02 Ulasan Mengenai Hubungan Fonologi Dengan Cabang Linguistik Lainnya.docx

ULASAN MENGENAI HUBUNGAN FONOLOGI DENGAN CABANG LINGUISTIK LAINNYA

Disusun Oleh : Ainul Fikri Saintiany

J1B018041

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU BUDAYA SASTRA INDONESIA PURWOKERTO 2019

Sebelum kita mengulas tentang hubungan atau kaitan fonologi dengan cabang linguistik lainnya, ada baiknya kita tahu sedikit tentang cabang ilmu linguistik atau ilmu tentang bahasa itu sendiri. Ilmu bahasa terdiri atas empat tataran bidang linguistik, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Keempat cabang ilmu tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bahasa yang masuk dalam struktur bahasa, dan bahasa yang tidak termasuk dalam struktur bahasa. Morfologi dan sintaksis termasuk dalam struktur bahasa, karena morfologi mempelajari seluk-beluk kata, sedangkan sintaksis mempelajari bagian yang lebih besar dari kata, yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Cabang yang tidak termasuk dalam struktur bahasa yaitu fonologi dan semantik. Fonologi yaitu cabang ilmu bahasa yang meneliti fonem atau bunyi-bunyi bahasa, sedangkan semantik merupakan ilmu yang mempelajari makna dalam suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Bahasa itu sendiri merupakan suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer dan dipakai oleh manusia untuk tujuan komunikasi. Fenomena tersebut menggabungkan dua dunia, yaitu dunia makna dan dunia bunyi. Dari situ kita bisa mengetahui peran penting dari fonologi, karena fonologi merupakan ilmu bahasa yang mengkaji tentang bunyi, baik yang diucapkan maupun yang masih ada dalam pikiran. Lalu apa hubungannya dengan semantik yang mengkaji tentang makna bahasa, juga sintaksis dan morfologi yang memiliki peran disetiap bagiannya? Dalam fonologi, salah satu obyek kajian yang digunakan yaitu fonetik. Istilah fonetik berasal dari bahasa Inggris phonetics artinya ‘ilmu yang mengkaji

bunyi-bunyi tanpa memperhatikan maknanya dalam membedakan arti’. Kajian fonetik itu sendiri dapat ditelaah tanpa mengikutsertakan kajian semantik. Dengan kata lain, kajian fonetik merupakan kajian bebas makna. Oleh karena itu, kita dapat melakukan kajian fonetik dalam suatu bahasa walaupun kita tidak mengerti maknanya. Hanya bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tindak komunikasi yang dikaji dalam fonetik, sementara bunyi di luar seperti bunyi batuk, helaan nafas, dan lain-lain bukan merupakan kajian fonetik. Sebaliknya, kajian fonologi tidak dapat dilepaskan dari kajian makna karena kajian ini berkaitan dengan fungsi-fungsi ujaran dalam menyampaikan pesan. Oleh karena itu, dalam mengkaji fonetik, kita harus memahami aspek semantik bahasa tersebut. Hal itu dapat menjadi penghubung antara fonologi itu sendiri dengan semantik. Hubungan tersebut juga sama berlakunya untuk cabang linguistik lain, yaitu morfologi dan sintaksis. Karena morfologi merupakan ilmu yang mempelajari seluk beluk dari bentuk dan makna perubahan kata, maka hal itu tidak dapat dilepaskan dari peran fonologi. Ketika beberapa kata memiliki perubahan makna, maka fonologi berperan untuk membedakan makna dari tiap bunyi kata tersebut. karena kata terbentuk dari kumpulan fonem yang memiliki makna. dan dari kumpulan kata tersebut, dapat diubah menjadi bentuk frasa, klausa, kalimat, dan juga wacana yang kemudian bisa di bedakan bentuk, bunyi, dan makna katanya dengan menggunakan kajian fonologi.

DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. LAMAN Rosmana, Iyos A. 2012. “Objek Kajian Fonetik, Alat Ucap, Klasifikasi Bunyi Bahasa, dan Proses Terbentuknya Bunyi Bahasa”. Direktori File UPI. http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/KEBAHASAAN_I/ BBM_1.pdf Staffnew. “Fonetik dan Fonologi”. Universitas Negeri Yogyakarta. http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049755/pendidikan/fonetik+dan+fono logi.pdf