KONSEP MANAJEMEN LAKTASI
DISUSUN OLEH : 1. HUDA AZI AGISTA 2. FINA WAHYUNI
3. FINA WAHYUNI 4. MAISELA JAFARISKA 5. RAUZATUL JANNAH 6. RUKMANA DEWI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKes DARUSSALAM LHOKSUEMAWE TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, atas berkah dan rahmatNya makalah ini dapat dibuat dan disampaikan tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat menjadi salah satu sumber literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca. Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan makalah ini lebih sempurna dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang 2. Tujuan BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian laktasi. 2. Anatomi payudara dan fisiologi laktasi. 3. Manfaat dan keunggulan ASI. 4. Persiapan dan teknik menyusui. 5. Masalah-masalah dalam menyusui. 6. Langkah-langkah menuju keberhasilan menyusui. 7. Cara pemberian ASI dalam kondisi khusus 8. Klinik laktasi. 9. Konseling pemberian ASI. BAB III PENUTUP 1.
KESIMPULAN
2.
SARAN
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Perempuan mendapat anugerah Tuhan untuk dapat mengandung, melahirkan dan menyusui. Kodrat ini ditandai oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim beserta semua bagiannya untuk tumbuh kembang janin selama di dalam kandungan, dan payudara untuk menyusui anaknya. Artinya semua perempuan berpotensi menyusui sama dengan potensinya untuk mengandung dan melahirkan. Sayangnya, tidak semua perempuan bias memahami dan menghayati kodratnya. Entah karena pengetahuan yang kurang atau persepsi yang keliru tentang payudara dan menyusui, pemahaman yang kurang tentang peran dan fungsi ibu, payudara tidak selalu dilihat sebagai perangkat untuk menyusui anaknya. Akibatnya ASI menjadi terbuang percuma, ada tapi tidak dimanfaatkan, dan ibu lebih suka menukarnya dengan susu formula, padahal manfaat ASI sampai sekarang belum ada tandingannya. Menyusui memang alamiah, tapi sekedar memahami menyusui sebagai kodrat saja belumlah cukup. Perlu pemahaman yang mendalam tentang ASI, baik manfaat maupun segala sesuatu yang berkaitan dengan teknis pemberian ASI.
B. TUJUAN 1. TUJUAN UMUM Sebagai hasil dari tugas yang diberikan oleh dosen pengajar dalam mata kuliah keperawatan maternitas dan untuk mengetahui bagaimana proses laktasi secara keseluruhan.
2. TUJUAN KHUSUS a. Untuk mengetahui pengertian laktasi. b. Untuk mengetahui anatomi payudara dan fisiologi laktasi. c. Untuk mengetahui manfaat dan keunggulan ASI. d. Untuk mengetahui persiapan dan teknik menyusui.
e. Untuk mengetahui masalah-masalah dalam menyusui. f. Untuk mengetahui langkah-langkah menuju keberhasilan menyusui. g. Untuk mengetahui cara pemberian ASI dalam kondisi khusus h. Untuk mengetahui tentang klinik laktasi. i. Untuk mengetahui tentang konseling pemberian ASI.
BAB II LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN 1. LAKTASI Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005). Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu harus sudah siap baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat menyusu. Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 – 800 ml/hari (3000 ml/hari) (Rukiyah, dkk, 2011). Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI Lakatasi adalah proses sintesis air susu oleh sel-sel epitel “glandula lactifera” dan proses mengalirnya air susu dari sitoplasma ke lumen alveoli, serta pencurahan air susu dari alveoli ke sisterna.
2. MENYUSUI Berdasarkan pocket Oxford Dictionary, menyusui di defenisikan sebagai feed a baby from the breast, atau dengan kata lain, menyusui adalah proses anak mendapatkan air susu melalui cara menyusu/mengisap/mengemut payudara ibu. Menyusui memiliki pengertian yang lebih luas dan lebih kompleks, karena tidak hanya membahas tentang ibu, tetapi juga si anak, atau dengan kata lain laktasi adalah salah satu bagian dari menyusui.
3. MANAJEMEN LAKTASI Manajemen Laktasi adalah merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu Ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu Ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Susiana, H, 2009). Manajemen Laktasi adalah tata laksana yang dipelukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005) Manajemen Laktasi adalah upaya – upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui (Siregar, 2004).
