TUGAS PENGOLAHAN DATA
Oleh: MUHAMMAD AJI MA’RUF 09040581721010
TEKNIK KOMPUTER JARINGAN FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018
Chapter 1 Resume Jurnal Pendidikan MEMBANGUN PEMAHAMAN KARAKTER KEJUJURAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL PADA ANAK USIA DINI DI KOTA PATI Abstrak Salah satu nilai yang harus di kembangkan untuk membangun karakter anti korupsi adalah nilai kejujuran. Penanaman pondasi nilai kejujuran harus dimulai sejak anak usia dini dan media implementasi yang tepat adalah permainan tradisional, yang mengandung nilainilai budaya bangsa. Penelitian ini pada anak usia dini di sebuah lembaga dengan umur 5-6 tahun dengan di bagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dengan desain penelitian dalam bentuk pre test and post test control group design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman karakter kejujuran pada pre test dan post test kelompok eksperimen, namun tidak ada perbedaan pemahaman karakter kejujuran pada pre test dan post test pada kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa permainan tradisional efektif digunakan untuk membangun pemahaman karakter kejujuran pada anak usia dini. Pembahasan Membangun nilai kejujuran sebagai salah satu nilai untuk membangun karakter anti korupsi membutuhkan proses panjang yang harus di mulai dari usia dini dan baru akan dirasakan ketika anak beranjak dewasa. Salah satu metode yang sesuai dalam implementasi pendidikan membangun karakter ini adalah melalui bermain seperti permainan tradisional negeri ini yang sarat akan nilai-nilai budaya bangsa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pemahaman karakter kejujuran antara siswa di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sesudah menggunakan permainan tradisional. Manfaat penelitian ini, untuk membangun pemahaman karakter kejujuran anak usia dini; untuk menambah pengetahuan dan berbagai sarana untuk menerapkan pengetahuan yang di bangku kuliah terhadap masalah nyata yang dihadapi oleh dunia pendidikan; sebagai bahan pertimbangan dalam menanamkan karakter kejujuran kepada anak. Dengan metode penelitian bentuk pre test and post test control group design, siswa TK Pertiwi 03 sebanyak 17 anak dipilih menjadi kelompok eksperimen dan siswa TK Pertiwi 01 juga dengan banyak yang sama dipilih menjadi kelompok kontrol. Setelah pretest dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa tidak semua anak memahami tentang karakter kejujuran dan banyak dari mereka yang tidak mengetahui permainan tradisional sehingga sempat menghambat proses penelitian. Namun setelah posttest hasilnya menunjukkan kemajuan. Sebagaimana kajian permainan tradisional
yang telah dilakukan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1982 bahwa permainan tradisional mengandung nilai-nilai seperti jujur, kepemimpinan, usaha keras, kerjasama, menegakkan keadilan, cerdik dan motivasi untuk menang. Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil test membangun karakter kejujuran pada kelompok kontrol adalah Nilai thitung sebesar 1,852 < ttabel sebesar 2,120. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa data di atas menunjukkan perubahan yang tidak signifikan, yaitu tidak ada perbedaan karakter kejujuran saat pretest dan posttest pada kelompok kontrol. Sedangkan kelompok eksperimen adalah Nilai thitung sebesar 10,985 > ttabel sebesar 2,120. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa data di atas menunjukkan perubahan yang signifikan, yaitu adanya perbedaan karakter kejujuran saat pretest dan posttest pada kelompok eksperimen. Sehingga dapat dikatakan bahwa permainan tradisional jawa dalam penelitian ini efektif digunakan untuk membangun karakter kejujuran pada anak usia dini.
