02.pdf

  • Uploaded by: Robiatul Adawiyah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View 02.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 26,096
  • Pages: 209
LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.S DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI OOM MARKONAH Am.Keb JAKARTA TIMUR TAHUN 2017

Disusun Oleh : AGUS DIAH EKA LESTARI P3.73.24.3.14.002

KEMENTERIAN INDONESIA POLITEKNIK

KESEHATAN REPUBLIK KESEHATAN JAKARTA

III JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN TAHUN 2017

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.S DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI OOM MARKONAH Am.Keb JAKARTA TIMUR TAHUN 2017

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Praktik Kebidanan Klinik Komprehensif

Disusun Oleh : AGUS DIAH EKA LESTARI

P3.73.24.3.14.002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN TAHUN 2017 LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.S DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI OOM MARKONAH Am.Keb JAKARTA TIMUR TAHUN 2017

Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan dihadapan penguji

PEMBIMBING

YULIASARI, SST., MKM NIP : 198207142009122001 LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.S DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI OOM MARKONAH Am.Keb JAKARTA TIMUR TAHUN 2017

Laporan kasus ini telah di ujikan pada tanggal 15 Juni 2017

PENGUJI I

PENGUJI II

SHENTYA FITRIANA, SST., M.KEB NIP : 197908262002122001

YULIASARI, SST., MKM NIP : 198207142009122001

Mengesahkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Jakarta III Jurusan kebidanan Program Studi D IV Kebidanan Ketua

ATICEH, SST., M.KEB NIP: 196302031984122001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA III JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN Nama Penulis Judul

: Agus Diah Eka Lestari : Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S di

Bidan Praktik Mandiri Oom Markonah, Am.Keb. Kecamatan Cakung, Jakarta Timur tahun 2017

Jumlah BAB & Halaman

: 5 BAB, 155 Halaman + Gambaran Kasus + Daftar

Isi + Kata Pengantar + Lampiran

GAMBARAN KASUS Bidan merupakan ujung tombak untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, salah satu upaya dengan memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif. Tujuannya adalah untuk dapat memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif. Kasus diambil di Bidan Praktik Mandiri Oom Markonah, Am.Keb Kecamatan Cakung, Jakarta Timur tanggal 20 Maret 2017 sampai 3 Juni 2017. Ny.S G3P2A0 umur 33 tahun, selama kehamilannya memeriksakan kandungannya sebanyak 8

i

kali, yaitu 1 kali saat trimester I, 2 kali saat trimester II dan 5 kali saat trimester III. Penulis melakukan ANC sebanyak 4 kali yang dimulai pada usia kehamilan 34 minggu 1 hari. HPHT tanggal 24 Juli 2016, TP tanggal 1 mei 2017. Pada kunjungan keempat, Ny.S melakukan pemeriksaan USG oleh dr.Iman, SpOG dengan hasil terdapat lilitan tali pusat, namun diperbolehkan lahir normal. Tanggal 20 April 2017 jam 07.00 WIB Ny.S datang dengan keluhan mulas-mulas sejak pukul 02.00 WIB, hasil pemeriksaan Ny.S G3P2A0 hamil 38 minggu 4 hari partus kala I fase laten dengan lilitan tali pusat, namun keadaan ibu dan janin baik. Pukul 15.00 ibu mengatakan merasa sangat mulas dan terasa lemas. Hasil pemeriksaan Ny.S G3P2A0 hamil 38 minggu 4 hari partus kala I fase aktif dengan lilitan tali pusat, didapatkan partograf telah melewati garis waspada. Ny.S dirujuk ke RS Kartika Pulomas ditemani suami dan didampingi oleh Bidan Maria dan penulis. Pukul 15.45 WIB Ny.S sampai di IGD RS Kartika Pulomas, kemudian dilakukan pemeriksaan USG, CTG, dan Laboratorium. Pukul 16.20 WIB Ny.S dipindahkan dari ruang IGD ke ruang operasi untuk dilakukan operasi sectio caesarea. Kemudian pukul 17.10 WIB bayi lahir kulit kemerahan, menangis kuat, tonus otot baik, IMD berhasil dilakukan selama 1 jam, keadaan ibu baik dengan perdarahan intraoperasi + 350 cc. Pada kunjungan nifas 6 jam sampai 6 minggu, ibu dalam keadaan baik, pemeriksaan fisik dalam batas normal, tidak menunjukkan adanya infeksi dan tanda bahaya nifas. Pada kunjungan neonatus 1 jam sampai 6 minggu, bayi dalam keadaan baik, pemeriksaan fisik dalam batas normal, tidak menunjukkan adanya infeksi dan tanda bahaya bayi.

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus komprehensif ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S di Bidan Praktik Mandiri Oom Markonah Am.Keb, Jakarta Timur tahun 2017”. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada tauladan sepanjang masa, nabi

ii

Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa istiqomah dalam sunnahnya hingga akhir jaman. Dalam

menyelesaikan

laporan

kasus

ini

penulis

banyak

sekali

mendapatkan bantuan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Ns. Karningsih, S.Kp, M. Kes selaku ketua jurusan kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III. 2. Ibu Aticeh, SST, M.Keb selaku ketua program studi D IV jurusan kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III. 3. Bidan Oom Markonah, Bidan Ika, Bidan Desi, Bidan Maria, terimakasih atas segala kesempatan dan bimbingan selama penulis mencari pasien untuk laporan kasus komprehensif dan melakukan asuhan kebidanan. 4. Ibu Yuliasari, SST, MKM selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan

waktu

untuk

membimbing,

memberi

dukungan,

memberikan saran dan masukan yang membangun sehingga penulis dapat menyempurnakan laporan kasus komprehensif ini hingga akhir. 5. Seluruh staf dosen Program D IV Kebidanan atas ilmu, doa, dorongan serta semangatnya. 6. Ny.S dan Tn.A yang bersedia menjadi pasien dari penulis dan mempercayai penulis untuk mendampingi ibu dari masa kehamilan sampai nifas. 7. Ibu Tini dan Bapak Surwan selaku orang tua dari penulis, Muhammad Lutfi Thariq dan Ryaz Afriansyah selaku adik kandung dari penulis atas rasa sabar, doa, dukungan, keceriaan dan segala curahan kasih sayang yang diberikan untuk penulis.

iii

8. Mega Bella Joennata, Siti Umi Mar’atus Sholihah, dan Ni Gusti Ayu Susilawati selaku teman seperjuangan komprehensif, teman satu bimbingan, yang membantu dan saling memberi dukungan serta masukan, selalu bersama-sama dari awal mencari pasien di BPM sampai akhirnya terselesaikan asuhan kebidanan komprehensif ini. 9. ANGKASA (angkatan satu) angkatan terhebat sepanjang masa, terima kasih atas kebersamaannya, Semoga ALLAH menjaga tali silaturahim kita selalu dan tetap berjumlah 39 sampai lulus dan menjadi bidan profesional. 10. Evan Sevditra, Qoonitah Khairunnisa, dan teman-teman lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu atas semangat, dukungan, doa, masukan, keceriaan kepada penulis, serta telah menemani penulis saat kunjungan rumah pasien maupun saat di rumah sakit.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan laporan kasus ini, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan dikemudian hari. Akhir kata semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang kebidanan.

Wassalamu’alaikum warrohmatullahi wabarokattuh. Jakarta, Juni 2017

iv

Penulis DAFTAR ISI Halaman LEMBARAN JUDUL SPESIFIKASI LEMBARAN PERSETUJUAN LEMBARAN PENGESAHAN GAMBARAN KASUS KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang …………………………………………..………………..1 B. Tujuan …………………………………………………………...………...4 1. Tujuan Umum …………………………………………………..….....4 2. Tujuan Khusus …………………………………………………..…....4 C. Waktu dan tempat pengambilan kasus ………………………………..…..5

BAB II. TINJAUAN TEORI …………….............................................................6 BAB III. PERKEMBANGAN KASUS ...............................................................68

A. Kehamilan ……………………………………………….………………68 B. Persalinan …………………………………………….………………….91 C. Bayi Baru Lahir ………………………………………………………...107 D. Nifas ……………………………………………………………………118

v

BAB IV. PEMBAHASAN KASUS ...................................................................132 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................149

A. Simpulan ……………………………………………………………….149 B. Saran ……………………………………………………………………150

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................152 LAMPIRAN

vi

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain di setiap 100.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil Surevei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, AKI di Indonesia menunjukan penurunan dari 359 kematian ibu tahun 2012 menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup. Kasus kematian ibu di Provinsi DKI Jakarta berjumlah 89 jiwa (Profil Kesehatan Dinkes DKI Jakarta, 2014). Adapun AKB di DKI Jakarta menurun di tahun 2015 sebesar 3,11 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes DKI Jakarta, 2016). Wilayah Jakarta Timur merupakan penyumbang AKI tertinggi di DKI Jakarta yaitu 28 jiwa. Sedangkan jumlah kematian bayi tercatat 54 jiwa. (Sudin Kesehatan Jakarta Timur, 2014)

1

Lima penyebab kematian ibu terbesar di Indonesia yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia dan juga wilayah Jakarta Timur masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 25% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK (Kemenkes RI 2015 dan Sudinkes Jakarta Timur 2014). Penyebab kematian bayi yaitu karena asfiksia, trauma kelahiran, infeksi, prematuritas, kelainan bawaan, dan sebab-sebab lainnya. Penyebab tersebut sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan petugas kesehatan dalam memberikan asuhan antenatal dan persalinan yang belum maksimal, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan (Dinkes DKI Jakarta 2015 dan Sudinkes Jakarta Timur 2014). Kehamilan akan mengalami komplikasi diperkirakan sebesar 20%. Komplikasi yang tidak tertangani dapat menyebabkan kematian, namun sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan, tenaga kesehatan melakukan

2

prosedur penanganan yang sesuai, tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi, apabila komplikasi terjadi maka tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan, proses rujukan yang efektif, pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna (Kemenkes RI, 2015). Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui peningkatan pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai, pertolongan persalinan yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran, pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau secara tepat waktu oleh masyarakat yang membutuhkan (Kemenkes RI, 2015). Menurut Kepmenkes tahun 2007, bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan AKI dan AKB. Bidan mempunyai peran yang sangat penting dengan memberikan asuhan kebidanan yang berfokus pada perempuan (woman centered care) secara berkelanjutan (Continuity of Care). Bidan Praktik Mandiri Bd.Hj.Oom Markonah, Am.Keb Kecamatan Cakung, Jakarta Timur memberikan pelayanan kebidanan meliputi: pemeriksaan kehamilan (ANC), pertolongan persalinan normal (INC),

3

perawatan masa nifas (PNC), penanganan bayi lahir normal, menerapkan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada setiap persalinan normal dengan kondisi bayi yang baik, imunisasi bayi dan, dan pelayanan keluarga berencana (KB). Dari pelayanan kebidanan komprehensif yang diperoleh penulis di bidan praktik mandiri tersebut, maka penulis diharuskan memantau sebuah perkembangan kasus dari seorang ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC di bidan praktik mandiri tersebut dengan pendekatan asuhan kebidanan komprehensif sejak kehamilan (ANC), persalinan (INC), bayi baru lahir, dan nifas (PNC).

B. TUJUAN 1. Tujuan Umum

Melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S di Bidan Praktik Mandiri Bd.Oom Markonah, Am.Keb Kecamatan Cakung, Jakarta Timur tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

4

a. Melakukan pengkajian pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir, dan nifas. b. Menganalisa

masalah,

diagnosa

kebidanan

pada

ibu

hamil,

bersalin, bayi baru lahir dan nifas. c. Menarik diagnosa kebidanan potensial pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas. d. Melakukan tindakan segera pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas. e. Melaksanakan evaluasi pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas. f. Melakukan pendokumentasian dengan metode soap.

C. WAKTU DAN TEMPAT PENGAMBILAN KASUS

Pengambilan kasus dilakukan di Bidan Praktik Mandiri (BPM) dengan menerapkan asuhan kebidanan yang dimulai pada tanggal:

1. 20 Maret 2017

: Pemeriksaan kehamilan pertama

2. 31 Maret 2017

: Pemeriksaan kehamilan kedua 5

3. 14 April 2017

: Pemeriksaan kehamilan ketiga

4. 19 April 2017

: Pemeriksaan kehamilan keempat

5. 20 April 2017

: Pertolonan persalinan

6. 20 April 2017

: Kunjungan nifas 6 jam

7. 26 April 2017

: Kunjungan nifas 6 hari

8. 9 Mei 2017

: Kunjungan nifas 2 minggu

9. 3 Juni 2017

: Kunjungan nifas 6 minggu

BAB II TINJAUAN TEORI

6

A. Asuhan Kehamilan 1.

Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri dan Ginekologi Internasional (FOGI), kehamilan

didefinisikan

sebagai

fertilisasi

atau

penyatuan

dari

spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu menurut calendar internasional. Kehamilan diklasifikasikan dalam 3 semester, yaitu trimester kesatu dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu), trimester kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan (13-27 minggu), trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (28-40 minggu) (Prawirohardjo, 2014). Tanda-tanda

bahaya

kehamilan

adalah

tanda-tanda

yang

mengidentifikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi dapat menyebabkan kematian ibu. Macam-macam tanda bahaya kehamilan antara lain (Varney, 2007 dan Kemenkes RI, 2016):

a. Muntah-muntah dan tidak mau makan

Rasa mual dan muntah dapat terjadi 50-70% ibu hamil. Tetapi jika keadaan tersebut berlebihan disebut hyperemesis, hal ini

7

akan menghambat asupan gizi pada ibu hamil berkurang shinga kondisi ibu menjadi lemah, dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, oleh karena itu perlu segera ditangani.

b. Demam

Adanya demam menunjukkan adanya infeksi, hal ini berbahaya bagi ibu maupun janin, olrh karena itu harus segera mendapat pertolongan dari bidan atau dokter.

c. Bengkak kaki, tangan, dan wajah, atau sakit kepala disertai kejang

Bengkak disebabkan oleh tekanan yang menghalangi sirkulasi jaringan. Bengkak biasanya hilang setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain dan bertahan lebih dari 24 jam. Oedema yang terjadi terutama pada tangan dan wajah, sakit kepala yang hebat merupakan gejala dari preeklamsi bila disertai hipertensi, sakit epigastrum, sakit kepala, penglihatan kabur, mual dan muntah. Preeklamsi dapat berlanjut menjadi eklamsi bila disertai kejang.

d. Pergerakan janin berkurang tak seperti biasa 8

Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum yang baik. Jika ibu tidak merasakan gerakan janin dalam 12 jam atau sesudah kehamilan 22 minggu, kemungkinan dapat terjadi solusio plasenta, rupture uteri, gawat janin, dan kematian janin.

e. Perdarahan pervaginam

Pada awal kehamilan trimester I, perdarahan yang tidak normal adalah perdarahan yang berwarna merah, banyak, atau disertai nyeri. Perdarahan ini dapat berarti aborut, kehamilan mola, atau kehamilan ektopik. Pada kehamilan trimester II dan III, perdarahan yang tidak normal adalah merah, jumlahnya banyak, dan kadang tidak disertai rasa nyeri. Perdarahan semacam itu berarti plasenta previa dan solusio plasenta.

f. Keluar air ketuban

9

Ketuban seharusnya pecah menjelang persalinan, tetapi jika ketuban keluar sebelum ibu mengalami tanda-tanda persalinan maka janin dan ibu akan mudah terinfeksi. Hal ini akan berbahaya baik bagi ibu maupun janin. Keluhan kehamilan pada trimester tiga Trimester III merupakan masa persiapan dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua, sehingga sebagian besar perhatian tertuju pada persiapan persalinan. Selama periode ini sebagian besar wanita hamil dalam keadaan cemas yang nyata. Perubahan-perubahan yang menjadi dasar timbulnya keluhankeluhan fisiologis pada trimester ketiga, yaitu: (Husin, 2014) a.

Sering berkemih

Sering berkemih dikeluhan sebanyak 60% oleh ibu selama kehamilan akibat dari meningatnya laju Filtrasi Glomerolus (Sandhu, dkk, 2009). Dilaporkan 59% terjadi pada trimester pertama, 61% pada trimester kedua dan 81% pada trimester ketiga, keluhan sering berkemih karena tertekannya kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi berkemih meningkat.

10

b.

Varises dan wasir

Varises terjadi pada 40% wanita, biasanya terlihat pada bagian kaki, namun sering juga muncul pada vulva dan anus. Varises pada bagian anus biasa disebut hemoroid. Riwayat keluarga, frekuensi berdiri terlalu lama dan usia menjadi faktor pencetus terjadinya varises. Wasir Hemoroid sering didahului dengan konstipasi. Oleh karena itu, semua penyebab konstipasi berpotensi menyebabkan hemoroid. Progesteron menyebabkan relaksasi dinding vena dan usus besar. Selain itu, pembesaran uterus secara umum mengakibatkan peningkatan tekanan pada vena rectum secara spesifik. Pengaruh hormon progesteron dan tekanan yang disebabkan oleh uterus menjadi penyebab vena-vena pada rektum mengalami tekanan yang lebih dari biasanya. Akibatnya ketika massa dari rektum akan dikeluaran, tekanan lebih besar sehingga terjadinya hemoroid. Penekanan dapat terjadi pada vena bagian dalam ataupun bagian luar rektum.

c.

Sesak nafas

11

Sesak nafas merupakan salah satu keluhan yang paling sering dialami oleh ibu pada kehamilan trimester III. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usaha bernafas ibu hamil. Peningkatan dikarenakan oleh rahim yang membesar dimana diafragma terdorong keatas sekitar 4 cm disertai pergeseran ke tulang iga, peningkatan volume darah selama kehamilan juga berperan terhadap keluhan ibu yang mengalami sesak nafas.

d.

Gangguan tidur dan mudah lelah

Pada trimester III, hampir semua wanita mengalami gangguan tidur. Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia (sering berkemih di malam hari), terbangun dimalam hari dan mengganggu tidur yang nyenyak. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa cepat lelah pada ibu hamil dikarenakan tidur malam yang tidak nyenyak karena terbangun di tengah malam untuk berkemih. Wanita hamil yang mengalami insomnia disebabkan ketidaknyamanan akibat uterus yang membesar, ketidaknyamanan lain selama kehamilan dan pergerakan janin terutama ketika janin sedang aktif.

12

e.

Nyeri perut bagian bawah

Nyeri ligamentum, torsi uterus yang parah dan adanya kontraksi Braxton-Hicks juga mempengaruhi keluhan ibu terkait dengan nyeri pada perut bagian bawah.

f.

Heartburn

Perasaan panas pada perut (heartburn) didefinisikan sebagai rasa terbakar disaluran pencernaan bagian atas, termasuk tenggorokan. Penyebab dari keluhan ini dapat disebabkan

oleh

peningkatan

kadar

progesteron

atau

meningkatnya metabolisme yang menyebabkan relaksasi dari otot polos sehingga terjadi penurunan pada irama dan pergerakan lambung dan penurunan tekanan pada spingter esofagus bawah. Tekanan dari uterus yang semakin membesar pada isi lambung juga dapat memperburuk keluhan heartburn.

2.

Adaptasi perubahan fisik

13

Seiring berkembangnya janin, tubuh ibu juga mengalami perubahan-perubahan yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh dan kembang sang bayi. Perubahan tersebut difasilitasi oleh adanya perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron selama kehamilan. Baik dari segi anatomis maupun fisiologis, perubahan yang ditimbulkan terjadi secara menyeluruh pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring dengan usia kehamilan dalam trimester. Perubahan-perubahan tersebut meliputi :

a. Uterus

Uterus atau rahim yang semula besarnya sebesar buah pir akan mengalami hipertrofi atau hiperplapsia, sehingga beratnya menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan (Prawirohardjo, 2014).

b. Vagina dan perineum

Pada

minggu-minggu

akhir

kehamilan,

prostaglandin

mempengaruhi penurunan konsentrasi serabut kolagen pada serviks. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu persalinan (Prawirohardjo, 2014).

14

c. Payudara / mammae

Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan mensekresi cairan yang kental kekuningan yang disebut Kolostrum. Pada trimester 3 aliran darah di dalamnya lambat dan payudara menjadi semakin besar. (Manuaba, 2013).

d. Kulit

Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis-garis kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang kadang juga muncul pada daerah payudara dan paha. Perubahan warna tersebut sering disebut sebagai striae gavidarum. (Manuaba, 2013).

e. Sistem kardiovaskuler

Peredaran darah wanita hamil dipengaruhi beberapa faktor, antara lain meningkatnya kebutuhuan darah, terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter, dan pengaruh hormon esterogen dan progesteron yang makin meningkat. Perubahan terjadi pada volume darah yang meningkat sehingga

15

jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Hemodilusi akan disertai dengan penurunan penurunan konsetrasi hemoglobin hingga dibawah 11 gr/dl dan timbulah masalah yang disebut dengan anemia defesiensi zat bes (Prawirohardjo, 2014).

f. Sistem pernapasan

Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran uterus dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal, volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan mencapai puncaknya pada minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat

20%.

Diperkirakan

efek

ini

disebabkan

oleh

meningkatnya sekresi progesteron (Prawirohardjo, 2014).

g. Sistem urinaria

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria.

16

Keluhan

sering

berkemih

pun

dapat

muncul

kembali.

(Prawirohardjo, 2014).

h. Sistem Muskuloskletal

Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita hamil memiliki bentuk punggung cenderung lordosis. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap pada wanita hamil dan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada bagian bawah punggung (Prawirohardjo, 2014).

i. Sistem Pencernaan

Penurunan motilitas usus memungkinkan penyerapan nutrisi lebih banyak, tetapi dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi. Sedangkan mual dapat terjadi akibat penurunan asam lambung (Prawirohardjo, 2014).

3.

