Vol I, Tg-001 Ju Eksplorasi (autorecovered).docx

  • Uploaded by: Ahmad Humam
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Vol I, Tg-001 Ju Eksplorasi (autorecovered).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,414
  • Pages: 7
Ahmad Humam F.1

Jurnal Umum Eksplorasi Sumber Daya Bumi I S1 Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

ANALISIS PEMANFAATAN GAS METANA BATUBARA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETAHANAN ENERGI DAERAH DI BALIKPAPAN ANALYSIS OF COAL BED METHANE GAS UTILIZATION AND ITS IMPACT ON REGIONAL ENERGY SECURITY ON BALIKPAPAN Penulis Ahmad Humam Fanani.1 Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarrman ABSTRAK Indonesia dengan kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah utamanya sumberdaya buminya menjadi magnet kegiatan eksplorasi termasuk potensi eksplorasi sumberdaya tidak konvensional Resources yang mulai menjadi “tren” energi di negara-negara maju seperti AS, dan Jepang yakni Coal Bed Methane atau Gas Metana Batubara (CBM). Dengan Potensi cadangan Gas Metana Batubara Indonesia menurut data yang dihimpun dari Kementrian ESDM terdapat sekitar 453 TCF, lebih dua kali lipat dari cadangan gas alamnya. Cekungan Kutai yang berada di daerah Kalimantan Timur menjadi penyokong sejumlah potensi besar tersebut yakni sebesar 80,40 TCF atau 17.7% dari keseluruhan potensi cadangan, tidak terlepas pula beberapa potensi-potensi reservoir gas yang dewasa ini ditemukan di kota Balikpapan dan terakumulasi pada sektor sebelah timur kota tersebut yakni pada daerah Manggar, Lamaru, dan sekitarnya. Yang menjadi titik kunci yakni situasi usaha pemanfaatan CBM terbilang baru di Balikpapan maka perlu pengkajian mengenai dampak-dampak yang akan terjadi baik sosial budaya di masyarakat yang erat kaitannya dengan ketahanan energi Kalimantan Timur. Kata kunci : CBM, Potensi Energi Balikpapan, Dampak Lingkungan, Keuntungan, Sosial Masyarakat ABSTRACT

Indonesia with a wealth of abundant natural resources could be the goal of exploration activities including the potential for exploration of unconventional resources Resources that are beginning to become "energy trends" in developed countries like the US, and Jepange Coal Bed Methane or Coal Methane Gas (CBM). With the reserve potential of Indonesia's Coal Methane Gas according to data compiled from the Ministry of Energy and Mineral Resources there are about 453 TCF, more than twice that of its natural gas reserves. The Kutai Basin in East Kalimantan is a potential advocate of 80.40 TCF or 17.7% of the total reserve potential, there are no potential gas reservoir potentials currently found in Balikpapan and accumulated in the eastern sector of the city in the Manggar, Lamaru, and surrounding areas. The key point is that the business situation of CBM utilization is relatively new in Balikpapan, it is necessary to study about the impacts that will occur both socio-cultural in society and energy security of East Kalimantan. Keywords : CBM, Balikpapan Energy Potential, Environmental Impact, Benefit, Social Community

Jurnal Eksplorasi Sumber Daya Bumi I, VOL I-TG-001 JU, Desember 2017

Ahmad Humam F.1

1.

Jurnal Umum Eksplorasi Sumber Daya Bumi I S1 Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

