2. Membuat tabel implikasi untuk mendapatkan reduksi lebih lanjut dengan kaidah-kaidah implikasi. 3. Membuat tabel keadaan minimal dari hasil reduksi dan diagarm keadaan minimalnya. 4. Membuat tabel transisi dari tabel keadaan minimal sesuai dengan jenis flip-flopnya. 5. Menentukan formula masukan dari masing masing FF.
6. Mengimlementasikan formula masukan jadi rangkaian final. E. ANALISA DATA 1. Mereduksi tabel keadaan awal untuk kondisi X = 0 dan X = 1 beserta
kondisi Z : Tabel Reduksi Keadaan awal Q' 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Qt+1, Z x=0 x=1 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 5, 7,0 8,0 9,0 10,0 11,0 4,0 11, 12,0 10,0 11,0 8,0 1,0 10,1 1,0 4,0 1,0 2,0 1,0 2,0 1,0
Table Hasil Reduksi
Q' 1 2 3 4 5 6 8 10 11 9
Qt+1, Z x= x=0 1 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 5,0 8,0 9,0 10,0 11,0 4,0 11,0 8,0 1,0 4,0 1,0 2,0 1,0 10,1 1,0
Catatan untuk tabel reduksi keadaan awal: Nilai Q’ = 12 dieliminasi, dikarenakan nilai x = 0 dan x = 1 memiliki
nilai yang sama dengan nilai x = 0 dan x = 1 pada Q’ = 11, hal ini mengakibatkan untuk nilai baik pada x = 0 mapun x =1 memiliki nilai 12 harus diganti dengan 11. Nilai Q’ = 7 dieliminasi, dikarenakan nilai x = 0 dan x = 1 memiliki
nilai yang sama dengan nilai x = 0 dan x = 1 pada Q’ = 5, hal ini mengakibatkan untuk nilai baik pada x = 0 mapun x =1 memiliki nilai 7 harus diganti dengan 5. Catatan untuk tabel hasil reduksi: Urutan penulisan Q’ diurutkan dari nilai terkecil hingga terbesar (1 s.d.
11), kemudian untuk nilai Q’ = 9, diletakkan pada posisi paling akhir dikarenakan pada Qt+1 dengan x = 0 memiliki nilai Z = 1. 2. Merancang penyederhanaan menggunakan tabel implikasi :
Dengan ketentuan : a. Sumbu Y tidak ada Kepala.
b. Sumbu X tidak ada Ekor.
Dikarenakan
nilai output (Z) baris yang berlogika 9 adalah 1 (berbeda dengan nilai output baris lainnya dan tidak memiliki pasangan baris lainnya yang memiliki output sama ), maka pada baris yang memiliki logika Y = 9 (logika awal = 9), semuanya di Cross
Apabila terdapat variabel nilai yang sama dalam satu cell, maka nilai tersebut dieliminasi. Sehingga pada cell tersebut hanya ada satu pasang nilai.
Karena semua nilai keadaan berikut yang keadaan awal berlogika 9 di Cross, maka semua keadaan berikut yang berlogika 9 juga di Cross, menjadi sebagai
Dikarenakan
semua nilai keadaan berikut yang keadaan awal berlogika 4 di Cross, maka semua keadaan berikut yang berlogika 4 juga di Cross.
Saat keadaan (sumbu
X) berlogika 8 ditarik keatas, ditemukan sel (8-2) yang belum di Cross, sementara dapat dilihat sel dengan letak (8-2) sudah di Cross, maka sel kolom 8 dengan nilai (8-2) harus di
Saat keadaan (sumbu
Y) berlogika 8 ditarik kekanan, ditemukan sel (2-8), (6-8), dan (810) yang belum di Cross, sementara dapat dilihat sel dengan letak (2,8), (6,8), dan (8,10) sudah di Cross, maka sel kolom 8 dengan nilai (2-8), (6-8), dan (8-10) harus di Cross. 3. Membuat Tabel Minimal Reduksi
Kondisi terakhir dari tabel implikasi sebelumnya merupakan kondisi akhir penyederhanaan
dengan
tabel
Implikasi.
