Ventilator.docx

  • Uploaded by: Mitha Amelia Putri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ventilator.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,873
  • Pages: 11
Mitha Amelia Putri NIM 16030 Keperawatan Kritis

VENTILATOR

1. Pengertian Ventilator mekanik merupakan alat bantu pernapasan bertekanan positf atau negatif yang menghasilkan aliran udara terkontrol pada jalan napas pasien sehingga mampu mepertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam jangka waktu yang lama (Purnawan & Saryono, 2010). Ventilasi

mekanik

diindikasikan

apabila

cara-cara

penatalaksanaan

noninvasif gagal membantu oksigenasi dan ventilasi yang adekuatKeputusan untuk memulai pemasangan ventilasi mekanik didasarkan pada kemampuan pasien

untuk

membantu

kebutuhan

oksigen

dan

ventilasi

mereka.

Ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan kadar CO2 dan status asam basa dalam batas-batas yang dapat diterima secara klinis disebut gagal napas (respiratory failure) dan merupakan indikator umum untuk tindakan pemasangan ventilator mekanik. (Dewi, 2008)

2. Macam - Macam Ventilator Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung ventilasi, dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan ventilator tekanan positif. 1. Ventilator Tekanan Negatif Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal. Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungn dengan kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi sering. 2. Ventilator Tekanan Positif Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu tekanan bersiklus (Pressure Cycled Ventilator), waktu bersiklus (Time Cycled Ventilator), dan volume bersiklus (Volume Cycled Ventilator). a. Volume Cycled Ventilator Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten. b. Pressure Cycled Ventilator Prinsip dasar ventilator type ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga

pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan. c. Time Cycled Ventilator Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit). Normal ratio => I (Inspirasi) : E (Ekspirasi ) = 1 : 2

3. Bagian Ventilator

4. Mode Ventilator Menurut Dewi 2008 Mode ventilasi adalah salah satu dari beberapa metode yang digunakan oleh ventilator untuk membantu ventilasi. Mode-mode tersebut menghasilkan tekanan jalan napas, volume, dan pola-pola respirasi yang berbedabeda dan oleh karena itu memberikan bantuan ventilasi yang berbeda pula. Semakin tinggi tingkat bantuan ventilator, maka semakin kecil kerja otot-otot pernapasan yang dilakukan oleh pasien. Kerja pernapasan berbeda-beda pada setiap model ventilasi

Mode ventilasi yang digunakan untuk membantu ventilasi tergantung pada penyebab gangguan pernapasan dan pilihan klinisi. Dikutip dari Tanjung 2013 Mode pada ventilator terbagi menjadi beberapa jenis yaitu : A. Control Ventilation Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnoe. Ventilasi mekanik adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.Ventilator tipe ini meningkatkan kerja pernafasan klien. B. Assist-Control Ventilation Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila klien gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis. Ventilator ini diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian ventilator. C. Intermitten Mandatory Ventilation Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model kontrol, klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator. D. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat. E. Positive End-Expiratory pressure Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan tujuan untuk mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. Indikasi pada klien yang menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang massif dan pneumonia

difus. Efek samping dapat menyebabkan venous return menurun, barotrauma dan penurunman curah jantung. F. Continious Positive Airway Pressure. (CPAP) Ventilator ini berkemampuan untuk meningkatakan FRC. Biasanya digunakan untuk penyapihan ventilator.

5. Komplikasi Ventilator adalah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak tepat bisa, menimbulkan komplikasi seperti: Pada paru 1. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler. Atelektasis/ kolaps alveoli diffuse 2. Infeksi paru 3. Keracunan oksigen 4. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat. 5. Aspirasi cairan lambung 6. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator 7. Kerusakan jalan nafas bagian atas

Pada sistem kardiovaskuler : Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya aliran balik vena akibat meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.

Pada sistem saraf pusat 1. Vasokonstriksi cerebral Terjadi karena penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akibat dari hiperventilasi. 2. Oedema cerebral 3. Terjadi karena peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akibat dari hipoventilasi. 4. Peningkatan tekanan intra kranial 5. Gangguan kesadaran

6. Gangguan tidur.

Pada sistem gastrointestinal 1. Distensi lambung dan illeus 2. Perdarahan lambung.

6. Prosedur Pemberian Ventilator Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut: 1. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100% 2. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB 3. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit 4. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik 5. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah atelektasis. 7. Penatalaksanaan 1. Meningkatkan pertukaran gas Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk mengoptimalkan pertukaran gas dengan mempertahankan ventilasi alveolar dan pengiriman oksigen. Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang mendasari atau factor mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari mesin dengan pasien. Tim perawatan kesehatan, termasuk perawat , dokter, dan ahli terapi pernafasan , secara kontinu mengkaji pasien terhadap pertukaran gas yang adekuat , tanda dan gejala hipoksia, dan respon terhadap tindakan. Pertukaran gas yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan faktorfaktor yang sangat beragam; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan cairan, nyeri insisi, atau penyakit primer seperti pneumonia. Pengisapan jalan nafas bawah disertai fisioterapi dada (perkusi, fibrasi) adalah strategi lain untuk membersihkan jalan nafas dari kelebihan sekresi karena cukup bukti tentang kerusakan intima pohon trakeobronkial.

Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat ventilasi mekanik yaitu auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri. Perawat sering menjadi orang pertama yang mengetahui perubahan dalam temuan pengkajian fisik atau kecenderungan signifikan dalam gas darah yang menandakan terjadinya masalah (pneumotoraks, perubahan letak selang, emboli pulmonal).