LATAR BELAKANG

Indonesia dengan kekayaan sumber daya alam yang sangat melimpah utamanya sumberdaya buminya menjadi magnet kegiatan eksplorasi termasuk potensi eksplorasi sumberdaya UnConventional Resources yang mulai menjadi “tren” energi di negara-negara maju seperti AS, dan Jepang yakni Coal Bed Methane atau Gas Metana Batubara (CBM). Dengan Potensi cadangan Gas Metana Batubara Indonesia menurut data yang dihimpun dari Kementrian ESDM terdapat sekitar 453 TCF, lebih dua kali lipat dari cadangan gas alamnya. Cekungan Kutai yang berada di daerah Kalimantan Timur menjadi penyokong sejumlah potensi besar tersebut yakni sebesar 80,40 TCF atau 17.7% dari keseluruhan potensi cadangan, tidak terlepas pula beberapa potensipotensi reservoir gas yang dewasa ini ditemukan di kota Balikpapan dan terakumulasi pada sektor sebelah timur kota tersebut yakni pada daerah Manggar, Lamaru, dan sekitarnya. Yang menjadi sorotan adalah ketika kegiatan eksplorasi yang beberapa waktu lalu sempat menjadi pembicaraan hangat di bumi Kalimantan. Hal ini telah lama menjadi program pemerintah pusat melalui kementrian ESDM untuk mencoba memaksimalkan potensi energi alternatif negara lewat CBM yang cukup besar terutama untuk daerah Sumatra Selatan dan Kalimantan Timur. Karena sebentar lagi produksi minyak dan gas nasional tidak mampu lagi untuk mencukupi kebutuhan domestik dan juga kebutuhan akan energi bahan bakar fosil yang meluas, usaha untuk mencari alternatif lain sangatlah dibutuhkan untuk mengurangi minyak bumi sebagai sumber energi utama salah satunya yaitu dengan mengganti penggunaan bahan bakar minyak pada sektor transportasi dengan meningkatkan pemanfaatan sumberdaya gas alam yang ada seperti gas alam cair ataupun gas alam hasil dari proses tekanan seperti CBM. Untuk mendukung kegiatan explorasi dalam pemanfaatan sumberdaya alternatif pengganti Minyak dan gas maka melalui Permen ESDM No.36/2008 yang merupakan revisi dari Permen ESDM No.33/2006 Pemerintah mendorong untuk realisasi pemanfaatan CBM di Indonesia. Namun di perspektif lain melihat kebijakan teerkait CBM masih kurang signifikan dalam mengawal pergerakan usaha atau industri pemanfaatan CBM di Indonesia sendiri, masih perlu dilakukan kajian mendalam terkait kebijakankebijakan pemerintah dalam mengatur kegiatan usaha dan pengelolaan sumberdaya CBM ini. (Hartiniati,

2011). Dalam beberapa topik juga dibahas mengenai kegiatan-kegiatan apa saja yang terdapat pada operasional produksi sumberdaya CBM ini berhubung Indonesia masih belum punya suatu standar tentang operasional kegiatan pengelolaan industri ini karena masih baru dan tidak banyak mengenal teknologiteknologi yang diterapkan pada kegiatan produksinya, dan masih perlu ada dilakukan studi-studi mengenai metode yang cocok untuk diterapkan pada lapangan produksi di Indonesia. Belum lagi mengenai dampakdampak yang timbul dari kegiatan produksinya baik dampak terhadap lingkungan secara fisik, biologis, dan sosisal budaya masyarakat sekitar kota Balikpapan. Sedangkan dari kebijakan pemerintah kota sendiri yang seperti kita ketahui cukup ketat dalam memberikan izin usaha-usaha tambang karena memang kegiatan penambangan tidak diizinkan untuk beroperasi di wilayah darat Balikpapan. Karena akan berdampak kepada kondisi lingkungan di Balikpapan utamanya daerah hutan lindung. Adapun hal ini pula yang menjadi sorotan publik di kota Balikpapan yang seperti diketahui belum pernah ada dilakukan kegiatan penambangan batubara sehingga masih sangat minim informasi-informasi mengenai karateristik daerahnya terhadap kegiatankegiatan semacam itu. Juga belum ada data-data pasti mengenai pencemaran lingkungan apa saja yang akan terjadi apabila kegiatan produksi CBM ini dilakukan. 2.

PENDAHULUAN

Reservoir dari CBM secara alamiah terbentuk dari reservoir yang terkekarkan yang mna memiliki karakteristik yang cukup berbeda dengan reservoir gas alam biasa pada umumnya. Karena karakteristik reservoir dari CBM berbeda dengan gas alam konvensional, metode dalam memproduksi gasnya pun berbeda. Gambaran produksi CBM dimulai dari proses pengeringan atau memproduksi air yang terdapat pada formasi batuan yang mengisi sitem dari rekahan-rekahan dengan maksud untuk menurunkan tekanan pada reservoir. Ketika tekanan pada reservoir berada lebih rendah dari tekanan penyerapan, gas terserap yang ada di dalam matriks batubara terbebaskan. Mekanisme aliran gas yang melewati reservoir CBM mengikuti tahap tingkatan ke tiga. Sejumlah besar gas yang terserap pada matriks batubara di permukaan turut megikuti kurva dari bentuk adsorpsi isoterm yang diajukan oleh Langmuir tahun 1918. Hubungan adsorpsi isotermik Langmuir memiliki hubungan antara jumlah gas terserap dengan

