diagnosis akhir diperoleh dengan cara ini; yakni sudah memiliki taraf yang cukup untuk menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan diagnosis akhir diperoleh dengan cara ini; yakni sudah memiliki taraf yang cukup untuk menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan diagnosis akhir diperoleh dengan cara ini; yakni sudah memiliki taraf yang cukup untuk menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhi tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan diagnosis akhir diperoleh dengan cara ini; yakni sudah memiliki taraf yang cukup untuk menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known
diagnosis (kurang dari 50% perumusan diagnosis akhir diperoleh dengan cara ini; yakni sudah memiliki taraf yang cukup untuk menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan diagnosis akhir diperoleh dengan cara ini; (seperti kasus kulit sekali lihat), self labeling (“label” penyakit pasien), presenting complaint (seperti yang biasa dijumpai dalam text book yakni berdasar keluhan utama), Pattern recognition trigger (berdasar pengenalan pola seperti mudah haus adalah bagian dari gejala diabetes). Strategi dalam refi nement, meliputi restricted rule outs atau Murtagh process (menyingkirkan kemungkinan diagnosis paling serius), stepwise refi nement (lebih meningkatkan presisi secara anatomis atau proses patologis yang mendasari), probabilistic reasoning (menambah pemeriksaan tertentu untuk memperbesar kemungkinan menerima atau membuat kepastian diagnosis dan memulai program terapi selanjutnya), ordering f menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan (seperti kasus kulit sekali lihat), self labeling (“label” penyakit pasien), presenting complaint (seperti yang biasa dijumpai dalam text book yakni berdasar keluhan utama), Pattern recognition trigger (berdasar pengenalan pola seperti mudah haus adalah bagian dari gejala diabetes). Strategi dalam refi nement, meliputi restricted rule outs atau Murtagh process (menyingkirkan kemungkinan diagnosis paling serius), stepwise refi nement (lebih meningkatkan presisi secara anatomis atau proses patologis yang mendasari), probabilistic
reasoning (menambah pemeriksaan tertentu untuk memperbesar kemungkinan menerima atau membuat kepastian diagnosis dan memulai program terapi selanjutnya), ordering f menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan (seperti kasus kulit sekali lihat), self labeling (“label” penyakit pasien), presenting complaint (seperti yang biasa dijumpai dalam text book yakni berdasar keluhan utama), Pattern recognition trigger (berdasar pengenalan pola seperti mudah haus adalah bagian dari gejala diabetes). Strategi dalam refi nement, meliputi restricted rule outs atau Murtagh process (menyingkirkan kemungkinan diagnosis paling serius), stepwise refi nement (lebih meningkatkan presisi secara anatomis atau proses patologis yang mendasari), probabilistic reasoning (menambah pemeriksaan tertentu untuk memperbesar kemungkinan menerima atau membuat kepastian diagnosis dan memulai program terapi selanjutnya), ordering f menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan (seperti kasus kulit sekali lihat), self labeling (“label” penyakit pasien), presenting complaint (seperti yang biasa dijumpai dalam text book yakni berdasar keluhan utama), Pattern recognition trigger (berdasar pengenalan pola seperti mudah haus adalah bagian dari gejala diabetes). Strategi dalam refi nement, meliputi restricted rule outs atau Murtagh process (menyingkirkan kemungkinan diagnosis paling serius), stepwise refi nement (lebih meningkatkan presisi secara anatomis atau
proses patologis yang mendasari), probabilistic reasoning (menambah pemeriksaan tertentu untuk memperbesar kemungkinan menerima atau membuat kepastian diagnosis dan memulai program terapi selanjutnya), ordering f menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan (seperti kasus kulit sekali lihat), self labeling (“label” penyakit pasien), presenting complaint (seperti yang biasa dijumpai dalam text book yakni berdasar keluhan utama), Pattern recognition trigger (berdasar pengenalan pola seperti mudah haus adalah bagian dari gejala diabetes). Strategi dalam refi nement, meliputi restricted rule outs atau Murtagh process (menyingkirkan kemungkinan diagnosis paling serius), stepwise refi nement (lebih meningkatkan presisi secara anatomis atau proses patologis yang mendasari), probabilistic reasoning (menambah pemeriksaan tertentu untuk memperbesar kemungkinan menerima atau membuat kepastian diagnosis dan memulai program terapi selanjutnya), ordering f menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan (seperti kasus kulit sekali lihat), self labeling (“label” penyakit pasien), presenting complaint (seperti yang biasa dijumpai dalam text book yakni berdasar keluhan utama), Pattern recognition trigger (berdasar pengenalan pola seperti mudah haus adalah bagian dari gejala diabetes). Strategi dalam refi nement, meliputi restricted rule outs atau Murtagh process (menyingkirkan kemungkinan diagnosis paling serius), stepwise refi nement (lebih