ANALISIS MODEL-MODEL PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK USIA ANAK-ANAK (USIA DINI), REMAJA DAN DEWASA Abstrak Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis kembali model-model pendidikan karakter untuk anak-anak (usia dini), remaja dan dewasa dengan menggunakan metode meta analisis. Sumber data penelitian terdiri dari empat artikel jurnal dan tiga makalah ilmiah yang telah diseminarkan. Analisis data dengan cara deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan model pendidikan untuk pembentukan karakter pada usia anak-anak antara lain dilakukan melalui kegiatan bercerita, bermain peran, dan kantin kejujuran. Model pendidikan untuk pengembangan karakter pada remaja diintegrasikan dalam peraturan sekolah, pembelajaran dan kegiatan ektrakurikuler. Model pendidikan untuk pemantapan karakter pada usia dewasa dilakukan dengan strategi penyadaran dan evaluasi diri. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa model pendidikan karakter yang efektif dibangun dari iklim sekolah yang kondusif untuk berkembangnya karakter positif. Pembahasan
Pendidikan karakter dilakukan dengan pembiasaan untuk berperilaku positif dan menjauhi perilaku negatif secara terus menerus dan holistik dari semua lingkungan pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Di sekolah, pendidikan karakter harus dimulai dari pendidik itu sendiri guna menyediakan lingkungan belajar yang baik untuk membentuk, mengembangkan dan memantapkan karakter peserta didiknya. The Character Education Partnership menyusun 11 prinsip pendidikan karakter yang efektif dan menjadi bagian dari program sekolah, melalui peraturan dan tata tertib sekolah, proses belajar mengajar di kelas dan kegiatan ekstrakurikuler. Penelitian ini termasuk jenis penelitian metaanalisis yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara merangkum, mereview dan menganalisis data penelitian dari beberapa hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan cerita bergambar dan metode bermain peran efektif untuk meningkatkan pengamalan nilai kejujuran, kesabaran, dan ketaatan beribadah, serta keterampilan berbahasa dengan metode dan strategi
yang bervariasi
yang sedapat
mungkin mencakup
inkulkasi/penanaman keteladanan, fasilitasi nilai, dan pengembangan soft skills. Semua unsur di lingkungan sekolah dapat memberikan model pendidikan karakter kepada anak didik (anak usia dini) melalui perintah, permintaan dan saran dengan penekanan prinsip untuk bekerja secara tim, berempati dan melayani dan dapat
memasang
spanduk/poster yang bermuatan karakter tersebut sehingga menghasilkan iklim positif untuk belajar dan berperilaku positif. Remaja memiliki kepribadian yang masih labil dan sedang mencari jatidiri untuk membentuk karakter permanen. Oleh sebab itu, perlu ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara sekolah dan keluarga dalam mengembangkan karakter anak remaja. Karakter pada orang dewasa seperti mahasiswa memang sudah memfosil atau sulit diubah melalui strategi pembelajaran biasa. Namun demikian, dosen tetap memiliki kewajiban untuk mengingatkan, menyuruh dan menyarankan mahasiswa supaya tidak melakukan tindakan negatif. Simpulan Model pendidikan pada anak-anak bertujuan untuk membentuk karakter. Karena masih dalam masa bermain, model pendidikan karakter yang efektif disampaikan melalui kegiatan bermain peran, bercerita, kantin kejujuran dan lainnya. Model pendidikan karakter pada remaja bertujuan untuk mengembangkan karakter kepribadian dengan tindak tutur direktif (nasehat, perintah, anjuran, dsb) di lingkungan sekolah. Model pendidikan karakter pada orang dewasa bertujuan untuk pemantapan karakter yang sudah terbentuk.
OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG Abstrak Kurangnya pengenalan dan optimalisasi pengamalan pendidikan karakter anak usia dini menjadi latar belakang penelitian ini. Salah satu cara pengoptimalisasinya adalah dengan bermain peran yang dilakukan pada salah satu Taman Kanak-kanak dengan membagi anak didik menjadi dua siklus. Dan hasil penelitian menyatakan bahwa dari siklus I ke siklus II nilai-nilai karakter anak mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hal ini membuktikan bahwa sentra main peran pendidikan karakter mempengaruhi optimalisasi pendidikan karakter anak usia dini. Pembahasan Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas, tetapi juga harus mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya. Pergeseran orientasi kepribadian yang mengarah pada berbagai perilaku amoral sudah terjadi di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Upaya penanaman dan pembinaan kepribadian dan karakter sejak dini, termasuk pada jenjang pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) sebagai salah satu lembaga formal PAUD seperti terangkum dalam Undang undang (UU) RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kini menjadi harapan baru dalam menumbuh kembangkan pentingnya pendidikan karakter sejak dini. Bermain peran dapat dipusatkan pada aktifitas sehari-hari seperti di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengenalkan dan meningkatkan nilai-nilai karakter anak seperti pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilainilai kebaikan dan kebajikan, kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan agar menjadi manusia yang berakhlak. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada hakekatnya adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas, dengan melaksanakan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas, dengan menerapkan berbagai teori dan strategi pembelajaran yang relevan secara kreatif. Subjek penelitian ini adalah anak Kelompok B 1 Taman Kanak-kanak Citra Al Madina Padang, Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan jumlah murid 10 orang yang terdiri dari 7 laki-laki dan 3 orang anak perempuan. Penelitian dilakukan bersiklus (dua
siklus) dengan pengamatan langsung. Data yang diperoleh selama penelitian yang berlangsung dianalisis baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif untuk memperoleh hasil maksimal terhadap penelitian tindakan kelas yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian siklus I dan II upaya perbaikan terhadap optimalisasi pendidikan karakter anak kelihatan semakin baik dan semakin nyata hasilnya. Hal ini terlihat dari meningkatnya angka indikator kinerja baik terhadap kesenangan belajar maupun hasil belajar yang dicapai oleh anak maka sesuai dengan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:32). Terjadinya peningkatan nilai-nilai karakter dari siklus I ke siklus II karena peneliti telah memberikan strategi pembelajaran yang menyenangkan, bimbingan dan arahan serta media permainan yang menarik saat bermain peran. Anak sudah bisa mengenal sikap yang baik dan buruk terhadap apa yang mereka lakukan. Tingkat keberhasilan dan kesenangan anak dalam belajar dapat diketahui dari hasil wawancara langsung kepada anak setiap anak sudah selesai bermain di sentra main peran dengan 3 pertanyaan. Simpulan Usia dini merupakan langkah awal untuk membentuk akhlak anak untuk mengenalkan nilai baik. Pada usia dini pembelajaran pendidikan karakter anak dapat diberikan secara terpadu dalam ketentuan kurikulum. Melalui permainan di sentra main peran, pendidikan karakter anak dapat dioptimalisasikan.