Jurnal Eksplorasi Sumber Daya Bumi I, VOL I-TG-001 JU, Desember 2017

Ahmad Humam F.1

Jurnal Umum Eksplorasi Sumber Daya Bumi I S1 Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

tekanan pada reservoir, yangmana memiliki dua parameter yakni Volume dan Tekanan Dalam produksi gas CBM tidak ditemukan adanya penurunan yang negatif di awal-awal masa produksi. Penurunan terjadi setelah puncak kegiatan produksi telah terlewati. Produksi gas dipisahkan menjadi nilai ratarata ubahan tekanan gas pada matriks, dpm/dt, dan nilai rata-rata ubahan tekanan rekahan. (Harry, dkk. 2016). Endapan batubara merupakan sumber sekaligus tempat penyimpanan bagi gas-gas yang diproduksinya melalui proses-proses yang sudah disebutkan sebelumnya. Molekul-molekul gas akan berikatan dengan permukaan batubara. Hampir semua gas metan batubara tersimpan dalam struktur molekul batubra; beberapa tersimpan pada rekahan-rekahan atau ganjal-ganjal batubara, atau terlarut dalam air yang terperangkap pada rekahanrekahan. Batubara umumnya dapat membangkitkan lebih banyak volume gas daripada yang dapat diserap dan disimpan olehnya. Basin yang memiliki kandungan metan sebanyak 500-600 standard cubic feet (SCF) per ton dan disertai dengan permeabilitas dan laju desorpsi yang memadai, dianggap sebagai tempat yang “sangat sesuai bagi produksi CBM secara komersial”

3.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk melakukan analisa adalah dengan melakukan studi literatur pada jurnal-jurnal penelitian dan penelusuran berita melalui surat kabar. Adapun datadata yang dibutuhkan dihimpun kemudian dilakukan kajian sederhana sesuai dengan tema atau pembahasan seperti kajian geologi regional cekungan Balikpapan dan prinsip dasar eksplorasi CBM serta kebijakankebijakan yang berlaku. Selebihnya merupakan opini sebagai hasil telaah secara kritis dan komperehensif dari berbagai penelitian yang telah dilakukan. 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Pengamatan Gambar 1.1 Lokasi Pengamatan

Kota Balikpapan merupakan salah satu kota besar yang berada di pesisir Kalimantan Timur. Disana termasuk kedalam wilayah cekungan Kutai yang juga terdapat formasi Balikpapan tempat

potensi CBM berada. Cekungan kutai merupakan cekungan tersier tertua dan terdalam di Indonesia. Cekungan kutai terdapat di timur Kalimantan. Luasnya mencapai 165.000 km persegi dan kedalamannya 12.000-14.000 meter. (Nurul, 2011) Kota ini terletak pada bagian tenggara provinsi Kalimantan Timur, merupakan pintu masuknya seluruh kegiatan perdagangan ataupun industri di Kaltim karena keberadaan Teluk Balikpapan yang sangat strategis. Berbatasan langsung dengan daerah lain seperti Kutai Kartanegara, Penajam, dan Penajam Paser Utara(PPU) serta dibagian sebelah timur berbatasan dengan Selat Makassar. 4.2 Geologi Regional Kota Balikpapan secara geologi terdiri dari 3 formasi yang mendasarinya yaitu : Formasi Balikpapan Bawah, Formasi Balikpapan Atas dan Formasi Balikpapan-Kampung Baru (S. Hidayat dan I. Umar, 1994). Untuk formasi Balikpapan Bawah dan Balikpapan Atas terdiri dari batu pasir kuarsa dan lempung dengan sisipan lanau, serpih, batu gamping dan batu bara, formasi tersebut berada didaerah perkotaan. Dimana satuan batuan tersebut secara umur geologi berumur Miosen dan telah mengalami tingkat pelapukan yang cukup tinggi dan mudah jenuh oleh air. Untuk Formasi Kampung Baru terdiri dari batu pasir kwarsa dengan sisipan lempung lignit dan lanau dan berumur pliosen. Adapun letak Formasi tersebut berada dibagian Timur dari Kota Balikpapan dan sebelah utara. Dimana satuan batuan ini juga memiliki tingkat pelapukan yang tinggi dan mudah mengalami erosi. Formasi geologi Kota Balikpapan terdiri dari Meosin Atas dan Alluvial Undak Terumbu Koral. Jenis batuan yang ada terdiri dari endapan permukaan dan batuan sedimen dan gunung api. Endapan permukaan berupa endapan alluvium, terdiri dari kerikil, pasir, lempung dan lumpur, umumnya tersebar disepanjang pantai timur di sekitar Tanah Grogot, Teluk Adang dan Teluk