B. ANATOMI PAYUDARA DAN FISIOLOGI LAKTASI 1. ANATOMI PAYUDARA
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada, dan fungsinya memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang payudara, berat sekitar 200 gram, umumnya yang kiri lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil membesar mencapai 600 gram, pada waktu menyusui bisa mencapai 800 gram.
Tiga bagian utama payudara : a. Corpus b. Areolla c. Papilla
a. Korpus (badan) Yaitu bagian yang membesar. Di dalam korpus terdapat alveolus yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner,
jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobulus, dan beberapa lobulus berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Dari alveolus ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus), beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
b. Areola Yaitu bagian kehitaman di tengah payudara. Di bawah areola terdapat saluran yang besar melebar disebut sinus laktiferus, akhirnya semua sinus memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluransaluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi akan memompa ASI keluar.
c. Papilla (puting) Yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara, dimasukkan ke mulut bayi untuk aliran susu. Ada 4 macam bentuk puting yaitu normal/umum, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted). Namun hal ini tidak berpengaruh terhadap proses laktASI Pada papilla dan areola terdapat saraf peraba yang sangat penting untuk refleks menyusui. Bila puting dihisap, terjadi rangsangan saraf yang diteruskan ke kelenjar hipofisis yang kemudian merangsang produksi dan pengeluaran ASI. Bentuk payudara
2. FISIOLOGI LAKTASI Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI. Hormon yang berfungsi untuk produksi ASI adalah hormon prolaktin, disamping hormon lain seperti insulin, tiroksin dan sebagainya.
Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI Biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada hari kedua atau ketiga pasca perasalinan, kadar estrogen dan progestero menurun drastis sehingga prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI lebih lancar.
Dua reflek pada Ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu prolaktin dan reflek aliran/oksitosin, timbul akibat perangsangan puting susu oleh hisapan oleh bayi. a. Reflek prolaktin Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pasca persalinan, yaitu lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara karena ujung-ujung syaraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi
prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2-3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti stress atau pengaruh psikis, anestesi, operasi dan rangsangan puting susu.
b. Reflek aliran (let down reflex) / reflek oksitosin Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi. Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur, ini bisa membuat bayi tersedak. Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan sensasi ibu. biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran ASI secara refleks, tetapi kadangkadang juga menghambatnya. perasaan yang bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu. refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. manfaaat refleks oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim Ibu dan menghentikan perdarahan persalinan.
Refleks yang terjadi pada bayi diantaranya : a. Rooting Refleks
Bila bayi baru lahir disentuh pipinya, dia akan menoleh kearah sentuhan. bila bibirnya dirangsang atau disentuh dia akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu b. Sucking Refleks / refleks menghisap Terjadi bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit dalam mulut bayi. jika putting susu menyentuh langit-langit belakang mulut bayi terjadi refleks menghisap dan terjadi tekanan terhadap daerah aerola oleh gusi, lidah, serta langit-langit, sehingga isi sinus laktiferus (tempat penampungan ASI pada payudara) diperas keluar kedalam rongga mulut bayi. c. Refleks Menelan Bila ada cairan didalam rongga mulut terjadi refleks menelan.
C. MANFAAT DAN KEUNGGULAN ASI 1. Aspek Gizi Manfaat Kolostrum : a. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. b. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi. c. Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. d. Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. Komposisi ASI : a. ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. b. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak. c. Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI
mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey : Casein adalah 20:80, sehingga tidak mudah diserap.
Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI : a. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata. b. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masingmasing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
2. Aspek Imunologik a. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminASI. b. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan. c. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. d. Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. e. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara Ibu.
f. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3. Aspek Psikologik a. Rasa percaya diri Ibu untuk menyusui Ibu mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi Ibu dan kasih saying terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI. b. Interaksi Ibu dan Bayi Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan Ibubayi tersebut. c. Pengaruh kontak langsung Ibu-bayi Ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4. Aspek Kecerdasan a. Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. b. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
5. Aspek Neurologis Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomisf
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.