Adaptasi psikologis kehamilan

17

Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu / penantian dan waspada sebab pada saat itu ibu marasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Pada trimester inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan. Perubahan psikologis trimester III, diantaranya:

a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik. Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena perubahan postur tubuh atau terjadi gangguan body image. b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu. c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya. d. Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya. Pada 6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat, merasa cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya. e. Merasa sedih akan terpisah darinya. f. Merasa kehilangan perhatian. g. Perasaan mudah terluka dan sensitif. h. Libido menurun. i. Merasa tidak feminin menyebabkan perasaan takut perhatian suami berpaling atau tidak menyenangi kondisinya.

18

j. Sulit tidur dikarenakan kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan. 4. Evidence Based

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) Berdasarkan penelitian Celen, dkk (2012), pemeriksaan dengan USG sebelum usia gestasi 11 minggu dapat menggambarkan outcome dengan baik. Pemeriksaan USG pada trimester pertama dan kedua dalam penentuan usia gestasi, didapatkan hasil bahwa pemeriksaan USG pada trimester I lebih akurat dibandingkan dengan trimester II dalam penentuan usia gestasi.

Pemeriksaan Tinggi Fundus uteri (TFU) Penelitian yang dilakukan oleh Charles (2013), dijelaskan bahwa keseragaman teknik pengukuran (uniformity technique) juga menentukan validitas dan reabilitas hasil ukur tinggi fundus uteri. Beberapa rekomendasi teknik tersebut adalah memposisikan ibu terlentang (supinasi), memastikan kandung kemih dalam keadaan kosong dan pita ukur dalam keadaan terbalik (Husin, 2014) Perhitungan Indkes Masa Tubuh (IMT) Perhitungan IMT ibu hamil dapat menjadi indikator pertumbuhan janin. Studi Mitra (2012) menjelaskan bahwa IMT maternal menggambarkan kondisi

19

nutrisi maternal, dan secara konsisten berkaitan dengan pertumbuhan berat dan panjang janin. Namun, berdasarkan studi Lakhanpal (2012), IMT meternal secara statistic tidak menimbulkan perbedaan yang signifikan terhadap terjadinya Intrauterine Growth Restriction (IUGR) pada janin yang dikandungnya.

5. Asuhan kebidanan pada kehamilan

Asuhan kebidanan pada ibu hamil bertujuan untuk melakukan pengawasan sebelum persalinan, terutama ditujukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin pada rahim. Selain itu antenatal care bertujuan untuk mendeteksi risiko komplikasi yang bisa mengancam jiwa wanita hamil. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:

a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (12 minggu). b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua antara 13 minggu – 28 minggu. c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga antara 28 minggu sampai 36 minggu dan sesudah 36 minggu (Manuaba, 2013).

20

Untuk mendapatkan semua informasi yang diperlukan, petugas kesehatan memberikan asuhan antenatal yang baik,

sesuai dengan

Kemenkes RI tahun 2016 dan Saifuddin (2010) pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar yaitu “10 T”, meliputi : a. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan

Berat badan ideal untuk ibu hamil sendiri tergantung dari IMT (Indeks Masa Tubuh) ibu sebelum hamil. Rumus menghitung IMT : IMT = Berat badan (kg)/(Tinggi Badan (m)) Tabel 2.1 Klasifikasi Nilai IMT

Kategori

IMT

Rendah

<19,8

Normal

19,8 – 26

21

Tinggi

26 – 29

Obesitas

> 29

Sumber : Prawirohardjo, 2014

Tabel 2.2 Rentang total kenaikan berat badan yang direkomendasikan untuk wanita hamil berdasarkan IMT sebelum kehamilan

Kategori IMT

Rentang total kenaikan yang dianjurkan (kg)

Rendah (IMT <19,8)

12,5 - 18

Normal (IMT 19,8 – 26)

11,5 - 16

22

Tinggi (IMT >26 hingga 29

7,0 – 11,5

Gemeli

16 – 20,5

Sumber : Varney (2004) dan Prawirohardjo (2014) Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan dengan keadaan rongga panggul.

b. Ukur tekanan darah

Tekanan darah normal 120/80mmHg. Bila tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90mmHg, ada faktor risiko hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam kehamilan (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

c. Nilai status gizi ( ukur lingkar lengan atas)

Bila < 23,5cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi

23

Kronis (Ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

d. Ukur tinggi fundus uteri

Menurut Manuaba (2013) panjang fundus uteri pada usia kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, usia kehamilan 32 minggu adalah 27 cm, dan usia kehamilan 36 minggu panjangnya 30 cm. Dari pengukuran tinggi fundus uteri kita juga dapat menghitung tafsiran berat janin dengan menggunakan rumus Johnson-Tausack = (Md – N ) x 155. Dengan Md adalah jarak simfisis ke fundus uteri dan N = 13 (apabila janin belum masuk PAP), 12 (apabila kepala janin masih berada diatas spina ischiadika) dan 11 (apabila kepala sudah dibawah spina ischiadika) (Salmah, 2006).

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum masuk panggul kemungkinan adanya kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120 kali/ menit atau lebih

dari

160

kali/menit

24

menunjukkan

adanya

gawat

janin

(Kementerian RI, 2016).

f. Pemberian Tablet Fe 90 Tablet

Pemberian tablet Fe yaitu 60 mg zat besi elemental segera setelah mual/muntah berkurang, dan 400 µg asam folat 1x/sehari. Pemberian selama kehamilan minimal sebanyak 90 tablet.

g. Imunisasi TT

Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi atau neonatus yang disebabkan oleh tetanus. Pemberian imunisasi TT sesuai jadwal:

Tabel 2.3 Jadwal Pemberian Imunisasi TT

Imunisasi TT

Selang Waktu Minimal

25

Lama Perlindungan

TT 1

Langkah awal pembentukan kekebalan tubuh terhadap penyakit tetanus.

TT 2

1 bulan setelah TT1

3 tahun

TT 3

6 bulan setelah TT 2

5 tahun

TT 4

12 bulan setelah TT 3

10 tahun

12 bulan setelah TT 4 TT 5

> 25 tahun

Sumber : Kementrian kesehatan RI (2016)

Imunisasi TT jangan diberikan pada ibu dengan riwayat reaksi

26

berat terhadap imunisasi TT pada masa lalu nya (contoh: kejang, koma, demam >40oC, nyeri/bengkak ekstensif di lokasi bekas suntikan).

h. Test laboratorium (rutin dan khusus) 1) Test golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila diperlukan. 2) Memeriksa kadar Hb, guna mengetahui apakah ibu kekurangan darah (Anemia).

WHO telah memberikan patokan berapa kadar Hb normal pada ibu hamil, sekaligus memberikan batasan kategori untuk anemia ringan dan berat selama kehamilan:

3)

a.

Normal: Hb > 11 gr/dl

b.

Anemia Ringan: Hb 8-11 gr/dl

c.

Anemia Berat: Hb < 8 gr/dl

Melakukan pemeriksaan urin (terutama protein)

4) Pemeriksaan darah lainnya sesuai indikasi, seperti malaria, HIV, sifilis dan lain-lain. i. Tatalaksana kasus

27

Dilakukan apabila ibu memiliki masalah dalam kesehatan saat hamil.

j. Temu Wicara, termasuk juga perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi P4K serta KB pasca persalinan.

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan kehamilan, pencegaham kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi menyusu dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI ekslusif, Keluarga Berencana dan imunisasi pada bayi (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

B. Persalinan dan Bayi Baru Lahir 1. Persalinan Normal a. Persalinan 1) Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

28

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika terjadi pada kehamilan usia cukup bulan (>37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Depkes RI, 2008). Persalinan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) Persalinan spontan

Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

b) Persalinan buatan

Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya dengan ekstraksi vakum, forsep, ataupun sectio caecarea.

c) Persalinan anjuran

29

Persalinan yang berlangsung dengan pemberian obat untuk merangsang timbulnya kontraksi, misalnya dengan pemecahan ketuban, pemberian pitocin, atau prostaglandin.

2) Tanda dan Gejala Persalinan

Ada

sejumlah

tanda

dan

gejala

peringatan

akan

meningkatnya kesiagaan seorang wanita mendekati persalinan. Wanita tersebut mungkin mengalami semua, sebagian atau bahkan tidak sama sekali tanda gejala yang ada dibawah: a) Lightening

Ligtening yang mulai dirasakan kira –kira dua minggu sebelum persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor. Pada presentasi sevalik, kepala bayi biasanya engaged setelah lightening. Saat itu, sesak nafas yang dirasakan oleh ibu opada trimester 3 berkurang, karena kondisi ini akan menciptakan ruang baru abdomen atas untuk ekspansi paru. Sebaliknya ibu akan merasa menjadi sering berkemih, perasaan tidak

nyaman

30

akibat

tekanan

panggul

yang

menyeluruh, kram pada tungkai, dan peningkatan statis pada vena.

b) Perubahan Serviks

Perubahan serviks mendekati persalinan serviks semakin matang. Konsistensi servik menjadi seperti pudding dan terjadi sedikit penipisan.

c) Persalinan Palsu

Semakin tua usia kehamilan, pengeluaran progesteron dan estrogen

semakin

berkurang

sehingga

oksitosin

dapat

menimbulkan kontraksi yang lebih sering disebut his palsu. Sifat his palsu yaitu, rasa nyeri ringan dibagian bawah, datangnya tidak teratur, tidak ada perubahan serviks, durasinya pendek, dan tidak bertambah jika dibawa aktifitas.

d) Ketuban Pecah Dini

31

Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu persalinan. KPD dialami oleh 80% wanita hamil dan mengalami persalinan spontan dalam 24 jam.

e) Bloody Show

Bloody show adalah pengeluaran lendir disertai dengan darah melalui vagina. Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat dikanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang menjadikan perdarahan sedikit

3) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Pada setiap persalinan, ada 5 faktor yang harus diperhatikan, yaitu Power, Passanger, dan Passage, psikis ibu dan penolong (Sumarah, 2010).

4) Tahap-Tahap dalam Persalinan a) Kala I

32

Kala satu persalinan didefinisikan sebagai permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm). Hal ini sering dikatakan sebagai tahap pembukaan serviks (Varney, 2007). Inpartu (mulai partus) ditandai dengan penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks, cairan lendir bercampur darah (bloody show) melalui vagina. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala I terbagi atas 2 fase, yaitu:



Fase Laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan

pembukaan

serviks

secara

bertahap,

berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm, pada umumnya fase laten berlangsung hampir 8 jam pada multi para dan 12-13 jam pada primipara.



Fase aktif 33

Frekuensi meningkat

dan

secara

lama bertahap

kontraksi

uterus

(kontraksi

akan

dianggap

adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari pembukaan 4 hingga mencapai pembukaan 10 cm, sekitar 6 jam (Kemenkes RI, 2013). Hal tersebut berarti pembukaan serviks pada fase aktif rata-rata adalah 1 cm perjam.

Observasi yang ketat harus dilakukan selama kala I persalinan untuk keselamatan ibu, hasil observasi dicatat dalam partograf. Partograf membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit. Pecatatan partograf dimulai pada saat proses persalinan masuk dalam “fase aktif. Untuk menyatakan ibu sudah masuk dalam “fase aktif”harus ditandai dengan:

a. Kontraksi yang teratur minimal 3 kali selama 10 menit b. Lama kontraksi minimal 40 detik c. Pembukaan 4 cm disertai penipisan 34

d. Bagian terendah sudah masuk pintu atas panggul Bila pembukaan sudah mencapai > 4 cm tetapi kualitas kontraksi masih kurang 3 kali dalam 10 menit atau lamanya kurang dari 40 detik, pikirkan diagnose inertia uteri (Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2016).

Tabel 2.4 Frekuensi Minimal Penilaian dan Intervensi dalam Persalinan Normal.

PARAMETER

FASE LATEN

FASE AKTIF

Tekanan Darah

Setiap 4 jam

Setiap 4 jam

Suhu Badan

Setiap 4 jam

Setiap 2 jam

35

Nadi

Setiap 1 jam

Setiap 30 menit

Setiap 1 jam

Setiap 30 menit

Kontraksi

Setiap 1 jam

Setiap 30 menit

Pembukaan Servik

Setiap 4 jam

Setiap 4 jam

Penurunan

Setiap 4 jam

Setiap 4 jam

Denyut Bayi

Jantung

Sumber : Depkes RI (2008)

b) Kala II

Kala dua adalah saat keluarnya janin. Dimulai saat serviks sudah berdilatasi penuh dan ibu merasakan dorongan untuk mengejan untuk mengeluarkan bayinya. Kala ini berakhir saat

36

bayi lahir. Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam pada multipara. Kala dua disebut juga kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala dua persalinan :  Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.  Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya.  Perineum menonjol.  Vulva-vagina dan spingter ani membuka.  Meningkatnya pengeluaran lendir dan nulipara umumnya bercampur sedikit darah. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, perineum meregang. Dengan his yang terpimpin terlahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primipara : 1 ½ – 2 jam, pada multipara ½ - 1 jam.

c) Kala III

Kala III adalah pemisahan dan keluarnya plasenta dan membran, pada kala tiga ini, juga dilakukan pengendalian 37

perdarahan. Kala ini berlangsung dari lahirnya bayi sampai plasenta dan membran dikeluarkan. Kala tiga persalinan disebut juga sebagai kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Kala tiga dan empat persalinan merupakan kelanjutan dari kala satu (kala pembukaan) dan kala dua (kala pengeluaran bayi). Kala tiga persalinan dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. (Saifuddin, 2010). Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal dibawah ini :  Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya sepusat.  Setelah

uterus

berkontraksi

dan

plasenta

terdorong

kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah pear dan fundus berada diatas pusat (seringkali mengarah kesebelah kanan).  Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva (Tanda Ahfeld).  Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila

38

kumpulan darah (retroplacental pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas. Manajemen Aktif Kala III Tujuan

manajemen

aktif

kala

III

adalah

untuk

menghasilkan kontraksi uterus lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan

darah

kala

III

jika

dibandingkan

dengan

penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan dilakukan manajemen aktif kala tiga. Manajemen Aktif Kala III Terdiri Dari Tiga Langkah Utama:  Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit partama setelah bayi lahir.  Melakukan penegangan talipusat terkendali.  Masase fundus uteri. (Depkes, 2008). d) Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya

39

perdarahan pospratum karena perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Tujuh pokok penting didalam kala IV, antara lain:  Kontraksi rahim: baik atau tidak kontraksi rahim dapat diketahui dengan palpasi. Bila perlu lakukan massase dan berikan uteretonika.  Perdarahan: ada perdarahan aktif atau tidak, dan jumlah dari perdarahan.  Kandung kemih  Luka-luka jahitan baik atau tidak.  Penilaian terhadap kelengkapan plasenta.  Keadaan umum ibu seperti tanda-tanda vital  Memeriksa Kemungkinan Perdarahan dari Perineum Perhatikan dan temukan penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina. Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan : a. Derajat I : terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka baik. b. Derajat II : terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, dan otot perineum.

40

c. Derajat III : terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, dan otot perineum ditambah dengan otot sfingter ani eksterna. d. Derajat IV : terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, dan otot perineum, otot sfingter ani eksterna dan dinding rectum anterior. Untuk derajat III dan IV penolong APN tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum derajat III dan IV, segera rujuk (Depkes, 2008). 5) Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi

Menurut Depkes (2008) lima benang merah tersebut adalah:

a) Membuat keputusan klinik b) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi c) Pencegahan infeksi d) Pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan e) Rujukan. 2. Persalinan Sectio Caesarea a. Pengertian

41

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Prawirohardjo, 2014).

b. Keuntungan

Keuntungannya antara lain adalah proses melahirkan memakan waktu yang lebih singkat, rasa sakit minimal, dan tidak mengganggu atau melukai jalan lahir.

c. Kerugian

Sedangkan kerugian dari tindakan ini dapat menimpa baik ibu maupun bayi yang dikandungnya. Menurut Sunaryo (2008), kerugian yang dapat menimpa ibu antara lain: (a) Resiko kamtian empat kali lebih besar disbanding persalinan normal. (b) Darah yang dikeluarkan dua kali lipat disbanding persalinan normal (c) Rasa nyeri dan penyembuhan luka pasca operasi lebih laa dibandingkan persalinan normal. (d) Jahitan bekas operasi beresiko terkena infeksi sebab jahitan itu terlapis-lapis dan preoses keringnya tidak merata. 42

(e) Perlekatan organ bagian dalam karena noda darah yang tidak bersih. (f) Kehamilan dibatasi dua tahun setelah operasi. (g) Pembuluh darah dan kandung kemih bida tersayat pisau bedah. (h) Air ketuban masuk pembuluh darah yang dapat menyebabkan kematian mendadak saat mencapai paru-paru dan jantung. Kerugian yang dapat menimpa bayi yaitu bayi cenderung mengalami sesak nafas karena cairan dalam paru-parunya tidak keluar. Pada bayi yang lahir normal, cairan akan keluar saat terjadi tekanan.

d. Indikasi

Para ahli kandungan atau para penyaji perawatan yang lain menganjurkan sectio caesarea apabila kelahiran melalui vagina mungkin membawa resiko pada ibu dan janin. Indikasi untuk sectio caesarea antara lain meliputi: (a) Indikasi medis

Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :  Power, yang memungkinkan dilakukan Sectio caesarea misalnya daya mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga.  Passanger, diantaranya anak terlalu besar, kelainan letak lintang, 43

primigravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak menderita fetal distress syndrome (denyut jantung janin kacau dan melemah).  Passage, kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir yang diduga bisa menular ke anak, umpamanya herpes kelamin (herpes genitalis), condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B dan hepatitis C. (b) Indikasi ibu  Riwayat Sectio caesarea

Selama bertahun-tahun, uterus yang mengalami jaringan parut dianggap merupakan kontra indikasi untuk persalinan karena ketakutan akan kemungkinan ruptur uterus. Pada tahun 1996, 28% wanita riwayat sectio caesarea melahirkan VBAC. Pada tahun1999, American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menganjurkan VBAC di coba hanya di institusi yang dilengkapi untuk melakukan perawatan darurat.

 Usia

44

Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun, memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Pada usia >35 tahun biasanya seseorang memiliki penyakit yang beresiko, misalnya kelainan bawaan dan penyulit pada waktu persalinan yang disebabka oleh otot Rahim kurang baik untuk menerima kehamilan. Proses reproduksi sebaiknya berlangsung pada ibu berumur antara 20 hingga 34 tahun karena jarang terjadi penyulit kehamilan dan persalinan (Prawirohardjo, 2014).

 Tulang Panggul

Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat menentukan mulus tidaknya proses persalinan.

 Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea

Sebenarnya, persalinan melalui bedah caesarea tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang

45

mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka, operasi bisa saja dilakukan.

 Faktor Hambatan Jalan Lahir

Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek, dan ibu sulit bernafas.

 Kelainan Kontraksi Rahim

Jika kontraksi rahim lemah dan tidak terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim sehingga

tidak

dapat

melebar

pada

proses

persalinan,

menyebabkan kepala bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.

 Ketuban Pecah Dini

46

Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya kantung ketuban dapat menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban (amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim.

(c) Indikasi Janin  Distres Janin

Penatalaksanaan yang didasarkan pada pemantauan elektronik denyut nadi janin (electronic fetal monitoring) menyebabkan meningkatnya angka section caesarea atas indikasi denyut jantung janin yang tidak meyakinkan.

 Bayi besar (makrosomia)  Kelainan letak bayi seperti letak lintang dan sungsang  Janin abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetik, dan hydrosephalus (kepala besar karena otak berisi cairan), sehingga menyebabkan dokter memutuskan untuk melakukan operasi. (d) Faktor Plasenta  Plasenta previa Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi sebagian 47

atau seluruh jalan lahir.  Plasenta lepas (Solutio placenta) Kondisi ini merupakan keadaan plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya. Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban.  Plasenta acreta Merupakan keadaan menempelnya plasenta di otot rahim. Pada umumnya dialami ibu yang mengalami persalinan yang berulang kali, ibu berusia rawan untuk hamil diatas 35 tahun, dan ibu yang pernah

operasi

(operasinya

meninggalkan

bekas

yang

menyebabkan menempelnya plasenta).

(e) Kelainan Tali pusat  Prolapsus tali pusat (tali pusat menumbung)

Keadaan penyembulan sebagian atau seluruh tali pusat. Pada keadaan ini, tali pusat berada di depan atau di samping atau tali pusat sudah berada di jalan lahir sebelum bayi.

 Terlilit tali pusat

48

Lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya. Selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman. Lilitan tali pusat membahayakan ketika memasuki proses persalinan dan terjadi kontraksi rahim (mules) dan kepala janin turun memasuki saluran persalinan. Lilitan tali pusat bisa menjadi semakin erat dan menyebabkan penurunan utero-placenter, juga menyebabkan penekanan / kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi hipoksia dan ibu akan mengalami partus lama (Prawirohardjo, 2014).

e. Kontraindikasi

Kontraindikasi dilakukan sectio caesarea adalah tidak adanya indikasi yang tepat untuk melakukan sectio caesarea. Adapun secara lebih rinci dari kontraindikasi sectio caesarea adalah : Janin mati, syok, anemia berat, kelainan kongenital berat, infeksi progenik pada dinding abdomen, minimnya fasilitas operasi sectio caesarea (Prawirohardjo, 2014). Sebaiknya sebelum dilakukan persalinan SC perlu dilakukan pemeriksaan : Kadar Hb, pemeriksaan Ulta sound pada usia 12 sampai 20 minggu, pemeriksaan Doppler untuk mengetahui kondisi jantung 49

janin, pemeriksaan hormone Hcg untuk mengetahui umur kehamilan, amniosentesis untuk mengetahui fungsi paru janin.

3. Sistem Rujukan a.

Definisi

Sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional Depkes RI 2009, merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu/lebih kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.

b.

