Tugu Inkindo Diresmikan October 21, 2016 admin Berita 0
Pelaksanaan Musyawarah nasional Khusus (Munnasus) Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) di Kota Palu, Provinsi Sulteng, resmi berakhir. Menandai berakhirnya kegiatan nasional Inkindo sebagai asosisasi yang bergerak di bidang usaha jasa konsultan, dilakukan peresmian tugu Inkindo di Kota Palu, Kamis (20/10). Tugu itu juga sebagai kenang-kenangan bahwa Palu pernah menjadi salah satu daerah kegiatan nasional Inkindo. Monumen tugu Inkindo terletak di bundaran persimpangan Taman Ria Jalan Cumi-cumi, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat. Tugu tersebut menjadi simbol sekaligus bukti nyata partisipasi anggota DPP Inkindo dari seluruh provinsi se-Indonesia terhadap pembangunannya di Kota Palu. Plt. Sekretaris Kota (Sekkot) Palu Ir. Dharma Gunawan, didaulat meresmikan tugu Inkindo tersebut. Dia memberi apresiasi kepada pengurus DPP Inkindo Sulteng yang dipimpin Ir. Gufran Ahmad, karena sudah bisa membuktikan menjadi tuan rumah yang baik dalam penyelenggaraan Munnasus di Kota Palu. “Dengan adanya monumen ini, kami sangat mengapresiasi DPN Inkindo terkhusus kepada DPP Inkindo Sulteng,” puji Dharma Gunawan. Dia tak lupa menyatakan bahwa Kota Palu saat ini adalah kota yang terus berbenah dan ingin maju seperti layaknya kota-kota besar yang ada di Indonesia. Maka dari itu, siapa yang akan mendorong agar Palu bisa mengglobal, salah satunya adalah asosiasi profesi sekelas Inkindo. “Secara ukuran, berapa nilai yang telah dikeluarkan anggota Inkindo bukanlah sesuatu yang penting, tetapi bagaimana menjadi penanda atau simbol bahwa musyawarah Inkindo pernah dilaksanakan di Palu, atau temanteman Inkindo se-Indonesia pernah ke Palu,” lanjut Plt. Sekkot. Menurutnya, secara arsitektur Kota Palu mengandung tiga unsur, di mana Kota Palu dipandang sebagai kota yang memiliki ruang tengah, depan dan belakang. “Dan saya percaya bahwa orang-orang di Inkindo adalah orang-orang pemikir bagaimana pembangunan. Mulai dari Kota Palu ini. Sehingga tidak salah jika disebut Inkindo untuk Indonesia,” katanya. Berdirinya monumen Ikindo itu, setelah ditelusuri, ternyata mengandung beberapa filosofi yang terdapat di tugu berbentuk bundar tersebut. Di tugu ini, terdapat bola dunia (globe) yang menunjukkan peta wilayah Indonesia. Di sisi lain, juga terdapat empat tiang penyangga tegak lurus ke atas, yang diberi warna tidak membosankan, yakni warna oranye. Berada di bibir Pantai Teluk Palu, tempat ini merupakan tempat strategis, di mana setiap pasang mata akan tertuju ke bundaran itu jika melintas di dekat situ.