7. Aspek Penundaan Kehamilan Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
D. PERSIAPAN DAN TEKNIK MENYUSUI 1. Persiapan Psikologis a. Memberikan dorongan pada ibu dengan meyakinkan bahwa setiap ibu mampu menyusui bayinya. Menjelaskan pada ibu bahwa melahirkan dan menyusui adalah proses yang alamiah, hampir smua ibu berhasil menjalaninya, bila terdapat masalah maka petugas kesehatan akan menolongnya. Ibu tidak perlu ragu dan cemas. b. Meyakinkan Ibu akan keuntungan ASI. Ajak Ibu membicarakan susu formula dalam perbandingannya denga ASI agar ibu bisa melihat keuntungan ASI dan kekurangan susu formula c. Membantu ibu mengatasi keraguannya karena pernah bermasalah ketika menyusui pada pengalaman menyusui yang kurang baik, yang dilami oleh kerabat atau keluarga lainnnya d. Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain berperan dalam keluarga. Pesankan pada Ibu harus banyak beristrahat, yang diperlukan untuk kesehatannya sendiri dan bayinya sehingga perlu adanya pembagian tugas dalam keluarga. e. Memberikan kesempatan pada Ibu untuk bertanya setiap ia membutuhkannya. Petugas kesehatan harus dapat memperlihatkan perhatian dan kesediaannya untuk membantu Ibu.
2. Pemeriksaan Payudara Dalam masa kehamilan payudara Ibu harus diperiksa sebagai persiapan menyusui. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui keadaan payudara sehingga bila terdapat kelainan dapat segera diketahui. Pemeriksaan payudara dilaksanakan pada
kunjungan pertama Ibu ketika memeriksa kehamilannya. Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi. a.
Inspeksi -
Payudara Ukuran dan bentuk payudara tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu di perhatikan bila terdapat kelainan pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi. Permukaan yang tidak rata seperti adanya elevasi, retraksi atau luka pada kulit payudara harus dipikirkan kearah tumor atau kegansan dibawahnya. Saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit bengkak, dan membuat gambaran seperti kulit jeruk. Perlu di perhatikan adanya warna kulit kemerhan seperti tanda radang, penyakit kulit atau bahkan keganasan.
-
Areola Pada umumnya ukuran dan bentuk akan meluas pada masa puberitas dan pada masa kehamilan akan bersifat simetris, bila batas areola tidak arata (tidak melingkar) perlu diperhatikan. Pigmentasi yang meningkat apada saat kehamilan menyebabkan warna kulit pada areola lebih gelap dibandingkan sebelum hamil.
-
Puting susu Ukuran puting susu sangat berpariasi dan tidak mempunyai arti khusus. Pada bentuk puting susu yang terbenam perlu dipikirkan retraksi akibat keganasan namun tidak smua puting susu terbenam disebabkan oleh keganasan.
b. Palpasi Payudara Tujuan utama pemeriksaan palpasi payudara adalah untuk mencari masa. Setuap masa harus digambarkan secara jelas dan ciri-ciri massa yang teraba harus dievaluASI dengan baik. Pemeriksaan puting susu merupakan hal penting dalam mempersiapkan ibu untuk menyusui.
3. Pemeriksaan puting susu a. Periksa bentuk puting susu
b. Cubit areola di sisi puting susu dengan ibu jari dan telunjuk c. Periksa kele
nturan dengan menarik puting dan areola secara perlahan
membentuk “dot”. -
Mudah ditarik
: lentur
-
Tertarik sedikit
: kurang lentur
-
Masuk ke dalam : puting susu terbenam
4. Tehnik Menyusui Seorang Ibu dengan bayi pertama mungkin akan mengalami masalah ketika menyusui yang sebetulnya hanya karena tidak tahu cara menyusui yang sebenarnya sangat sederhana. Cara meletakan bayi pada payudara ketika menyusui berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Sebenarnya kepekaan tersebut sangat sangat mebantu dalam proses pembentukan ikatan batin antara ibu dan bayi. Dalam hal tersebut, Ibu memerlukan pendamping yang dapat membimbingnya untuk bisa merawat bayi termasuk menyusui. Tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam bidang laktasi seharusnya mengetahui bahwa menyusui adalah suatu proses alamiah. Namun, untuk mencapai keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan mengenai teknik menyusui yang benar.