Dari
beberapa
kali
pengeliminasian , yaitu untuk nilai yang berlogika 9, kemudian nilai yang berlogika 4 juga mengalami pengeliminasian dan terakhir dilakukan pengeliminasian untuk nilai yang berlogika 8. Selanjutnya terdapat beberapa cell yang tidak di-cross
dan diklasifikasikan menjadi 2
kelompok berimpit yaitu keompok nilai 1,3,5,11 dan 2,6,10. Untuk selanjutnya nilai-nilai yang diimplikasi dan kelompok yang berimpt adalah sebagai berikut: (1, 3, 5, 11) 1 , (2, 6, 10) 2 , 9, 8, 4 1, 2, 4, 8, 9 Maka, dapat dibuat tabel kebenaran tereduksi dengan melihat tabel hasil reduksi keadaan awal sebagai berkut : Tabel Hasil Reduksi Keadaan Awal Q' 1 2 3 4 5 6 8 10 11 9
Qt+1, Z x= x=0 1 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 5,0 8,0 9,0 10,0 11,0 4,0 11,0 8,0 1,0 4,0 1,0 2,0 1,0 10,1 1,0
Table Minimal Reduksi Q' 1 2 4 8 9
Qt+1, Z x=0 x=1 2,0 1,0 4,0 1,0 8,0 9,0 8,0 1,0 2,1 1,0
Pada Q’ = 1 dimana pada X = 1 yang bernilai 3,0 pada tabel
kebenaran tereduksi menjadi 1,0 dikarenakan 3 berimpit dengan 1, 3, 5, 11 dan telah dimasukan dalam satu kelompok 1.
Pada Q’ = 2 dimana pada X = 1 yang bernilai 5,0 pada tabel
kebenaran tereduksi menjadi 1,0 dikarenakan 5 berimpit dengan 1, 3, 5, 11 dan telah dimasukan dalam satu kelompok 1. Pada Q’ = 9 dimana pada X = 0 yang bernilai 10,1 pada tabel kebenaran tereduksi menjadi 2,1 dikarenakan 10 berimpit dengan 2, 6, 10 dan telah dimasukan dalam satu kelompok 2. 4. Membuat Diagram Keadaan
Sehingga dapat diperoleh Diagram keadaan minimal sebagai berikut : Nilai 0/0, 1/0, 0/1
merupakan input X/Z. Nilai Q’ dari tabel minimal reduksi ditunjukkan dengan angka berwarna ungu Tampilan pada seven segment ditunjukkan dengan angka yang terdapat didalam lingkaran. 5. Membuat Tabel Transisi
Langkah-langkah untuk membuat tabel transisi: a. Menentukan jumlah FF (n) dengan formula 2n-1 < modulo ≤ 2n. Terdapat 5 variabel output, yaitu 1-2-4-8-9 4 < 5 ≤ 8 23-1 < 5 ≤ 23, Sehingga didapat FF sejumlah 3 buah
(Q2, Q1, Q0).
b. Memasukkan pada tabel transisi
Awal (Qt)
1 2 4 8 9
Q 2 0 0 0 0 1
Q 1 0 0 1 1 0
Q 0 0 1 1 0 0
Q 2 0 0 0 0 0
Berikut X=0 Q Q Z 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1
(Qt+1) X= Q Q 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
1 Q 0 0 0 0 0 0
Z 0 0 0 0 0
c. Menentukan formula masukkan
masing masing flip-flop dengan
menggunakan metode minimalisasi dengan metode peta karnaugh.
D2 XQ 2
D2 = D1 XQ 2
D1 =
Q1 Q0 0 0 0 1
1 1
0 0 0 0 0 0 0 d d 1 1 0 d d 1 1 0 0 1 0 X Q1 Q0 Q1 Q0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 d d 1 1 0 d d 1 1 0 0 0 0 X Q0 + X Q1
1 0 0 d d 0
1 0
D0 XQ 2 0 0 0 1 1 1 1 0 D0 = X Q1 Z XQ 2 0 0 0 1 1 1 1 0
1 d d 0
Q1 Q0 0 0 0 1
1 1
1 0
1
1
0
0
1
d
d
d
0
d
d
d
0
0
0
0
Q1 Q0 0 0 0 1
1 1
1 0
0
0
0
0
1
d
d
d
0
d
d
d
0
0
0
0
Z = X Q2
Dari hasil penghitungan menggunakan peta karnaugh, maka dihasilkan formula masukkan untuk masing-masing flip-flop adalah sebagai berikut: D2 = X Q1 Q0 D1 = X Q0 + X Q1 D0 = X Q1 Z = X Q2 d. Menentukan tipe FF yang akan digunakan. Dalam pengamatan ini
digunakan D FF yang memiliki logika “input = output”.