Indikasi Rujukan

Secara umum, rujukan dilakukan apabila tenaga dan perlengkapan di suatu fasilitas kesehatan tidak mampu menatalaksana komplikasi yang mungkin terjadi. Dalam pelayanan kesehatan maternal dan pernatal, terdapat dua alasan untuk merujuk ibu hamil, yaitu ibu dan/atau janin yang dikandungnya.

50

Berdasarkan sifatnya, rujukan ibu hamil dibedakan menjadi:

1) Rujukan kegawatdaruratan

Rujukan kegawatdaruratan adalah rujukan yang dilakukan sesegera

mungkin

karena

berhubungan

dengan

kondisi

kegawatdaruratan yang mendesak.

2) Rujukan Berencana

Rujukan berencana adalah rujukan yang dilakukan dengan persiapan yang lebih panjang ketika keadaan umum ibu masih relatif lebih baik, misalnya di masa antenatal atau awal persalinan ketika didapati kemungkinan risiko komplikasi. Karena tidak dilakukan dalam kondisi gawat darurat, rujukan ini dapat dilakukan dengan pilihan modalitas transportasi yang lebih beragam, nyaman, dan aman bagi pasien.

d.

Kontraindikasi Rujukan

51

Adapun rujukan sebaiknya tidak dilakukan bila:

e.

1)

Kondisi ibu tidak stabil untuk dipindahkan

2)

Kondisi janin tidak stabil dan terancam untuk terus memburuk.

3)

Persalinan sudah akan terjadi.

4)

Tidak ada tenaga kesehatan terampil yang dapat menemani.

5)

Kondisi cuaca atau modalitas transportasi membahayakan.

Perencanaan Rujukan

1) Komunikasikan rencana merujuk dengan ibu dan keluarganya, karena rujukan harus medapatkan pesetujuan dari ibu dan/atau keluarganya. Tenaga kesehatan perlu memberikan kesempatan, apabila situasi memungkinkan, untuk menjawab pertimbangan dan pertanyaan ibu serta keluarganya. Beberapa hal yang disampaikan sebaiknya meliputi:

52

(a) Diagnosis dan tindakan medis yang diperlukan (b) Alasan untuk merujuk ibu (c) Risiko yang dapat timbul bila rujukan tidak dilakukan (d) Risiko yang dapat timbul selama rujukan dilakukan (e) Waktu yang tepat untuk merujuk dan durasi yang dibutuhkan untuk merujuk (f) Tujuan rujukan (g) Modalitas dan cara transportasi yang digunakan (h) Nama tenaga kesehatan yang akan menemani ibu (i) Jam operasional dan nomer telepon rumah sakit/pusat layanan kesehatan yang dituju (j) Perkiraan lamanya waktu perawatan (k) Perkiraan biaya dan sistem pembiayaan (termasuk dokumen kelengkapan untuk Jampersal, Jamkesmas, atau asuransi kesehatan) (l) Petunjuk arah dan cara menuju tujuan rujukan dengan menggunakan modalitas transportasi lain (m) Pilihan akomodasi untuk keluarga

53

2) Hubungi pusat layanan kesehatan yang menjadi tujuan rujukan dan sampaikan kepada tenaga kesehatan yang akan menerima pasien hal-hal berikut ini:

(a) Indikasi rujukan (b) Kondisi ibu dan janin (c) Rencana terkait prosedur teknis rujukan (termasuk kondisi lingkungan dan cuaca menuju tujuan rujukan) (d) Kesiapan sarana dan prasarana di tujuan rujukan (e) Penatalaksanaan yang sebaiknya dilakukan selama dan sebelum transportasi,

berdasarkan

pengalaman-pengalaman

rujukan

sebelumnya

3) Hal yang perlu dicatat oleh pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien adalah:

(a) Nama pasien

54

(b) Nama tenaga kesehatan yang merujuk (c) Indikasi rujukan (d) Kondisi ibu dan janin (e) Penatalaksanaan yang telah dilakukan sebelumnya (f) Nama dan profesi tenaga kesehatan yang mendampingi pasien u Saat berkomunikasi lewat telepon, pastikan hal-hal tersebut telah dicatat dan diketahui oleh tenaga kesehatan di pusat layanan kesehatan yang akan menerima pasien.

4) Lengkapi dan kirimlah berkas-berkas berikut ini (secara langsung ataupun melalui faksimili) sesegera mungkin:

(a) Formulir rujukan pasien (minimal berisi identitas ibu, hasil pemeriksaan, diagnosis kerja, terapi yang telah diberikan, tujuan rujukan, serta nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberi pelayanan) (b) Fotokopi rekam medis kunjungan antenatal (c) Fotokopi rekam medis yang berkaitan dengan kondisi saat ini (d) Hasil pemeriksaan penunjang

55

(e) Berkas-berkas lain untuk pembiayaan menggunakan jaminan kesehatan

5) Pastikan ibu yang dirujuk telah mengenakan gelang identifikasi. Bila terdapat indikasi, pasien dapat dipasang jalur intravena dengan kanul berukuran 16 atau 18. 6) Mulai penatalaksanaan dan pemberian obat-obatan sesuai indikasi segera setelah berdiskusi dengan tenaga kesehatan di tujuan rujukan. Semua resusitasi, penanganan kegawatdaruratan dilakukan sebelum memindahkan pasien. 7) Periksa kelengkapan alat dan perlengkapan yang akan digunakan untuk merujuk, dengan mempertimbangkan juga kemungkinan yang dapat terjadi selama transportasi. 8) Selalu siap sedia untuk kemungkinan terburuk. 9) Nilai kembali kondisi pasien sebelum merujuk, meliputi:

(a) Keadaan umum pasien (b) Tanda vital (Nadi, Tekanan darah, Suhu, Pernafasan) (c) Denyut jantung janin

56

(d) Presentasi (e) Dilatasi serviks (f) Letak janin (g) Kondisi ketuban (h) Kontraksi uterus: kekuatan, frekuensi, durasi

10) Catat dengan jelas semua hasil pemeriksaan berikut nama tenaga kesehatan dan jam pemeriksaan terakhir. Untuk

memudahkan

dan

meminimalkan

resiko

dalam

perjalanan rujukan, keperluan untuk merujuk ibu dapat diringkas menjadi BAKSOKU (Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, dan Uang).

4. Evidence Based

Hubungan pendampingan suami dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi proses persalinan kala I Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elisa, dkk (2013), terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan kala I. Suami sebagai orang

57

yang paling sering mendampingi ibu saat bersalin, memiliki pengaruh yang cukup dominan terhadap keberhasilan persalinan yang aman, sangat kecil kemungkinan gangguan emosional dan fisiknya, komplikasi pada bayi yang akan dilahirkan, serta akan memudahkan persalinan.

Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tingkat nyeri persalinan Salah satu managemen nyeri persalinan adalah dengan tehnik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan teknik pereda nyeri yang banyak memberikan masukkan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan yang berlebihan pasca persalinan. Adapun relaksasi bernafas selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan homeostasis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradaptasi dengan nyeri selama proses persalinan. Berdasarkan hasil penelitian Kusyati dan Astuti (2012), tingkat nyeri sesudah teknik relaksasi nafas dalam dengan nyeri paling rendah 2 dan tertinggi 8. Berbeda dengan sebelum teknik relaksasi nafas dalam dengan nyeri rendah 4 dan tertinggi 9. Hasil penelitian ini menunjukkan ibu yang mengalami nyeri berat mengalami penurunan tingkat nyeri setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam.

58

Terapi pijat terhadap pengurangan nyeri persalinan kala I fase aktif Nyeri persalinan merupakan nyeri yang timbul karena adanya kontraksi otot-otot uterus, hipoksia dari otot- otot yang mengalami kontraksi, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen bawah rahim. Salah satu cara penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri persalinan adalah dengan endorphin-induced massage. Pijat ini merupakan teknik sentuhan serta pemijatan ringan yang dapat menormalkan denyut jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu hamil dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Teknik ini dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin. Pijatan dimulai pada lengan atas kemudian turun hingga pada lengan bawah. Pijatan bisa juga dilakukan pada daerah bahu, punggung, leher dan juga paha. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novoyanti, dkk (2016) menunjukan bahwa sebelum dilakukan endorphin-induced massage, 33 (91,7%) responden mengalami skala nyeri berat dan, setelah dilakukan endorphin-induced massage, sebagian besar responden atau 32 orang (88,9%) mengalami nyeri sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pijat ini memiliki pengaruh terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif Endorphin-induced massage disarankan untuk memberikan sebagai intervensi dan asuhan kebidanan pada ibu selama persalinan kala I fase aktif.

5. Asuhan Kebidanan pada Persalinan

59

Asuhan kebidanan pada persalinan normal pada kala I Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti: suami, keluarga, atau teman terdekat

1) Mengatur aktivitas dan posisi ibu 2) Membimbing ibu untuk rileks ketika ada his, misalnya ibu diminta menarik nafas panjang dan kemudian dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his. 3) Menjaga privasi ibu dengan cara menggunakan penutup atau tirai 4) Penjelasan tentang kemajuan persalinan, perubahan yang terjadi pada tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan. 5) Menjaga

kebersihan

diri,

membolehkan

ibu

untuk

mandi,

menganjurkan ibu untuk membasuh sekitar kemaluannya selesai BAK/BAB. 6) Mengatasi rasa panas menggunakan kipas angin / AC dalam kamar. 7) Massase pada punggung mengurangi rasa sakit. 8) Pemberian nutrisi dan hidrasi untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi. 9) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong. 10) Sentuhan bertujuan untuk mengurangi rasa kesendirian selama proses persalinan (Prawirohardjo, 2014).

60

6. Bayi Baru Lahir 1 jam e. Bayi Baru Lahir 1) Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ektrauterin (Sudarti, 2010).

2) Tujuan perawatan bayi baru lahir

Perawatan bayi bertujuan menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya pernafasan spontan serta mencegah hipotermi dan mengurangi angka kematian bayi.

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, antara lain:

a) Membersihkan jalan nafas. b) Memotong dan merawat tali pusat. c) Mempertahankan suhu tubuh bayi. d) Mencegahan infeksi. 3) Pemantauan bayi baru lahir 61

Hal-hal yang dinilai pada jam pertama sesudah lahir: a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah b) Bayi tampak aktif c) Bayi kemerahan atau biru d) Feces: feces berupa mekonium yakni seperti titik hitam, pekat yang telah berada dalam saluran pencernaan sejak janin berusia 16 minggu. Mulai keluar dalam 24 jam pertama lahir sampai hari ke 2 dan 3, selanjutnya hari ke 4-5 berwarna cokelat kehijauan, kemudian kuning dan lembek jika minum ASI. e) Tali pusat: pemotongan talipusat merupakan pemisahan antara kehidupan bayi dan ibu. Tali pusat biasanya lepas 7-10 hari setelah lahir. f) Refleks: bayi yang dilahirkan mempunyai sejumlah refleks merupakan dasar bagi bayi untuk mengadakan reaksi dan tindakan aktif. g) Refleks tersebut terdiri dari:  Refleks rooting

: refleks mencari

 Reflek sucking

: refleks menghisap

 Refleks swallowing

: refleks menelan

 Refleks moro

: refleks seolah-olah memeluk

 Refleks tonik neck

: refleks otot leher

 Refleks grasping

: refleks menggenggam

62

 Refleks babinsky

: refleks telapak kaki akan defleksi

 Refleks walking

: refleks melangkah

h) Berat badan bayi baru lahir: dalam tiga hari pertama mengalami penurunan karena bayi mengeluarkan air kencing dan mekonium, kemudian pada hari ke-4 berat badan akan naik lagi dalam 10 hari berat badan kembali normal (Dewi, 2010). 4) Ciri-ciri bayi normal

Ciri-ciri bayi normal antara lain: a) Berat badan 2500-4000 gram b) Panjang badan 48-52 cm c) Lingkar dada 30-38 cm d) Lingkar kepala 33-35 cm e) Bunyi jantung pertama kira-kira 180x/menit, kemudian menurun sampai 120-160 x/menit f)

Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80x/menit, kemudian menurun sekitar 40-60 kali/menit

g) Kulit kemerah-merahan, licin dan diliputi verniks caseosa h) Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna. i)

Kuku telah agak panjang dan lemas

j)

Pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, dan pada bayi laki-laki testis sudah turun.

63

k) Refleks menghisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. l)

Reflek moro sudah baik

m) Eliminasi baik, urin dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama (Dewi, 2010). 5) Tanda bahaya bayi baru lahir a) Sulit bernapas atau lebih dari 60 kali/menit b) Suhu terlalu tinggi (>38oC) atau terlalu dingin (< 36oC) c) Kulit bayi kuning (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar. d) Hisapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah. e) Tali pusat memerah, bengkak, keluar cairan dan berdarah. f)

Tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan dan pernapasan sulit.

g) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer, berwarna hijau tua ada lendir atau darah. h) Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, dan menangis terus-menerus (Saifuddin, 2010). f. Evidence Based

Inisiasi menyusui dini (immediate breasfeeding) menentukan kesuksesan menyusui selanjutnya Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fikawati (2003), Inisiasi Menyusu Dini akan menentukan kesuksesan menyusui

64

selanjutnya, karena ibu yang memberikan ASI dalam satu jam pertama setelah melahirkan mempunyai peluang 2-8 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif. Kontak awal ini merupakan periode sensitif, sehingga apabila terlambat, perkembangan anak dan keberhasilan menyusui akan terganggu. Kunci utama keberhasilan immediate breastfeeding terletak pada penolong persalinan karena dalam 30 menit pertama setelah bayi lahir umumnya peran penolong persalinan masih sangat dominan. Bila ibu difasilitasi oleh penolong persalinan untuk segera memeluk bayinya diharapkan interaksi ibu dan bayi ini akan segera terjadi. Dengan immediate breastfeeding ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASInya sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan/minuman apapun kepada bayi karena bayi bisa nyaman menempel pada payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir.

g. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Umur 1 jam

Asuhan bayi segera setelah lahir adalah asuhan yang diberikan kepada bayi selama menit-menit pertama setelah kelahiran. Menurut Depkes tahun 2008, asuhan yang diberikan kepada bayi segera setalah lahir adalah asuhan yang segera, aman, dan bersih. Asuhan bayi baru 65

lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut pada satu jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir : 1) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat, 2) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu (Prawirohardjo, 2014). Asuhan yang dapat diberikan kepada bayi baru lahir normal antara lain: 1) Membersihkan jalan nafas, bayi lahir normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut: a)

Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat keras dan hangat

b) Gulung sepotong kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit terngadah kebelakang. c)

Bersihkan hidung, rongga mulut dengan alat penghisap lendir.

66

d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.

2) Memotong dan merawat tali pusat.

Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Pembalut tersebut diganti setiap hari dan atau setiap kali pembalut basah atau kotor.

3) Mempertahankan suhu tubuh bayi.

Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu tubuhnya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat dan kering.

67

Upaya pencegahan kehilangan panas:

a)

Mengeringkan tubuh bayi secara seksama

b) Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi c)

Selimuti ibu dan bayi serta pakaikan topi dikepala bayi

d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya e)

Tidak memandikan bayi sesegera mungkin, menunggu minimal 6 jam setelah persalinan.

f)

Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

g) Bayi jangan dibedong terlalu ketat karena dapat menghambat gerakan bayi. 4) Memberi vitamin K, guna mencegah terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir. Maka semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K 1mg dengan dosis 0,5 mg I.M. (Kementrian Kesehatan, 2014). 5) Memberi salep mata. Setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata. Pemberian obat mata eritromosin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penularan infeksi (Kementrian Kesehatan RI, 2014). 6) Identifikasi, alat yang digunakan hendaknya kebal air dan tepi yang halus dan tidak melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas. Pada gelang identifikasi harus tercantum: nama

68

(bayi, nyonya), tanggal lahir, waktu lahir, berat badan, panjang badan, dan jenis kelamin. 7) Inisiasi menyusui dini

Langkah Inisiasi Menyusu Dini (IMD):

a) Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam. b) Bayi harus menggunakan naluri alamiahnya untuk melakukan inisiasi menyusu dini dan ibu dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan. c) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan (Depkes, 2008).

C. Bayi 1.

Asuhan pada bayi umur 24 jam sampai dengan bayi 6 minggu a. Perawatan fisik bayi baru lahir b. Menjaga kebersihan bayi c. Merawat tali pusat d. Indentifikasi bayi atau beri bayi penanda yang sama dengan ibunya 69

e. Berikan bayi kepada ibuya atau dengan rawat gabung dan biarkan bayi disusui oleh ibunya. f. Pemeriksaan tanda bahaya pada bayi seperti kejang, demam tinggi, tali pusat bernanah. g. Menjaga suhu bayi 2. Evidence Based

Menjemur bayi dengan tepat Dalam artikel IDAI (2015), dijelaskan bahwa saat ini pilihan terapi untuk ikterus neonatorum yang utama adalah fototerapi, bukan paparan sinar matahari. paparan sinar matahari pada bayi dapat meningkatkan risiko berkembangnya melanoma dan kanker lainnya pada usia lanjut. Oleh karena itu, perlindungan terhadap sinar matahari terutama pada bayi, sangat penting untuk mengurangi risiko terkena kanker kulit. American Academy of Pediatric (2011) merekomendasikan cara menjemur bayi dengan tepat yaitu dengan memakaikan baju, topi, dan tabir surya selama menjemur bayinya. Ketika berada di luar, minimalisasi bayi terkena paparan cahaya matahari. Hindari paparan sinar matahari pada pukul 10.00-16.00. Paparan sinar matahari harus dihindari bagi bayi berusia kurang dari 6 bulan dan bayi harus selalu menggunakan pakaian dan topi untuk melindungi kulit. Orangtua boleh memberikan tabir surya

70

saat sinar matahari tidak dapat dihindari dan hanya diberikan pada kulit yang terpapar saja.

D. Nifas 1.

Pengertian

Masa

Nifas

Masa nifas (Puerperium) adalah mulai partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Prawirohardjo, 2014).

2. Tujuan asuhan masa nifas a. Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas b. Menjaga kesehatan mulut ibu dan bayi c. Melaksanakan skrining secara komprehensif d. Memberikan pendidikan kesehatan diri e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara. f. Konseling mengenai KB (Siti Soleha, 2009). 3. Tahapan masa nifas

71

Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:

a. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidaan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.

b. Periode early postpartum ( 24 jam – 1 minggu )

Pada fase ini ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.

c. Periode late postpartum ( 1 minggu – 5 minggu )

72

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau bersalin mempunyai komplikasi.

4. Asuhan kebidanan masa nifas

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali yaitu pada 6 jam,6 hari, 2 minggu dan 6 minggu. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi,serta manangani masalah-masalah yang terjadi.

Tabel 2.5 Asuhan Kebidanan Nifas

Kunjungan

Waktu

Tujuan

73

1

6-8 jam setelah persalinan

2

6 hari setelah persalinan

- Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. - Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut. - Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. - Pemberian ASI awal. - Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. - Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi. - Jika petugas kesehatan menolong persalinan, petugas kesehatan harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

- Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

- Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat. - Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. - Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari74

3

4

hari. - Sama seperti kunjungan II yaitu: - Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus 2 minggu setelah persalinan berkontraksi dengan baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau tidak ada bau. - Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal. - Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat. - Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda- tanda penyulit. - Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi seharihari.

6 minggu setelah persalinan

- Menanyakan pada ibu, penyulit yang ibu atau bayi alami.

- Memberikan konseling KB secara dini.

Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2014

Pelayanan pasca persalinan atau masa nifas harus terselenggara untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, meliputi upaya pencegahan,

75

deteksi dini masalah yang terjadi dan pengobatan komplikasi atau penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi bayi dan kebutuhan nutrisi bagi ibu (Prawirohardjo, 2014).

5. Adaptasi Psikologis Masa Nifas

Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah (Ambarwati, 2008).

Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:

a. Fase Taking In

76

Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

b. Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan yaitu mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.

c. Fase Letting Go

77

Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.

6. Adaptasi Perubahan Fisik Masa Nifas a. Involusi Uterus

Dalam masa nifas, alat-alat genitalia iterna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genitalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi.

Tabel 2.6 Involusi Uterus

78

Involusi

TFU

Berat Uterus

Bayi lahir

Sepusat

1000 gram

Plasenta lahir

2 jari dibawah pusat

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusat simpisis

500 gram

2 minggu

Tak teraba

350 gram

6 minggu

Berukuran normal seperti semula

50 gram

Sumber: Prawirohardjo 2014)

79

b. Ligamen-ligamen

Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi menciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum menjadi kendor.

c. Sistem pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang lain.

d. Sistem hematologi dan kardiovaskular

80

Leukositosis akan meningkat pada beberapa hari post partum, sehingga dianjurkan untuk mengajarkan pada ibu cara menjaga kebersihan genetalia. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan bervariasi pada awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume plasma, dan volume sel darah yang berubah-ubah (Saleha, 2009).

e. Perubahan sistem perkemihan.

Dilatasi ureter dan pyolum normal dalam waktu 2 minggu. Urine biasanya berlebihan (poliurie) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan karena kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang dikeluarkan.

f. Perubahan Sistem Musculoskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor.

81

Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. Sebagai akibat putusnya serat-serat elastik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan.

g. Perubahan sistem endokrin 1) Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.

2) Hormon pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH

82

meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.

3) Hipotalamik Pituitary Ovarium

Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

h. Perubahan sistem kardiovaskular

Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc. Bila kelahiran melalui sectio caesarea, maka kehilangan darah dapat dua kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah (blood volume) dan

83

hematokrit

(haemoconcentration).

Bila

persalinan

pervaginam,

hematokrit akan naik dan pada section caesaria hematokrit cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu. Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan beban pada

jantung,

dapat

menimbulkan

decompensationcordia

pada

penderita vitum cordia. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala, umumnya hal ini terjadi pada hari 3-5 postpartum.

i. Lokhea

Lokhea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas (Prawirohardjo, 2014). Jenis- jenis lokhia: 1) Lokhia Rubra

Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium, selama dua hari pascapersalinan.