Berdasarkan penjelasan dari Dharma Gunawan, tugu Inkindo yang terdapat bundaran di dalamnya, menunjukkan bahwa semua insan manusia adalah satu ikatan yang tidak terpisahkan, yang menunjukkan siklus keilmuan yang tidak pernah putus. Kemudian, sesuatu yang tegak seperti adanya penyangga tiang tersebut, adalah sebagai simbol kebaikan. Lalu ada bentuk bundar, yang merupakan simbol setiap insan manusia laki-laki dan perempuan. “Makanya, ada yang tegak, ada yang berbentuk bundar. Dalam artian, yang tegak harus tetap tegak, sementara yang bundar tetap bundar,” jelas Plt. Sekkkot Palu. Di sisi lain, filosofi yang amat mendalam penurut Pemerintah Kota Palu, Tugu Inkindo juga disebut dengan Bundaran HI (Hi Kami). Hi Kami merupakan bahasa Kaili yang artinya, “Inilah Kami”. Dengan candaan, Dharma Gunawan juga menyebut bundaran HI itu bisa berubah arti ketika diartikan oleh Inkindo dengan kata Hibah atau Hadiah Inkindo. Jika digali lebih dalam, ternyata tugu tersebut adalah tugu kedua yang dibangun oleh Inkindo di Kabupaten/Kota di Indonesia, setelah Patung Cendekia yang dibangun di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. “Ini yang kedua dibangun oleh Inkindo di kota dan kabupaten di Indonesia,” sebut Ketua Umum DPN Inkindo Nugroho Pudji Raardjo, di sela-sela peresmian tugu Inkindo di Palu. Olehnya, diharapkan mudah-mudahan menjadi tradisi secara terus menerus oleh Inkindo untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional. “Dengan adanya tugu ini, jika kita datang lagi ke Palu, tidak hanya mengenang Kota Palu saja, tetapi juga dikenang oleh Kota Palu,” kata sang Ketua Umum. Gufran Ahmad selaku ketua Umum DPP Inkindo menyebut bahwa pembuatan tugu tersebut dilakukan dalam waktu dua bulan sebelum pelaksanaan Munnasus di Palu. “Setelah peresmian ini, kurang lebih 30 hari ke depan masih akan ada pemeliharaan untuk penyempurnaannya, karena masih perlu dirapikan lagi,” terang Gufran. Mengutip kata Plt. Sekkot Kota Palu, Dharma Gunawan, bahwa jadilah tuan rumah yang baik dan tamu itu adalah rezeki. Makanya, kata Gufran, dengan adanya tugu Inkindo itu, dapat terus dijaga dan dipelihara untuk hubungan yang lebih baik. Tugu itu dapat menjadi sesuatu yang berkesan sekaligus bersejarah dalam perjalanan Inkindo, terutama bagi Inkindo Sulteng.
Dan Inkindo Sulteng telah banyak berkontribusi untuk Kota Palu. Sebab, selain tugu tersebut, secara khusus Ketua Umum DPP Inkindo DKI Jakarta Ir. Peter E. Frans juga memberikan santunan sebesar Rp. 25 juta kepada panti asuhan dan yayasan yang ada di Kota Palu dan sekitarnya, setelah hadir di acara Munassus Inkindo di Kota Palu. (Harian Umum Radar Sulteng/Sugianto)
http://bappeda.palukota.go.id/?p=2453
Tugu gerhana di Palu (Foto: Ilustrasi oleh Andhika Akbarayansyah/detikcom)
Jakarta - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menyiapkan monumen peringatan gerhana matahari total 9 Maret 2016. Monumen ini dibuat di Anjungan Nunsantara yang berada di pantai Teluk Palu. Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Sulteng, Darmoli mengatakan monumen ini akan memiliki bentuk matahari di puncaknya. "Tingginya sekitar tujuh meter," ujarnya kepada detikcom. Teluk Palu dipilih menjadi lokasi dibangunnya monumen tersebut karena memang jadi salah satu lokasi utama pengamatan gerhana di Sulawesi Tengah. Beberapa turis gerhana asal mancanegara yang datang ke Palu akan diminta mewakili sesama wisatawan untuk membubuhkan tanda tangannya di monumen.