Jurnal Eksplorasi Sumber Daya Bumi I, VOL I-TG-001 JU, Desember 2017

Ahmad Humam F.1

Jurnal Umum Eksplorasi Sumber Daya Bumi I S1 Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

Balikpapan. Sedangkan jenis batuan sedimen dan gunung api, terdiri dari tiga formasi batuan yaitu Formasi Pulau Balang, Formasi Balikpapan dan Formasi Kampung Baru. Mengingat sebagian besar lahan di Kota Balikpapan berjenis podsolik merah kuning dan pasir kuarsa dan bertekstur kasar serta ikatan batuan yang lemah, disebabkan tanah tersebut dibentuk dari jenis batuan yang berumur relatif muda. Sedangkan sifat tanahnya sangat mudah tererosi dan jenuh akan air. Sedangkan pembentukan jenis-jenis tanah ditentukan oleh beberapa faktor batuan induk, topografi, umur, iklim dan vegetasi/biologi serta pengaruh faktor lainnya, sehingga mengalami proses lebih lanjut secara terus menerus. 4.3 Pendayagunaan Coal Bed Methane (CBM) dan Isu terhadap Lingkungan Pengalaman dari negara lain khususnya Amerika Serikat, menunjukkan bahwa pendayagunaan CBM menimbulkan dampak terhadap komponenkomponen: (1) air permukaan dan air tanah; (2) kualitas udara dan kebisingan; (3) ruang, lahan dan tanah; (4) sumberdaya hayati/biologi; (5) sosial, ekonomi dan budaya masyarakat; dan (6) kesehatan masyarakat. Uraian dampak terhadap setiap komponen disajikan di bawah ini. Mengingat Air Permukaan yang jumlahnya yang sangat besar. Sebagai contoh, pada produksi CBM di Powder River Basin yang mencakup dua negarabagian Amerika Serikat (kawasan tenggara Montana dan utara Wyoming), air yang diperkirakan dihasilkan’ oleh Wyoming saja pada periode 15 tahun ke depan akan mencapai 1,4 triliun gallon (atau setara dengan 5,299 triliun liter) air, yang dikeluarkan melalui 51.000 sumur. (Hartiniati, 2011) Bagi kawasan-kawasan yang cadangan air tanahnya kecil, pendayagunaan CBM dilaporkan memberikan dampak negatif seperti : 1) Pengurangan kuantitas air tanah; 2) Kontaminasi akuifer oleh air bermutu rendah dari pemboran atau perekahan; 3) Penurunan kuantitas dan pasokan air tanah karena proses pengawaairan; 4) Kontaminasi air tanah oleh air-buangan produksi yang tercemar.