2) Lokhia Sanguinolenta 84

Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.

3) Lokhia Serosa

Berwarna kuning, cairan tidak berubah, pada hari ke-7 sampai ke-14 pascapersalinan.

4) Lokhia Alba

Cairan putih setelah 2 minggu.

5) Lokhia Purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk

j. Endometrium

85

Perubahan yang terjadi pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Vagina dan lubang vagina pada awal puerperium merupakan saluran yang luas dan berdinding tipis. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga (Saleha, 2009).

k. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

l. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali

86

sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.

m. Laktasi

Umumnya produksi air susu baru berlangsung betul pada hari ke 23 postpartum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan kuning lebih kental dari pada air susu, mengandung banyak protein albumin dan globulin.

n. Perubahan tanda-tanda vital. 1) Suhu Badan

Satu hari (24jam) postprtum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C – 38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila

87

suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.

3) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklampsi postpartum.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga

88

akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.

7. Prinsip Penyembuhan Luka

Prinsip penyembuhan luka menurut Afyalvin dikutip Paskalilaudes (2016) adalah kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang, respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga, respon tubuh secara sistemik pada trauma, aliran darah dari dan ke jaringan yang luka, penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing termasuk bakteri.

8. Evidence Based

Faktor-faktor yang menghambat produksi ASI pada ibu Post SC Penelitian yang dilakukan oleh Nurliawati (2010) menunjukkan bahwa karakteristik responden yaitu umur, paritas, tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak berhubungan dengan produksi ASI. Faktor yang berhubungan dengan produksi ASI adalah nyeri, asupan cairan, kecemasan, motivasi, dukungan suami dan atau keluarga dan informasi tentang ASI.

89

Analisis lebih lanjut menunjukan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi ASI adalah motivasi.

Hisapan bayi mempengaruhi produksi ASI Penelitian yang dilakukan oleh Tauriska dan Umamah (2017), menyebutkan bahwa semakin sering bayi menghisap payudara dengan benar, ASI semakin sering diproduksi. Fisiologi, terbentuknya ASI dipengaruhi hormon prolaktin yang menentukan dalam hal pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu. Isapan bayi yang efektif akan mengoptimalkan rangsangan ke otak yang akan memerintahkan untuk memproduksi hormon prolaktin dan oksitosin. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu menyusui tetap mempertahankan untuk menyusui bayinya dengan cara menyusui yang benar untuk meningkatkan produksi ASI.

BAB III PERKEMBANGAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Kunjungan Pertama Tanggal 20 Maret 2017 pukul 20.00 WIB

90

Identitas

Nama Ibu

: Ny.S

Nama Suami

: Tn. A

Umur

: 33 tahun

Umur

: 42 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Suku

: Jawa

Pendidikan

: SMU

Pendidikan

: SMU

Perkejaan

:Ibu

rumah Pekejaan

: Wiraswasta

tangga

Alamat

: Cakung Barat RT 01/09, Jakarta Timur.

Data Subjektif

1.

Alasan datang

Datang ke BPM Bd.Oom Markonah ingin memeriksakan kehamilannya dengan keluhan nyeri punggung.

2.

Riwayat Haid

91

Menarche usia 13 tahun. HPHT tanggal 24 Juli 2016, lamanya 5-6 hari, banyaknya 3 kali ganti pembalut perhari. Haid sebelumnya pada tanggal 26 Juni 2016 lamanta 5-6 hari, siklus haid yaitu 28 hari. Taksiran persalinan pada tanggal 1 Mei 2017.

3.

Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

Anak I. Lahir pada tahun 2005, lahir cukup bulan, spontan, ditolong oleh bidan, tidak ada penyulit pada saat persalinan, jenis kelamin perempuan, berat badan lahir 2700 gram, panjang badan lahir 48 cm, keadaan sehat, dan nifas baik. Anak II. Lahir pada tahun 2007, lahir cukup bulan, spontan, ditolong oleh bidan, tidak ada penyulit pada saat persalinan, jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir 3100 gram, panjang badan lahir 49 cm, keadaan sehat, dan nifas baik.

4.

Riwayat Keluarga Berencana

Akseptor KB jenis pil sejak tahun 2005, lamanya 1 tahun, alasan berhenti ingin mempunyai anak lagi dan tidak terdapat keluhan.

92

Akseptor KB jenis suntik tiga bulan sejak tahun 2007, lamanya 8,5 tahun, alasan berhenti ingin mempunyai anak lagi, dan tidak terdapat keluhan.

5.

Riwayat Penyakit yang dan sedang diderita

Ibu tidak memiliki riwayat atau menderita penyakit seperti hipertensi, hepatitis B, jantung, asma, diabetes mellitus, alergi, infeksi menular seksual.

6.

Riwayat dan kebiasaan sehari-hari a. Pola Nutrisi 1) Sebelum hamil

: Untuk nutrisi frekuensi makan tiga kali

sehari, dengan porsi satu piring, jenis makanan adalah nasi, sayur, dan lauk. Tidak terdapat pantangan dan keluhan dalam pola nutrisi sebelum hamil. Untuk hidrasi frekuensi minum ialah empat sampai dengan lima gelas perhari, jenis minuman air putih dan teh manis. 2) Saat hamil

: Untuk nutrisi frekuensi makan pada

trimester pertama menurun menjadi dua kali sehari dikarenakan emesis gravidarum yang diderita namun pada usia 12 minggu pola nutrisi kembali seperti sebelumnya yaitu tiga kali sehari, 93

dengan porsi satu piring, jenis makanan adalah nasi, sayur, lauk, dan biscuit. Untuk hidarasi frekuensi minum menjadi enam sampai delapan gelas perhari dengan air putih, dan susu hamil satu gelas perhari. b. Pola Eliminasi 1) BAK

: Sebelum hamil frekuensi BAK yaitu empat

sampai enam kali sehari, warna kuning jernih, dan tidak terdapat keluhan. Saat hamil frekuensi BAK meningkat yaitu enam sampai delapan kali sehari, warna kuning jernih, tidak ada keluhan seperti nyeri saat berkemih. 2) BAB

: Sebelum hamil dan saat hamil frekuensi

BAB yaitu satu kali sehari, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan dan tidak terdapat keluhan. c. Personal Hygiene

: Sebelum hamil mandi dua kali sehari,

mengganti pakaian dua kali sehari, sikat gigi duakali sehari dan keramas satu kali dalam dua hari. Saat hamil frekuensi mandi dua kali sehari, mengganti pakaian dua sampai tiga kali sehari dikarenakan lebih mudah berkeringat, gosok gigi dua kali sehari, dan keramas satu kali dalam dua hari. 7. Kondisi Psikososial (keluarga inti, perkawinan, kehamilan)

94

Ibu tinggal bersama suami dan dua orang anaknya. Ibu pertama kali menikah pada umur 20 tahun dan suami berumur 29 tahun. Kehamilan ini merupakan kehamilan yang direncanakan oleh ibu dan suami.

8.

Riwayat Kehamilan Trimester I, II dan III a. Trimester I

: Kunjungan sebanyak satu kali di bidan

Oom Markonah pada saat usia kehamilan 17 minggu dengan keluhan mual dan muntah. Terapi yang diberikan adalah Fe 1x1, Kalk 1x1, dan Vitamin C 1x1. b. Trimester II

: Kunjungan sebanyak tiga kali di bidan

Oom Markonah dengan tidak ada keluhan dan terapi yang diberikan ialah Fe 1x1, Kalk 1x1, dan vitamin C 1x1. c. Trimester III

: Kunjungan pertama pada trimester ketiga

pada tanggal 20 Maret 2017 di bidan Oom Markonah, pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh Mahasiswa dan didampingi oleh bidan dengan keluhan pegal-pegal di daerah pinggang. Terapi yang diberikan adalah Fe 1x1, Kalk 1x1, dan Vitamin B6 2x1.

9.

Imunasasi TT 95

Status imunisasi TT sebanyak lima kali. Imunisasi TT pertama dilakukan pada saat sebelum menikah., imunisasi TT kedua dan ketiga pada saat ibu hamil anak pertama, imunisasi TT keempat dan kelima pada saat ibu hamil anak kedua.

10. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi

Ibu bernama Ny. S, taksiran persalinan pada tanggal 1 Mei 2017, ibu mengatakan ingin ditolong oleh bidan di BPM bidan Oom Markonah, pendamping saat persalinan yaitu suami, transportasi yang akan digunakan oleh ibu untuk mencapai tempat bersalin adalah motor dan golongan darah ibu adalah O+. Biaya persalinan ibu yaitu ditanggung oleh ibu dan suami.

Data Objektif Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum

: Baik

2. Kesadaran

: Compos Mentis

3. Keadaan Emosional

: Stabil

4. Antropometri 96

a. Berat badan sebelum hamil

: 44 kg

b. Berat Badan saat hamil

: 51 kg

c. Tinggi Badan

: 145 cm

d. Lingkar Lengan Atas (LILA)

: 26 cm

e. Indeks Massa Tubuh (IMT)

: 20,93 (normal)

5. Tanda-tanda Vital a. Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

b. Nadi

: 80 x/m

c. Pernapasan

: 22 x/m

d. Suhu

: 360C

Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

: Tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, dan tidak

ada benjolan 2. Rambut

: Bentuk rambut lurus, berwarna hitam, bersih

3. Wajah

: Tidak ada oedem, tidak pucat

4. Mata

: Simetris, sclera putih, konjungtiva merah, tidak

mengeluarkan sekret 5. Hidung

: Simetris, tidak mengeluarkan sekret

6. Rongga Mulut

: Simetris, tidak ada somatic, tidak ada karies

7. Telinga

: Simetris, tidak mengeluarkan sekret

97

8. Leher

: Tidak ada pembengkakan dan pembesaran kelenjar

tiroid 9. Dada 10. Payudara

: Tidak ada bunyi wheezing pada paru-paru : Simetris, tidak ada lesi, puting susu menonjol, tidak ada

pembengkakan, tidak ada benjolan, belum mengeluarkan ASI 11. Abdomen

: Tidak ada bekas luka operasi, ada Linea Nigra, dan tidak

ada Striae Gravidarum 12. Ekstermitas atas:

Simetris, tidak ada oedem

13. Ekstermitas bawah: 14. Genetalia

Simetris, tidak ada oedem

: Vulva vagina bersih, tidak ada lesi, tidak ada tanda infeksi

menular seksual, tidak ada oedem, tidak ada varises 15. Anus

: tidak ada hemoroid

16. Reflek Patela : Positif (+)

Pemeriksaan Obstetri TFU 29 cm, difundus teraba bokong, dibagian kanan perut ibu teraba ekstermitas janin, bagian kiri perut ibu teraba punggung janin, bagian terendah teraba kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul. Taksiran berat janin dengan menggunakan rumus Johnson-Thousack yaitu (29-13) x 155 = 2480 gram. Detak jantung janin 138 kali / menit, teratur, puntum maksimum satu tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis.

98

Pada vulva vagina bersih, tidak ada lesi, tidak ada tanda infeksi menular seksual, tidak ada oedem, tidak ada varises. Analisa Diagnosa Ibu

: G3P2A0 hamil 34 minggu 1 hari

Diagnosa Janin

: Tunggal, Hidup, Intrauterin, Presentasi Kepala

Masalah

: Nyeri Punggung

Kebutuhan

: Mekanik tubuh (Body Mechanic)

Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan kondisi ibu dan janinnya saat ini baik. Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan dan ibu senang mendengar bahwa kondisi ibu dan janin baik. 2. Memberitahu Ibu bahwa nyeri punggung yang Ibu rasakan adalah hal yang wajar di kehamilan trimester III, sehingga ibu tidak perlu khawatir. Ibu mengerti dan tidak khawatir. 3. Memberitahu ibu mengenai mekanik tubuh yang benar yaitu: a. Menekuk kaki dari pada membungkuk ketika mengambil atau mengangkat apapun dari bawah. b. Melebarkan kedua kaki dan tempatkan satu kaki sedikit didepan kaki yang lain saat menekukkan kaki sehingga terdapat jarak yang cukup saat bangkit dari proses setengah jongkok.

99

Ibu mengerti dan akan memperbaiki mekanik tubuhnya.

4. Menyarankan ibu untuk tidak membungkuk berlebihan, mengangkat beban yang berat, berjalan tanpa istirahat, menggunakan sepatu bertumit rendah, kompres air hangat, berikan pijatan atau usapan pada punggung bawah. Ibu mengerti. 5. Memberitahu ibu bahwa saat kehamilan mengalami kegerahan adalah hal yang wajar, karena disebabkan oleh peningkatan kadar hormone. Cara mengatasi kegerahan yaitu dengan memakai pakaian yang longgar dan nyaman, memilih baju yang mudah menyerap keringat, menjaga sirkulasi udara di dalam rumah dengan sering membuka jendela atau pintu, perbanyak minum cairan baik air putih atau jus untuk mengganti cairan tubuh yang keluar dalam bentuk keringat. Ibu mengerti. 6. Menganjurkan ibu agar tetap memenuhi kebutuhan nutrisi yaitu makan dengan pola gizi seimbang dan bervariasi dalam satu porsi, misalnya satu porsi menu pagi yaitu nasi dengan sop sayuran, ikan, keripik tempe serta susu, buah dapat dikonsumsi saat siang dan malam. Ibu dianjurkan mengonsumsi makanan bersumber protein seperti ayam, ikan, daging, telur, hati, keju, susu, kacang-kacangan, tahu, tempe. Ibu mengerti dan bersedia makan dengan pola gizi seimbang. 7. Menganjurkan ibu untuk minum air putih 10 gelas sehari. Ibu mengerti dan akan melakukannya.

100

8. Menganjurkan ibu untuk melakukan tes laboratorium untuk mengecek darah dan urin di puskesmas atau klinik yang menyediakan tes laboratorium. Ibu bersedia untuk melakukan tes laboratorium. 9. Memberikan ibu tablet Fe 1x1, kalk 1x, dan vitamin B6 2x1. Ibu akan meminumnya dengan rutin. 10. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi yaitu pada tanggal 27 Maret 2017 atau jika ibu ada keluhan, ibu langsung datang saja tanpa harus menunggu jadwal kontrol. Ibu akan datang kontrol tepat waktu.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Kunjungan Kedua Tanggal 31 Maret 2017 pukul 19.00 WIB

101

Data Subjektif Ibu mengeluh sering berkemih di malam hari sehingga sering terbangun di malam hari. Ibu mengatakan berkemih dengan frekuensi dua sampai tiga kali di malam hari, berwarna kuning jernih. Frekuensi minum air mineral pun cukup sering yaitu tujuh sampai sembilan gelas perhari dan minum teh manis hangat di pagi atau sore hari. Pola tidur ibu di siang hari yaitu satu sampai dua jam, dan tidur malam yaitu empat sampai lima jam. Ibu mengatakan masih terasa nyeri punggung, tapi tidak seperti sebelumnya, hal itu karena ibu sudah melakukan mekanik tubuh yang benar, ibu juga sudah melakukan kompres hangat serta melakukan pijatan pada punggung bawahnya yang dibantu oleh suaminya. Ibu mengganti pakaian tiga kali sehari karena mudah berkeringat dengan menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman, dapat menyerap keringat, dan juga sering membuka pintu atau jendela agar sirkulasi ruangannya bagus. Ibu mengkonsumsi makanan dengan pola gizi seimbang dan bervariasi yaitu satu porsi nasi dengan lauk seperti ayam, ikan, telur, kacang-kacangan, serta makan buah saat siang dan sore. Data Objektif Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum

: Baik

2. Kesadaran

: Compos Mentis

102

3. Keadaan Emosional

: Stabil

4. Berat Badan

: 51,5 kg

5. Tanda-tanda Vital a. Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

b. Nadi

: 82 x/m

c. Pernapasan

: 21 x/m

d. Suhu

: 36,20C

Pemeriksaan Fisik

1. Wajah

: Tidak ada oedem, tidak pucat

2. Mata

: Simetris, sclera putih, konjungtiva merah, tidak

mengeluarkan sekret 3. Leher

: Tidak ada pembengkakan dan pembesaran kelenjar

tiroid 4. Payudara

: Simetris, tidak ada lesi, puting susu menonjol,

tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan, belum keluar ASI

Pemeriksaan Obstetri TFU 30 cm, difundus teraba bokong, dibagian kanan perut ibu teraba ekstermitas janin, bagian kiri perut ibu teraba punggung janin, bagian terendah

103

teraba kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul. Taksiran berat janin dengan menggunakan rumus Johnson-Thousack yaitu (30-13) x 155 = 2635 gram. Detak jantung janin 146 kali / menit, teratur, puntum maksimum satu tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis. Pada vulva vagina bersih, tidak ada lesi, tidak ada tanda infeksi menular seksual, tidak ada oedem, tidak ada varises. Pemeriksaan Penunjang Dilakukan pada tanggal 29 Maret 2017 di Laboratorium Rumah Sakit Firdaus, Sukapura.

1. Darah -

Haemoglobin

= 11,9 g/dL

-

Hemtokrit

= 36,8 %

-

Trombosit

= 301.000 ul

-

Leukosit

= 13.500 ul

2. Urin -

Urin protein

= (-) negatif

-

Urin reduksi

= (-) negatif

-

Bilirubin

= (-) negatif

Analisa

104

Diagnosa Ibu

: G3P2A0 hamil 35 minggu 5 hari

Diagnosa Janin

: Tunggal, Hidup, Intrauterin, Presentasi Kepala

Masalah

: Sering buang air kecil di malam hari, kualitas tidur

Kebutuhan

: Pola hidrasi, pola tidur

Penatalaksanaan

1. Memberitahu Ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan dan ibu senang mendengar bahwa kondisi ibu dan janin baik. 2. Memberitahu kepada ibu mengenai keluhan sering buang air kecil adalah perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu di usia kehamilan trimester III, dikarenakan kandung kemih tertekan oleh penurunan kepala janin yang mengakibatkan daya tampung dari kandung kemih semakin sedikit membuat seorang ibu hamil di trimester III mengalami sering berkemih. Ibu mengerti. 3. Menganjuran kepada ibu untuk tetap minum air mineral agar hidrasinya baik dengan mengurangi minum di malam hari, lebih baik minum lebih banyak di pagi, siang, dan sore. Selain itu mengurangi minuman yang memicu buang air kecil seperti teh dan kopi. Ibu mengerti dan akan mengurangi minum di malam hari tetapi minum lebih banyak di pagi, siang, dan sore serta mengurangi minum teh. 4. Menganjurkan ibu untuk melakukan USG dengan tujuan mengevaluasi pertumbuhan janin. Ibu mengerti dan bersedia untuk melakukan USG.

105

5. Mengevaluasi ibu mengenai kebutuhan nutrisi dan hidrasinya. Ibu dapat menjelaskan bagaimana makan dengan pola gizi seimbang dan hidrasi yang baik untuk ibu hamil. 6. Mengevaluasi nyeri punggung yang ibu rasakan dan menganjurkan kepada ibu agar selalu menjaga posisi-posisi yang baik untuk ibu hamil. Seperti tidur dengan posisi miring, duduk dengan tegak, tidak membungkuk ketika mengambil atau mengangkat apapun dari bawah. Ibu akan selalu menjaga posisi tubuhnya dengan baik. 7. Mengingatkan ibu untuk melanjutkan dalam mengonsumsi vitamin yang telah diberikan, dan memberitahu untuk meminum Fe dengan Kalk di waktu yang berbeda. Karena jika pada waktu yang bersamaan, penyerapan dari Fe akan mengalami gangguan. Ibu mengatakan masih rutin dalam mengonsumsi vitamin yang telah diberikan yaitu Fe, Kalk, dan B6, meminum Fe dan Kalk di waktu yang berbeda. 8. Mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai anjuran bidan pada tanggal 12 April 2017 atau jika ibu ada keluhan, ibu langsung datang saja tanpa harus menunggu jadwal kontrol. Ibu akan datang kontrol sesuai jadwal.

106

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Kunjungan Ketiga Tanggal 14 April 2017 pukul 14.30 WIB Data Subjektif Ibu mengeluh kadang masih terasa nyeri punggung, ibu sudah melakukan mekanik tubuh yang benar, ibu juga sudah melakukan kompres hangat serta melakukan pijatan pada punggung bawahnya yang dibantu oleh suaminya. Ibu sudah tidak terlalu sering berkemih di malam hari sehingga jarang terbangun di malam hari. Hal itu karena ibu sudah mengurangi frekuensi minum

107

di malam hari. Frekuensi ibu dalam mengonsumsi air mineral cukup sering yaitu tujuh sampai sembilan gelas perhari serta sudah mengurangi minum teh manis. Tidak ada keluhan seperti nyeri ulu hati, mata berkunang, bengkak pada wajah dan ektermitas, sulit tidur, ataupun sulit BAK. Tidak ada tanda persalinan pada kunjungan kehamilan hari ini, seperti mulas dengan frekuensi sering, keluar lendir bercampur darah dan pecah air ketuban. Ibu tidak mengetahui informasi tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dikarenakan jarak anak kedua dengan kehamilan ketiga cukup jauh yaitu 10 tahun. Ibu mengatakan Fe, kalk, dan B6 rutin dikonsumsi dan masih ada. Data Objektif Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum

: Baik

2. Kesadaran

: Compos Mentis

3. Keadaan Emosional

: Stabil

4. Berat Badan

: 52 kg

5. Tanda-tanda Vital a. Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

b. Nadi

: 82 x/m

c. Pernapasan

: 23 x/m

d. Suhu

: 36,40C

108

Pemeriksaan Fisik

1. Wajah

: Tidak ada oedem, tidak pucat

2. Mata

: Simetris, sclera putih, konjungtiva merah, tidak

mengeluarkan secret 3. Leher

: Tidak ada pembengkakan dan pembesaran kelenjar

tiroid 4. Payudara

: Simetris, tidak ada lesi, puting susu menonjol,

tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan, belum keluar ASI

Pemeriksaan Obstetri TFU 29 cm, difundus teraba bokong, dibagian kanan perut ibu teraba ekstermitas janin, bagian kiri perut ibu teraba punggung janin, bagian terendah teraba kepala dan sudah masuk pintu atas panggul dengan penurunan kepala 4/5. Taksiran berat janin dengan menggunakan rumus Johnson-Thousack yaitu (29-12) x 155 = 2635 gram. Detak jantung janin 142 kali / menit, teratur, puntum maksimum satu tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis. Pada vulva vagina bersih, tidak ada lesi, tidak ada tanda infeksi menular seksual, tidak ada oedem, tidak ada varises. Analisa

109

Diagnosa Ibu

: G3P2A0 hamil 37 minggu 5 hari

Diagnosa Janin

: Tunggal, Hidup, Intrauterin, Presentasi Kepala

Masalah

: Nyeri pinggang

Kebutuhan

: Body Mechanic, persiapan persalinan

Penatalaksanaan 1.

