MAKAN BUKAN HANYA NASI ZAKAT BUKAN HANYA FITRAH oleh : Syamsi Sarman, S.Pd Dir.Eksekutif BAZ Tarakan Setiap hari kita makan nasi. Nasi adalah makanan pokok kita umumnya bangsa Indonesia. Dari makanan pokok inilah kita sebagai muslim diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah sebanyak dua setengah kilogram. Makanya zakat fitrah ini adalah kewajiban fitri, kewajiban asasi, kewajiban yang paling pokok sebagaimana nasi merupakan makanan utama kita. Artinya kalaupun kita tak bisa membeli apa-apa untuk melengkapi menu makanan kita, yang paling pokok setidaknya harus ada nasi. Asalkan ada nasi, kita sudah bisa makan untuk memenuhi kebutuhan prima sehari-hari walaupun tanpa ikan, sayur dan lauk pauk lainnya. Itulah juga sebabnya kewajiban zakat fitrah bisa dilakukan bukan hanya oleh orang kaya, tapi juga oleh orang yang tergolong miskin namun masih punya kelebihan makanan di hari raya idul fitri. Namun pada kenyataannya, sehari-harinya kita makan bukan hanya nasi. Kita masih berkemampuan membeli ikan, sayur, buah, dll. Walaupun ukuran dan nilainya berbeda menurut kadar kemampuan seseorang. Orang kaya bisa membeli kelengkapan menu apa saja yang dikehendakinya. Ikan ayam, daging, sayur mayur dan buah-buahan bervariasi macam ragamnya. Bisa satu macam atau beberapa macam pilihan dalam satu kali hidangan. Bisa diolah sendiri atau beli jadi yang siap saji. Sementara yang lain bisa juga membeli ikan dan lauk pauk menurut kemampuan dana yang dimilikinya. Walau sekedar bisa membeli ikan layang setengah kilo, ikan puput, tudai, ikan asin atau sekedar tahu dan tempe. Begitulah seterusnya apa yang kita makan sehari-harinya bukan sekedar menu makanan pokok berupa nasi, tetapi dilengkapi dengan ikan, sayur, dll. Kalaulah nasi kita ukur sebagai kemampuan dasar setiap orang, maka ikan, sayur, lauk pauk dan makanan tambahan lainnya kita sebut sebagai ukuran seseorang itu memiliki kelebihan di atas kebutuhan dasar. Banyak sedikitnyapun disesuaikan menurut kadar kemampuan ekonominya. Kaitannya dengan zakat, maka belumlah cukup jika kita hanya membayar zakat fitrah dari nasi yang kita makan saja sebagaimana kitapun makan bukan hanya nasi. Kita masih punya kewajiban zakat lainnya dari kelebihan rezeki dalam harta yang kita miliki. Yaitu zakat maal atau zakat harta. Allah mewajibkan kita membayar zakat harta sebesar 2,5 % yang ditentukan berdasarkan nishab dan haulnya. Bahkan sesungguhnya zakat yang disebutkan dalam lima rukun Islam adalah lebih ditekankan pada zakat maal atau zakat harta, bukan sekedar zakat fitrah. Zakat fitrah itu sesungguhnya masih rangkaian kegiatan di bulan Ramadhan, terkait dengan ibadah shaum yang kita lakukan. Sedangkan zakat maal itu terpisah dengan shaum dan Ramadhan. Zakat maal merupakan perintah berdiri sendiri dan lebih banyak Allah sebutkan dalam firman-Nya berangkai dengan perintah sholat. Sayang, kebanyakan kita merasa sudah selesai kewajiban zakatnya ketika ia sudah membayar zakat fitrah. Tak terpikirkan olehnya untuk menghitung-hitung hartanya secara cermat untuk mengetahui adakah dirinya memenuhi kewajiban membayar zakat maal yang diwajibkan Allah itu. Bahkan banyak juga diantara kita yang langsung merasa dirinya tidak punya harta. Seorang PNS misalnya, dengan ringannya mengatakan ”gaji saya itu tidak ada, saya pulang cuma bawa amplop kosong karena habis untuk potongan
ini itu dsb.nya.” Betul sih, kenyataannya seperti itu. Tapi juga kenyataan yang tak dapat dipungkiri, bahwa dia bisa punya rumah yang cukup bagus, bisa beli mobil, sepeda motornya lebih dari satu, tanahnya ada di beberapa tempat, perabot rumahnya komplit serba elektrik dan elektronik, dsb.nya. Uang dari mana kalau dia bilang tidak ada gajinya ? Ada kan sebenarnya ! Hanya pengaturan dan pola hidupnya saja yang membuat dia tidak pernah cukup setiap kali menerima gaji. Kredit yang tak pernah berhenti sambung menyambung, dari bank satu ke bank lain, dari barang satu ke barang lain, sehingga berapapun besarnya gaji akan habis hanya untuk menutupi semua itu. Giliran bayar zakat, jelas aja tidak ada ? Lalu, dia beralasan, kan kalau masih ada utang tidak wajib berzakat ! Utang seperti apa dulu ? Utang untuk berbagai kebutuhan mewah, bukankah itu yang telah menghabiskan gajinya. Sadarilah bahwa sesungguhnya kadar zakat itu tidaklah besar. 2,5 % dari harta kita. Bahkan masih jauh berkali-kali lipat kecilnya dibanding potongan pajak oleh negara. Dalam dua juta Rupiah uang anda, Allah hanya mewajibkan 2,5 % yakni lima puluh ribu Rupiah. Masih tersisa milik anda sebesar satu juta sembilan ratus lima puluh ribu Rupiah yang sudah bersih untuk dibelanjakan keperluan lainnya. Betapa pelitnya kita, begitupun kita masih enggan menunaikannya.