Pendayagunaan CBM akan memberikan dampak yang besar dan penting terhadap air tanah. Ini dikarenakan, pada banyak kasus, air yang digunakan untuk proses pengawaairan diperoleh dengan memompa air tanah yang kemudian akan dibuang bersamaan dengan diekstraksinya gas CBM. Kajian yang dilakukan oleh Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat menyebutkan bahwa pengaruh pemompaan air dari sumur-sumur CBM mencapai luasan sampai dengan 16 km. Selain itu, pemompaan air tanah juga akan berpengaruh langsung terhadap hewan, tumbuhan dan masyarakat, serta sumber-sumber air bersih yang untuk perkotaan dan atau kegiatan lainnya. Pemompaan air tanah juga akan berpengaruh kepada permukaan tanah, karena pengurasan air tanah dapat mengakibatkan penurunan permukaan air tanah yang memicu penurunan permukaan tanah, meski penurunan tersebut tidak segera terjadi. (Hartiniati., 2011) Kualitas Udara dan Kebisingan juga ikut menjadi dampak dari pembangunan sarana dan prasarana untuk menunjang ekstraksi CBM meliputi pembangunan jalan-jalan, bantalan pengeboran, pengadaan tempattempat buangan air, pemasangan pompa-pompa, kompresor-kompresor dan pipa-pipa. Disamping menimbulkan dampak fisik permanen terhadap tapak-tapak dimana kegiatan tersebut mengambil tempat, kegiatan-kegiatan ini dipastikan akan diiringi dengan meningkatnya lalu-lintas, pencemaran udara (dari kegiatan konstruksi maupun lalu-lintas kendaraan proyek dan dari sumber-sumber lainnya ketika kegiatan konstruksi selesai), dan kebisingan. Oleh karenanya, pendayagunaan CBM akan berdampak terhadap kualitas udara dan kebisingan. Dampak pendayagunaan CBM terhadap kualitas udara berasal dari produksi partikel-partikel halus dari lalu-lintas kendaraan proyek selama tahap konstruksi. Karena kegiatan dilakukan di suatu kawasan yang luas, selama tahap konstruksi dampak yang ditimbulkan bersifat besar dan penting. Perubahan atau penurunan kualitas udara ini dapat mempengaruhi baik tanaman budidaya mau pun non-budidaya, dan kualitas kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya . Perubahan tingkat kebisingan akan terjadi selama kegiatan berlangsung, mulai dari saat pembangunan akan dilaksanakan sampai dengan lokasi tambang ditinggalkan. Tingkat kebisingan tertinggi akan terjadi

Jurnal Eksplorasi Sumber Daya Bumi I, VOL I-TG-001 JU, Desember 2017

Ahmad Humam F.1

Jurnal Umum Eksplorasi Sumber Daya Bumi I S1 Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

pada tahap eksploitasi CBM, disebabkan oleh suara yang dihasilkan oleh motor penggerak pompa dan kompresor gas. Seperti disajikan di bagian tentang dampak sosial bawah, kebisingan yang terus-menerus dalam waktu yang lama akan mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Pada lokasi eksploitasi yang tidak berpenduduk, kebisingan hanya akan berpengaruh kepada para pekerja, satwa liar dan hewan ternak, bila ada. Dampak pendayagunaan CBM terhadap aspek uang atau pendapatan bergantung kepada status dari kawasan dimana kegiatan tersebut mengambil tempat. Jika kawasan tersebut merupakan kawasan budidaya, kegiatan pendayagunaan CBM tidak akan menimbulkan dampak yang penting sifatnya, karena kegiatan tersebut digolongkan sebagai kegiatan budidaya. Sebaliknya jika berada di lokasi nonbudidaya, kegiatan pendayagunaan CBM akan berhadapan dengan kondisi tata-ruang di kawasan tersebut, dimana diperlukan perubahan terhadap rencana tata-ruang yang ada. Dampak terhadap lahan terutama pada aspek perubahan penguasaan lahan. Bila lahan yang akan digunakan merupakan lahan pertanian atau permukiman, maka perlu dilakukan pemindahalihan penguasaan lahan sebelum kegiatan dapat dilakukan. Disamping ketegangan dalam masyarakat karena perbedaan pendapat berkenaan dengan nilai ganti rugi lahan, pembebasan lahan sering memicu munculnya spekulan tanah yang juga mengakibatkan harga lahan dan biaya ganti-rugi menjadi tidak-wajar. Kesulitan lainnya, lahan negara sering diakui sebagai hak milik ulayat oleh (sekelompok) masyarakat setempat, Hal ini juga akan berakibat dengan pemindahan (relokasi) penduduk dari kawasan yang akan dikembangkan bagi produksi CBM. Relokasi manusia dalam jumlah besar bukan pilihan yang disarankan kecuali sangat terpaksa karena tidak ada pilihan lain. Selain tidak populer, biaya yang harus dikeluarkan dapat dipastikan akan berjumlah besar dan bisa memicu kontroversi yang akan menghambat pelaksanaan proyek. Dampak terhadap tanah bersifat besar dan penting karena air limbah berkadar garam tinggi yang dihasilkan dapat menurunkan, bahkan merusak, kesuburan tanah. Pendayagunaan CBM akan menimbulkan dampak terhadap sumberdaya hayati, baik yang bersifat budidaya (tanaman pertanian) mau pun alami. Dampak yang ditimbulkan bisa terjadi mulai dari tingkat spesies sampai dengan ekosistem. Dampak langsung terhadap sumberdaya hayati dapat terjadi bila