Saat ini, kata Darmoli, beberapa rombongan turis asing sudah tiba di Palu dan memenuhi kamar hotel yang sebelumnya telah mereka pesan. "Bahkan sudah ada yang mengisi waktu luangnya untuk diving dan menikmati pesona pantai di wilayah Parigi dan Palu," kata Darmoli. (Baca juga: Turis dan Penduduk di Palu Gelar Bersih-bersih Sambut Gerhana) https://news.detik.com/berita/3153617/turis-dan-penduduk-di-palu-gelar-aksi-bersih-bersihsambut-gerhana Darmoli menyatakan, pihaknya sudah siap seratus persen menyambut fenomena alam yang langka ini. Keamanan, lanjutnya, sudah ditingkatkan sesuai koordinasi dengan Polri dan TNI. Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menyatakan niatnya untuk menyaksikan gerhana matahari total antara lain di Palu. "Cuma semua hotel mau di Palu, mau di Ternate waduh sudah dipesan sejak 2014," kata JK. Selain Sulawesi Tengah, gerhana matahari total 2016 juga melintasi Sumatera, sisi selatan Kalimantan, dan Maluku Utara. Bekerja sama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, detikcom akan mengadakan live streaming gerhana matahari total yang memperlihatkan situasi di daerah-daerah yang dilewati gerhana. https://news.detik.com/berita/3154591/tugu-gerhana-2016-dibangun-di-teluk-palu
TAMAN EDUKASI NOSARARA NOSABATUTU “SIMBOL PERDAMAIAN KOTA PALU” (Traveling Sambil Belajar)
Libur menjelang akhir tahun Desember 2016, saya dan suami menyempatkan diri untuk menghabiskan akhir pekan yang panjang dengan mengunjungi tempat bersejarah di Palu. Salah satu yang menjadi destinasi kami adalah Taman Edukasi Nosarara Nosabatutu. Dalam bahasa Kaili (suku asli kota Palu) Nosarara Nosabatutu artinya bersaudara dan bersatu. Taman ini dibangun untuk menjadi pilar yang mengajarkan perdamaian, kebersamaan, kerukunan, serta mengajak seluruh komponen bangsa agar ikut berperan aktif mewujudkan keamanan, kedamaian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya di Sulawesi Tengah.
Taman Edukasi Nosarara Nosabatutu diresmikan pada tanggal 11 Maret 2014. Taman edukasi ini terletak di Kelurahan Tondo, Kecamatan Mantikulore Kota Palu, Sulawesi Tengah sekitar 2 km dari Mako Polda Sulteng dan bisa ditempu sekitar 10 - 15 menitan dari dari Jln. Sukarno Hatta yang diberi papan arah lokasi, menggunakan kendaraan. Lokasi taman yang berada di atas bukit memanjakan mata dengan pemandangan yang sangat indah. Dari taman edukasi ini, mata saya disuguhi pemandangan teluk Palu dari ketinggian. Bukan hanya itu, deretan bukit yang hijau disertai udara yang sejuk mampu membius tubuh saya untuk berlama-lama menikmati indahnya pemandangan.
Selain suguhan pemandangan yang mengenyangkan mata, di Taman Edukasi Nosarara Nosabatutu juga terdapat beberapa monumen bersejarah yang memiliki filosofi tersendiri. Adapun bangunan tersebut adalah:
www.topanjaya.com
1. Gong Perdamaian Gong perdamaian yang ada di taman edukasi ini adalah gong perdamaian yang ke 4 di Indonesia setelah Yogyakarta, Kupang, Singkawang, dan Banka Belitung. Gong ini merupakan simbol perdamaian NKRI. Adapun tujuan pembuatan gong perdamaian adalah untuk mempererat perdamaian dalam arti tidak ada lagi konflik SARA, terorisme, peperangan, dan untuk mempererat kebersamaan antar beragama. Gong terbagi menjadi 3 lapisan lingkaran dan 1 bagian lingkaran yang menonjol keluar yakni lapisan paling dalam. Pada bagian lapisan lingkaran yang menonjol terdapat gambar pulau Indonesia. Lingkaran selanjutnya berisi 5 logo agama yang ada di Indonesia, yaitu Islam, Buddha, Kristen, Katolik dan Hindu. Lingkaran ke tiga berisi 33 logo beserta nama Provinsi yang ada di Indonesia, dan juga tulisan “Gong Perdamaian Nusantara, Sarana Persaudaraan dan Pemersatu Bangsa”. Kemudian lingkaran ke empat yang juga merupakan lingkaran terluar memiliki 444 logo beserta nama kota dan kabupaten yang ada di Indonesia. Bangunan Monumen Gong Perdamaian ini mencerminkan empat pilar kebangsaan. Yakni (www.greatnessindonesia.com):
Bangunan berbentuk segi lima dengan lima tiang : menggambarkan Falsafah Pancasila.