DAFTAR PUSTAKA http://itikakirana.blogspot.co.id/2014/06/tugas-ti-resume-jurnal-pendidikan.html http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/belia http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dra.%20Endang%20Mulyatiningsih,%20M. Pd./13B_Analisis%20Model%20Pendidikan%20karakter.pdf. http://portalgaruda.org/download_article.php?article=100776&val=1492
Chapter 2 Resume Jurnal Komunikasi Penyuluh Pertanian KOMUNIKASI PENYULUH PERTANIAN DALAM PEMBERDAYAANMASYARAKAT PETANI PADA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN (STUDI KASUS PADA PETANI DI KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN BINTAN)
Abstrak Komunikasi dalammemberdayakan
Penyuluh
Pertanian
masyarakat
petani
merupakan yang
ada
bentuk di
upaya
Kecamatan
pemerintah
Gunung
Kijang
untukmeningkatkan sumber daya manusia petani lebih berkualitas agar hasil yang didapat daripertanian juga berkualitas. Pertanian adalah sumber mata pencaharian sebagianmasyarakat di desa khususnya di Kecamatan Gunung Kijang, untuk itu Badan PelaksanaPenyuluhan dan Ketahanan Pangan sebagai instansi yang melembagai penyuluh pertanianberkewajiban untuk memberikan informasi
pertanian
kepada
masyarakat
petani
dalammeningkatkan
taraf
hidup
dan
mensejahterakan kehidupan petani serta keluarganya. Masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah Bagaimana KomunikasiPenyuluh Pertanian dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani pada Badan PelaksanaPenyuluhan dan Ketahanan Pangan di Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintandengan tujuan untuk mengetahui Komunikasi Penyuluh Pertanian dalam PemberdayaanMasyarakat Petani di Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Penelitian inimenggunakan pendekatan penelitian kualitatif , jenis penelitiannya adalah deskriptif.Lokasi penelitian yaitu di Kecamatan Gunung Kijang. Adapun pengumpulan data yangdigunakan yaitu wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimensi komunikator dengan keterbatasanjumlah tenaga penyuluh masih belum optimal dalam pemberian penyuluhan pertanian,dan dimensi media sudah tersedia namun kurang dimanfaatkan. Sedangkan dimensipesan, komunikan serta efek sudah terlaksana dengan sebagaimana semestinya. Untukdimensi dari pemberdayaaan yaitu kemampuan dan keterampilan sudah diterapkan dandilaksana oleh penyuluh serta petani. Namun untuk dimensi pengetahuan, terdapat tingkatpendidikan para petani yang masih rendah. Kata Kunci : Komunikasi, Penyuluh, Pemberdayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum merupakan hak asasi warga negara Republik Indonesia. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional, sehingga memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas andal, serta berkemampuan manajerial, kewirausahaan dalam melaksanakan usahanya. Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan mampu menolong, mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya. Sebagai kegiatan pendidikan, penyuluhan pertanian adalah upaya untuk membantu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pelaku utama dan keluarganya, serta pelaku usaha (Deptan, 2009) Pengembangkan
system
pertanian
yang
berkelanjutandiperlukan
suatu
upaya
untukmeningkatkan kualitas sumber dayamanusia yang berguna dalammenunjang pembangunan pertanian.Peningkatan kualitas ini tidak hanyadalam peningkatan produktivitaspara petani, namun dapatmeningkatkan kemampuan merekaagar dapat lebih berperan dalamberbagai proses pembangunan.Dalam hal ini penyuluhanpertanian merupakan faktor yangpenting dalam mewujudkan tujuanpembangunan pertanian tersebut.Melalui penyuluhan pertanian,masyarakat pertanian dibekalidengan ilmu, pengetahuan,keterampilan, pengenalan pakettekhnologi dan inovasi baru dibidang pertanian dengan usahanya,penanaman nilai-nilai atau prinsipagribisnis, mengkreasi sumber dayamanusia dengan konsep dasarfilosofi rajin, kooperatif, inovatif,kreatif dan sebagainya Menurut Hafsa (2009:38)penyuluh pertanian merupakankegiatan pemberdayaan petani dankeluarganya melalui kegiatanpendidikan non formal di bidangpertanian, agar mereka mampumenolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupunpolitik, sehingga dapat meningkatkanpendapatan