Memberitahu Ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu mengerti bahwa kondisi ibu dan janin baik.

2.

Mengevaluasi nyeri punggung yang ibu rasakan dan menganjurkan kepada ibu agar selalu menjaga posisi-posisi yang baik untuk ibu hamil. Seperti tidur dengan posisi miring, duduk dengan tegak, tidak membungkuk ketika mengambil atau mengangkat apapun dari bawah. Ibu akan selalu menjaga posisi tubuhnya dengan baik.

3.

Memberitahu ibu mengenai persiapan persalinan yaitu pakaian ibu seperti baju berkancing, jarit, pembalut, pakaian dalam. Pakaian bayi yaitu baju bayi, popok bayi, topi bayi. Serta buku KIA juga harus dibawa. Ibu akan mempersiapkan persiapan persalinan tersebut.

4.

Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda awal persalinan yaitu : a. Perut mulas-mulas yang teratur, timbulnya semakin sering dan semakin lama. b. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir atau keluar cairan ketuban dari jalan lahir. Ibu mengerti mengenai tanda awal persalinan.

110

5.

Meminta ibu untuk datang ke pelayanan kesehatan jika muncul salah satu tanda awal persalinan tersebut. Ibu akan datang ke pelayanan kesehatan jika mengalami tanda-tanda persalinan.

6.

Memberitahu informasi kepada ibu bahwa setelah bayi lahir, bayi akan dilakukan Inisasi Menyusui Dini (IMD) yaitu bayi diletakkan di dada ibu untuk mencari puting ibunya sendiri selama 1 jam agar dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi akan meningkatkan ikatan batin dan membuat bayi lebih tenang. Ibu mengerti dan ingin dilakukan IMD setelah melahirkan.

7.

Mengevaluasi ibu mengenai kebutuhan nutrisi dan hidrasinya. Ibu dapat menjelaskan kembali bagaimana makan dengan pola gizi seimbang dan hidrasi yang baik untuk ibu hamil.

8.

Mengingatkan ibu untuk melanjutkan dalam mengonsumsi vitamin yang telah diberikan. Ibu mengatakan masih rutin dalam mengonsumsi vitamin yang telah diberikan yaitu Fe, Kalk, dan B6, meminum Fe dan Kalk di waktu yang berbeda.

9.

Mengingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang sesuai anjuran bidan Ika yaitu tanggal 19 April 2017 atau jika ibu ada keluhan, ibu langsung datang saja tanpa harus menunggu jadwal kontrol. Ibu akan datang sesuai jadwal.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

111

Kunjungan Keempat Tanggal 19 April 2017 pukul 17.00 WIB Data Subjektif Ibu mengeluh kadang masih terasa nyeri punggung, ibu sudah melakukan mekanik tubuh yang benar, ibu juga sudah melakukan kompres hangat serta melakukan pijatan pada punggung bawahnya yang dibantu oleh suaminya. Ibu sudah tidak terlalu sering berkemih di malam hari sehingga jarang terbangun di malam hari. Hal itu karena ibu sudah mengurangi frekuensi minum di malam hari. Frekuensi ibu dalam mengonsumsi air mineral cukup sering yaitu tujuh sampai sembilan gelas perhari. Ibu sudah mengganti pakaian tiga kali sehari karena mudah berkeringat dengan menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman, dapat menyerap keringat, dan juga sering membuka pintu atau jendela agar sirkulasi ruangannya bagus. Tidak ada keluhan seperti nyeri ulu hati, mata berkunang, bengkak pada wajah dan ektermitas, sulit tidur, ataupun sulit BAK. Ibu telah merasakan kencang-kencang pada bagian perut bawah, namun lamanya masih pendek dan tidak begitu kuat. Ibu dapat mengulang kembali tanda-tanda persalinan dan sudah mempersiapkan persiapan persalinannya, Ibu juga mampu menjelaskan tentang inisiasi menyusu dini dan tujuan dari inisasi menyusu dini. Pada anak pertama dan kedua ibu menyusui hingga usia anak dua tahun dan selama enam bulan ibu hanya

112

memberikan ASI saja tanpa pendamping makanan lain. Dan untuk anak ketiga ibu merencanakan untuk kembali ASI ekslusif. Data Objektif Pemeriksaan Umum

1. Keadaan Umum

: Baik

2. Kesadaran

: Compos Mentis

3. Keadaan Emosional

: Stabil

4. Berat Badan

: 52 kg

5. Tanda-tanda Vital a. Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

b. Nadi

: 84 x/m

c. Pernapasan

: 24 x/m

d. Suhu

: 36,3 0C

Pemeriksaan Fisik

1. Wajah

: Tidak ada oedem, tidak pucat

2. Mata

: Simetris, sclera putih, konjungtiva merah, tidak

mengeluarkan sekret

113

3. Leher

: Tidak ada pembengkakan dan pembesaran kelenjar

tiroid

4. Payudara

: Simetris, tidak ada lesi, puting susu menonjol,

tidak ada pembengkakan, tidak ada benjolan, belum keluar ASI

Pemeriksaan Obstetri TFU 29 cm, difundus teraba bokong, dibagian kanan perut ibu teraba ekstermitas janin, bagian kiri perut ibu teraba punggung janin, bagian terendah teraba kepala dan sudah masuk pintu atas panggul dengan penurunan kepala 4/5. Taksiran berat janin dengan menggunakan rumus Johnson-Thousack yaitu (29-12) x 155 = 2635 gram.

114

Detak jantung janin 140 kali / menit, teratur, puntum maksimum satu tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis. Pada vulva vagina bersih, tidak ada lesi, tidak ada tanda infeksi menular seksual, tidak ada oedem, tidak ada varises. Pemeriksaan Penunjang USG dilakukan oleh dr. Iman, SpOG tanggal 19 April 2017 pukul 16.45 WIB Usia Kehamilan

: 39 minggu

Jenis Kelamin

: laki-laki

TBJ

: 2800 gram

ICA

: cukup

Lilitan tali pusat

: ada

Analisa Diagnosa Ibu

: G3P2A0 hamil 38 minggu 3 hari

Diagnosa Janin

: Tunggal, Hidup, Intrauterin, Presentasi Kepala

Masalah

: Perut bawah kencang-kencang, Nyeri Punggung

Kebutuhan

: Teknik relaksasi, Body Mechanic

Penatalaksanaan

1. Memberitahu Ibu mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu mengerti dengan hasil pemeriksaan dan ibu senang mendengar bahwa kondisi ibu dan janin baik.

115

2. Memberitahu ibu bahwa kencang-kencang pada bagian perut bawah atau disebut dengan kontraksi palsu (Braxton Hicks) merupakan fisiologis yang terjadi pada ibu di usia kehamilan trimester III dan biasanya ini dapat terjadi selama berhari-hari dan merupakan tanda bahwa persalinan sudah mulai dekat. Ibu mengerti dan sudah siap menghadapi persalinannya. 3. Memberutahu ibu tidak perlu khawatir dengan adanya lilitan tali pusat, lilitan tali pusat ke tubuh janin tidak selalu berbahaya, selama tali pusat tidak terjepit atau terpelintir maka aliran oksigen dan nutrisi dari plasenta ke tubuh janin tetap aman. Ibu menegerti dan tidak terlalu khawatir. 4. Membimbing ibu untuk teknik relaksasi dengan pernapasan dalam yaitu jika perut terasa kencang-kencang, tarik napas dalam-dalam dan hembuskan melalui mulut secara perlahan. Ibu dapat melakukannya dengan baik. 5. Mengevaluasi mengenai tanda awal persalinan. Ibu mampu menjelaskan kembali dan akan datang ke pelayanan kesehatan jika ibu sudah merasakan salah satu tanda awal persalinan. 6. Mengevaluasi nyeri pinggang yang ibu rasakan dan menganjurkan kepada ibu agar selalu menjaga posisi-posisi yang baik untuk ibu hamil. Seperti tidur dengan posisi miring, duduk dengan tegak, tidak membungkuk ketika mengambil atau mengangkat apapun dari bawah. Ibu akan selalu menjaga posisi tubuhnya dengan baik. 7. Mengevaluasi ibu mengenai persiapan persalinan yaitu pakaian ibu seperti baju berkancing, jarit, pembalut, pakaian dalam. Pakaian bayi yaitu baju bayi,

116

popok bayi, topi bayi. Serta buku KIA juga harus dibawa. Ibu sudah mempersiapkannya dalam satu tas. 8. Mengevaluasi informasi kepada ibu bahwa setelah bayi lahir, bayi akan dilakukan Inisasi Menyusui Dini (IMD) yaitu bayi diletakkan di dada ibu untuk mencari puting ibunya sendiri selama 1 jam agar dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi akan meningkatkan ikatan batin dan membuat bayi lebih tenang. Ibu dapat menjelaskan kembali mengenai IMD dan ingin dilakukan IMD setelah melahirkan. 9. Mengevaluasi ibu mengenai kebutuhan nutrisi dan hidrasinya. Ibu dapat menjelaskan kembali bagaimana makan dengan pola gizi seimbang dan hidrasi yang baik untuk ibu hamil. 10. Mengingatkan ibu untuk melanjutkan dalam mengonsumsi vitamin yang telah diberikan. Ibu mengatakan masih rutin dalam mengonsumsi vitamin yang telah diberikan yaitu Fe, Kalk, dan B6, meminum Fe dan Kalk di waktu yang berbeda. 11. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi yaitu tanggal 26 April 2017 atau jika ibu ada keluhan, ibu langsung datang saja tanpa harus menunggu jadwal kontrol. Ibu akan datang sesuai jadwal.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN Kala I Fase Laten

117

Tanggal 20 April 2017 pukul 07:00 WIB

Data Subjektif Ibu datang ke BPM Bidan Oom markonah pada pukul 07:00 WIB dengan keluhan mules-mules sejak pukul 02.00 WIB dengan intensitas belum terlalu sering. Ibu mengatakan tidak ada sakit kepala, nyeri ulu hati, pandangan kabur, pergerakan janin aktif, sudah ada pengeluaran darah pervaginam dan belum keluar air-air pervaginam. Makan terakhir pukul 20:00 WIB dengan satu porsi nasi, tumis kacang dan tempe goreng. Minum terakhir pukul 06.30 WIB dengan air putih sebanyak satu gelas. BAB terakhir pukul 05:00 WIB, berwarna kuning kecoklatan, berbau khas, tidak ada keluhan. BAK terakhir pukul 06:00 WIB, berwarna kuning jernih, berbau khas, tidak ada keluhan. Objektif Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

118

Keadaan emosional

: Stabil

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah

: 120/80

mmHg

2. Nadi

: 88

x/menit

3. Pernapasan

: 23

x/menit

4. Suhu

: 36,5

o

C

Pemeriksaan fisik

1. Abdomen

Palpasi TFU

: 29 cm

Leopold I

: Difundus teraba bulat, lunak,dan tidak melenting (bokong).

Leopold II

: Dibagian kiri teraba keras, panjang seperti papan

(punggung) dan dibagian kanan teraba bagian terkecil janin (ekstremitas).

119

Leopold III

: Teraba bagian bulat, keras, dan sulit dilentingkan (kepala).

Leopold IV

: Bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul, teraba kepala 4/5 bagian.

Taksiran berat

: (28-11) x 155 = 2635 gram.

Auskultasi

DJJ

: Frekuensi 146 x/menit, teratur, puntum maksimum satu tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis.

His

: 2 kali dalam 10 menit lamanya 15 detik, kekuatan lemah.

2. Anus

: Tidak terdapat haemorroid.

3. Genetalia

: Terdapat pengeluaran darah, tidak ada kelainan.

4. Pemeriksaan dalam

120

Dinding Vagina : Tidak ada kelainan Portio

: Tipis lunak

Pembukaan

: 3 cm

Ketuban

: utuh

Presentasi

: Belakang kepala

Penurunan

: Hodge I

Analisa Diagnosa kebidanan Ibu

: G3P2A0 hamil usia 38 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase laten dengan lilitan tali pusat

Janin

: tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala.

Masalah

:-

Kebutuhan

: Manajemen nyeri dengan teknik relaksasi dan pijat lumbal, Nutrisi, Hidrasi

Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga, berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa sampai saat ini keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengerti dengan keadaan ibu dan janin. 2. Menghadirkan pendamping persalinan. Ibu ditemani oleh suami. 121

3. Membimbing ibu dalam melakukan relaksasi saat mulas datang, dengan cara menarik nafas panjang lewat hidung, kemudian dilepaskan dengan perlahan dan ditiupkan melalui mulut secara berulang. Ibu dapat mengulangi teknik relaksasi dengan baik. 4. Membimbing suami untuk memijat daerah lumbal atau pinggang untuk rasa nyaman bagi ibu serta mengurangi rasa nyeri yang ibu rasakan saat mulas datang. Suami dapat melakukan dengan baik. 5. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memenuhi nutrisi dan hidrasinya, guna menambah tenaga untuk persiapan saat mengejan. Ibu bersedia untuk makan dan minum. Ibu meminum air mineral, larutan isotonik, dan teh manis hangat. Serta makan nasi, lauk, dan sayur. 6. Menganjurkan kepada ibu untuk mobilisasi dengan posisi tubuh miring ke kiri, ataupun berganti kearah kanan jika ibu sudah merasa pegal. Serta menganjurkan untuk berjalan, supaya penurunan kepala janin dapat lebih cepat. Ibu mengerti, dan ibu memilih untuk miring ke arah kiri, terkadang berjalan juga jika sudah pegal tiduran. 7. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak menahan dalam BAB dan BAK guna keefektifan penurunan kepala janin, dan memanggil petugas kesehatan untuk membantu proses eliminasi. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya. 8. Memberikan dukungan kepada ibu agar bersabar dalam penantian persalinan. Ibu terlihat lebih tenang dan dapat menguasai dirinya. 9. Mengobservasi kemajuan persalinan seperti detak jantung janin, his, nadi, setiap 1 jam dan melakukan pemeriksaan dalam, tekanan darah, suhu, urin 4

122

jam lagi (pukul 11:00 WIB) atau jika ada indikasi. Observasi telah dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.

Tabel Observasi

Nadi Tanggal

20 April 2017

DJJ

Jam

His (x/menit)

(x/menit)

08.00

90

140

2 x 10’15”

09.00

88

135

2 x 10’25”

10.00

90

138

2 x 10’25”

123

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN Kala I Fase Aktif

tanggal 20 April 2017 pukul 11:00 WIB

124

Data Subjektif Ibu mengatakan merasa keluar air-air, mulas yang semakin sering, dan terasa lemas. Data Objektif Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Keadaan emosional

: Stabil

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah

: 120/70

mmHg

2. Nadi

: 87

x/menit

3. Pernapasan

: 22

x/menit

4. Suhu

: 36,5

o

Abdomen

: Kandung kemih penuh, penurunan kepala 3/5 bagian

C

Auskultasi DJJ

: Frekuensi 136 x/menit, teratur, puntum maksimum satu tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis.

125

His

: 3 kali dalam 10 menit lamanya 25 detik, kekuatan sedang.

Genetalia

: Tidak ada kelainan

Pemeriksaan dalam Dinding vagina

: Tidak ada kelainan

Portio

: Tipis lunak

Pembukaan

: 4 cm

Ketuban

: negatif (-), jernih

Presentasi

: Kepala

Posisi

: UUK kiri depan

Penurunan

: Hodge II

Analisa Diagnosa kebidanan Ibu

: G3P2A0 hamil usia 38 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase aktif dengan lilitan tali pusat

Janin

: tunggal, hidup, intrauterin, presentasi kepala.

Masalah

: kandung kemih penuh, lemas

Kebutuhan

: Eliminasi, Manajemen nyeri dengan teknik relaksasi dan

pijat lumbal, Nutrisi, Hidrasi Penatalaksanaan

126

1. Memberitahu kepada ibu dan suami, berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa sampai saat ini keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik. Ibu dan suami mengerti dengan keadaan ibu dan janin. 2. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih. Ibu berkemih sebanyak 25 ml. 3. Menganjurkan kepada ibu untuk tidak menahan dalam BAK guna keefektifan penurunan kepala janin, dan memanggil petugas kesehatan untuk membantu proses eliminasi. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya. 4. Mengevaluasi ibu dalam melakukan relaksasi saat mulas datang, dengan cara menarik nafas panjang lewat hidung, kemudian dilepaskan dengan perlahan dan ditiupkan melalui mulut secara berulang. Ibu dapat melakukan teknik relaksasi dengan baik. 5. Mengevaluasi suami untuk memijat daerah lumbal atau pinggang untuk rasa nyaman bagi ibu serta mengurangi rasa nyeri yang ibu rasakan saat mulas datang. Suami dapat melakukan dengan baik. 6. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap memenuhi nutrisi dan hidrasinya, guna ibu tidak merasa lemas dan menambah tenaga untuk persiapan saat mengejan. Ibu bersedia untuk makan dan minum. Ibu meminum air mineral, larutan isotonik, dan teh manis hangat. Serta makan nasi, lauk, dan sayur. 7. Menganjurkan kepada ibu untuk mobilisasi dengan posisi tubuh miring ke kiri, ataupun berganti kearah kanan jika ibu sudah merasa pegal. Ibu mengerti dan memilih untuk miring ke arah kiri.

127

8. Memberikan dukungan kepada ibu agar bersabar dalam penantian persalinan. Ibu terlihat lebih tenang dan dapat menguasai dirinya. 9. Mengobservasi kemajuan persalinan seperti detak jantung janin, his, nadi, setiap 30 menit dan melakukan pemeriksaan dalam, tekanan darah, suhu, urin setiap 4 jam (pukul 15:00 WIB) atau jika ada indikasi. Observasi telah dilakukan dengan menggunakan lembar partograf.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN Kala I Fase Aktif

tanggal 20 April 2017 pukul 15:00 WIB

Subjektif Ibu mengatakan merasa sangat mulas yang semakin sering dan terasa lemas. Objektif Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Keadaan emosional

: Stabil

Tanda-tanda vital

128

1. Tekanan darah

: 120/80

mmHg

2. Nadi

: 90

x/menit

3. Pernapasan

: 22

x/menit

4. Suhu

: 36,5

o

Abdomen

: Kandung kemih kosong, penurunan kepala 2/5

C

bagian Auskultasi DJJ

: Frekuensi 138 x/menit, teratur, puntum maksimum satu tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis.

His

: 3 kali dalam 10 menit lamanya 35 detik, kekuatan sedang.

Pemeriksaan dalam Vulva/Vagina

: Tidak terdapat kelainan

Portio

: Tipis lunak

Pembukaan

: 6 cm

Ketuban

: (-) negatif

Presentasi

: Kepala

Posisi

: UUK kiri depan

Penurunan

: Hodge II

Molase

: Tidak ada

Analisa Ibu

: G3P2A0 hamil usia 38 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase

129

aktif dengan lilitan tali pusat. Janin

: tunggal, hidup, intrauterin, presentasi belakang kepala.

Masalah

: lemas

Kebutuhan

: persiapan rujukan

Penatalaksanaan 1.

Memberitahu kepada ibu dan keluarga, berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa sampai saat ini keadaan ibu dalam keadaan kurang baik, dan sangat dianjurkan untuk dirujuk ke rumah sakit. Ibu dan keluarga mengerti dengan keadaan ibu, dan menyetujui untuk dirujuk ke rumah sakit.

2.

Memasang infus Ringer Laktat 8 tetes per menit untuk stabilisasi ibu dalam perjalanan menuju rumah sakit. Infus sudah terpasang.

3.

Melakukan persiapan rujukan yaitu BAKSOKU. BAKSOKU sudah disiapkan, ibu dirujuk ke RS Kartika Pulomas ditemani suami dan didampingi Bidan Maria dan Agus Diah Eka Lestari. A. Asuhan Pre-operasi , tanggal 20 April 2017 pukul 16:30 WIB Data Subjektif

Ibu dipindahkan dari IGD ke ruang operasi tangal 20 April 2017 pukul 16.20 WIB dengan diagnosa G3P2A0 hamil usia 38 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase aktif dengan lilitan tali pusat. Keluhan yang Ibu rasakan saat ini adalah cemas karena sebelumnya ibu tidak pernah dioperasi. Ibu 130

mengatakan tidak mempunyai alergi obat, ibu sudah mulai puasa sejak pukul 16.00 WIB. Data Objektif Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Keadaan emosional

: Stabil

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah

: 130/90

mmHg

2. Nadi

: 85

x/menit

3. Pernapasan

: 20

x/menit

4. Suhu

: 36,8

o

C

Auskultasi

DJJ

: Frekuensi 148 x/menit, teratur, puntum maksimum

satu tempat dibagian kiri tiga jari diatas simfisis.