5. Posisi Menyusui
Posisi menyusui yang biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, berbaring. Ada posisi khusus yang bersangkutan dengan situasi tertentu seperti menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola dimana kedua bayi disusui secara bersamaan, di payudara kanan dan kiri. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi di tengkurapkan diatas dada Ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak akan tersedak. Berbagai macam posisi menyusui
Posisi menyusui bayi kembar
6. Langkah –langkah Menyusui Yang Benar
a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola disekitarnya, cara ini bermanfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembapan puting susu. b. Bayi diletakan menghadap perut Ibu atau payudara -
Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk sebaiknya menggunakan kursiyang rendah agar kaki ibu tidak tergantungdan punggung ibu dapat bersandar pada kursi.
-
Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lekung siku Ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong yang ditahan dengan telapak tangan Ibu.
-
Satu tangan bayi diletakan dibelakang badan ibu, dan yang satu didepan
-
Perut bayi menempel badan Ibu, kepala ibu menghadap payudara (tidak hanya membelokan kepala bayi).
-
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
-
Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
c. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawahnya. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja. d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting refleks) dengan cara : -
Menyentuh pipi bayi denga mengunakan puting susu
-
Menyentuh sisi mulut bayi
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukan ke mulut bayi -
Usahakan sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.
-
Setelah bayi menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau di sangga lagi.
-
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
Bayi tampak tenang
Badan bayi menempel pada perut Ibu
Mulut bayi terbuka lebar
Dagu bayi menempel pada payudara Ibu
Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk
Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
Puting susu tidak terasa nyeri
Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
Kepala bayi agak menengadah
f. Melepas isapan bayi Jari kelingking Ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dengan menekan dagu bayi ke bawah. g. Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan h. Setelah menyusui, keluarkan sedikit ASI kemudian oleskan pada puting susu dan areola, biarkan kering sendiri. i. Menyendawakan bayi -
Bayi digendong tegak bersandar pada bahu Ibu, tepuk punggungnya perlahan-lahan
-
Bayi tidur tengkurap di pangkuan Ibu, tepuk punggungnya perlahan-lahan.
7. Lama dan Frekuensi Menyusui Sebaiknya bayi di susui tanpa jadwal (on demand) karena bayi akan menentukan kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan sebab lain atau ibu sudah merasa perlu menyusyui bayinya,bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam.Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada ragsangan produksi ASI selanjutnya, dengan menusui tanpa dijadwal, sesuai dengan kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja diluar rumah dianjurkan lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI. Untuk menjaga keseimbangan besarnya payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Mengajurkan pada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap menyusu dimulai dengan payudara terahir disusukan. Selama masa
menyusui sebaiknya Ibu menggunakan BH yang dapat menyangga payudara tetapi tidak terlalu ketat.
8. Pengeluaran ASI Bila ASI berlebihan sampai keluar memancar, sebaiknya dikeluarkan atau diperah terlebih dahulu sebelum menyusui. Hal ini untuk menghindari bayi tersedak atau bayi enggan menyusu. Tindakan pengeluaran atau memerah ASI juga dilakukan pada ibu bekerja yang menyimpan ASI untuk bayinya dirumah disebabkan ASI yang merembes karena payudara penuh, untuk bayi yang mengalami masalah mengisap (misal berat badan lahir rendah/BBLR), menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI, atau ibu sakit sehingga tidak dapat langsung menyusui bayinya.
Tindakan pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Pengeluaran ASI dengan tangan
-
Cuci tangan sampai bersih
-
Siapkan cangkir / gelas tertutup yang telah dicuci dengan air mendidih. Dapat juga dengan menggunakan botol dot bayi.
-
Payudara dikompres dengan handuk hangat dan dimasase dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke arah areola payudara. Ulangi pemijatan ini pada sekitar payudara secara merata.
