UTILITAS PENCEGAHAN KEBAKARAN
Salah satu sistem utilitas yang perlu diperhatikan dalam sebuah bangunan yaitu sistem pencegahan&pemadam kebakaran. Kebakaran merupakan bencana yang merugikan semua pihak, baik pemilik maupun pengguna bangunan. Kurangnya pengetahuan mengenai potensi bahaya bahan bakar dari masyarakat akan menyebabkan semakin besar potensi terjadinya kebakaran sehingga dapat mengganggu stabilitas dan kontinuitas kegiatan industri dimana mengalami kerugian finansial. Menurut PERMENAKER No. 03/MEN/1998 kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak dikehendaki atau tiba-tiba dapat merenggut nyawa korban. Oleh sebab itu, perlunya upaya pencegahan dan penanggulangan terkait kebakaran perlu adanya disetiap tempat. Sistem pencegahan kebakaran dapat berfungsi dengan baik jika sebelumnya dilakukan persyaratan
pada
bangunan
itu
sendiri.
Terdapat
klasifikasi
bangunan-bangunan
menurutketentuan struktur utamanya terhadap api yaitu dibagi dalam 4 kelas. a. Kelas A Bangunan yang masuk kelas ini antara lain bangunan untuk kegiatan umum seperti hotel, pasar, perkantoran, rumah sakit, bangunan industri, maupun tempat hiburan dimana struktur utama harus tahan api sekurang-kurangnya 3 jam. b. Kelas B Bangunan didalamnya meliputi perumahan bertingkat, asrama, sekolah, dan tempat ibadah yang struktur utama harus tahan api sekurang-kurangnya 2 jam. c. Kelas C Ketahanan api dari struktur utama selama 1 jam biasanya untuk bangunanbangunan sederhana atau yang tidak bertingkat. d. Kelas D Bangunan-bangunan yang tidak tercakup dalam kelas A, B, C, dan diatur tersendiri, seperti instalasi nuklir&gudang-gudang senjata/mesin. Beberapa persyaratan yang diperlukan untuk mencegah bahaya kebakaran pada bangunan antara lain: a. Mempunyai bahan struktur utama dan finishing yang tahan api.
b. Mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan disebelahnya atau terhadap lingkungannya. c. Melakukan penempatan tangga kebakaran sesuai dengan persyaratan. d. Mempunyai pencegahan terhadap sistem elektrikal. e. Mempunyai pencegahan terhadap sistem penangkal petir. f. Mempunyai alat kontrol untuk ducting pada sistem pengkodisian udara. g. Mempunyai sistem pendeteksian dengan sistem alarm, sistem automatic smoke, dan heat
ventilating.
h. Mempunyai alat kontrol terhadap lift. i. Melakukan komunikasi dengan stasiun komando untuk sistem pemadam kebakaran. Sistem Deteksi Kebakaran Pendeteksi kebakaran ini merupakan sistem yang menyangkut bagaimana cara kerja alat-alat yang digunakan untuk menganalisa terjadinya ebakaran sejak awal proses timbulnya api/asap. Tujuannya agar mengantisipasi meluasnya proses kebakaran gedung dan memberikan peringatan supaya penghuni didalam gedung segera menyelamatkan diri. Sistem pendeteksi kebakaran terdiri dari beberapa komponen diantaraya yaitu dalam bentuk alarm peringatan kebakaran (Fire Alarm System), alat yang berfungsi memberikan tanda bahaya (alert) bila terjadi potensi kebakaran atau kebocoran gas.
Gambar 1. Komponen Fire Alarm System Cara Kerja Fire Alarm System adalah alat ini mendeteksi potensi-potensi kebakaran seperti gumpalan asap (smoke detector), temperatur tinggi (heat detector), dan adanya gas yang
berbahaya (gas detector), ketika alat ini mendeteksi potensi kebakaran tersebut maka alat ini akan secara otomatis memberikan tanda bahaya (alert) seperti membunyikan bell atau alarm.