Bendera seluruh Provinsi di Indonesia yang terdapat pada gong: menggambarkan satu kesatuan wilayah Nusantara Indonesia (NKRI)
Simbol berbagai etnis/suku, agama dan berbagai macam budaya: menggambarkan Bhineka Tunggal Ika.
Buku UUD 1945 diatas gong: menggambarkan negara KNRI adalah negara Hukum
2. Monumen Tugu Nosarara Nosabatutu
www.greatnessnesia.com
Jika Gong Perdamaian Nusantara adalah simbol perdamaian NKRI maka Monumen Tugu Nosarara Nosabatutu merupakan simbol semangat persaudaraan dan persatuan anak bangsa diseluruh nusantara. Adapun makna yang terdapat pada monumen ini adalah (www.tpnusantara.com):
Patung obor pada puncak monumen merupakan simbol Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada atap bangunan terdapat lambang semua tempat ibadah umat beragama yang ada di Indonesia. Hal itu menggambarkan Tuhan Yang Maha Kuasa melalui kitab suci dan tempattempat ibadah mengajarkan keimanan, kedamaian, kebenaran bagi seluruh umat indonesia.
Bangunan terdiri dari 3 tingkat menggambarkan untuk tetap menjaga 3 keseimbangan dalam hidup manusia didunia, yaitu: hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, hubungan antara manusia dan manusia, dan hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Tiap lantai pada bangunan ini memiliki fungsi tersendiri. Lantai dasar, sebagai museum perdamaian, dimana pada museum ini berisikan ajaran perdamaian dari kitab suci agama, pesan-pesan moral dan pesan perdamaian dari para tokoh perdamaian termasuk dari korban kekerasan. Lantai dua, sebagai museum seni budaya nusantara, berisikan hasil kerajinan aneka seni budaya nusantara yang harus dipelihara dan dikembangkan. Lantai tiga, sebagai museum bahaya penyalahgunaan Narkoba, sebagai antisipasi ancaman bahaya besar bagi generasi muda kedepan. 3. Patung Ibu Pertiwi
Selain Monumen Gong Perdamaian Nusantara dan Monumen Tugu Nosarara Nosabatutu, Di Taman Edukasi Nosarara Nosabatutu, saya juga mendapati patung berbentuk seorang perempuan yang sedang memegang kendi berisi air dan menuangkannya ke dalam kolam. Patung ini terletak di bagian depan bangunan Gong Perdamaian Nusantara. Patung itu adalah Patung Ibu Pertiwi yang melambangkan Ibu Pertiwi yang tak henti-hentinya menyirami kesuburan, kemakmuran dan kesejukan untuk seluruh makhluk hidup di alam semesta.
Begitu apiknya Taman Edukasi Nosarara Nosabatutu mengajarkan perdamaain, kebersamaan, dan kerukunan kepada setiap pengunjung lewat simbol-simbol perdamaian yang terbingkai oleh indahnya lukisan alam Sang Khalik menjadi suguhan yang sempurnah bagi liburan kami. http://www.jusmiatiusman.com/2017/01/taman-edukasi-nosarara-nosabatutu.html
Mengapa Patung kuda sebagai Land mark Kota Palu ?????
POSILUMBA JARA [ PACUAN KUDA ] ;Patung kuda sebagai Land mark Kota Palu Kuda bagi masyarakata Kaili dapat diibaratkan sebagai lambang superioritas dalam strata sosial, bagi masyarakat kaili Kuda bukan hanya dijadikan sebagai ternak ataupun penggerak alat teranspotasi darat bernama “ DOKAR”,Lebih dari itu Jara [ baca ;Kuda] dijadikan sebagai hewan kebanggaan, hal ini dikarenakan masyarakat kaili sangat menggemari olahraga Pacuan Kuda atau dalam penyebutan lokal disebut “POSILUMBA JARA”, ntuk itu tak mengherankan kiranya,oleh Pemerintah Kota Palu dibuatkan Monumen Patung Kuda tepat di sisi Selatan Teluk Palu yang saat ini kiranya telah menjadi Land mark Kota Palu. memiliki Penduduk yang gemar akan Pacuan Kuda ,tercatat Kota Palu memiliki beberapa Lintasan pacuan yang pada masanya aktif digunakan oleh Masyarakat pecinta Pacuan kuda guna menyalurkan hobinya. Lintasan pacuan kuda yang paling tua dan terdokumentasikan keberadaannya adalah lintasan yang terletak di daerah Besusu,saat ini Lokasinya berdekatan dengan lokasi Gedung DPRD tingakat I Provinsi Sulawesi Tengah dan Kantor POLDA SULTENG. Foto tersebut diambil sekitar tahun 1930an terlihat jelas infrastruktur lintasan lengkap dengan Tribun penonton dan pelaksana Lomba,yang masih beratap rumbiah. Dengan kemeriahan dan antusias masyarakat Palu dalam menonton Pacuan Kuda saat Itu.