keluarga
dankesejahteraan
masyarakat
petani.Salah
satu
kebijakanpembangunan pertanian adalahpemberdayaan petani melaluikegiatan penyuluhan pertanian.Penyuluhan merupakan salah satubentuk pendidikan non formal.Dengan adanya penyuluhan, petanidiharapkan dapat menjadi petani myang lebih berkualitas dari banyakaspek sehingga pada akhirnya tujuanbersama pemerintah dan petani yaitukesejahteraan hidup dapat terwujud.Kehadiran PenyuluhPertanian Lapangan (PPL) danperanan penyuluh pertanian ditengahtengah masyarakat tani didesa masih sangat dibutuhkan untukmeningkatkan Sumber DayaManusia (SDM) petani sehinggamampu mengelola Sumber DayaAlam (SDA) yang ada secara intensifdemi tercapainya peningkatanproduktifitas dan pendapatan atautercapainya ketahanan pangan
danketahanan ekonomi. Memberdayakanpetani dan keluarganya melaluipenyelenggaraan penyuluh pertanian,bertujuan untuk mencapai petaniyang tangguh sebagai salah satukomponen untuk membangunpertanian yang maju, efesiensehingga terwujudnya msyarakatsejahtera. Peranan ataspeluang
penyuluhan yang
dalampemberdayaan
ada
memberikankemampuan
masyarakat,
untukmerencanakan masyarakat
hingga
untukmenentukan
yaitumenyadarkan menikmatihasil
program
masyarakat
pembangunan,
pembangunan,memberi
kemampuan masyarakatdalam mengontrol masa depannyasendiri, dan memberi kemampuandalam menguasai
lingkungansosialnya.Proses
penyelenggaraanpenyuluhan
pertanian
dapat
berjalandengan baik dan benar apabiladidukung dengan tenaga penyuluhyang profesional, kelembagaanpenyuluh yang handal, materipenyuluhan yang terus-menerusmengalir, sistem penyelenggaraanpenyuluhan yang benar serta metodepenyuluhan yang tepat.Badan Pelaksana Penyuluhandan Ketahanan Pangan (BPPKP)Kabupaten Bintan sebagai instansiyang melembagai penyuluh pertanianbertugas untuk pembangunanpertanian yang di dalamnyamencakup sektor tanaman pangandan hortikultura di Kabupaten Bintanselain mengacu pada RencanaPembangunan Kabupaten Bintanjuga mengacu kepada programnasional yaitu programPengembangan Agribisnis danPeningkatan Ketahanan Pangan sertaPeningkatan Sarana ProduksiPertanian. Untuk itu BadanPelaksana Penyuluhan danKetahanan Pangan (BPPKP)menyediakan tenaga penyuluh untukmembantu masyarakat petani diKabupaten Bintan agar dapatmembangun pertanian yang lebihmaju
dan
berkembang.Di
Bintan
hingga
saat
inikontribusi
sektor
pertanian
terhadapperekonomian daerah cukup besar,namun kesejahteraan petani belumbanyak mengalami perubahan.Kemiskinan yang terjadi di pedesaansecara umum merupakan cerminankemiskinan rumah tangga petani.Sempitnya penguasaan lahan sertalemahnya akses petani kepadasumber daya produktif pertanian,seperti yang tercantum dalamUndang-Undang Sistem PenyuluhanPertanian dan Kehutanan (SP3K)Tahun 2006 Bab I, Pasal 1 ayat 2dijelaskan bahwa penyuluhpertanian, perikanan, kehutanan yangselanjutnya disebut penyuluhanadalah proses pembelajaran bagipelaku utama serta pelaku usaha agarmereka mau dan mampu menolongdan mengorganisasikan dirinyadalam mengakses informasi pasar,tekhnologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untukmeningkatkan
produktivitas,efesiensi
usaha,
pendapatan,
dankesejahteraan,
serta
meningkatkankesadaran dalam pelestarian fungsilingkungan hidup. Karena sumberinformasi tekhnologi dan pasar,permodalan merupakan faktor yangmembatasi kemampuan
petani
untukmengembangkan
usahanya
secaralayak.Namun
kegiatan
penyuluhanpertanian berhadapan denganketerbatasan-keterbatasan antara lainketerbatasan tenaga penyuluh,keterbatasan dipihak petani misalnyatingkat pendidikan formal petaniyang sangat