meningkatkan presisi secara anatomis atau proses patologis yang mendasari), probabilistic reasoning (menambah pemeriksaan tertentu untuk memperbesar kemungkinan menerima atau membuat kepastian diagnosis dan memulai program terapi selanjutnya), ordering f menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan (seperti kasus kulit sekali lihat), self labeling (“label” penyakit pasien), presenting complaint (seperti yang biasa dijumpai dalam text book yakni berdasar keluhan utama), Pattern recognition trigger (berdasar pengenalan pola seperti mudah haus adalah bagian dari gejala diabetes). Strategi dalam refi nement, meliputi restricted rule outs atau Murtagh process (menyingkirkan kemungkinan diagnosis paling serius), stepwise refi nement (lebih meningkatkan presisi secara anatomis atau proses patologis yang mendasari), probabilistic reasoning (menambah pemeriksaan tertentu untuk memperbesar kemungkinan menerima atau membuat kepastian diagnosis dan memulai program terapi selanjutnya), ordering f menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan (seperti kasus kulit sekali lihat), self labeling (“label” penyakit pasien), presenting complaint (seperti yang biasa dijumpai dalam text book yakni berdasar keluhan utama), Pattern recognition trigger (berdasar pengenalan pola seperti mudah haus adalah bagian dari gejala diabetes). Strategi dalam refi nement, meliputi restricted rule outs atau Murtagh process (menyingkirkan kemungkinan diagnosis
paling serius), stepwise refi nement (lebih meningkatkan presisi secara anatomis atau proses patologis yang mendasari), probabilistic reasoning (menambah pemeriksaan tertentu untuk memperbesar kemungkinan menerima atau membuat kepastian diagnosis dan memulai program terapi selanjutnya), ordering f menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan (seperti kasus kulit sekali lihat), self labeling (“label” penyakit pasien), presenting complaint (seperti yang biasa dijumpai dalam text book yakni berdasar keluhan utama), Pattern recognition trigger (berdasar pengenalan pola seperti mudah haus adalah bagian dari gejala diabetes). Strategi dalam refi nement, meliputi restricted rule outs atau Murtagh process (menyingkirkan kemungkinan diagnosis paling serius), stepwise refi nement (lebih meningkatkan presisi secara anatomis atau proses patologis yang mendasari), probabilistic reasoning (menambah pemeriksaan tertentu untuk memperbesar kemungkinan menerima atau membuat kepastian diagnosis dan memulai program terapi selanjutnya), ordering f menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan yakni sudah memiliki taraf yang cukup untuk menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known
diagnosis (kurang dari 50% perumusan diagnosis akhir diperoleh dengan cara ini; yakni sudah memiliki taraf yang cukup untuk menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan diagnosis akhir diperoleh dengan cara ini; yakni sudah memiliki taraf yang cukup untuk menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini dengan pola sebelumnya), clinical prediction rule (mencocokkan pola gejala dan tanda penyakit dengan aturan-aturan valid seperti konsensus Perkeni dan perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contoh tabel 2]). Pada tahap terakhir pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan diagnosis akhir diperoleh dengan cara ini; yakni sudah memiliki taraf yang cukup untuk menolak suatu diagnosis), pattern recognition fi t (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fi sik dan penunjang saat ini r pembuatan diagnosis atau perumusan diagnosis akhir, strategi yang diterapkan meliputi: known diagnosis (kurang dari 50% perumusan diagnosis akhir diperoleh dengan cara ini; yakni sudah memiliki taraf yang cukup untuk urther