Menurut informasi yang ada , setelah lintasan pacuan yang berada di Besusu terdegradasi,bermunculan beberapa lintasan Pacuan lainya diantaranya,Lintasan Tanamodindi [ saat ini telah menjadi Kantor Walikota Palu ] ,Lintasan Tondo,Tavaili,Kawatuna Petobo dan saat ini Lintasan yang msih aktif dan merupakan Lintasan resmi PORDASI [Federasi Olahraga Berkuda] berada di Desa Bora ,Kabupaten Sigi. Pict.Lintasan pacuan kuda di Besusu tahun 1930an. Walaupun animo masyarakat kaili terhadap Kuda saat ini mulai berkurang, dibeberapa wilayah yang berada di Kota Palu seperti Tatanga,Tavanjuka,Valangguni dan Tondo masih terdapat beberapa pemilik kuda pacuan yang masih rutin mengikuti event pacuan kuda baik bersifat Lokal bahkan nasional.
http://komunitashistoriasul-teng.simplesite.com/430649051/4357572/posting/
PALU - Pemerintah Kota Palu akan membangun patung Soekarno di Taman Gelanggang Olahraga (GOR) sebagai bentuk kepedulian pemerintah kota dalam melestarikan nilainilai kunjungan bersejarah Presiden pertama RI itu di kota ini. "Pembangunan ini terintegrasi dengan taman. Kita mau bangun taman beserta dengan patung Soekarno, karena beliau saat berkunjung ke Palu berpidato di Taman GOR itu," kata Wali kota Palu terpilih Hidayat di Palu, Selasa, (9/2/2016).
BERITA TERKAIT +
Paling Banyak 'Terbang' ke Amerika, Ekspor Patung Bali Naik 23,98% Ekspor Patung Bali Merosot 26,37% Wah, Patung Raksasa Ini Menyimpan Banyak Pesan Dia mengatakan patung setinggi lima meter itu dibangun sesuai foto kunjungan Soekarno, lengkap dengan panggung yang dililit dengan kain merah putih. Di bawah patung itu akan dipampang pula dokumen berupa foto dan keterangan saat Soekarno berkunjung ke Palu tahun 1950-an. Hidayat mengatakan setelah dirinya nanti dilantik menjadi wali kota bersama wakilnya Sigit Purnomo Said, salah satu yang ingin ia bangun adalah menata taman kota lebih artistik dengan tidak meninggalkan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya. "Dua taman akan kita tata yakni taman GOR dan bundaran Taman Nasional akan dijadikan pusat kegiatan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian pohonnya," kata Hidayat. Selain itu Hidayat juga akan membangun tugu titik nol Kota Palu sebagai salah satu ikon kota. Tugu titik nol selama ini sering menjadi sorotan publik karena hanya dijadikan reklame produk rokok. Dalam pemaparan animasi tugu titik nol Kota Palu akan dibentuk mengikuti nilai-nilai simbolis budaya setinggi 20 meter. "Kota ini harus indah," katanya. Menurut Hidayat tiga titik tersebut jaraknya saling berdekatan sehingga bisa dijangkau dengan jalan kaki, mulai dari tugu titik nol, ke Taman GOR dan Taman Nasional. "Di Taman Nasional kita bangun panggung pertunjukan untuk musik tradisional," katanya. Dengan demikian kata Hidayat, para sanggar seni yang jumlahnya mencapai 60 sanggar di Kota Palu memiliki tempat atau ruang ekspresi. "Selama ini mereka tidak punya tempat berekspresi," katanya. https://economy.okezone.com/read/2016/02/09/470/1308054/patung-soekarno-dibangun-di-tamankota-palu