-
Masase dengan Ibu jari disekitar areola payudara bagian atas dan jari telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah areola payudara ditekan ke arah dada
-
Daerah areola payudara diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk. Jangan memijat atau menekan puting karena dapat menyebabkan rasa nyeri atau lecet
-
Ulangi tindakan (tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas). Pada awalnya, ASI tidak keluar, namun setelah beberapa kali ASI akan keluar
-
Gerakan ini diulang pada sekitar areola payudara pada semua sisi agar yakin bahwa ASI telah diperas dari semua segmen payudara.
b. Pengeluaran ASI dengan pompa payudara. -
Jika menggunakan pompa listrik, maka tempatkan breast cup di dada lalu putar mesin dan biarkan mesin memompa ASI ke dalam wadah yang sudah terpasang. Biasanya memerlukan waktu sekitar 15 menit untuk memompa kedua payudara. Namun jika menggunakan pompa manual, maka menggunakan tangan untuk meremas atau menarik pompa di payudara, biasanya membutuhkan waktu hingga 45 menit.
-
Pastikan untuk menggunakan breast cup yang tepat dengan ukuran payudara sehingga tidak menimbulkan rasa sakit. Jika ukurannya tepat, maka tidak akan terasa sakit tapi hanya sedikit aneh. Serta jangan lupa untuk selalu membersihkan bagian dari pompa setelah digunakan untuk mencegah bakteri.
-
Sebagian besar pompa dirancang untuk perempuan yang memiliki puting kecil, sehingga kondisi ini terkadang menyebabkan puting susu membengkak. Karenanya pemilihan ukuran yang tepat sangat penting. Untuk
mengurangi
pembengkakan,
bisa
dilakukan
dengan
cara
mengompres payudara dengan handuk lembut. -
Pilihlah pompa sesuai dengan kebutuhan. Jika dipakai secara terus menerus dan Anda adalah orang yang sibuk bekerja, maka pompa listrik bisa menjadi pilihan. Tapi jika hanya digunakan sesekali saja, tak ada salahnya untuk menggunakan pompa manual.
-
Cucilah tangan dan membasuh payudara dengan handuk sebelum memulai memompa ASI. Kemudian tempatkan ibu jari dan jari lainnya berhadapan dengan tepi dari areola, lalu memompa dengan cara mendorong jari ke dinding dada untuk mengeluarkan susu. Tempatkan semua tutup wadah saat mengumpulkan susu sehingga tidak ada susu yang tumpah.
-
Letakkan ASI di dalam botol atau plastik khusus ASI dan ditutup rapat sehingga terjaga kebersihannya. Jangan lupa menuliskan tanggal pada botol atau kantong sebelum di masukkan dalam lemari es atau freezer, sehingga bisa diketahui kapan ASI tersebut dipompa.
-
Jika ingin menggunakan ASI yang beku, maka tempatkan botol atau kantung ASI ke dalam semangkuk air hangat. Jangan menggunakan microwave atau memanaskan susu, karena bisa menghancurkan nutrisi yang terkandung dalam ASI. Jika ASI yang diminum tidak sampai habis, maka sebaiknya membuang susu yang tersisa.
-
Sebaiknya tidak memompa ASI dengan menggunakan tekanan yang terlalu rendah atau kecepatannya terlalu cepat, karena tidak akan mendapatkan jumlah ASI yang cukup. Serta pompalah ASI secara teratur dengan memberikan jarak antara 3-4 jam sebelum memompa kembali.
-
Berikan ASI pada bayi melalui gelas atau sendok dan jangan menggunakan botol susu, karena nanti bayi akan sulit untuk menyusui melalui puting ibunya lagi karena mengalami bingung puting.
9. Penyimpanan ASI a. Di udara terbuka
: 6-8 jam
b. Di lemari es (4°C)
: 24 jam
c. Di freezer/beku (-18°C)
: 6 bulan
E. MASALAH-MASALAH DALAM MENYUSUI 1. Masa antenatal a. Kurang/Salahnya Pemberian Informasi Kebanyakan Ibu masih beranggapan bahwa susu formula jauh lebih baik daripada ASI, sehingga apabila ASI dianggap kurang dengan segera menggunakan susu formula. Pada saat pemeriksaan kehamilan, pendidikan kesehatan tentang menyusui yang diberikan oleh petugas kesehatanpun juga masih kurang. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat pemeriksaan kehamilan tentang menyusui adalah : -
Fisiologi laktasi.
-
Keuntungan/manfaat pemberian ASI.
-
Manfaat dari rawat gabung.
-
Teknik menyusui yang benar.