limbah air berkadar garam tinggi dibuang langsung ke lingkungan dan tidak ada upaya untuk mengolahnya terlebih dahulu. Peningkatan kadar garam secara drastis pada badan-badan air permukaan akibat dari kegiatan produksi CBM dapat mengganggu kesetimbangan fisik dan biologis yang pada gilirannya akan mengganggu pasokan sumberdaya hayati bernilai ekonomis seperti ikan yang pada gilirannya akan mematikan kegiatan usaha penangkapan ikan. Pembuangan air secara langsung ke lingkungan darat/terrestrial, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, akan menurunkan atau menghilangkan kesuburan tanah yang pada gilirannya akan mengganggu produksi pertanian. Selain itu, dampak tidak langsung juga dapat terjadi ketika pasokan atau mutu air tanah berubah atau menurun karena kegiatan. (Hartiniati., 2011). Selain itu, kerusakan komunitas tumbuhan juga akan menimbulkan peningkatan erosi. Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya beban sedimen pada badan-badan air yang pada banyak kasus di Indonesia memang sudah buruk kualitasnya. Padahal badan-badan air tersebut digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai sumber untuk keperluan rumah tangga. Dampak sosial-ekonomi dari pengembangan CBM meliputi (a) pengadaan lapangan kerja; (b) peningkatan pendapatan; dan (c) penerimaan pemerintah melalui pajak dan royalti. Berkaitan dengan pengadaan lapangan kerja, perlu ditekankan di sini bahwasanya pengembangan CBM yang bersifat padat teknologi dan padat modal sering mengakibatkan pekerjaan yang tersedia diambil-alih dan didominasi oleh pendatang karena latar belakang pendidikan penduduk setempat yang rendah dan tidaksesuai dengan posisi yang ditawarkan. Pada gilirannya hal ini dapat menimbulkan friksi antara penduduk setempat dan pendatang, serta kecemburuan sosial yang tidak kondusif bagi pengoperasian proyek. Selain itu, limbah air dalam jumlah sangat besar yang tidak ditangani dengan baik akan berakibat langsung terhadap mata pencaharian masyarakat. Besarnya jumlah sumur yang dibangun menunjukkan bahwa pembangunan fisik untuk menunjang produksi CBM berlangsung di suatu kawasan yang luas. Dampak yang mungkin timbul adalah konflik gunalahan antara penduduk setempat dengan perusahaan produsen CBM. Pengembangan CBM memberi dampak terhadap lahan-lahan perdesaan melalui beberapa cara.

Jurnal Eksplorasi Sumber Daya Bumi I, VOL I-TG-001 JU, Desember 2017

Ahmad Humam F.1









Jurnal Umum Eksplorasi Sumber Daya Bumi I S1 Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

Timbulnya konflik dengan kegiatan pertanian yang disebabkan oleh pembangunan jalanjalan, bantalan pengeboran, pengadaan tempattempat buangan air dan sarana terkait lainnya, serta pengoperasiannya. Gangguan terhadap penduduk oleh suara pompa-pompa, kompresor dan lalu-lintas kendaraan proyek. Pencemaran udara yang disebabkan oleh kegiatan akan menimbulkan efek partikelpartikel halus dan berkurangnya jarak-pandang yang pada gilirannya akan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Berubah atau rusaknya ‘nilai visual’ kawasan yang bernilai ekonomi bagi pariwisata karena perubahan bentanglahan dalam skala besar. (Hartiniati., 2011)

