1.1.1 Wawancang dan Kramagung Wawancang dan Kramagung merupakan salah satu unsur dalam naskah drama yang membedakannya dari karya sastra prosa yang lain. Perbedaan Wawancang dan Kramagung menurut Tambajong (dalam Maslikatin 2007:110) Wawancang ialah ucapan atau dialog yang dicetak lepas yang harus diucapkan oleh tokoh cerita. Sedangkan kramagung ialah petunjuk teknis yang harus dilakukan tokoh cerita secara lahiriah yang disebut stage direction.
1.1.2 Resepsi Terhadap Wawancang dan Kramagung
1. Sebagaimana hasil kuisiner yang kami lakukan, seluruh responden sepakat bahwa dalam naskah drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami” terdapat wawancang dan kramagung. Secara umum seluruh responden sepakat bahwa setiap naskah drama meniscayai keterhadiran wawancang dan kramagung sebagai elemen utuh yang membangun setiap teks drama.
Contoh data:
BAPAK (Setelah jeda) Hmmm. Kekerasan. Kekerasan. Anak bungsu kita sendiri diculik dan sampai sekarang tidak kembali.
IBU Jangan bilang tidak kembali. Satria hanya belum kembali. 2. IBU (menangis) :”Mana kita tahu dia sudah dibunuh atau tidak?”
Sebagaimana hasil kuisioner yang kami lakukan, 87,5% responden menyatakan bahwa kalimat “(menangis)” merupakan kramagung. Persentase 87,5% responden yang menyatakan kalimat tersebut sebagai kramagung karena kalimat tersebut merupakan petunjuk teknis. Sedangkan 12,5%
responden menyatakan bahwa kalimat tersebut bukan merupakan kramagung beralasan kurang memahami perbedaan mendasar antara kramagung dan wawancang. 3. IBU (menangis) :”Mana kita tahu dia sudah dibunuh atau tidak?”
Sebagaimana hasil kuisioner yang kami lakukan, seluruh responden berpendapat bahwa kalimat “Mana kita tahu dia sudah dibunuh atau tidak?” merupakan wawancang. Keseluruhan responden beralasan bahwa kalimat tersebut adalah wawancang karena kalimat tersebut merupakan dialog lepas yang dilontarkan tokoh.