1. NCB-SMK + Respiratory Distress e.c Meconium Aspiration Syndrome (MAS) Keluhan utama : sesak napas Keluhan tambahan : lahir tidak langsung menangis Anamnesis : Bayi perempuan lahir di OK IRD RSMH ditolong oleh SpOG dari ibu G1P0A0 hamil 40-41 minggu secara seksio sesaria atas indikasi gawat janin + KPD 17 jam + Anhidramnion. Bayi lahir tidak langsung menangis, APGAR skor 5/6/7, BBL 4.000 gr, PBL 52cm. Riwayat ibu demam (+), Riwayat KPD (+), riwayat ketuban kental (+), hijau (+), bau (+). Bayi lahir tidak langsung menangis, bayi diposisikan, dibersihkan jalan napas, dirangsang taktil. Bayi kemudian menangis. Pemeriksaan fisik : Pada keadaan umum tampak bayi yang hipoaktif, refleks hisap lemah, tangis lemah. HR : 152 x/m, RR : 58 x/m. T : 36.5°C. Anemis (-) ikterik (-) sianosis (-) dispneu (+). Kepala : NCH (+) konjungtiva anemis (-) sklera ikterik (-) Thorax : simetris, retraksi (+) intercostal. Cor : BJI-II normal, murmur (-), gallop (-). Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (+/+) wheezing (-). Abdomen : cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, Extremitas : CRT < 3 detik. Anus (+). Diagnosa awal : NCB-SMK + Respiratory Distress e.c Susp. Meconium Aspirasi Syndrome dd/ TTN Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium : Hb : 14.7 g/dL Ht 42 % Leu 9.000 g/dL Trombosit : 366.000 mg/dL Ca 9.2 mEq/L Na 145 mEq/L K 4.7 mEq/L BSS 85 mg/dl. Rontgen Thorax: kesan tampak sela iga melebar, diafragma datar, infiltrate di kedua paru. Tatalaksana : Pasien mendapat terapi O2 BCPAP dengan Peep 7 FiO2 40% tercapai SpO2 98%, diberikan antibiotik Inj. Ampicillin 3 x 100 mg, Inj. Ceftazidime 3 x 200 mg, IVFD D101/5 NS kec 10 cc/jam. Pada hari ke 5 perawatan penderita mengalami perbaikan, terapi O2 diganti dengan O2 nasal 2lpm. Pasien pulang kontrol pada perawatan hari ke 7. Diagnosa Akhir: NCB-SMK + Respiratory Distress e.c Meconium Aspirasi Syndrome
2. NCB-SMK + Sepsis + Meningitis + Bronkopneumonia Keluhan utama : demam Keluhan tambahan : tidak mau menyusu, tampak lemah
Anamnesis : Bayi perempuan lahir di rumah ditolong oleh bidan dari ibu G4P2A1 hamil aterm. Bayi lahir langsung menangis, APGAR skor (?), BBL 2.700 gr, PBL (?). Riwayat ibu demam (-), Riwayat KPD (-), riwayat ketuban kental (-), hijau (-), bau (-). Sejak 1 hari SMRS, pada usia ke 20 hari, mengalami demam (+) suhu tidak diukur, batuk (+), sesak napas (-),masih mau menyusu, bayi belum dibawa berobat. Sejak 5 jam SMRS, bayi tampak lemah, sesak napas (+), demam (+) tinggi, bayi mulai tidak mau menyusu, bayi lalu dibawa ke IRD RSMH Pemeriksaan fisik : Pada keadaan umum tampak bayi yang hipoaktif, refleks hisap lemah, tangis lemah. HR : 142 x/m, RR : 55 x/m. T : 38.5°C. Anemis (-) ikterik (-) sianosis (-) dispneu (+). Kepala : NCH (+) konjungtiva anemis (-) sklera ikterik (-) Thorax : simetris, retraksi (+) intercostals, subcostal. Cor : BJI-II normal, murmur (-), gallop (-). Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi basah halus nyaring (+/+) wheezing (-). Abdomen : cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, Extremitas : CRT < 3 detik. Anus (+). Diagnosa awal : NCB-SMK + Klinis Sepsis + RD e,c susp. Bronkopneumonia Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium : Hb : 14.6 g/dL Ht 44 % Leu 22.000 g/dL Trombosit : 615.000 mg/dL LED 5 IT Rasio 0,3 Ca 10 mEq/L Na 135 mEq/L K 6,9 mEq/L Cl 100 CRP <5 BSS 94 mg/dl Tatalaksana : Pasien mendapat terapi O2 BCPAP dengan Peep 7 FiO2 40% tercapai SpO2 98%, diberikan antibiotik Inj. Ampicillin 4 x 68 mg, Inj. Ceftazidime 3 x 135 mg, IVFD D10 1/5 NS kec 20 cc/jam, dari hasil laboratorium didapatkan kesan sepsis, dilakukan lumbal pungsi didapatkan hasil analisa LCS, warna kekuningan, tidak berbau, pH 9,0 BJ 1,005 bekuan (-), Leukosit 40 PMN 25 MN 75, nonne (-) pandy (+) protein 90,7 LDH 51 glukosa 188, klorida 116, kesan: Meningitis. Lalu antibiotik dinaikkan dosis meningitis menjadi. Inj. Ampicillin 4 x 135 mg, Inj. Ceftazidime 3 x 135 mg. dilakukan USG transfontanella, didapatkan kesan meningitis. Pada hari ke 5 perawatan penderita mengalami perbaikan, terapi O2 diganti dengan O2 nasal 2lpm. Pada perawatan hari ke 20 dilakukan USG transfontanella, didapatkan kesan meningitis perbaikan. Pasien pulang kontrol pada perawatan hari ke 21. Diagnosa Akhir: NCB-SMK + Sepsis + Meningitis + RD e,c. Bronkopneumonia
3. NCB-SMK + Malformasi anorectal (atresia ani tanpa fistulas) post
kolostomi+ PDA+
Klinis sepsis Keluhan utama : lahir tidak ada anus Keluhan tambahan : kembung, lesu, tidak mau menyusu Anamnesis : Bayi laki-laki lahir di luar ditolong bidan, spontan, lahir dari ibu G1P0A0 hamil 38 minggu. Bayi lahir langsung menangis, APGAR skor tidak diketahui, BBL 2.500 gr, PBL (?). Riwayat ibu demam (-), Riwayat KPD (-), riwayat ketuban kental (-), hijau (-), bau (-). Usia dua hari perut bayi terlihat kembung dan bayi tampak lesu dan tidak mau menyusu. Bayi kemudian dibawa ke bidan dan disarankan untuk ke RSUD. Bayi dirujuk ke RSMH dengan diagnosis atresia ani. Bayi dikonsulkan ke dokter bedah anak dan direncanakan untuk dilakukan operasi. Pemeriksaan fisik : Pada keadaan umum tampak bayi yang hipoaktif, refleks hisap lemah, tangis lemah. HR : 142 x/m, RR : 48 x/m. T : 36.5°C. Anemis (-) ikterik (-) sianosis (-) dispneu (-). Kepala : NCH (-) konjungtiva anemis (-) sklera ikterik (-) Thorax : simetris, retraksi (-). Cor : BJI-II normal, murmur continius grade 3/6 di ICS II linea parasternal sinistra Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-) wheezing (-). Abdomen : cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, Extremitas : CRT < 3 detik. Anus (-). Diagnosa awal : NCB-SMK + Malformasi anorectal (atresia ani tanpa fistulas) + suspek PDA+ Klinis sepsis Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium : Hb : 16.7 g/dL Ht 46 % Leu 10.000 g/dL Trombosit : 186.000 mg/dL Ca 8.2 mEq/L Na 125 mEq/L K 2.7 mEq/L BSS 65 mg/dl. Foto Abdomen: Kesan: Tak tampak dilatasi usus-usu. Distribusi udara usus sampai ke distal. Tatalaksana : Pasien mendapat terapi antibiotik Inj. Ampicillin 3 x 70 mg, Inj. Ceftazidime 3 x 140 mg, dan Inj. Metronidazol 2 x 20 mg, IVFD D10 + NS 3% 75cc + KCL 20 ml kec 10 cc/jam. Pada pasien dicurigai VACTERL syndrome ( vertebral defects, anal atresia, cardiac defects, tracheoesophageal fistula, renal anomaly, dan limb abnormalities). Pasien dikonsulkan ke divisi kardiologi anak dan didapatkan PDA moderate. USG TUG juga dilakukan untuk screening dan didapatkan hasil pelviouretrojunction obstruction kanan. Pasien disarankan untuk dilakukan intravenous pielografi dan dijadwalkan. Pada hari ke 3 perawatan dilakukan colostomi dan selama perawatan, pasien mengalami perbaikan dan pulang kontrol setelah perawatan 17 hari
Diagnosis akhir: NCB-SMK + malformasi anorectal post colostomi + pelviouretrojunction obstruction + PDA + klinis sepsis