bervariasi, keterbatasansarana dan waktu penyuluhan bagipetani. Keterbatasan tenaga penyuluhdi Kabupaten Bintan terlihat darijumlah penyuluh yang sedikitdibanding dengan jumlah desa yangada disetiap Kecamatan.Untuk itu perlu diimbangidengan meningkatkan mediapenyuluhan pertanian. Melalui mediapenyuluhan pertanian petani dapatmeningkatkan interaksi denganpenyuluh sehingga prosespenyuluhan berjalan. Peranan mediapenyuluhan pertanian dapat ditinjaudari beberapa segi yaitu
dari
proseskomunikasi,
segi
proses
belajar
dansegi
peragaan
dalam
proseskomunikasi.Komunikasi memegangperanan penting untuk menjalinhubungan kerjasama yang baikantara penyuluh dengan petani, sertamempunyai pengaruh yang besardalam proses pencapaian tujuanpertanian. Keberhasilan komunikasiakan tercapai apabila pemberi pesandan penerima pesan sama-samamengerti maksud dari penyampaianpesan tersebut dan telah memilikikesimpulan yang sama sesuai denganmaksud yang terkandung dalampesan yang disampaikan tersebut.Paradigma Lasswellmenunjukkan
bahwa
komunikasimeliputi
lima
unsur
yakni:Komunikator,
Pesan,
Media,Komunikan, dan Efek. 1.2 Tujuan 1.
Tujuan Penelitian dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Komunikasi penyuluh pertanian oleh Badan Pelaksana Penyulahan dan Ketahanan Pangan dalam pemberdayaan masyarakat petani di Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan.
2. Kegunaan Penelitian a.
Secara akademis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai komunikasi penyuluh pertanian dalam pemberdayaan masyarakat petani pada Badan Pelaksana Penyuluhan danKetahanan Pangan (BPPKP).
b.
Secara praktis, khususnya untuk pemerintah Kabupaten Bintan dapat dijadikan rekomendasi dan pertimbangan guna lebih memperhatikan permasalahan komunikasi penyuluh pertanian dalam pemberdayaan masyarakat petani di Kecamatan GunungKijang.
c.
Bagi penulis sendiri bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai komunikasi yang baik dan efektif yang harus dilakukan dalam suatuorganisasi.
1.3 Metodologi 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Lebih jauh menurut pendapat Sugiono (2000:6) penelitian deskriftif kualitatif adalah penelitian yang dilakukan terhadap terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungakan dengan variable lain.
Moleong (2007:6) menjelaskan penelitian kualitatif adalah penelitian yang ermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian dengan
radeskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang lamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Cara deskripsi ini berasal dari wawancara, pengamatan, termasuk kutipan-kutipan dan rangkuman dari dokumen. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan (BPPKP), untuk lokasi penelitian atau keberadaan petani penulis mengambil di Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. 3. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer Menurut Arikunto (2010:22),Data Primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik, atau prilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan denganvariabel yang diteliti. b. Data Sekunder Menurut Arikunto (2010:22), Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumendokumen grafis, foto-foto, film, rekaman video, benda-benda, dan lain-lainyang dapat memperkaya data primer. Pengambilan data sekunder melaluidata yang diperoleh dari bahan pustaka, antara lain berasal dari dokumen-dokumen atau data mengenai peraturan perundangundangan, Surat Keputusan (SK),jurnal, internet, buku-buku, literatur, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, untuk memperoleh data, fakta, daninformasi di lapangan, penulis menggunakan teknik dan alat pengumpulan data sebagai berikut: a) Wawancara (interview) Menurut sugiyono (2011:157), wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah informannya sedikit/kecil.
b) Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010:274), dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atauvariabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya. Tekhnik dokumentasi dalam dalam penelitianini juga berupa fotofoto yang berkaitan dengan penelitian serta aktifitas-aktifitas penelitian yang diperoleh dari hasil temuan di lapangan.