Menggunakan D- Flip Flop:
Dengan menggunakan masukan word generator :
Dari rangkaian tersebut, maka bisa dilihat pada tampilan menggunakan red indikator dan seven segment, berdasarkan masukan pada word generator . WG 0000 0001 0000 0001 0000 0001 0000 0001 0010 0001 0010
Red indikator 7segment 0001 0000
0001 0000
0001 0000
0001 0000
0001 0010
0001 0010
0001 0010
0001 0000
0001 0010
0001 0010 0001 0010 0000
Hasil yang dapat dilihat melalui logic analyzer adalah sebagai berikut:
Looping ke-1
Looping ke-2
Looping ke-3
Berdasarkan diagram keadaan dan gelombang output dari logic analyzer maka dapat diketahui bahwa : •
Pada saat Looping ke-1 Dengan nilai x = 0 dan c = 0 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 0, kemudian clock pertama dengan nilai x = 0 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 1, kemudian clock kedua dengan nilai x = 0 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 3, kemudian clock ketiga dengan nilai x = 0 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 2, kemudian clock keempat dengan nilai x = 0 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 2, kemudian clock kelima dengan nilai x = 1 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 0,
•
Pada saat Looping 2 Dengan nilai x = 1 dan c = 0 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 0, kemudian di-clock dengan nilai x = 0 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 1, kemudian diclock lagi dengan nilai x = 0 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 3, kemudian di-clock lagi dengan nilai x = 1 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 4, kemudian diclock lagi dengan nilai x = 1 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 0,
•
Pada saat loopping ke-3 Dengan nilai x = 1 dan c = 0 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 0, kemudian di-clock dengan nilai x = 0 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 1, kemudian diclock lagi dengan nilai x = 0 maka output Z = 0 dan tampilan yang
dimunculkan adalah 3, kemudian di-clock lagi dengan nilai x = 1 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 4, kemudian diclock lagi dengan nilai x = 0 maka output Z = 1 dan tampilan yang dimunculkan adalah 1, kemudian di-clock lagi dengan nilai x = 1 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 0, kemudian diclock lagi dengan nilai x = 1 maka output Z = 0 dan tampilan yang dimunculkan adalah 0, •
Penggunaan rangkaian ini dapat digunakan sebagai detektor ataupun digunakan sebagi kunci pasword, karena pada prinsip kerjanya tabel implikasi ini mirip dengan cara kerja detektor BCD.
F. KESIMPULAN 1. Tabel Implikasi merupakan salah satu metode penyederhanaan
logika yang akurat dan efektif, sehingga dapat menghasilkan rangkaian yang sesederhana mungkin untuk melakukan proses pencacahan logika. Metode ini dulunya dipakai/ditemukan oleh M.C. Paull dan S.H.Unger. 2. Hasil penyederhanaan dengan metode Tabel Implikasi cukup efektif dan akurat. Namun perancangannya membutuhkan waktu yang lebih lama. 3. Ada 7 langkah standart pada perancangan penyederhanaan dengan metode Tabel Implikasi, antara lain : a. Membuat tabel keadaan (kondisi awal). b. Mereduksi tabel dengan metode reduksi standar. c. Menyederhanakan tabel dengan metode tabel Implikasi. d. Membuat tabel keadaan minimal dari hasil penyederhanaan dengan metode Tabel Implikasi. e. Membuat diagram keadaan minimal untuk melihat hasil / proses tabel yang sudah disederhanakan. f. Membuat
persamaan
masukan
elemen
memori
(bisa
juga
menggunakan metode Karnaugh Map). g. Implementasi persamaan pada rangkaian. 4. Implementasi komponen rangkaian yang dipakai menyesuaikan sesuai dengan hasil penyederhanaan (lebih efisien dan hemat). 5. Agar
memudahkan dalam penganalisisan, output dari masing –
masing Flip – Flop (D2, D1, D0, dan Z) bisa disambung dengan
lampu indikator dan 7-Segment. Sedangkan input X dan Clock dapat diganti saklar yang dihubungkan dengan Vcc (logika 1) dan Ground (logika 0). Atau untuk lebih jelasnya lagi, seluruh port input dan output
tadi
bisa
disambungkan
ke
logic
menggunakan masukan dari word generator.
analyser
dengan