-
Kerugian susu formula.
-
Dukungan pemberian ASI eksklusif.
b. Puting Susu Terbenam (Retracted) atau Puting Susu Datar Bentuk anatomis dari papila atau puting susu yang tidak menguntungkan juga mempengaruhi proses menyusui. Meskipun pada masa antenatal telah dilakukan perawatan payudara dengan teknik Hoffman, yaitu dengan menariknarik puting ataupun penggunaan breast shield dan breast shell. Hal yang paling efisien dilakukan adalah isapan langsung yang kuat oleh bayi. Oleh karena itu, segera setelah bayi lahir lakukan : -
Biarkan bayi menyusu sedini mungkin dan lakukan kontak skin-to-skin.
-
Lakukan inisiasi menyusu dini (IMD).
-
Apabila puting benar-benar tidak muncul, lakukan penarikan dengan nipple puller atau menggunakan spuit.
-
Bayi tetap disusui dengan sedikit penekanan pada areola mammae dengan jari.
-
Bila ASI penuh, lakukan pemerasan dan berikan dengan sendok, cangkir ataupun teteskan langsung ke mulut bayi.
2. Masa pasca persalinan dini a. Puting susu lecet
Pada keadaan ini seringkali seorang Ibu menghentikan menyusui karena putingnya sakit. Yang perlu dilakukan adalah : -
Cek bagaimana perlekatan ibu-bayi
-
Apakah terdapat Infeksi Candida (mulut bayi perlu dilihat). Kulit merah, berkilat, kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik (flaky) Pada keadaan puting susu lecet, yang kadang kala retak-retak atau luka, maka dapat dilakukan dengan cara-cara seperti ini :
Ibu dapat terus memberikan ASInya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-sekali memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
-
Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam.
-
Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
-
Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun.
b. Payudara bengkak
Dibedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh terjadi kondisi rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa, ASI keluar dan tidak ada demam. Pada payudara bengkak ditemukan kondisi sakit, puting kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa, ASI tidak keluar, serta bisa timbul demam setelah 24 jam. Hal ini terjadi karena produksi ASI meningkat, terlambat menyusui dini, perlekatan kurang baik, kurang sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui. Untuk mencegah maka diperlukan menyusui dini, perlekatan yang baik, menyusui “on demand” atau bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun. Yang dapat dilakukan : -
Kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit
-
Ibu harus rileks
-
Pijat leher dan punggung belakang (sejajar daerah payudara)
-
Pijat ringan pada payudara yang bengkak (pijat pelan-pelan ke arah tengah)
-
Stimulasi payudara dan putting
-
Kompres dingin pasca menyusui untuk mengurangi pembengkakan
-
Pakailah BH yang sesuai
-
Bila terlalu sakit dapat diberikan obat anti-nyeri (analgetik) sesuai petunjuk dokter.
c. Mastitis atau abses payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump) dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju atau BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung. Ada dua jenis Mastitis yaitu yang hanya karena milk stasis adalah Non Infective Mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri yang disebut Infective Mastitis. Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan : -
Kompres hangat dan pemijatan
-
Rangsang Oxytocin : dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulasi puting, pijat leher-punggung, dan lain-lain.
-
Pemberian antibiotik sesuai petunjuk dokter.
-
Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri.
-
Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan, karena mungkin memerlukan tindakan bedah.
3. Masalah Menyusui pada Masa Pasca Persalinan Lanjut (1 – 6 minggu setelah persalinan) a.
Sindrom ASI kurang Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar kurang. Tanda-tanda yang “mungkin saja” ASI benar kurang antara lain : -
Bayi tidak puas setiap setelah menyusui, sering kali menyusu, menyusu dengan waktu yang sangat lama. Tapi juga terkadang bayi lebih cepat menyusu. Sering disangka produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu.
-
Bayi sering menangis atau bayi menolak menyusu.
-
Tinja bayi keras, kering atau berwarna hijau.
-
Payudara tidak membesar selama kehamilan (keadaan yang jarang), atau ASI tidak “datang” pasca lahir.
-
Walaupun ada tanda-tanda tersebut perlu diperiksa apakah tanda-tanda tersebut dapat dipercaya.
Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain : -
BB (berat badan) bayi meningkat kurang dari rata-rata 500 gram per bulan.
-
BB lahir dalam waktu 2 minggu belum kembali.
-
Ngompol rata-rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam dengan cairan urin pekat, bau menyengat dan warna kuning.
Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari pada ke 4 kelompok faktor penyebab : -
Faktor tehnik menyusui : keadaan ini yang paling sering dijumpai, antara lain masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol dan lain-lain.
-
Faktor psikologis : seperti tidak adanya keinginan ibu untuk menyusui
-
Faktor fisik ibu : antara lain pengaruh dari KB, kontrasepsi, merokok, kurang gizi, pengaruh obat, dan lainnya.
-
Faktor kondisi bayi : misalnya bayi sakit, adanya abnormalitas dan lain-lain.
b. Mastitis atau abses payudara Sudah dijelaskan pada masa pasca persalinan dini.
c. Ibu yang bekerja Seringkali alasan pekerjaan membuat seseorang Ibu berhenti menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja : -
Susuilah bayi sebelum ibu bekerja.
-
ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat kerja
-
Pengosongan payudara di tempat kerja setiap 3-4 jam.
-
Pada saat Ibu di rumah, sesering mungkin bayi disusui, dan ganti jadwal menyusuinya sehingga banyak menyusui di malam hari
-
Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah mulai dipraktekkan sejak satu bulan sebelum kembali bekerja
-
Minum dan makan makanan yang bergizi dan cukup selama bekerja dan selama menyusui bayi.
F. 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI 1.
Mempunyai kebijakan tertulis tentang ASI
2.
Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya
3.
Menyiapkan
Ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan
langkah
keberhasilan menyusui 4.
Melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 30 menit sampai 1 jam setelah ibu melahirkan
5.
Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara) dan mempertahankan pemberian ASI
6.
Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI selama 6 bulan pertama. Kandungan gizi ASI sudah sangat lengkap, dan bahkan sering disebut vaksin pertama bayi
7.
Ibu dan bayi dirawat dalam satu ruang selama 24 jam
8.
Menyemangati ibu untuk memberikan ASI sesuai keinginan bayi
9.
Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi
10. Membina kelompok pendukung ASI untuk meningkatkan kesadaran.
G. HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PRAKTEK LAKTASI 1. Nutrisi Ibu menyusui Meskipun umumnya keadaan gizi pada Ibu hanya akan mempengaruhi kuantitas dan bukan kualitas Asinya, ibu menyusui sebaiknya tidak membatasi konsumsi makananya. Penurunan berat badan sesudah melahirkan sebaiknya tidak melebihi 0,5 kg/minggu.Pada bulan pertama menyusui, yaitu saat bayi hanya mendapatkan ASI saja (”exlusive breastfeeding period”), Ibu membutuhkan tambahan kalori sebanyak 700 kkl/hari, pada 6 bulan berikutnya 500 kkal/hari dan pada tahun kedua 400 kkal/hari.
Jumlah cairan yang dibutuhkan Ibu menyusui dianjurkan minum 8 – 12 gelas perhari.
2. Istirahat Bila laktasi tidak berlangsung baik biasanya penyabab utamanya adalah kelelahan pada ibu.Oleh karena itu, istirahat dan tidur yang cukup merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi 3. Obat – obatan Pemakaian obat – obatan dalam masa menyusui perlu mendapat perhatian, apakah mempunyai efek samping yang positif atau negatif terhadap laktasi. Contoh obat yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu pil KB yang mengandung hormon estrogen.
4. Posisi Ibu-bayi yang benar saat menyusui Dapat dicapai bila bayi tampak menyusui dengan benar, bayi menempel betul pada ibu mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara, mulut bati membuka lebar, sebagian besar areola tertutup mulut bayi, bayi menghisap ASI pelan-pelan dengan kuat, puting susu ibu tidak terasa sakit dan puting terhadap lengan bayi berada pada satu garis lurus
5. Penilaian kecukupan ASI pada bayi Bayi usia 0 – 4 bulan atau 6 bulan dapt dinilai cukup pemberian ASInya bila tercapai keadaan sebagai berikut : a. Berat badan lahir telah pulih kembali setelah bayi berusia 2 minggu b. Kenaikan berat badan dan tinggi badan sesuai dengan kurve pertumbuhan normal c. Bayi banyak ngompol sampai 6 kali atau lebih dalam sehari d. Tiap menyusui, bayi menyusu kuat (rakus) e. Payudara Ibu terasa lunak setelah disusukan dibanding sebelumnya
6. Diluar waktu menyusui
Jangan membiasakan bayi menggunakan dot atau kempeng. Berikan ASI dengan sendok bila Ibu tidak dapat menyusui bayinya.