131

His

: 3 kali dalam 10 menit lamanya 35 detik, kekuatan

sedang.

Kandung kemih

: kosong

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan dilakukan saat berada di IGD pukul 15.45 WIB 1. Pemeriksaan darah

a. Haemoglobin

: 11,6 gr/dL

b. Leukosit

: 19.400 uL

c. Hematokrit

: 35,7 %

d. Trombosit

: 289.000 uL

2. Pemeriksaan USG : ICA cukup, terdapat lilitan tali pusat 3. Pemeriksaan CTG : (terlampir) Analisa

132

Ibu

: G3P2A0 hamil usia 38 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase aktif dengan lilitan tali pusat

Janin

: tunggal, hidup, intrauterin, presentasi belakang kepala.

Masalah

: Cemas

Kebutuhan

: Asuhan Pre-operasi, pemasanagan kateter

Penatalaksanaan

1. Memberitahu Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan, bahwa keadaan ibu dan janin dapat menjalani operasi saat ini. Ibu dan keluarga mengerti. 2. Melepas semua prosthesis yang ibu gunakan. Prosthesis sudah dilepas. 3. Memasang kateter kepada ibu untuk melihat keseimbangan cairan. Kateter sudah dipasang oleh petugas perawat di ruang operasi. 4. Memberikan dukungan positif serta menganjurkan ibu berdoa untuk mengurangi kecemasan ibu. Ibu menerima afirmasi positif serta ibu lebih banyak berdoa. 5. Membantu ibu untuk mengalihkan rasa sakitnya saat diberi obat anestesi di bagian lumbal pukul 17.00 WIB, pengalihan rasa sakit dengan cara melakukan pernapasan dalam lalu dihembuskan melalui mulut secara perlahan. Ibu dapat melakukannya dengan baik. 133

B. Asuhan Intra-operasi , tanggal 20 April 2017 pukul 17.05 WIB

Data Subjektif

Ibu sudah diberikan anestesi sejak pukul 17.00 WIB. Mengevaluasi tingkat kecemasan ibu, ibu sudah tidak cemas dan lebih banyak berdoa. Ibu juga tidak merasakan apa-apa dibagian perutnya. Objektif Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Keadaan emosional

: Stabil

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah

: 120/90

mmHg

2. Nadi

: 80

x/menit

3. Pernapasan

: 22

x/menit

4. Suhu

: 36,6

o

C

134

Perdarahan

: + 350 cc

Analisa

Ibu

: G3P2A0 hamil usia 38 minggu 4 hari inpartu kala 1 fase aktif dengan lilitan tali pusat

Janin

: tunggal, hidup, intrauterin, presentasi belakang kepala.

Masalah

:-

Kebutuhan

: Asuhan Intra-operasi

Penatalaksanaan

1. Membimbing ibu untuk berdoa agar diberikan kelancaran operasi. Ibu berdoa. 2. Mengobservasi tanda-tanda vital selama operasi, sirkulasi cairan. Ibu dalam keadaan baik. Bayi lahir pukul 17.10 WIB, terdapat lilitan tali pusat, menangis kuat, kulit kemerahan, tonus otot baik, jenis kelamin

135

laki-laki dengan berat badan lahir 2600 gram dan panjang badan lahir 47 cm. Plasenta lahir spontan pukul 17.15 WIB. 3. Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selama 1 jam. 4. Memberikan ibu ucapan selamat atas kelahiran bayinya. Ibu merasa bersyukur dan senang atas kelahiran bayinya.

C. Asuhan Post-operasi , tanggal 20 April 2017 pukul 17.40 WIB

Subjektif Ibu merasa bersyukur, senang, dan lega setelah bayinya lahir. Ibu juga merasa kedinginan.

Objektif Pemeriksaan Umum

Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Keadaan emosional

: Stabil

Tanda-tanda vital

136

1. Tekanan darah

: 120/90

mmHg

2. Nadi

: 80

x/menit

3. Pernapasan

: 22

x/menit

4. Suhu

: 36,6

o

C

Keseimbangan cairan 1. Urine

: 200 ml

2. RL

: 20 tetes permenit

Pemeriksaan Obstetri Pada bagian abdomen, luka jahit sudah tertutup oleh balutan. TFU berada di dua jari bawah pusat, kontraksinya baik. Pada vulva vagina tidak ada kelainan, perdarahan yang keluar sebanyak 40 ml.

Analisa

Ibu

: P3A0 Post SC

Masalah

:-

137

Kebutuhan

: Asuhan Post-operasi

Penatalaksanaan

1. Memindahkan ibu ke ruang pemulihan. Ibu sudah dipindahkan. 2. Memberitahu ibu bahwa obat anestesi akan hilang dengan sendirinya, sehingga ibu akan merasakan nyeri pada luka sekitar operasi. Ibu mengerti. 3. Menganjurkan ibu untuk dapat beristirahat dengan baik dan menghangatkan tubuh ibu dengan menggunakan selimut. Ibu bersedia dan selimut sudah dipakaikan. 4. Mengobesrvasi tanda-tanda vital, perdarahan, dan kontraksi uterus sampai ibu dipindahkan ke ruang perawatan. Ibu dalam keadaan baik.

138

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR UMUR SATU JAM Tanggal 20 April 2017 jam 18.10 WIB Data Subjektif Bayi lahir spontan langsung menangis dan ibu mengatakan bayi bergerak aktif. Data Objektif Penilaian awal 

Menangis kuat

: Ya



Warna kulit

: Kemerahan



Tonus otot

: Bergerak aktif

139

Pemeriksaan antropometri 

Berat badan

: 2600 gram



Panjang badan

: 48

cm



Lingkar kepala

: 33

cm



Lingkar dada

: 32

cm

Keadaan umum

: Baik

Tanda-tanda vital o

a.

Suhu

: 37

C

b.

Denyut jantung bayi

: 138 x/menit

c.

Pernapasan

: 48

x/menit

Pemeriksaan fisik 1.

Kulit

: Berwarna kemerahan, tidak terdapat ruam, bercak atau tanda lahir.

2.

Kepala

: Tidak ada caput succedaneum, dan cepal hematoma, tidak ada molase.

3.

Wajah

: Simetris, reflek glabela positif.

4.

Mata

: Simetris, sejajar dengan telinga, sklera putih konjungtiva merah muda, reflek labirin positif.

5.

Telinga

: Simetris, terdapat lubang dan tidak terdapat serumen.

6.

Mulut

: Tidak terdapat labioskizis,

140

palatoskizis, labiopalatoskizis. Reflek rooting, sucking, dan swallowing positif. 7.

Leher

: Tidak ada kelainan dan tidak ada pembesaran kelenjar.

8.

Bahu-lengan

: Simetris, tidak terdapat fraktur.

9.

Dada

: Tidak ada retraksi dinding dada.

10. Paru-paru

: Tidak terdapat bunyi wheezing

11. Jantung

: Tidak terdapat bunyi murmur dan gallop.

12. Abdomen

: Tidak ada pembesaran, tidak ada kelainan.

13. Umbilikus

: Tidak ada perdarahan dan infeksi

14. Genetalia

: Normal, penis berlubang dibagian ujung dan testis sudah turun.

15. Anus

: Terdapat lubang anus.

16. Punggung

: Tidak ada pembengkakan dan cekungan

17. Ekstremitas

: Reflek moro positif.

a. Atas

: Tidak terdapat polidaktili dan sindaktili, reflek palmar grasping positif.

b. Bawah

: Tidak terdapat polidaktili dan sindaktili, reflek plantar grasping dan walking positif

18. Eliminasi

141

a. BAB

: Belum

b. BAK

: Belum

Analisa Neonatus cukup bulan – sesuai usia kehamilan usia 1 jam Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa keadaan bayi saat ini dalam keadaan sehat. Ibu dan keluarga telah mengetahui keadaan bayinya. 2. Membersihkan dan mengganti kain yang sudah kotor dengan kain yang kering dan bersih. Telah dilakukan 3. Memberikan injeksi Neo-K 2 mg/mL sebanyak 0,5 mL untuk mencegah terjadinya perdarahan intrakranial pada bayi baru lahir. Vitamin K telah diberikan. 4. Memberikan salep mata chlorampenicol untuk mencegah infeksi pada mata. Salep mata telah diberikan. 5. Melakukan perawatan tali pusat, menjaga kebersihannya dan menjaga agar tali pusat tetap dalam kondisi kering. Perawatan tali pusat telah dilakukan. 6. Memindahkan bayi ke ruang perawatan bayi pukul 18.30 WIB. Bayi sudah dipindahkan ke ruang perawatan bayi oleh perawat.

142

143

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 6 HARI Tanggal 26 April 2017 jam 15.00 WIB Data Subjektif Ibu mengatakan bayinya sehat, aktif dan sudah mampu menghisap puting susu dengan kuat. Bayi menyusu lebih dari 8 kali dalam sehari. BAB tiga sampai empat kali dalam sehari, sekarang warnanya kekuningan. BAK lima sampai enam kali dalam sehari, berwarna jernih. Bayi belum diberikan imunisasi yang pertama yaitu Hb0. Data Objektif Keadaan umum

: Baik

Tanda-tanda vital 1.

Pernapasan

: 43

x/menit

2.

Denyut jantung

: 138 x/menit

3.

Suhu

: 36,8

o

C

Antropometri

1. Berat badan

: 2500 gram.

2. Panjang Badan

: 48 cm

Pemeriksaan Fisik

144

1. Mata

: Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda,

tidak ada nanah dan tidak infeksi.

2. Kulit 3. Tali pusat

: Kulit kemerahan, tidak ada pustul. : Belum puput, bersih dan kering serta tidak ada

tanda-tanda infeksi seperti kemerahan.

Analisa Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan umur 6 hari. Penatalaksaan

1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa bayi dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan mengetahui keadaan bayinya. 2. Memberikan imunisasi pertama pada bayi yaitu imunisasi Hb0. Imunisasi Hb0 sudah dilakukan oleh Agus Diah Eka Lestari. 3. Memotivasi ibu agar tetap memberikan ASI saja kepada bayi, tidak memberikan makanan atau minuman tambahan. Ibu mengerti dan akan memberikan ASI Ekslusif. 4. Memberitahu tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi tidak mau menyusu, kejang, lemah, sesak nafas, merintih, menangis terus-menerus, tali pusat 145

kemerahan sampai dinding perut disertakan berbau dan bernanah, demam, mata bernanah, diare, kulit dan mata kuning, tinja berwarna pucat. Jika ditemukan satu atau lebih tanda tersebut, bayi segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Ibu mengerti dan akan segera ke fasilitas kesehatan jika terdapat tanda bahaya bayi baru lahir. 5. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi, bersih dan kering. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya. 6. Mengingatkan ibu agar selalu menjaga tali pusat bayi tetap kering. Ibu mengerti. 7. Mengajarkan ibu dan keluarga cara mencuci tangan yang benar, dilakukan setelah BAK dan BAB, sebelum makan, sebelum memegang bayi, sebelum menyusui, sebelum menyiapkan makanan dan minuman bagi anak, sebelum memberikan makan dan minum pada anak. Ibu dan keluarga dapat melakukannya dengan baik. 8. Merencanakan untuk pemberian imunisasi yang kedua yaitu BCG dan Polio 1 pada tanggal 3 Juni 2017. Ibu mengerti dan akan datang sesuai jadwal. 9. Merencanakan jadwal kunjungan neonatus ketiga yaitu pada tanggal 4 Mei 2017. Ibu bersedia.

146

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 19 HARI Tanggal 9 Mei 2017 jam 13.00 WIB Data Subjektif Ibu mengatakan bayinya sehat dan aktif. Bayi menyusu lebih dari 8 kali dalam sehari. BAB tiga sampai empat kali dalam sehari, sekarang warnanya kekuningan. BAK lima sampai enam kali dalam sehari, berwarna jernih. Ibu dapat mengulang kembali beberapa tanda bahaya bayi baru lahir dan tidak terdapat tanda bahaya tersebut pada bayinya, serta cara mencuci tangan yang benar dan kapan saja harus mencuci tangan.

147

Ibu menjemur bayinya setiap pagi selama setengah jam dengan cara bayi ditenjangi dan dijemur langsung terkena matahari. Data Objektif Keadaan umum

: Baik

Tanda-tanda vital 1.

Pernapasan

: 48

x/menit

2.

Denyut jantung

: 142 x/menit

3.

Suhu

: 36,7

o

C

Antropometri

1. Berat badan

: 2900 gram

2. Panjang badan

: 49 cm

Pemeriksaan Fisik

1. Mata

: Tidak ada nanah dan tidak infeksi.

2. Kulit

: Kulit kemerahan, tidak ada pustul.

3. Abdomen

: Tidak ada pembengkakan, tali pusat sudah puput sejak

tanggal 27 Mei 2017

148

Analisa Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan umur 19 hari. Penatalaksaan

1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa bayi dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan senang dengan keadaan bayinya. 2. Memberitahu ibu mengenai cara menjemur bayi dengan tepat yaitu sebaiknya bayi dipakaikan baju, topi, dan tabir surya pada kulit yang terpapar selama menjemur bayinya, meminimalisasi paparan cahaya matahari, serta hindari paparan sinar matahari pada pukul 10.00-16.00 Ibu mengerti dan akan menjemur bayi dengan tepat. 3. Memberikan pujian kepada ibu karena hanya memberikan ASI saja hingga hari ini. Serta menganjurkan kepada ibu agar tetap memberikan ASI saja kepada bayi selama enam bulan, tanpa makanan atau minuman tambahan. Serta memberikan ASI setiap satu atau dua jam sekali. Ibu mengerti dan bersedia untuk hanya memberikan ASI saja kepada bayinya. 4. Memberi pujian kepada ibu dan keluarga karena dapat melakukan mencuci tangan yang benar. Ibu dan keluarga akan menerapkannya untuk sehari-hari. 5. Mengingatkan ibu tanggal 3 Juni 2017 jadwal bayi imunisasi BCG dan Polio 1 serta tidak lupa untuk membawa buku KIA. Ibu mengerti dan akan membawa bayi ke klinik Bidan Oom Markonah untuk imunisasi dan membawa buku KIA.

149

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR UMUR 44 hari Tanggal 3 Juni 2017 jam 16.00 WIB Data Subjektif Ibu mengatakan bayinya sehat dan aktif. Bayi menyusu lebih dari 8 kali dalam sehari. BAB tiga sampai empat kali dalam sehari, sekarang warnanya kekuningan. BAK lima sampai enam kali dalam sehari, berwarna jernih. Ibu menjemur bayinya setiap pagi di bawah jam 09.00 selama + 20 menit dengan cara bayi tetap menggunakan pakaian dan topi dan menjemurnya di teras rumah serta tidak terkena paparan sinar matahari langsung. Bayi sudah diberikan imunisasi yang kedua yaitu BCG dan Polio 1 di BPM Bd.Hj.Oom Markonah tadi pagi. Saat ini tidak ada keluhan pada bayi. Data Objektif Keadaan umum

: Baik

Tanda-tanda vital

1. Pernapasan

: 43

x/menit

2. Denyut jantung

: 138 x/menit

3. Suhu

: 36,6

o

C

Antropometri

150

1. Berat badan

: 4200 gram

2. Panjang badan

: 52 cm

Pemeriksaan Fisik

1. Mata

:

Tidak

ada

nanah dan tidak infeksi. 2. Kulit

:

Kulit

kemerahan, tidak ada pustul. 3. Abdomen

:

Tidak

ada

pembengkakan

Analisa Neonatus cukup bulan sesuai usia kehamilan umur 44 hari. Penatalaksaan

1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa bayi dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan senang dengan keadaan bayinya. 2. Memberikan pujian kepada ibu karena sudah benar dan tepat dalam menjemur bayinya. Ibu mengerti dan akan rajin menjemur bayinya setiap pagi. 3. Memberi pujian kepada ibu dan keluarga karena dapat melakukan mencuci tangan yang benar. Ibu dan keluarga akan menerapkannya untuk sehari-hari. 151

4. Mengingatkan ibu kembali mengenai tanda bahaya pada bayi, jika ditemukan satu atau lebih tanda tersebut, bayi segera dibawa ke fasilitas kesehatan. Ibu mengerti dan akan segera ke fasilitas kesehatan jika terdapat tanda bahaya bayi baru lahir. 5. Mengingatkan kembali kepada ibu dan keluarga cara mencuci tangan yang benar. Ibu dan keluarga dapat melakukannya dengan baik.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 JAM Tanggal 20 April 2017 jam 23.10 WIB Data Subjektif Ibu merasa senang dan lega dengan kelahiran bayinya, merasakan nyeri pada bekas luka operasi dan ASI nya belum keluar. Namun ibu belum BAB. Ibu hanya dapat menggerakkan tangan dan kaki, belum bisa memiringkan badan ke kiri dan kanan. Ibu masih merasa sedikit mulas dan dapat mempraktikkan teknik massase uterus yang sudah diajarkan. Pengeluaran darah tidak banyak dan masih dalam batas normal. Data Objektif

152

Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Keadaan emosional

: Stabil

Tanda-tanda vital 1.

Tekanan darah

: 120/80

mmHg

2.

Nadi

: 80

x/menit

3.

Pernapasan

: 20

x/menit

4.

Suhu

: 36,5

o

C

Pemeriksaan fisik 1.

Mata

: Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak pucat.

2.

Payudara

: Tidak terdapat pembengkakan, puting susu menonjol dan belum ada pengeluaran ASI.

3.

4.

5.

Abdomen 

TFU

: 2 jari dibawah pusat



Kontraksi uterus

: Baik, teraba keras



Kandung kemih

: Kosong



Luka operasi

: Tertutup perban

Pengeluaran 

Perdarahan



Warna : Merah (Lochea Rubra)

Genetalia

: Normal, ±50 cc

: tidak terdapat oedema, tidak

153

ada tanda-tanda infeksi, terpasang Dower Catheter. 6.

Ekstremitas

: Tidak ada oedema, varises dan homan sign negatif.

Analisa Diagnosa kebidanan Ibu

: P3A0 post SC 6 jam

Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu dan keluarga berdasarkan hasil pemeriksaan, ibu dalam keadaan baik. Ibu dan keluarga mengerti. 2. Mengevaluasi ibu mengenai menilai kontraksi uterus yang baik dan teknik massase uterus yang benar. Ibu masih ingat dan dapat mempraktikkan dengan baik. 3. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu akan beristirahat dengan baik. 4. Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi dini di 6-10 jam pertama setelah operasi yaitu ibu harus tirah baring dan hanya menggerakkan lengan, tangan, ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, meregangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki serta diharuskan untuk miring kanan dan kiri untuk mencegah thrombosis dan thromboemboli, peningkatan suhu tubuh, involusi yang tidak baik, peningkatan intensitas nyeri dan infeksi. Ibu mengerti dan baru dapat menggerakkan tangan dan kaki.

154

5. Menganjurkan untuk tetap menyusui bayinya walaupun ASI belum keluar, karena hisapan bayi dapat merangsang keluarnya ASI. 6. Memberitahu ibu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI yaitu rasa nyeri, status gizi, kecemasan, motivasi, perawatan payudara, dukungan suami atau keluarga, informasi tentang ASI, dan hisapan bayi. Ibu mengerti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI. 7. Mengevaluasi pengetahuan ibu mengenai ASI ekslusif dan memotivasi ibu untuk ASI ekslusif. Ibu mengerti mengenai ASI ekslusif dan antusias untuk ASI ekslusif. 8. Memberikan pendidikan kesehatan tentang personal hygiene terutama daerah genetalia yaitu mengajarkan kepada ibu cara mencebok yang benar dengan membersihkannya dari arah depan ke belakang dengan menggunakan air bersih, mengganti pembalut sesering mungkin, serta mengeringkan dengan tissue atau kain bersih. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya. 9. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas, yaitu pendarahan lewat jalan lahir keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan, kaki, atau sakit kepala dan kejang-kejang, demam, payudara bengkak, merah disertai rasa sakit, merasa sedih, murung, dan menangis tanpa sebab. Serta menganjurkan ibu agar mendatangi petugas kesehatan bila terdapat tandatanda masa nifas. Ibu dapat mengulangi beberapa tanda bahaya masa nifas dan akan datang memberitahu pelayanan kesehatan jika terdapat tanda bahaya masa nifas.

155

10. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap mengonsumsi obat dan vitamin yang telah diberikan dengan air mineral bukan dengan air teh ataupun susu. Ibu mengerti dan akan rutin mengonsumsi obat. 11. Merencakan kunjungan nifas kedua yaitu enam hari setelah persalinan. Ibu mengerti dan bersedia.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 6 HARI Tanggal 26 April 2017 jam 14.00 WIB Data Subjektif

156

Ibu masih terasa sedikit nyeri luka operasi. Ibu dapat mengulangi beberapa tanda bahaya nifas dan tidak terdapat tanda tersebut pada ibu, seperti pendarahan lewat jalan lahir keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan, kaki, atau sakit kepala dan kejang-kejang, demam, payudara bengkak, merah disertai rasa sakit, merasa sedih, murung, dan menangis tanpa sebab. Ibu memberikan ASI setiap satu jam sekali atau dua jam satu kali. Ibu merasa kurang tidur, karena harus terbangun di malam hari untuk menyusui. Pada siang hari ibu biasanya tidur satu jam, pada malam hari ibu tidur hanya empat sampai lima jam. Ibu makan teratur sebanyak tiga kali sehari dengan satu porsi nasi, lauk, sayuran, dan buah serta mengonsumsi. Minum air mineral dengan frekuensi 9-10 gelas dalam satu hari. BAB tidak teratur, frekuensi satu kali dalam sehari atau dua hari, warna kecoklatan, konsistensi sedikit keras, bau khas. BAK 5-6 kali sehari, warna kuning jernih, bau khas tidak ada keluhan. Pengeluaran pervaginam berupa darah berwarna kecoklatan, dan tidak ada keluhan pada pengeluaran pervaginam. Ibu melakukan personal hygiene yaitu mandi dengan cara diseka-seka menggunakan waslap sebanyak dua kali dalam sehari, keramas dua hari sekali, mengganti pembalut tiga kali sehari, serta mengganti celana dalam setiap ibu merasa tidak nyaman.