5. Teknik Analisa Data. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011:246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas analisa data dalam penelitian ini, yaitu: a.
Data reduction (Reduksi data) Seluruh data yang diperoleh dari lapangan dicatat dan dirinci, selanjutnya dilakukan analisi data melalui reduksi data dengan merangkum, memilah hal-hal yang sesuai penelitian, memfokuskan kepada hal yang penting, dan membentuk pola dari situasi sosial.
b.
Data display (penyajian data) Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dalam bentuk uraian singkat seperti teks yang bersifat naratif, bagan, flowehart, dan sejenisnya.
c.
Conclution Drawing (verification) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yaitu melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi sehingga dapat menjawab rumusan masalah yangtelah ditetapkan.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka yang menjadi masalah dalam penelitian skripsi ini adalah: bagaimana komunikasi penyuluh pertanian dalam pemberdayaan masyarakat petani pada badan pelaksana penyuluhan dan ketahanan pangan (studi kasus pada petani di kecamatan gunung kijang kabupaten bintan)?
BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Informan Pada bab ini peneliti membahas Komunikasi Penyuluh Pertanian Dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani Pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan di Kecamatan Gunung Kijang, sebelum itu akan dibahas terlebih dahulu mengenai identitas atau karakteristik informan
guna mendapat informasi yang akurat dalam menganalisis data, sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dalam pembahasan dan menganalisis tentang Komunikasi Penyuluh Pertanian Dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani Pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan di Kecamatan Gunung Kijang. Informan dalam penelitian ini berjumlah 11 orang, yaitu Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Kabupaten Bintan, 1 Kabid Pengembangan dan Penyuluhan, 1 Pegawai Penyuluh Pertanian, 1 Ketua Kelompok Tani Makmur Kelurahan Kawal, 1 Anggota Kelompok Tani Makmur Kelurahan Kawal, 1 Ketua Kelompok Tani Makmur Desa Malang Rapat, 1 Ketua Kelompok Tani Maju Sejahtera, 1 Ketua Kelompok Tani Wanita Sumber Rezeki Desa Teluk Bakau, 1 Ketua Kelompok Tani Subur Desa Gunung Kijang, 1 Anggota Kelompok Tani Subur Desa Gunung Kijang dan 1 Anggota Kelompok Tani Sido Makmur Desa Gunung Kijang. B. Komunikasi Penyuluh Penyuluh pertanian dalam Pemberdayaan Masyarakat Petani pada Badan Pelaksana Penyuluhan Dan Ketahanan Pangan di Kecamatan Gunung Kijang.Di dalam penelitian yangmenjadi informan
pertama
(i1)
yaituIr.
Zufrin
Juniwal
yang
menjabatsebagai
kepala
Badan
PelaksanaPenyuluhan dan Ketahanan Pangan(BPPKP) Kabupaten Bintan,informan kedua (i2) Ilzam Ramanurselaku Kepala Bidang (Kabid)Pengembangan dan PenyuluhKabupaten Bintan, informan ketiga(i3) yakni Kasmir selakuKoordinator Balai PenyuluhKecamatan Gunung kijang&Toapaya Kabupaten Bintan,informan keempat (i4) yaitu Supaatselaku Ketua Kelompok TaniMakmur Kelurahan Kawal, informankelima (i5) adalah Damhuri AnggotaKelompok Tani Makmur kelurahanKawal, informan keenam (i6) adalahSopyan selaku Ketua Kelompok TaniMakmur Desa Malang Rapat,informan ketujuh (i7) adalah Zakariaselaku Ketua Kelompok Tani MajuSejahtera Kelurahan Kawal,informan kedelapan (i8) adalahPurwaningsih Ketua Kelompok TaniWanita,Sumber Rezeki, Dsa TelukBakau, informan kesembilan (i9)adalah Jakan selaku KetuaKelompok Tani Subur Desa GunungKijang, informan kesepuluh (i10)adalah Rusminah selaku AnggotaKelompok Tani Subur Desa GunungKijang dan informan kesebelas (i11)yaitu Panut selaku AnggotaKelompok Tani Sido Makmur DesaGunung Kijang. Dalam penelitian ini peneliti telah memberikan batasan-batasan yang digunakan untuk mengetahui bagaimanakah komunikasi penyuluh pertanian dalam pemberdayaan masyarakat petani pada badan pelaksana penyuluhan dan ketahanan pangan (BPPKP) di Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten Bintan. Maka penulis menetapkan tahapan-tahapan beserta indikatornya dan pengukuran teori Lasswell (Muhammad, 2009:5-7) yaitu sebagai berikut :