5. Titik Nol Kota Palu Kota Palu memposisikan titik Nol KM-nya di Jl.Sultan Hasanuddin, tepatnya di depan kantor Polisi Militer (PM ) yang juga dikenal dengan istilah bundaran Pertokoan. Untuk menandainya, dibangunlah sebuah tugu yang sisi bagian atasnya berupa Globe/Bola Dunia berwarna putih dan di bagian tengah terdapat lingkaran mengelilingi bola, pada bagian bawah atau pondasi tugu disematkan sejumlah ornamen taiganja (perhiasan suku kaili/suku asli yang mendiami Kota Palu yang terbuat dari emas, tembaga atau kuningan yang peruntukannya digunakan sebagai lambang kebesaran dalam strata sosial serta alat pembayaran pada denda adat). Sedangkan di sisi bagian atas terdapat relief benbentuk burung Maleo, yang merupakan hewan endemik Sulawesi.
FOTO: Pusat Kota Palu tampak dari udara. Sampai saat ini kami belum menemukan penjelasan arti simbol atau tugu yang menandakan titik Nol km Kota Palu itu, hanya saja jika saya boleh berasumsi mungkin saja simbol Bola Dunia yang di kelilingi garis di tengahnya menandakan bahwa Kota Palu berada di kawasan Khatulistiwa. Sejarah
Volo vatu Na Palu (Bambu kecil yang tumbuh kerdil di sela-sela batu), bagi masyarakat yang mendiami kawasan hilir sempadan sungai Palu, terdapat cerita yang mereka percayai bahwa tumbuhan dengan keunikan tersebut sebagai cikal bakal penyebutan Kota Palu, dalam beberapa penuturan yang diceritakan secara turun temurun, bahwasanya lokasi tumbuhnya “Volo vatu na’ palu” adalah di sekitar sepadan sungai Palu atau saat ini terletak di dekat jembatan Palu I (dibagian timur jembatan), karenanya sebelum titik Nol KM Kota Palu sekarang berada, Posisi awalnya berada di sekitar jembatan Palu I, Selanjutnya Titik Nol bergeser kearah sebelah sempadan sungai atau dekat Pasar Tua yang saat itu menjadi Pusat perekonomian kota Palu (1920), Palu kala tersebut masih dalam wadah Monarki Kagaua Palu yang diperintah seorang Magau. Kemudian seiring dibangunnya gedung perkantoran, sekolah dan fasilitas publik, titik Nol Km Kota Palu kembali bergeser kearah Timur atau tepatnya di sekitaran taman Nasional yang posisinya tepat di depan Gedung Juang, pergeseran itu diperkirakan terjadi di awal tahun 1925 atau masa awal pemerintahan Magau Djanggola, dan pada akhirnya titik nol Km kota Palu disematkan di posisi saat ini. Fakta sejarah itu dikuatkan dengan adanya bangunan kantor Swapraja, Sekolah Pribumi pertama, rumah sakit serta rumah Kediaman Magau yang terkenal dengan sebutan Rumah Magau Ri Sambote (Rumah raja di seberang). Penulis merupakan Ketua Komunitas Historia Sulawesi Tengah https://www.nomoni.id/2018/04/dimanakah-titik-nol-0-km-kota-palu/
AKTIFITAS GEDUNG JUANG KINI SUDAH TAK SEPERTI DULU Gedung juang salah satu tempat bersejarah yang ada di kota palu, dimana dulunya tempat itu dijadikan sebagai tempat pertemuan orang belanda dan tokoh-tokoh pejuang sulawesi tengah kota palu.