1. Fire Alarm Control Panel Salah satu dari komponen fire alarm system ini umumnya dilengkapi builtin telephone yang dapat digunakan saat terjadi
kebakaran, berfungsi untuk
mengintegrasikan berbagai sensir dan audio visual indicator yang berkaitan dengan fire alarm system.
Gambar 2. Fire Alarm Control Panel 2. Heat Detector Alat Pendeteksi Panas ini merupakan sensor yang digunakan untuk mendeteksi temperatur tinggi yaitu detektor panas yang dapat diintegrasikan dengan panel controller (security alarm).
Gambar 3. Heat Detector 3. Smoke Deterctor Detektor kebakaran adalah alat yang berfungsi mendeteksi secara dini kebakaran, agar kebakaran yang terjadi tidak berkembang menjadi lebih besar.
Dengan
terdeteksinya kebakaran, maka upaya untuk mematikan api dapat segera dilakukan, sehingga dapat meminimalisasi kerugian sejak awal. Jika dianalogikan detektor kebakaran adalah alat bantu seperti panca indra kita. Untuk merasakan bau kita memiliki hidung, kalau untuk merasakan adanya kebakaran digunakanlah detektor kebakaran. Deteksi kebakaran dilakukan pada kemunculan asap, kemunculan panas, dan adanya kobaran api.
Gambar 4. Smoke Detector 4. Gas Detector Pendeteksi Gas merupakan alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas berbahaya seperti LPG dan Methane. Detector ini dapat berfungsi tanpa harus menggunakan panel controller. Ketika mendeteksi gas berbahaya,alat ini akan membunyikan built-in sirine.Alat ini dapat ditempatkan pada dinding ruang yang rentan terhadap kebocoran gas. Disamping sebagai Gas detector, alat ini dapat diintegrasikan dengan alarm system.
Gambar 5. Gas Detector 2. SISTEM PEMADAM KEBAKARAN Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting merupakan sistem yang difungsikan untuk menanggulangi bahaya api yang terjadi maupun sikap preventif (pencegahan). Sebelum masuk tahapan dalam cara kerjanya alangkah baiknya mengetahui sistem pemadam api, antara lain:
a. Cara penguraian, merupakan cara dimana memisahkan/menjauhkan benda mudah terbakar seperti bila terjadi kebakaran dalam gudang tekstil maka yang terdekat dengan sumber api harus segera dibongkar/dimatikan. b. Cara pendinginan, merupakan sistem pemadam dengan cara menurunkan panas, seperti penyemprotan air pada benda yang terbakar. c. Cara isolasi/sistem lokalisasi, merupakan cara mengurangi kadar O2 pada area sekitar benda-benda terbakar.
2.1 Macam-macam Sistem Pemadam Kebakaran A. Sistem Sprinkler Sistem ini terdapat instalasi ppa didalamnya guna mengatasi kebakaran secara otomatis disetiap ruangan melalui head spinkler, dipasang sedemikian rupa dimana setiap lantainya dalam plafon dengan jarak 3-5 meter bila terjadi kebakaran pada salah satu lantai maka panas api dari titik kebakaran tersebut akan memecahkan head spinkler. Sistem spinkler terdiri dari: a) Wet Riser System merupakan instalasi pipa berisikan air dengan tekanan air yang relatif tetap. Umumnya pada katup kendalinya dilengkapi dengan peralatan tabung penghambat guna menghindarkan aktifnya alarm gong dari akibat kelebihan tekanan air sesaat yang dikirim melalui katup kendali. Cara kerja sistem ini yaitu air memancar dari kepala spinkler yang pecah karena menerima rangsangan panas dan mengakibatkan tekanan pada jaringan instalasi turun sampai ke titik tertentu. b) Dry Riser System merupakan instalasi pipa yang tidak berisikan air bertekanan, penyedia air tersebut akan mengalirkan secara otomatis jika fire alarm memerintahkannya. Cara kerja sistem ini yaitu suatu asap/panas yang timbul dari ruang lalu akan dideteksi oleh detektor yang terpasang pada sistem ini.