Data Objektif

157

Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Keadaan emosional

: Stabil

Tanda-tanda vital 1.

Tekanan darah

: 110/90

mmHg

2.

Nadi

: 82

x/menit

3.

Pernapasan

: 19

x/menit

4.

Suhu

: 36,0

o

C

Pemeriksaan fisik 1.

Mata

: Konjungtiva merah muda dan sklera putih.

2.

Payudara

: Simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan,

tidak ada benjolan, puting susu menonjol dan ada pengeluaran ASI.

3.

4.

Abdomen  Luka operasi

: tertutup oleh perban

 TFU

: Pertengahan pusat simpisis

 Kontraksi uterus

: Baik, teraba keras

 Kandung kemih

: Kosong

Genetalia

: Tidak ada tanda-tanda infeksi perdarahan normal,

158

warna kecoklatan (Lochea Sanguinolenta)

5.

Ekstremitas

: Tidak ada oedema, varises dan homan sign negatif.

Analisa Ibu P3A0 post SC 6 hari Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan, ibu dalam kondisi baik. Ibu mengerti dengan kondisinya. 2. Mengganti perban luka bekas operasi. Sudah dilakukan oleh Agus Diah Eka Lestari dan dibimbing oleh bidan Ika, luka jahit baik dan tidak ada tanda infeksi. 3. Menganjurkan ibu untuk tidak bekerja terlalu berat, melakukan body mechanic dengan baik, supaya tidak nyeri luka operasi, jika terasa nyeri dianjurkan untuk tirah baring sejenak. Ibu mengerti dan akan melakukannya. 4. Menganjurkan kepada ibu untuk makan-makanan yang mengandung serat seperti sayuran, buah-buahan, dan makanan yang mengandung protein untuk penyembuhan luka operasi. Ibu mengerti dan akan melakukannya. 5. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan air minum pada enam bulan pertama setelah melahirkan yaitu 14 gelas perhari. Ibu akan menambah porsi minumnya.

159

6. Memberitahu ibu untuk dapat beristirahat dengan baik, jika bayi tidur maka ibu ikut tidur, sehingga pola jam tidur ibu tidak berkurang atau terganggu. Ibu mengerti dan akan melakukannya. 7. Memberitahu suami untuk dapat bekerjasama dengan istri, misalnya suami dapat mengganti popok atau menggendong bayi untuk disendawakan. Suami bersedia bekerjasama dengan istri. 8. Memastikan ibu melakukan posisi menyusui bayi yang baik dan perlekatan yang benar. Ibu sudah benar posisi menyusui bayi dan perlekatannya. 9. Merencakan kunjungan nifas ketiga yaitu dua minggu setelah persalinan. Ibu mengerti dan bersedia.

160

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 19 HARI Tanggal 9 Mei 2017 jam 12.30 WIB Data Subjektif Ibu kadang masih terasa nyeri luka operasi dan sudah mengurangi pekerjaan yang berat-berat, tidak terdapat pendarahan lewat jalan lahir keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan, kaki, atau sakit kepala dan kejangkejang, demam, payudara bengkak, merah disertai rasa sakit, merasa sedih, murung, dan menangis tanpa sebab. Ibu sudah tidak merasa kurang tidur lagi, karena ibu istirahat saat bayi tidur, Pada siang hari ibu tidur satu sampai dua jam, pada malam hari lima sampai tujuh jam. Ibu mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang tiga kali sehari dengan satu porsi nasi, sayuran, lauk pauk yang tinggi protein, dan buah. Minum sebanyak 1213 gelas perhari dengan air putih. BAB satu kali sehari, warna kuning kecoklatan,

161

konsistensi lembek, bau khas, tidak ada keluhan. BAK 7-8 kali sehari, warna kuning bening, bau khas tidak ada keluhan . Pengeluaran pervaginam berupa darah berwarna kekuningan, dan tidak ada keluhan pada pengeluaran pervaginam. Ibu melakukan personal hygiene yaitu mandi seperti biasa sebanyak dua kali dalam sehari, keramas dua hari sekali, mengganti pembalut tiga kali sehari, serta mengganti celana dalam setiap ibu merasa tidak nyaman. Data Objektif Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Keadaan emosional

: Stabil

Tanda-tanda vital 1.

Tekanan darah

: 110/90

mmHg

2.

Nadi

: 80

x/menit

3.

Pernapasan

: 20

x/menit

4.

Suhu

: 36,0

o

C

Pemeriksaan fisik 1.

Mata

: Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak pucat.

2.

Payudara

: Tidak terdapat pembengkakan, puting susu menonjol dan pengeluaran ASI matur.

3.

Abdomen 

Luka operasi

: tertutup perban

162

4.



TFU

: Tidak teraba



Kandung kemih

: Kosong

Genetalia

: Tidak oedema, tidak ada tandatanda infeksi, pengeluaran coklat kekuningan (Lochea Serosa)

5.

Ekstremitas

: Tidak ada oedema, varises dan homan sign negatif.

Analisa Ibu P3A0 post SC 19 hari

Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan, berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan merasa senang mendengar keadaannya. 2. Memberikan pujian kepada ibu karena memberikan ASI saja hingga saat ini dan tetap memotivasi kepada ibu agar terus memberikan ASI demi mendukung pemberian ASI Ekslusif. 3. Memberikan pujian kepada ibu karena masih mengingat tanda bahaya masa nifas yang diberikan. Ibu masih mengingat tanda bahaya nifas dan tidak ditemukan tanda bahaya tersebut. 4. Memberitahu kepada ibu jenis-jenis kontrasepsi yang aman untuk ibu yang sedang menyusui. Ibu mengatakan ingin alat kontrasepsi jenis implant,

163

dikarenakan ibu ingin kontrasepsi jangka panjang, tetapi belum berdiskusi dengan suami. 5. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap mengonsumsi makanan yang bergizi, tinggi protein, dan banyak minum air mineral. Guna penyembuhan luka jahitan dan kondisi fisik ibu. Ibu mengatakan akan melakukan anjuran yang telah diberikan demi pemulihan luka jahitan. 6. Merencakan kunjungan nifas keempat, kunjungan nifas keempat yaitu 6 minggu setelah persalinan. Ibu mengerti dan bersedia.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS 44 HARI Tanggal 3 Juni 2017 jam 16.00 WIB Data Subjektif Ibu masih terasa nyeri luka operasi jika sedang lelah, tidak terdapat pendarahan lewat jalan lahir keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah, tangan, kaki, atau sakit kepala dan kejang-kejang, demam, payudara

164

bengkak, merah disertai rasa sakit, merasa sedih, murung, dan menangis tanpa sebab. Ibu mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang tiga kali sehari dengan satu porsi nasi, sayuran, lauk pauk yang tinggi protein, dan buah. Minum sebanyak 1113 gelas perhari dengan air putih. BAB satu kali sehari, warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek, bau khas, tidak ada keluhan. BAK 7-8 kali sehari, warna kuning bening, bau khas tidak ada keluhan . Pengeluaran pervaginam berupa cairan berwarna putih, dan tidak ada keluhan pada pengeluaran pervaginam. Ibu melakukan personal hygiene yaitu mandi seperti biasa sebanyak dua kali dalam sehari, keramas dua hari sekali, sudah tidak menggunakan pembalut karena keluar cairannya sedikit dan jarang, serta mengganti celana dalam jika terasa lembab dan setiap ibu merasa tidak nyaman. Ibu berencana ingin menggunakan kontrasepi jenis implant karena ibu ingin kontrasepsi jangka panjang dan tidak mempengaruhi produksi ASI, sudah berdiskusi dengan suami dan suami menyetujui. Data Objektif Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Keadaan emosional

: Stabil

Tanda-tanda vital

1. Tekanan darah

: 120/80

mmHg

165

2. Nadi

: 78

x/menit

3. Pernapasan

: 20

x/menit

4. Suhu

: 36,2

o

C

Pemeriksaan fisik

1. Mata

: Konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak pucat.

2. Payudara

: Tidak terdapat pembengkakan, puting susu

menonjol dan terdapat pengeluaran ASI.

3. Abdomen 

Luka operasi

: Tidak ditutup perban, luka sudah kering dan tidak

ada tanda infeksi



TFU

: Tidak teraba

4. Kandung kemih : Kosong

5. Genetalia

: Tidak oedema, tidak ada tanda- tanda infeksi,

166

tidak ada pengeluaran.

6. Ekstremitas

: Tidak ada oedema, varises dan homan sign negatif.

Analisa Ibu P3A0 post SC 44 hari

Penatalaksanaan

1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan, berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu dalam keadaan baik. Ibu mengerti dan merasa senang mendengar keadaannya. 2. Menganjurkan ibu untuk tidak bekerja terlalu berat, melakukan body mechanic dengan baik, supaya tidak nyeri luka operasi, jika terasa nyeri dianjurkan untuk tirah baring sejenak. Ibu mengerti dan akan melakukannya. 3. Memberikan pujian kepada ibu karena memberikan ASI saja hingga saat ini dan tetap memotivasi kepada ibu agar terus memberikan ASI demi mendukung pemberian ASI Ekslusif. 4. Merencanakan pemasangan kontraspesi jenis implant. Ibu akan memasang kontrasepsi jenis implant di BPM Bd.Hj.Oom Markonah setelah menstruasi. 5. Menganjurkan kepada ibu untuk tetap makan dengan pola gizi seimbang dan bervariasi, tinggi protein, serta banyak minum air mineral guna penyembuhan 167

luka jahitan dan kondisi fisik ibu. Ibu mengatakan akan melakukan anjuran yang telah diberikan demi pemulihan luka jahitan dan kondisi fisik.

BAB IV PEMBAHASAN

Kehamilan Anamnesa pertama kali dilakukan penulis dilakukan pada tanggal 20 Maret di BPM Bd.Hj. Markonah Cakung yang didampingi oleh Bd.Ika, klien menyatakan bahwa usianya sekarang 33 tahun. Usia ini merupakan usia yang baik untuk bereproduksi. Ibu yang melahirkan pada usia diatas 40 tahun, memiliki penyakit yang beresiko, misalnya kelainan bawaan dan penyulit pada waktu persalinan yang disebabkan oleh otot Rahim kurang baik untuk menerima kehamilan. Proses reproduksi sebaiknya berlangsung pada ibu berumur antara 20

168

hingga 34 tahun karena jarang terjadi penyulit kehamilan dan persalinan (Prawirohardjo, 2014). Pada teori dinyatakan bahwa pemeriksaan yang lengkap adalah K1, K2, K3 dan K4. K merupakan singkatan dari kunjungan. Hal ini berarti minimal dilakukan satu kali kunjungan antenatal pada trimester pertama, satu kali kunjungan pada trimester kedua dan dua kali kunjungan antenatal pada trimester ke tiga. (Manuaba, 2013). Sesuai dengan teori tersebut, Ny.S dilakukan pemeriksaan antenatal 8 kali yaitu 1 kali pada trimester I, 2 kali pada trimester II, 5 kali pada trimester III. Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan memberikan kontribusi yang sangat penting bagi proses dan output persalinan. Berat badan Ny. S sebelum hamil adalah 44 kg dengan tinggi badan 145 cm. Berdasarkan hasil pengukuran terakhir berat badan Ny. S adalah 52 kg dan kenaikan berat badan selama kehamilan adalah 8 kg. Dari data yang didapatkan diatas dapat dihitung dengan rumus, IMT = Berat badan (kg)/Tinggi badan (m)2. IMT = 44 kg/(1,45)2 = 20,93 kg/m2. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa ibu dalam kondisi normal berdasarkan IMT. Namun kenaikan berat badan yaitu 8 kg, tidak sesuai dengan rentang total kenaikan yang dianjurkan yaitu 11,5 – 16 kg untuk kategori IMT normal (IMT 19,8 – 26) (Varney, 2004). Hal ini tidak diketahui secara pasti penyebab tersebut, karena memang di awal kehamilan ibu mengatakan tidak nafsu makan, tetapi saat kehamilan 12 minggu nafsu makan kembali meningkat.

169

Pada pemeriksaan tekanan darah selama kunjungan antenatal yaitu 120/80 mmHg, tidak ditemukannya tekanan darah melebihi batas normal pada Ny.S. Mengukur tekanan darah pada ibu hamil guna mendeteksi adanya faktor risiko berupa hipertensi dalam kehamilan. Tekanan darah normal 120/80mmHg. Bila tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90mmHg, ada faktor risiko hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam kehamilan (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Pada pemeriksaan Lila (lingkar lengan atas) guna penilaian status gizi didapatkan Lila ibu adalah 26 cm. Ambang batas LILA wanita usia subur dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Bila < 23,5cm menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis (Ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Sehingga hasil tersebut menunjukkan bahwa ibu tidak termasuk ke dalam klasifikasi KEK (kekurangan energi kronis). Pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemeriksaan palpasi abdomen yang mencangkup manuver leopold untuk mendeteksi keadaan letak janin. TFU Ny.S pada usia kehamilan 34 minggu adalah 29 cm, usia kehamilan 35 minggu 30 cm, usia kehamilan 37 minggu 29 cm, usia kehamilan 38 minggu adalah 29 cm. Sesuai dengan teori Manuaba (2013) panjang fundus uteri pada usia kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, usia kehamilan 32 minggu adalah 27 cm, dan usia kehamilan 36 minggu panjangnya 30 cm. Selama kehamilan TFU Ny.S mengalami peningkatan sehingga keadaan dan letak janin dalam keadaan baik.

170

Hal tersebut juga didukung oleh pemeriksaan USG pada kunjungan antenatal keempat, bahwa janin dalam keadaan baik, hanya saja terdapat lilitan talipusat. Dari pengukuran tinggi fundus uteri dapat menghitung taksiran berat janin dengan menggunakan rumus Johson-Tausack = (mD-N)x155 (Salmah, 2006). Taksiran berat janin yang didapatkan saat usia kehamilan 38 minggu dan sudah masuk pintu atas panggu, dengan tinggi fundus uteri 29 cm adalah 2635 gram. Keadaan ini masih dalam batas normal sesuai dengan teori yang menyatakan berat badan bayi lahir normal adalah 2500 gram – 4000 gram (Prawirohardjo, 2014). Pemeriksaan auskultasi dilakukan untuk mengetahui denyut jantung janin. Selama pemeriksaan kehamilan denyut jantung janin dalam kondisi normal. Pada kunjungan pertama didapatkan 138 x/menit, kunjungan kedua 146 x/menit, kunjungan ketiga 142 x/menit dan kunjungan keempat yaitu 140 x/menit. Hasil pemeriksaan ini masih sesuai dengan teori yang menyatakan denyut jantung janin normal ialah 120-160 x/menit (Kementrian Kesehatan RI, 2016). Ny.S melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 29 Maret 2017 di Laboratorium RS Firdaus Sukapura. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb ibu sebesar 11,9 gr/dl. Dari hasil pemeriksaan Hb klien, klien dapat dikatakan tidak mengalami anemia. Karena batasan anemia pada ibu hamil yaitu memiliki Hb < 11 gr/dl pada trimester ke III (Kilpatrick, 2010). Selain pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan USG juga dilakukan oleh Ny.S pada tanggal 19 April 2017. Pemeriksaan USG didaptkan hasil bahwa usia

171

kehamilan 39 minggu, jenis kelamin laki-laki, TBJ 2800 gram, ICA cukup, terdapat lilitan tali pusat. Sebenarnya tidak ada keuntungan melakukan USG secara rutin, dianjurkan melakukan USG pada awal kehamilan sebagai penegakan diagnosa pasti, yaitu pada usia lebih dari 6 minggu. Pemeriksaan yang kedua yaitu pada usia 16-24 minggu untuk mendeteksi gangguan pada pertumbuhan janin dan diatas 32 minggu sebagai deteksi kelainan letak plasenta, posisi janin, dan perkembangan janin (Husin, 2013). Keluhan Ny.S selama hamil yang berhubungan dengan perubahan fisiologis yaitu nyeri pinggang, sering berkemih, dan Braxton Hicks, hal ini merupakan hal yang fisiologis pada kehamilan trimester ke III. Sering berkemih dikeluhan sebanyak 60% oleh ibu selama kehamilan akibat dari meningatnya laju Filtrasi Glomerolus. Keluhan sering berkemih karena tertekannya kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar dan menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi berkemih meningkat (Sandhu, dkk, 2009). Rasa nyeri pada bagian punggung ibu dialami oleh 20%-25% ibu hamil, keluhan ini dimulai pada usia 24 minggu sampai menjelang persalinan (James et al, 2006). Pada akhir kehamilan, Braxton Hicks dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan menjadi peyebab persalinan palsu. Salah satu dampak klinis yang baru-baru ini dibuktikan adalah bahwa 75% wanita dengan 12 atau lebih kontraksi per jam didiagnosis memasuki persalinan aktif dalam 24 jam (Peter, dkk., 2007). Penulis memberikan pendidikan kesehatan mengenai tanda-tanda bahaya pada kehamilan seperti perdarahan dari jalan lahir, gerakan janin tidak terasa,

172

nyeri perut hebat, demam, sakit kepala, pandangan berkunang-kunang, bengkak dibagian wajah dan tangan, nyeri ulu hati (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Selama kehamilan tidak ditemukan adanya tanda-tanda bahaya kehamilan pada ibu. Sesuai dengan program Kementrian Kesehatan (2016) mengenai Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Ny.S berencana ingin melahirkan di BPM Bd.Oom Markonah didampingi oleh suami, menggunakan kendaraan motor untuk menuju BPM, dan biaya ditanggung oleh Ny.S dan Tn.A. Selain P4K, program Kementrian Kesehatan yang termasuk ke dalam 10 T yaitu perencanaan KB, setelah klien dijelaskan mengenai jenis-jenis KB klien memilih untuk menggunakan konrasepsi jenin implan setelah masa nifasnya selesai. Hal tersebut dikarenakan klien ingin menunda kehamilan selanjutnya.

Persalinan Pada tanggal 20 April 2017, pukul 07.00 WIB Ny. S datang ke BPM Bd.Hj Oom Markonah ditemani oleh suami. Klien mengatakan mules-mules sejak pukul 02.00 WIB. Pada pemeriksaan dalam, didapatkan ibu sudah masuk kala I fase laten yaitu pembukaan 3. Sesuai dengan teori bahwa persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

173

Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Depkes RI, 2008). Pada kala 1 fase laten, penulis melakukan beberapa asuhan kebidanan seperti menganjurkan ibu untuk didampingi oleh pendamping persalinan dan ibu memilih untuk didampingi oleh suami, membimbing Ny.S melakukan teknik relaksasi, dan membimbing suami untuk melakukan pijatan ringan kepada ibu. Sesuai dengan penelitian bahwa pendamping persalinan memiliki pengaruh yang cukup dominan terhadap keberhasilan persalinan yang aman, sangat kecil kemungkinan gangguan emosional dan fisiknya, komplikasi pada bayi yang akan dilahirkan, serta akan memudahkan persalinan (Elisa dkk, 2013). Teknik relaksasi nafas dalam (Kusyanti dan Astuti, 2012) dan Terapi pijat (Noviyanti dkk, 2016) dapat mengurangi tingkat nyeri persalinan. Namun, Tn.A tidak sepenuhnya mendampingi Ny.S, sehingga Ny.S kurang mendapatkan pendampingan dari suami. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar tetap memiliki tenaga yang akan digunakan saat ibu memasuki kala II. Serta mempersilahkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB demi lancarnya proses kala 1 fase laten. Asuhan kebidanan yang penulis lakukan sesuai dengan asuhan kebidanan kala I yang dianjurkan (Prawirohardjo, 2014). Pukul 15.00 WIB Ny.S mengatakan merasa sangat mulas yang semakin sering

dan

terasa

lemas.

Berdasarkan

pemantauan

persalinan

dengan

menggunakan partograf yang dilakukan oleh penulis, partograf telah melewati

174

garis waspada dengan pembukaan 6, kontraksi 3 kali dalam 10 menit dengan lama kontraksi 35 detik. Hal tersebut tidak sesuai dengan fisiologis persalinan yaitu Dari pembukaan 4 hingga mencapai pembukaan 10 cm, sekitar 6 jam (WHO, 2013). Hal tersebut berarti pembukaan serviks pada fase aktif rata-rata adalah 1 cm perjam. Bila pembukaan sudah mencapai > 4 cm tetapi kualitas kontraksi masih kurang 3 kali dalam 10 menit atau lamanya kurang dari 40 detik, pikirkan diagnosa inertia uteri (Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2016). Lilitan tali pusat membahayakan ketika memasuki proses persalinan dan terjadi kontraksi rahim (mules) dan kepala janin turun memasuki saluran persalinan. Lilitan tali pusat bisa menjadi semakin erat dan menyebabkan penurunan utero-placenter, juga menyebabkan penekanan / kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke bayi menjadi hipoksia dan ibu akan mengalami partus lama (Prawirohardjo, 2014). Oleh karena itu Ny.S dirujuk ke Rumah Sakit Kartika Pulomas untuk penanganan lebih lanjut dengan diagnosa Ny.S G3P2A0 hamil 38 minggu inpartu kala I fase aktif dengan lilitan tali pusat. Ny.S memasuki ruang operasi dari IGD tanggal 20 April 2017 pukil 16.20 WIB. Asuhan pre operasi yang dilakukan pada Ny.S yaitu konsultasi dengan dokter, informed choice dan informed consent, pemeriksaan laboratorium, pramedikassi pre op, pemasangan douwer cateter, pelepasan semua prosthesis dan mengecek kembali kondisi fisik keseluruhan pasien dan riwayat kesehatan. Pramedikasi dapat diresepkan dalam berbagai bentuk sesuai kebutuhan, misalnya

175

relaksan, antiemetik, analgesik dll. Tugas bidan adalah memberikan medikasi kepada klien sesuai petunjuk/resep (Saifudin, 2010).