Gedung juang yang dulu didirikan kokoh pada zaman belanda kini mulai terlihat rapuh, cat dindingnya yang berwarna putih kini mulai berwarna kecoklatan akibat debu-debu yang melekat, kayu atapnya yang sudah nampak lapuk serta beberapa dinding bangunan yang telah jebol. Menurut informasi warga yang tinggal di sekitaran gedung juang, bahwa “gedung juang yang kini sudah tidak seperti dulu, dulu gedung juang digunakan sebagai tempat untuk kegiatan-kegiatan pertemuan para tokoh pejuang kota palu, tapi kini malah dijadikan tempat wisata untuk pelajarpelajar yang datang study tour ke kota palu” tutur kak yongki salah satu pekerja dibengkel mobil sekitar gedung juang. Gedung juang yang dulunya dikenal sebagai salah satu tempat yang membawa sejarah bagi kota palu kini mulai terlupakan, orang-orang yang berlalu lalang seperti tak ada yang peduli, bangunan yang sudah tua dimakan usia dan mulai tak terurus, tampaknya tak dapat menarik simpati dari masyarakat sekitar, terkadang banyak mahasiswa yang datang hanya sekedar untuk dijadikan tempat berkumpul disaat ada kegiatan rapat atau sebagainya.
Mungkin masyarakat kota palu harus sedikit lebih peka tehadap bangunan-bangunan bersejarah kota palu yang kini mulai tak berjalan fungsinya seperti gedung juang, jika kita memasuki gedung tersebut kita akan melihat sebuah meja panjang yang di kelilingi kursi serta beberapa foto-foto tempo dulu yang bergelantungan di dinding gedung itu. Di foto-foto itu terlihat ketika gedung juang masih berdiri kokoh dengan beberapa tokoh-tokoh pejuang kota palu dan orang belanda, keadaannya sangat berbanding terbalik dengan sekarang mungkin bisa dikatakan gedung juang kini sudah mulai terlupakan. Gedung juang yang memiliki sejarah itu terkadang hanya ditutup saja Padahal gedung itu memiliki nilai sejarah yang konon katanya kantor pemerintahan pertamanan di Sulteng pada saat Indonesia merdeka juga merupakan kantor pemerintahan pertama dikota palu. Banyak pemuda dan pemudi kota palu yang selalu berkoar-koar ketika peringatan hari pancasila dan sumpah pemuda, tapi dalam kenyataan sebenarnya orasi yang mereka sampaikan tidak sesuai dengan kenyataan, masih ada saja pemuda dan pemudi yang menjadikan sekitaran gedung juang untuk sekedar kumpul-kumpul. Walau gedung juang sudah terlihat kuno dan kini hanya terlihat sebagai bangunan yang biasabiasa saja serta tak memiliki daya tarik tapi sebagai masyarakat kota palu tidak ada salahnya bila melihat gedung juang dari nilai sejarah yang sudah dia tinggalkan untuk kota palu. Menurut pendapat salah seorang mahasiswa tentang gedung juang “mungkin kini anak muda lebih tertarik pada bangunan-bangunan baru seperti mall dan distro dibanding gedung yang berkaitan dengan sejarah kota palu” kata trisnawaty. Nilai sejarah yang mulai digeser oleh bangunan-bangunan besar yang ada yang lebih menarik minat anak muda sekitar menjadi alasan. Sbenarnya jika ingin merealisasikan gedung ini dapat diperlakukan sebagai fungsinya bukan hanya masyarakat saja tapi pemerintah juga harus bereperan aktif agar dapat membuat suatu kegiatan yang dapat membuat gedung yang mulai tergeser ini dapat bangkit kembali. Jadi semua itu tergantung cara masyarakat melihat apakah dari sisi negatif atau dari sisi positif, dan juga mengembalikan semuanya kepada pandangan pemerintah mengenai fungsi bangunan gedung juang ini untuk sekarang. Seperti yang selalu dikatakan para pejuang bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya.
