WARIA Karya : Deri Mardani Pagi itu seperti biasa dia menjalani rutinitasnya. Tak banyak yang bisa diceritakan. Dia hanyalah seorang waria biasa yang hidup dengan segala keterbatasan yang dia miliki. Menjadi waria bukanlah pilihan hidupnya. Entah kenapa dia dengan fisik laki-laki ini justru menjadi waria. Dia lahir 25 tahun yang lalu di kota langsa. Meskipun ayahnya seorang militer dia tidak pernah di didik secara keras. Naluri dan jiwa wanita sudah terlihat dari dia kecil. Ketika dia berfoto dia selalu bergaya seperti perempuan. Dia pun lebih suka bermain dengan anak perempuan dibandingkan anak laki-laki. Sewaktu dia belum sekolah pun orang sudah merasa ada yang aneh sama dirinya. Beranjak kelas 3 SD dia mulai menyukai lawan jenis, waktu itu dia menyukai mahasiswa yang kos dikampungnya. Entah kenapa dia senang melihat wajahnya, melihat figurnya. Duduk di bangku SMP, dia sudah berani menunjukkan identitasnya. “Ya inilah aku kok kenapa tidak.” Naik SMA dia sudah mulai berani menggunakan pernak-pernik perempuan seperti gelang, cincin dan kalung. Bahkan dia dibilang seperti Renny cantik. Selama SMA itulah gaya dan penampilannya tak bisa ditutup-tutupi lagi. Setiap hari sebelum berangkat sekolah, dia selalu menggunakan handbody dan bedak tipis. Pakaiannya pun disetrika dengan sangat rapi, berbeda sekali dengan penampilan siswa putra pada umumnya. Waktu itu bisa dibilang dia siswa paling popular satu sekolah. Selain populer karena keunikannya, dia juga dikenal karena dia masih sering mengharumkan nama sekolah dalam lombalomba nyanyi. Setelah lulus SMA dia memutuskan untuk pergi dari rumah. Dia butuh waktu untuk merenungi siapa dirinya yang sebenarnya. Dia hijrah ke Medan. Awalnya dia berencana untuk kuliah, namun ketika tiba di Medan niat tersebut diurungkan, karena dia menemukan dunianya. Dia masuk dalam komunitas gay dan menemukan keasyikan dengan teman-teman senasib karena pada dasarnya orientasi mereka sama. Di Medan pula dia sempat bekerja menjadi operator dan sales produk rumah tangga.
Pada tahun yang sama dia berkenalan dengan seorang waria bernama Carla. Carla mengajaknya berdandan karena dengan begitu dia akan lebih mudah menarik simpati lelaki. Pada usia 20 tahun itulah dia pertama kali berdandan dan saat itu juga dia memutuskan untuk lepas dari orangtuanya. Dia lalu kos di dekat Hotel Melia. Tiap malam dia diajak Carla mejeng ke tempat-tempat lokalisasi waria. Namun dia belum mengkomersilkan diri. Lama-kelamaan karena faktor keuangan akhirnya dia mulai berani melakukan transaksi dalam tiap kencannya. Dan pada suatu hari dia bertemu dengan seorag Ustadzah. Ustadzah itu menasehati dia agar tidak menjadi waria lagi. Karena perbuatan yang dia lakukan adalah perbuatan yang penuh dosa. Disaat itulah di berpikir untuk meninggalkan pekerjaannya menjadi seorang waria. Lalu dia bertaubat dan tidak akan pernah lagi dia menjadi waria dan akhirnya dia menjadi seorang imam di masjid kampung nya sendiri. Dan mengajarkan anak-anak untuk mengaji. Dia menikah dengan seorang wanita soleh dan di karuniai seorang anak laki-laki yang tampan dan dia bertekad untuk membuat anak nya tumbuh kuat dan menjadi pria yang gagah. Anaknya tumbuh besar dan menjadi seorang militer yang gagah dan perkasa seperti kakek nya yang telah meninggal. Anak nya pun banyak mendapatkan penghargaan. Dan si mantan waria ini meninggal dengan hati yang tenang.
TTD
DERI MARDANI