Bayi Baru Lahir (BBL) Setelah bayi Ny. S lahir, langsung dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) bersama ibu dengan meletakkan bayi diatas ibu dengan posisi telungkup tanpa menggunakan baju agar terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi, bayi diselimuti badan dan ujung kaki bayi sebagai upaya pencegahan kehilangan panas, selama satu jam pertama dan IMD telah berhasil terbukti dengan bayi tampak mencari puting susu ibu (Depkes, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fikawati (2003), Inisiasi Menyusu Dini akan menentukan kesuksesan menyusui selanjutnya, karena ibu yang memberikan ASI dalam satu jam pertama setelah melahirkan mempunyai peluang 2-8 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif. Kontak awal ini merupakan periode sensitif, sehingga apabila terlambat, perkembangan anak dan keberhasilan menyusui akan terganggu. Pada kunjungan neonatus pertama, penulis melakukan kunjungan 1 jam. Setelah dilakukannya IMD selama 1 jam, selanjutnya penulis melakukan antropometri dan pemeriksaan fisik secara lengkap terhadap bayi baru lahir. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap bayi Ny. S didapatkan bahwa berat badan bayi Ny. S sebesar 2600 gram, hal tersebut menunjukkan bahwa berat badan bayi Ny. S termasuk normal. Sesuai dengan ciri-ciri bayi baru lahir normal menurut Pawirohardjo (2014) bahwa berat badan bayi baru lahir normal ialah

176

berkisar dari 2500 gram – 4000 gram. Panjang badan bayi Ny. S ialah 48 cm, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Vivian Nanny (2010) bahwa panjang badan bayi baru lahir normal ialah 48 cm – 52 cm. Selain berat badan dan panjang badan, pemeriksaan antropometri lain yang diperiksa adalah lingkar kepala dan lingkar dada, dari pemeriksaan dihasilkan bayi Ny. S memiliki lingkar kepala 33 cm dan lingkar dada 32 cm, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa bayi Ny. S termasuk normal dikarenakan menurut teori bahwa lingkar kepala dan lingkar dada bayi baru lahir normal ialah 33-35 cm, dan 30 -38 cm (Nanny, 2010). Selain pemeriksaan antropometri, penulis juga melakukan pemeriksaan fisik pada bayi Ny. S berdasarkan pemeriksaan didapatkan hasil bahwa bayi Ny. S dalam keadaan normal, hal ini sesuai dengan teori bahwa bunyi jantung normal 120-160 x/menit, pernapasan pada menit pertama sekitar 40-60 kali/menit, kulit kemerah-merahan, licin dan diliputi verniks caseosa, rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku telah agak panjang dan lemas, pada alat genetalia testis sudah turun dan berbagai refleks telah terlihat baik (Mitayani, 2010). Bayi Ny. S diberikan salep mata chlorampenicole 1% pada kedua konjungtiva mata, yang berguna untuk mencegah penularan infeksi dari ibu ke bayi. Sesuai dengan teori, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata. Pemberian obat mata eritromosin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penularan infeksi (Kementrian Kesehatan, 2014). Penulis juga memberikan vitamin K setelah 1 jam persalinan pada 1/3 paha luar kiri. Menurut

177

teori, semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K untuk mcegah perdarahan pada otak akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL (Depkes, 2008). Penulis juga melakukan perawatan tali pusat seperti menjaga tali pusat dalam kondisi kering dan bersih, hal ini sesuai dengan asuhan kebidanan yang diberikan pada bayi baru lahir (IDAI, 2016). Pada kunjungan neonatus kedua yaitu pada usia 6 hari (26 April 2017). Pada kunjungan ini ibu datang ke BPM Bd.Oom Markonah mengatakan bahwa tali pusat bayi belum puput. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tali pusat biasanya lepas dalam satu minggu setelah lahir, beberapa kasus dapat lebih lambat hingga 10-14 setelah bayi lahir (IDAI, 2016). Pada pemeriksaan berat badan didapatkan hasil 2500 gram, hal tersebut menunjukkan terjadinya penurunan berat badan sebanyak 100 gram pada bayi Ny.S. Sesuai dengan teori berat badan bayi baru lahir yaitu ketika lahir, berat badan bayi mengandung banyak cairan tubuh yang akan hilang dalam beberapa hari. Sebagian besar bayi kehilangan 1/10 dari berat badannya selama lima hari pertama dan berat badan akan naik kembali dalam lima hari berikutnya. Pada hari kesepuluh, berat badan biasanya akan kembali ke berat lahir (IDAI, 2016). Bayi Ny. S juga diberikan imunisasi HB-0 yang pertama kali pada paha 1/3 paha kanan secara I.M dengan dosis 0,5 cc. Imunisasi HB-0 bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B pada bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Dalam

178

buku kesehatan Ibu dan Anak (2016) yang menyatakan bahwa pemberian imunisasi HB-0 adalah saat bayi berusia 0-7 hari. Pada kunjungan neonatus ketiga yaitu pada usia 19 hari (9 Mei 2017), penulis melakukan kunjungan rumah. Pada kunjungan ini ibu mengatakan bahwa tali pusat bayi sudah puput pada hari ketujuh. Hal ini sesuai dengan teori bahwa tali pusat biasanya lepas dalam satu minggu setelah lahir (IDAI, 2016). Penulis memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir normal pada umumnya seperti memeriksa tanda-tanda vital bayi, pemeriksaan berat badan, mengamati tanda bahaya pada bayi, mengamati cara bayi menyusu, dan memberitahu cara menjemur bayi yang tepat. Pada pemeriksaan berat badan didapatkan hasil 2900 gram, hal tersebut menunjukkan terjadinya kenaikan berat badan sebanyak 400 gram pada bayi Ny.S. Sesuai dengan teori berat badan bayi baru lahir yaitu sebagian besar bayi kehilangan 1/10 dari berat badannya selama lima hari pertama dan berat badan akan naik kembali dalam lima hari berikutnya. Pada hari kesepuluh, berat badan biasanya akan kembali ke berat lahir (IDAI, 2016). Pada kunjungan neonatus keempat yaitu pada usia 44 hari (3 Juni 2017), penulis melakukan kunjungan rumah. Pada kunjungan ini ibu mengatakan bahwa bayi sudah diberikan imunisasi yang kedua yaitu BCG dan Polio 1 di BPM Bd.Oom Markona. Hal ini sesuai dengan teori bahwa jadwal pembeian imunisasi BCG dan Polio 1 pada usia bayi 1 bulan (Kemenkes RI, 2016).

Penulis

memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir normal pada

179

umumnya seperti memeriksa tanda-tanda vital bayi, pemeriksaan berat badan, mengamati tanda bahaya pada bayi, mengamati cara bayi menyusu, mengingatkan kembali mengenai tanda bahaya pada bayi dan mencuci tangan yang benar. Pada pemeriksaan berat badan didapatkan hasil 4200 gram, hal tersebut menunjukkan terjadinya kenaikan berat badan sebanyak 1300 gram pada bayi Ny.S. Sebagian besar bayi tumbuh dengan cepat setelah kembali ke berat lahir terutama selama masa pacu tumbuh pada hari ketujuh sampai kesepuluh dan antara minggu ketiga dan keenam. Rerata pertambahan berat badan adalah 20-30 gram per hari sehingga pada usia satu bulan berat badan mencapai 4 kilogram (IDAI, 2016). Selama penulis melakukan kunjungan baik kunjungan di Puskesmas Kecamatan Matraman pada KN 1 ataupun kunjungan rumah pada KN 2, KN 3, dan KN 4 tidak ditemukannya tanda bahaya bayi baru lahir seperti, sulit bernapas atau lebih dari 60 kali/menit, suhu terlalu tinggi (>38oC) atau terlalu dingin (< 36oC), kulit bayi kuning (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau memar, hisapan saat menyusui lemah, rewel, sering muntah, tali pusat memerah, bengkak, keluar cairan dan berdarah, tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan dan pernapasan sulit, tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam, tinja lembek/encer, berwarna hijau tua ada lendir atau darah, menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, dan menangis terusmenerus (Saifuddin, 2006).

180

Nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pascapersalinan (Jannah, 2011). Penulis melakukan kunjungan masa nifas pada 6 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu. Dengan tujuan memonitor masa nifas klien, dan mendeteksi apakah adanya gangguan yang dirasakan oleh klien pada masa nifas serta menginformasikan tentang KB. Sesuai dengan teori bahwa kunjungan masa nifas diperlukan

dengan

tujuan,

mendeteksi

adanya

perdarahan

masa

nifas,

melaksanakan skrining secara komprehensif, memberikan pendidikan kesehatan diri, memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara dan konseling mengenai KB (Siti Soleha, 2009). Sesuai dengan ketetapan Kementrian Kesehatan tahun 2016 bahwa kunjungan nifas dilakukan sebanyak minimal 4 kali, yaitu kunjunga nifas pertama pada usia 6 jam, kunjungan nifas kedua pada usia 6 hari, kunjungan nifas ke tiga pada usia 2 minggu dan kunjungan nifas keempat pada usia 6 minggu (Kementrian Kesehatan RI, 2016). Penulis telah melakukan empat kali pemeriksaan nifas, yaitu pada nifas usia 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu setelah persalinan. Penulis melakukan kunjungan nifas sebanyak empat kali sesuai dengan program yang ditetapkan oleh pemerintah.

181

Masa nifas Ny.S berlangsung normal, keadaan umum dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Proses involusi uteri pada Ny. S berlangsung normal pada 6 jam postpartum TFU setinggi 2 jari dibawah pusat, pada hari ke 6 post partum TFU teraba pertengahan pusat simpisis, pada hari ke 14 atau 2 minggu postpartum TFU sudah tidak teraba, dan pada 6 minggu post partum besar uterus sudah kembali ke bentuk semula. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Prawirohardjo (2014), bahwa:

Involusi

TFU

Berat Uterus

Bayi lahir

Sepusat

1000 gram

Plasenta lahir

2 jari dibawah pusat

750 gram

1 minggu

Pertengahan pusat simpisis 500 gram

2 minggu

Tak teraba

182

350 gram

Berukuran normal seperti 6 minggu

50 gram semula

Pada masa nifas ibu memiliki keluhan pada pola eliminasi, BAB yang tidak teratur dan konsistensi yang sedikit keras yang muncul pada hari ke 6 masa nifas sedikit membuat ibu terganggu. Penulis telah menyarankan untuk tetap mengonsumsi makanan yang dapat memperlancar proses eliminasi BAB, dan tetap memenuhi hidrasi agar tidak terjadi dehidrasi. BAB yang tidak teratur pada masa nifas nyatanya adalah hal yang wajar dikarenakan terdapat perubahan pada sistem pencernaan. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diet/makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau glyserin spuit atau diberikan obat yang lain (Saleha, 2009). Lokhea adalah secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina pada masa nifas (Prawirohardjo, 2014). Pada pengeluaran lokhea Ny.S berlangsung fisiologis

183

yaitu pada pemeriksaan nifas pertama yaitu 6 jam postpartum, pengeluaran lokhea pada Ny. S adalah lokhea rubra dengan warna kemerahan. Pada pemeriksaan nifas kedua yaitu 6 hari post partum, pengeluaran lokhea pada Ny.S adalah lokhea Sanguinolenta dengan warna merah kuning berisi darah dan lendir, pada pemeriksaan nifas ketiga yaitu 2 minggu postpartum, pengeluaran lokhea Ny.S adalah lokhea serosa dengan warna kuning kecokelatan, dan pada pemeriksaan nifas keempat yaitu 6 minggu post partum pengeluaran lokhea Ny.S adalah lokhea alba. Berdasarkan hasil pemantauan lokhea, dapat disimpulkan bahwa Ny.S memiliki pengeluaran lokhea yang fisiologis. Hal ini sesuai teori (Prawirohardjo, 2014). Proses adaptasi psikologi ibu berjalan dengan baik, pada nifas hari pertama ibu hanya mengalami periode taking in, yaitu Ny.S masih merasa mulas, nyerri pada luka operasi, kurang tidur, dan kelealahan. Berdasarkan teori, Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya (Ambarwati, 2008). Asuhan yang diberikan kepada ibu yaitu istirahat yang cukup dan komunikasi yang baik. Setelah melewati fase taking in, ibu akan menjalani fase taking hold yang berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan, dimana pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan bayinya (Ambarwati, 2008). Ny.S masih merasa canggung untuk mengurus

184

bayinya, terlebih ibu masih sedikit terasa nyeri luka operasi, terkadang Ny.S meminta bantuan orang tuanya untuk sekedar memandikan atau menjemur bayinya dibawah sinar matahari pagi. Penulis selalu memberikan dorongan semangat kepada Ny.S agar mampu mengurus bayinya secara efisien, selain mengurus bayi ibu juga harus merasa cukup dengan pola istirahatnya serta tidak lupa penulis mengingatkan untuk selalu menjaga personal hygiene, perawatan luka, penkes gizi, cara menyusui yang benar. Setelah berhasil melewati fase taking hold, ibu memasuki fase ketiga yaitu fase letting go. Dimana difase inilah ibu mulai menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi (Ambarwati, 2008). Ny.S selalu dibantu oleh suaminya dalam mengurus buah hatinya, misalnya dalam hal menggantikan popok, ataupun menggendong bayi untuk disendawakan. Selama masa nifas, proses laktasi berjalan dengan baik dan tidak terjadi pembengkakan pada payudara ibu. Segera setelah lahir, penulis menganjurkan agar ibu memberikan hanya ASI saja tanpa makanan atau minuman tambahan apapun. Penulis juga memberikan pujian kepada ibu karena hingga pada kunjungan nifas ke 44 hari ibu masih tetap memberikan ASI kepada bayinya dan

185

bertekad akan memberikan ASI Ekslusif hingga bayi berusia 6 bulan. Penulis juga memberikan penkes mengenai manfaat dari pemberian ASI, sesuai dengan teori yang dikemukakan, Air Susu Ibu (ASI) mempunyai sifat melindungi bayi terhadap infeksi seperti gastro enteritis, radang jalan pernafasan dan paru-paru, otitis media, karena air susu ibu mengandung lactoferrin, lysozyme dan immune globulin A (Prawirohardjo, 2014). Penulis juga memberikan konseling tentang penggunaan KB, memberitahu jenis-jenis KB serta manfaat dari penggunaan KB. Ny.S memutuskan ingin menggunakan kontrasepsi jenis implant setelah masa nifasnya usai, Ny.S memilih implant karena sesuai dengan perencanaan persalinan yang pernah di diskusikan oleh Ny.S dan suami. Berdasarkan teori, kunjungan 6 minggu setelah persalinan, asuhan yang diberikan adalah memberikan konseling KB secara dini (Kemenkes 2014).

186

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dalam melaksanakan studi kasus ini penulis telah memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada klien sejak masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, dan nifas. Asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.S umur 33 tahun G3P2A0 sejak usia kehamilan 34 minggu sampai nifas 6 minggu dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pengkajian data subjektif dan objektif yang bersumber langsung dari Ny.S telah dilakukan mulai tanggal 20 Maret 2017 yaitu ketika usia kehamilan klien memasuki 34 minggu 1 hari. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, ibu tidak mempunyai keluhan yang menjurus pada kegawatdaruratan. 2. Analisa masalah diagnosa kebidanan yaitu terdapat lilitan tali pusat pada usia kehamilan 38 minggu, hal tersebut didasarkan pada pemeriksaan USG. 3. Diagnosa potensial yang terjadi pada lilitan tali pusat adalah bayi menjadi hipoksia dan ibu akan mengalami partus lama, karena lilitan tali pusat dapat menjadi semakin erat dan menyebabkan penurunan utero-placenter,

187

juga menyebabkan penekanan / kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. 4. Tindakan segera pada Ny.S adalah merujuk. Bedasarkan pemeriksaan USG sebelumnya dan partograf melewati garis waspada, maka ibu di rujuk ke RS Kartika Pulomas untuk dilakukan sectio caesarea atas indikasi lilitan tali pusat. 5. Dari seluruh rangkaian asuhan yang diberikan penulis pada klien dapat dievaluasi bahwa ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang diberikan dari masa kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru lahir sehingga pengetahuan ibu dan keluarga semakin bertambah. 6. Dokumentasi asuhan kebidanan pada Ny. S sejak hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dalam bentuk laporan kasus studi kasus.

B. Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan - Meningkatkan pemberian materi dan studi laboratorium mengenai asuhan kebidanan baik pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas bagi mahasiswi kebidanan. - Meningkatkan kerjasama dengan pihak penyedia layanan kesehatan guna memberikan pembelajaran bagi mahasiswi kebidanan. 2. Bagi Mahasiswi

188

- Meningkatkan kualitas pengetahuan baik materi maupun praktik mengenai asuhan kebidanan baik untuk kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, maupun nifas, sehingga mampu memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir serta nifas. - Mampu melakukan pendokumentasian secara baik dan benar. 3. Bagi BPM - Meningkatkan kualitas asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir dan nifas. - Meningkatkan promosi kesehatan tentang peranan Puskesmas di masyarakat guna menurunkan AKI dan AKB. 4. Bagi Ny.S

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuannya tentang kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas.

5. Bagi Keluarga Ny. S

Diharapkan dapat memberikan dukungan terutama dukungan dari segi psikologi pada ibu dalam proses kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas agar proses yang dijalani ibu dapat berjalan dengan baik. Keluarga juga berperan

189

dalam membantu ibu mengambil keputusan yang berhubungan dengan kesehatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2008. Asuhan kebidanan (Nifas). Jogjakarta: Mitra Cendikia American Academy of Pediatrics, Council on Environmental Health and Section on Dermatology. 2011. Policy Statement - Ultraviolet Radiation: A Hazard to Children and Adolescents. Pediatrics. 127:588-97. BPJS. 2014. Sistem Rujukan Berjenjang. Diunduh pada 11 Juni 2017 pukul 16.45 WIB.

190

Celen S, Dover N, Seckin B, Goker U, Yenicesu O, Danisman N. 2012. Utility of First Trimester Ultrasonography before 11 Weeks of Gestation: A Retrospective Study. Obstetric and Gynocology. Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR. _________. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Dinkes RI. 2016. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Jakarta: Dinkes RI. ________. 2014. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014. Jakarta: Dinkes RI. Elisa, Primasnia P, Wagiyo. 2013. Hubungan Pendampingan Suami Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I Di Rumah Bersalin Kota Ungaran. Rosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah. Husin, Farid. 2014. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto. Jean I, Irion GL. 2011. Water Immersion to Reduce Peripheral Edema in Pregnancy. Journal of Women’s Health Physical Therapy. 35 (2):4. Kalish RB, Thaler HT, Chasen ST, Gupta M, Berman SJ, Rosenwaks Z, et al. 2004. First and Secon Trimester Ultrasound Assessment of Gestasional Age. Am J Obstet Hynecol. 191(3):975-8. Kemenkes RI. 2016. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency). ___________. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kemenkes RI. ___________. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kusyati, E. and Astuti, L.P., 2012. Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam

191

Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan Semarang Tahun 2012. Jurnal Kebidanan. 4(2). Manuaba, et.al. 2013. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC. Mitra S, Misra S, Nayak PK, Sahoo JP. 2012. Effect of Maternal Anthropometry and Metabolic Parameters of Fetal Growth. Indiana Journal of Endrokinology and Metabolism. 16(5):754-8. Lakhanpal S, Aggrarwal A, Kaur G. 2012. To Asses The Effect of Maternal BMI on Obstetrical Outcome. International Journal of Advancements in Research and Technology. 1(1):17. Ma’rifah, A.R., 2014. Efektifitas Tehnik Counter Pressure dan Endorphin Massage Terhadap Nyeri Persalinan Kala 1 pada Ibu Bersalin di RSUD Ajibarang. In Prosiding Seminar Nasional & Internasional. Noviyanti, N., Astuti, I. and Hamdah, N.M.N., 2016. Pengaruh Terapi Pijat terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Ibu Bersalin (Studi Kasus Di Kota Bandung). The Southeast Asian Journal of Midwifery, 2(1), pp.1-8. Oxon,H. et al. 2010. Ilmu Kebidanan ; Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogayakarta: Yayasan Essentia Medica. Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Primasnia, P., 2013. Hubungan Pendampingan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida dalam Menghadapi Proses Persalinan Kala I di Rumah Bersalin Wilayah Kota Ungaran. Karya Ilmiah S1 Ilmu Keperawatan. Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktik Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

192

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Salmah, Rusmiati. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC. Sudarti. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Sudin Kesehatan Jakarta Timur. 2014. Profil Kesehatan Jakarta Timur Tahun 2014. Jakarta: Sudin Kesehatan Jakarta Timur. Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta : Fitramaya. Tauriska, T.A. and Umamah, F., 2017. Hubungan antara Isapan Bayi dengan Produksi Asi Pada Ibu MenyusuidDi Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Journal of Health Sciences, 8(1). Varney,H., 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC. Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

193

lAMPIRAN

Gambar: Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Gambar: Surat Rujukan

Gambar: Hasil pemeriksaan CTG

Gambar : Identifikasi Bayi

Gambar: Kunjungan nifa dan BBL 19 hari

Related Documents

02pdf Picasso
November 2019 28

More Documents from ""

Kelas 9.docx
June 2020 13
Rpp 3.6
August 2019 34
Aritmatika.docx
December 2019 19
02.pdf
May 2020 13