========================================================================
TAMAN
BUDAYA
GOLNI
YANG
MULAI
TERABAIKAN
Gedung olah seni atau yang lebih dikenal dengan GOLNI, gedung yang berdiri sejak tahun 1980an itu dikenalkan kepada masyarakat sebagai tempat melakukan pentas seni, golni yang lokasinya sekitar 2km ke arah barat pusat kota palu. Gedung yang sering dikunjungi para pemuda dan pemudi kota palu ini yang dulunya sering di adakan pentas seni tari dan teater kini mulai kurang aktivitasnya, padahal dulu gedung ini seringkali ramai dikunjungi masyarakat sekitar untuk menyaksikan pentas seni yang dilaksanakan gedung ini. Hal ini terjadi akibat kondisi beberapa gedung yang sudah mulai tak terawat, banyak muda-mudi yang melaksanakan aktivitas disitu tapi tidak memeperhatikan kebersihan gedung bahkan tidak merawatnya. Jika diperhatikan dengan seksama ke bagian dalam gedung akan terlihat plafon gedung yang mulai dimakan air hujan akibat genteng yang bocor, dinding gedung yang mulai terkelupasnya cat nya, tiang kayu yang mulai lapuk, serta beberapa kaca jendela yang pecah. Hal ini penyebab kurangnya peminat yang mengunjungi Golni kembali ditambah lagi lingkungan sekitar gedung kotor, sampah yang biasa ditinggalkan oleh beberapa pengunjung yang datang kadang terlihat berserakan di sekitar taman budaya golni. Awalnya golni mulai kembali ramai dikunjungi setelah dilaksanakan beberapa pemutaran film disana, sedikit melenceng dari fungsinya yang katanya gedung olah seni digunakan sebagai tempat pemutaran film bioskop. Tapi kegiatan ini dapat menghidupkan kembali kegiatan di gedung golni yang sempat terabaikan hingga dapat dihitung berapa orang yang keluar masuk dari gedung ini, saking sedikitnya pengunjung yang datang kesini, bisa dibilang yang datang hanya para muda-mudi yang akan melaksanakan pentas di gedung itu. “gedung terlihat tak terawat juga banyak rumor yang beredar bahwa gedung ini angker sehingga membuat orang yang datang menjadi takut” ujar intan salah seorang mahasiswi yang sering mengadakan pentas teater di gedung itu.
Bioskop kecil menjadi jalan keluar bagi golni karena setelah dibandingkan dengan pementasan seni tari dan theater ternyata yang lebih menarik minat adalah pemutaran film ditambah lagi pada saat itu kota palu masih belum memiliki bioskop resmi. Tapi setelah di resmikan bioskop di palu grandmall, akhirnya golni kembali sepi banyak yang lebih memilih berkunjung ke bioskop sungguhan yang lebih dan nyaman. Melihat kondisi ini sangat disayangkan sekali akibat perkembangan zaman tempat yang sempat membuat nama kota palu terangkat serta sempat menjadi tempat bagi muda-mudi palu untuk menunjukan bakat yang mereka miliki kini mulai terlupakan. Memang masih ada yang mengunjungi dan melakukan aktivitas di sana tapi hanya sepenggal dari banyaknya masyrakat kota palu yang bisa turut membudayakan gedung ini agar dapat kembali menjadi tempat pertunjukan oleh seni yang diminati banyak pengunjung. Seperti yang diketahui ketika zaman berkembang segala sesuatu yang terlihat kuno akan terlupakan dan terabaikan, disini peran masyarakat dan pemerintah diperlukan, dimana masyarakat harus lebih banyak memperhatikan gedung ini dan merawatnya juga bagi pemerintah yang bisa lebih aktiv dalam menanggapi pembenahan tempat-tempat yang membawa sejarah kota palu. Jadi apakah anda para pemuda-pemudi atau masyarakat kota palu masih ingin menjaga budaya kita atau malah lebih memilih ikut perkembangan zaman. Tempat yang terabaikan mungkin dulunya adalah tempat yang cukup legendaris sehingga membawa nama kota kita sampai melang-lang buana sehingga tetap harus ada upaya untuk melestarikan tempat itu. Perhatian serta pembenahan di perlukan di gedung ini, dan juga kepekaan masyrakat dan pemerintah di butuhkan agar dapat merealisasikannya, jangan hanya memperhatikan tempat mewah tetapi perhatikanlah tempat yang membawa sejarah bagi kota palu sulawesi tengah.