A. Komunikator Komunikator dalam penelitian ini yaitu tenaga penyuluh di Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan. Tenaga penyuluh harus memiliki kepribadian yang baik dalam menjalankan tugasnya. Proses penyampaian informasi akan berjalan efektif apabila jumlah tenaga penyuluh sebagai komunikator telah tersedia secara memadai, sehingga seluruh isi pesan dapat diterima oleh kelompok sasaran yaitu petani. Ketersediaan Tenaga Peyuluh di Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan di Kabupaten Bintan. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan key informan yaitu informan pertama dan dengan beberapa informan lainnya bahwa tenaga penyuluh pertanian sudah tersedia namun ketersedian jumlah tenaga penyuluh sangat terbatas. Tenaga penyuluh yang ada saat ini yaitu satu orang tenaga penyuluh memiliki wilayah kerja sebanyak tiga buah Desa yang didalamnya terdiri dari beberapa kelompok tani. Tenaga penyuluh di Kecamatan Gunung Kijang ini dihasilkan dari perekrutan oleh BPPKP Kabupaten Bintan dan selanjutnya diharuskan mengikutiproses seleksi Pendidikan danLatihan (Diklat) penyuluhan danpertanian di BPPKP Provinsi Jambi.Calon tenaga penyuluh yang berhasillulus dalam Diklat tersebut kemudianmenjadi tenaga penyuluh dilapangan. Tidak semua calon tenagapenyuluh tersebut berhasil lulus danmemiliki kemampuan yang memadaipada saat Diklat, hanya sebagaiansaja dari mereka yang memilikipotensi dan kualitas berhasil lulus,sehingga mengakibatkanketerbatasan jumlah tenaga penyuluhsaat ini. B. Pesan Pesan di dalam penelitian iniadalah informasi dan pengetahuantentang pertanian yang diberikanoleh tenaga penyuluh kepada parapetani. Pesan yang disampaikan olehtenaga penyuluh dapat juga berupailmu pengetahuan, informasi,motivasi atau nasehat mengenaikegiatan para petani dalam bercocoktanam. Informasi yang disampaikan dalampenyuluhan pertanianBerdasarkan hasil wawancaradengan key informan dan informanlainnya bahwa informasi yangdisampaikan oleh tenaga penyuluhmemiliki pengaruh terhadappemberdayaan petani dibidangpengetahuan dan keterampilan parapetani. Pengetahuan para petanimelalui adanya penyampaianinformasi menjadi semakinmeningkat. Perubahan pola fikirpetani yang masih tradisionalmenjadi modern adalah peningkatanilmu pengetahuan
yang
yangdisampaikan
didapat oleh
parapetani
tenaga
adanya
penyuluhjuga
proses
penyuluhan.Informasi
memiliki
dampak
pertanian
positifterhadap
perkembanganketerampilan para petani khususnyadalam menggunakan teknologi canggih atau modern untuk memudahkan kegiatan bercocoktanam para petani. Namun demikian,kendala keberhasilan pemberdayaankepada para petani dibidanginformasi yang disampaikan olehpenyuluh
adalah
waktu
penyuluhansangat
terbatas
hanya
sebulan
sekali.Waktu
untuk
proses
penyuluhanharus ditingkatkan lagi karena petanimengalami kendala danpermasalahan pertanian sangatkompleks, sehingga membutuhkanpenanganan yang cepat agar petanitidak mengalami kerugian dari hasil taninya. C. Media Media merupakan alat bantu yang dapat digunakan sebagai perantara untuk menyampaikan bahan yang digunakan oleh penyuluh kepada masyarakat petani sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan
hasil
analisadata
yang
diperoleh,
berkenaandengan
judul
Komunikasi
PenyuluhPertanian Dalam PemberdayaanMastarakat Petani Pada BadanPelaksana Penyuluhan danKetahanan Pangan, maka dapatdisimpulkan dari lima dimensi teoriLasewell dalam Arni (2009:5) yaitusebagai berikut: 1. Dimensi Pertama yaitu Komunikator. Ketersediaanjumlah tenaga penyuluhpertanian sebagaikomunikator masih sangatterbatas. Hal ini ditandaidengan satu orang penyuluhmembina wilayah kerjasebanyak tiga Desa.Keterbatasan tenagapenyuluh sangat menjadikendala dalam pemberdayaanpetani dibidang pengetahuandan keterampilan.Komunikasi oleh tenagapenyuluh tidak berjalansecara efektif, sehinggapengetahuan danketerampilan yang didapatoleh para petani juga tidakmaksimal. Selain itu jumlahkomunikator yang terbatasjuga harus meningkatkankualitas dengan memilikipendidikan tinggi sepertisarjana.