7. Ibu bekerja Selama cuti hendaknya ibu menyusui bayinya terus. Jangan juga membiasakan bayi menyusu dengan botol bila masa cuti telah habis dan ibu harus bekerja kembali.
8. Pemberian makanan pendamping ASI Makanan pendamping ASI hendaknya diberikan mulai usia bayi 4 – 6 bulan. BIla Ibu bekerja sebaiknya makanan pendamping ASI diberikan pada jam kerja, sehingga ASI tetap diberikan setelah ibu berada di rumah.
9. Penyapihan Menghentikan pemberian ASI harus dilakukan secara bertahap dengan jalan meningkatkan frekuensi pemberian makanan anak dan menurunkan frekuensi pemberian ASI secara bertahap dalam kurun waktu 2 – 3 bulan.
10. Klinik laktasi Pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak harus memiliki pelayanan yang dapat meyakinkan setiap Ibu dalam masa menyusui bahwa ia selalu dapat berkonsultasi untuk setiap masalah laktasi yang dialaminy. Untuk itu perlu diadakan klinik laktasi atau tenaga terlatih untuk membantunya pada sarana pelayanan kesehatan yang terdekat.
11. Kelompok pendukung ASI Perlu dibina adanya kelompok pendukung ASI di lingkungan masyarakat, yang dapat merupakan sarana untuk mendukung ibu-ibu di lingkungan tersebut agar berhasil menyusui bayinya, dibantu oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan tersebut. Melalui kelompok ini, Ibu-Ibu menyusui dapat mengadakan diskusi dan mendapat bantuan bila mengalami masalah dalam menyusui bayinya.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Menyusui adalah proses alami manusia tetapi tidak sederhana seperti yang di bayangkan khalayak umum.Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan ini. Agar menyusui berhasil, setiap ibu harus percaya dapat melakukannya dengan didukung petunjuk pengetahuan dan manajemen praktek menyusui yang benar dan tepat. Persiapan dini sejak masa kehamilan hingga menyusui sangat membantu kelancaran proses menyusui secara keseluruhan. Penggunaan ASI telah dideklarasikan sebagai gerakan nasional yang merupakan upaya peningkatan derajat kesehatan Ibu dan anak.Untuk mencapai keberhasilan gerakan nasional perlu didukung oleh peran serta seluruh anggota masyarakat
para
Ibu
sebagai
pelopor
peningkatan
kualitas
sumberdaya
indonesia.praktek menyusui yg baik dan benar setiap ibu perlu mempelajarinya.bukan pada Ibu yang pertama kali hamil dan melahirkan tetapi juga Ibu – Ibu yang melahirkan anak yang ke 2 dan seterusnya.
B. SARAN 1. Peranan petugas kesehatan sangat penting dalam melindungi,meningkatkan, dan mendukung usaha menyusui baik sebelum, selama maupun setelah kehamilan dan persalinan.Petugas kesehatan harus mampu memotivasi , memberikan bimbingan dan penyuluhan manajemen menyusui dikalangan Ibu.Dukungan tenaga kesehatan ini akan sangat menentukan suksesnya kampaye ASI disamping dukungan keluarga dan lingkungan. 2. Dengan mengikuti dan mempelajari pengetahuan mengenai menyusui atau laktasi diharapkan setiap ibu hamil,bersalin dan menyusui dapat memberikan ASI secara optimal sehingga bayi dapat tumbuh kembang normal sebagai calon sumberdaya manusia yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Scripnational:Ambarwati, 2008, Asuhan Kebidanan Nifas,Yogyakarta : Mitra Cendikia
Scripnational: Program Manajemen Laktasi, 2009, Buku Bacaan Manajemen Laktasi Jakarta : Perinasia