Dampak sosial yang berkaitan dengan upaya mengamankan pengoperasian sumur-sumur ekstraksi CBM. Mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan di sumur-sumur ekstraksi CBM merupakan hal yang sangat penting baik bagi pengelola proyek mau pun bagi masyarakat setempat. Masalahnya terdapat kecenderungan pada masyarakat perdesaan untuk mengabaikan keselamatan dengan tidak mematuhi aturan atau karena maksud-maksud tertentu terkait dengan ketidakpuasan terhadap, antara lain, ganti-rugi lahan yang tidak memadai, ketidak-terlibatan dalam kegiatan proyek, atau kehadiran proyek yang dianggap tidak memberi manfaat. Bila terjadi, hal ini bisa menjadi ‘beban’ tersendiri bagi proyek pengembangan CBM karena dapat menimbulkan masalah yang berkepanjangan. Luasnya lahan operasi dan banyaknya sumur-pompa yang didirikan merupakan tantangan tersendiri karena tidak mudah untuk mengontrol dan menjaganya dari ‘ketidakpatuhan’ penduduk setempat. 5.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil ppenelitian ini maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Keterdapatan CBM di Balikpapan terbilang tidak melimpah namun dari segi kualitas CBM di Balikpapan tergolong sangat baik dibanding dengan yang ada di pulau Sumatra.

2.

3.

4.

Pendayagunaan CBM menimbulkan dampak terhadap komponen-komponen: air permukaan dan air tanah; kualitas udara dan kebisingan; ruang, lahan dan tanah; sumberdaya hayati/biologi; sosial, ekonomi dan budaya masyarakat; dan kesehatan masyarakat. Kajian-kajian intensif mengenai analisa dampak-dampak yang akan muncul sangat diperlukan juga untuk meminimalisir konflik yang kemungkinan muncul nantinya di masyarakat khususnya kota Balikpapan. Dampak sosial-ekonomi dari pengembangan CBM meliputi (a) pengadaan lapangan kerja; (b) peningkatan pendapatan; dan (c) penerimaan pemerintah melalui pajak dan royalti.

Adapun saran atau masukan kepada pemerintah selaku pembuat kebijakan dan penentu kebijakan. Demi bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat, lebih baik sebelumnya melakukan kajian-kajian lebih dalam tentang kesiapan SDM daerah yang akan terserap kepada industri tersebut apakah mampu menampung atau tidak, karena mengingat akan terbukanya lapangan pekerjaan dan munculnya ketertarikan penduduk luar daerah yang ingin mencari pekerjaan, dirasa sangat perlu pemerintah untuk mempersiapkan SDM daerah dengan matang supaya mampu untuk terlibat dalam persaingan. Diluar daripada itu perlu juga memperhaikan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan, mesti ada cara untuk menanggulangi limbah-limbah atau pencemaran yang akan terjadi ketika industri ini sudah berjalan. DAFTAR PUSTAKA Amalia, Nurul. 2011. “Evaluasi Gas Metana Batubara Pada Formasi Balikpapan Cekungan Kutai”. Semnas ke-II FTG Universitas Padjadjaran : Bandung Hartiniati. Mei 2011. Dampak Lingkungan dan Sosial dari Pengembangan CBM di Indonesia.Vol. 12 No. 2 Hal. 207-216. Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT : Jakarta Pahlevi, Renaldi Reza, dkk. 1994. “Analisis Peramalan Produksi Reservoir Gas Metana Batubara Menggunakan Software F.A.S.T. CBM Pada Sumur RRP Lapangan

Jurnal Eksplorasi Sumber Daya Bumi I, VOL I-TG-001 JU, Desember 2017

Ahmad Humam F.1

Jurnal Umum Eksplorasi Sumber Daya Bumi I S1 Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman

Levi”. Seminar Cendekiawan 2015, ISSN No. 2460-8696. Permen Kementrian ESDM No. 38 Tahun 2008 Rencana Strategis 2015-2019 Dirjen Minyak dan Gas, 2015. Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral. S. Hidayat dan I. Umar. 1994. Peta Geologi Lembar Balikpapan, Kalimantan. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi: Bandung.

Gambar 1.2 Peta Potensi CBM yang tersebar diseluruh Indonesia beserta Persentase menurut perhitungan Kementrian ESDM

Jurnal Eksplorasi Sumber Daya Bumi I, VOL I-TG-001 JU, Desember 2017

Related Documents

Ju
April 2020 20
Ju
June 2020 21
Eksplorasi
November 2019 46
Ju-2004
April 2020 8
Catalogo Ju
May 2020 9

More Documents from ""