2. Dimensi Kedua yaitu Pesan. Informasi
yang
disampaikandalam
penyuluhan
pertaniantelah
terlaksana
oleh
tenagapenyuluh, namun karenapengadaan penyuluhan yangtidak rutin mengakibatkanpemahaman informasi
tidakberjalan
peningkatanpengetahuan
efektif. petani
Informasipertanian
mengenaikegiatan
sangat
pertanian
berpengaruhterhadap
sertaketerampilan
petani
dalammenggunakan teknologi jugamengalami peningkatan.Akan tetapi, peningkatanketerampilan
mengalamihambatan karena tidak semuapetani memiliki kemampuandalam menggunakan alatalatcanggih dibidang pertaniankarena jumlah penyuluh yangterbatas sehingga pemahamaninformasi tersebut tidakmerata.
3. Dimensi yang Ketiga yaituMedia. Penggunaan mediasebagai alat yang dipakaiuntuk menunjang kegiatanpenyuluhan agar dalammenyampaikan informasidapat dipahami oleh petanimasih sangat terbatas. Mediayang digunakan hanya berupapapan tulis dan mikrofon.Penggunaan media ini jugatidak dimanfaatkan dalamsetiap proses penyuluhannya,namun hanya pada waktutertentu saja. Pemanfaatanmedia yang sangat
terbatasberdampak
terhadappemberdayaan
dibidangpengetahuan
danketerampilan
sehingga tidakterlaksana secara efektif. 4. Dimensi yang Keempat yaituKomunikan. Informasi yangdisampaikan oleh penyuluhterhadap petani kurangefektif. Hambatan inidikarenakan keterbatasanwaktu dan jumlah tenagapenyuluh dalam memberikanpenyuluhan. Namundemikian, informasi yangtelah disampaikan sangatmembantu petani dalammeningkatkan produktivitashasil tani serta prestasi kerjapetani. Pemahaman isiinformasi oleh petani sangatberpengaruh positif terhadappemberdayaan petani dibidang pengetahuan danketerampilan petani. 5. Dimensi Kelima yaitu Efek. Kegiatan
penyuluhan
yangsudah
berjalan
menghasilkanprestasi
kerja
petani
sehinggamendapatkan prestasi petaniteladan di tingkat nasional.Pengaruh dari hasilpenyuluhan mempengaruhipemberdayaan petanidibidang pengetahuan denganadanya kemampuanpeningkatan produktivitashasil tani dari tahun ke tahundan keterampilan petanimenggunakan teknologi canggih atau modern.
B. Saran Adapun
saran-saran
yangdapat
disampaikan
dari
hasilpenelitian
ini
mengenai
komunikasiPenyuluh Pertanian dalamPemberdayaan Masyarakat Petanipada Badan Pelaksana Penyuluhandan Ketahanan Pangan yaitu : 1.
Keterbatasan jumlah tenagapenyuluh pertanian dalamdimensi komunikatorseharusnya BPPKP merekrutcalon penyuluh pertaniansecara lebih banyak denganmenseleksi melalui Diklatyang diadakan pemerintahpusat. Sehingga dalam satuDesa dibina oleh satu tenagapenyuluh agar terlaksanasebagaimana mestinya.
Dimensi pesan berupapenyampaian informasimengenai pertanian harusdilakukan secara rutin olehtenaga penyuluh, jadwal yangtelah disepakati dalampertemuan harus ditepati olehpenyuluh, karena petanimembutuhkan penangananyang cepat mengenai suatupermasalahan pertanian yangsedang dihadapi, agar petanitidak mengalami kerugiandari hasil taninya. Olehkarena itu penyuluhseharusnya mempunyaikesadaran akantanggungjawabnya sebagaitenaga penyuluh. Informasiyang disampaikan harusdisesuaikan dengankebutuhan informasi parapetani. endala yangdihadapi oleh para petanimenuntut kemampuan danpengetahuan penyuluh yangharus terus ditingkatkan,. sehingga proses penyampaian informasi berjalan efektif.
DAFTAR PUSTAKA http://myyuspiani.blogspot.co.id/2016/10/resume-jurnal-komunikasi-penyuluh.html