2. Penatalaksanaan jalan nafas Ventilasi

tekanan

positif

yang

kontinyu

dapat

meningkatkan

pembentukan sekresi, dengan apapun kondisi pasien yang mendasari. Perawat harus mengidentifikasi adanya sekresi dengan auskultasi paru sedikitnya 2-4 jam. Tindakan untuk membersihakan jalan nafas termasuk pengisapan, fisioterapi dada, perubahan posisi yang sering, dan peningkatan mobilitas secepat mungkin. Humidifikasi dengan cara ventilator dipertahankan untuk membantu pengenceran sekresi sehingga sekresi lebih mudah dikeluarkan. Bronkodilator baik intravena maupun inhalasi, diberikan sesuai dengan resep untuk mendilatasi bronkiolus.

3. Mencegah trauma dan infeksi Penatalaksanaan jalan nafas harus mencakup pemeliharaan selang endotrakea atau trakeostomi. Selang ventilator diposisikan sedemikian rupa sehingga hanya sedikit kemungkinan tertarik atau penyimpangan selang dalam trakea. Perawatan trakeostomi dilakukan sedikitnya setiap 8 jam jika diindikasikan karena peningkatan resiko infeksi. Higiene oral sering dilakukan karena rongga oral merupakan sumber utama kontaminasi paru-paru pada pasien yang diintubasi pada pasien lemah. Adanya selang nasogastrik dan penggunaan antasida pada pasien dengan ventilasi mekanik juga telah mempredisposisikan pasien pada pneumonia nosokomial akibat aspirasi. Pasien juga diposisikan dengan kepala dinaikkan lebih tinggi dari perut sedapat mungkin untuk mengurangi potensial aspirasi isi lambung.

4. Peningkatan tingkat mobilitas optimal

Mobilitas pasien terbatas karena dihubungkan dengan ventilator. Mobilitas dan aktivitas otot sangat bermanfaat karena menstimuli pernafasan dan memperbaiki mental. Latihan rentang gerak pasif/aktif dilakukan tiap 8 jam untuk mencegah atrofi otot, kontraktur dan statis vena.

5. Meningkatkan komunikasi optimal Metode komunikasi alternatif harus dikembangkan untuk pasien dengan ventilasi mekanik. Bila keterbatasan pasien diketahui, perawat menggunakan pendekatan komunikasi; membaca gerak bibir, menggunakan kertas dan pensil, bahasa gerak tubuh, papan komunikasi, papan pengumuman. Ahli terapi bahasa dapat membantu dalam menentuka metode yang paling sesuai untuk pasien.

6. Meningkatkan kemampuan koping. Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan mengenai ventilator, kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat bermanfaat. Memberikan penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk mengurangi ansietas dan membiasakan klien dengan rutinitas rumah sakit. Klien mungkin menjadi menarik diri atau depresi selama ventilasi mekanik

terutama

jika

berkepanjangan

akibatnya

perawat

harus

menginformasikan tentang kemajuannya pada klien, bila memungkinkan pengalihan perhatian seperti menonton TV, bermain musik atau berjalan-jalan jika sesuai dan memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress (pijatan punggung, tindakan relaksasi) membantu melepaskan ketegangan dan memampukan klien untuk menghadapi ansietas dan ketakutan akan kondisi dan ketergantungan pada ventilator. 8. Pengkajian Menurut Tanjung 2013 perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut : • Tanda-tanda vital • Bukti adanya hipoksia • Frekuensi dan pola pernafasan

• Bunyi nafas • Status neurologis • Volume tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat • Kebutuhan pengisapan • Upaya ventilasi spontan klien • Status nutrisi • Status psikologis

a. Pengkajian Kardiovaskuler Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator tekanan positif. Tekanan intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan pembuluh darah besar dengan demikian mengurangi arus balik vena dan curah jantung. Tekanan positif yang berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks spontan akibat trauma pada alveoli. Kondisi ini dapat cepat berkembang menjadi pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi mengganggu arus balik vena, curah jantung dan tekanan darah. Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama harus memperhatikan tanda dan gejala hipoksemia dan hipoksia (gelisah,gugup, kelam fakir, takikardi, takipnoe, pucat yang berkembang menjadi sianosis, berkeringat dan penurunan haluaran urin). Pengkajian Peralatan Ventilator

juga

harus

dikaji

untuk

memastikan

bahwa

ventilator

pengaturannya telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus memperhatikan hal-hal berikut : • Jenis ventilator • Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll) • Pengaturan volume tidal dan frekunsi • Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)

• Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan. • Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang. • Humidifikasi • Alarm • PEEP Catatan Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak dapat diidentifikasi dan diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap memberikan ventilasi kepada klien dengan menggunakan Bag Resuscitation Manual. b. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi mekanik yaitu : 1. Pemeriksaan fungsi paru 2. Analisa gas darah arteri 3. Kapasitas vital paru 4. Kapasitas vital kuat 5. Volume tidal 6. Inspirasi negative kuat 7. Ventilasi semenit 8. Tekanan inspirasi 9. Volume ekspirasi kuat 10. Aliran-volume 11. Sinar X dada 12. Status nutrisi / elektrolit. DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Yuni Anisa. 2008. Basic Ventilatory Management. Fakultas Kedokteran Hasanudin Hastutui,

Apricila

F.

2015.

Laporan

Pendahuluan

Pada

Klien

Dengan

Ventilator/Ventilasi Mekanik Di Ruang Icu Rspad Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Program Profesi Ners,Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”,Jakarta. Tanjung, Dudut. 2013. Asuhan Keperawatan dengan Ventilasi Mekanik. Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

More Documents from "Mitha Amelia Putri"