Tugas Praktikum Pengolahan Limbah.docx

  • Uploaded by: Avielia Putri W.
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Praktikum Pengolahan Limbah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 744
  • Pages: 4
Tugas Praktikum Pengolahan Limbah Nama

: Avielia Putri Wardani

Kelas/Prodi

: 2B/D3 Teknik Kimia

1. Bahan baku mutu pada industri tekstil Karakteristik limbah cair yang dihasilkan industri tekstil sangat erat hubungannya dengan bahan-bahan yang digunakan dalam tahapan proses pembuatan tekstil. Karakteristik dan baku mutu limbah cair industri tekstil disajikan seperti pada Tabel 2.1. dibawah ini. Tabel 2.1. Parameter

Satuan

Kadar maksimum

Oxygen

Mg/L

60

Oxygen

Mg/L

150

Total Suspended Solid

Mg/L

50

-

6-9

Pt-Co

-

Biological Demand (BOD) Chemical Demand (COD)

(TSS) pH Warna

2. Pengolahan Limbah Cair Tekstil Pengolahan limbah cair dilakukan untuk mengurangi zat pencemar, seperti zat organik, senyawa mengandung nitrogen, padatan tersuspensi/terendapkan, senyawa garam dan lain-lain. Kebayakan zat pencemar tersebut terutama zat organik, merupakan zat penyerap oksigen, sehingga mengurangi kadar oksigen terlarut di dalam air dan mengganggu kehidupan biota air. Hasil limbah cair dari penyempurnaan kapas biasanya langsung diproses secara biologi, karena proses kimia secara koagulasi dan flokulasi membutuhkan banyak koagulan untuk menghilangkan BOD yang tinggi. Limbah zat warna biasanya tidak dapat hilang

pada proses biologi, maka perlu dilakukan proses koagulasi kimia atau absorpsi dengan karbon aktif. Untuk mencapai hasil yang baik secara ekonomis perlu dilakukan hal-hal berikut : A. Perlu dilakukan pemisahan untuk limbah pencelupan yang mengandung garamgaram krom atau tembaga yang digunakan untuk tahan luntur pada zat warna. Selanjutnya diolah secara proses pengendapan garam-garam logam berat dan diberlakukan secara khusus sebagai limbah dari bahan beracun berbahaya (B3). B. Limbah pencelupan lainnya juga dipisahkan sebelum proses pembilasan, untuk diolah khusus secara koagulasi dan flokulasi, baru kemudian dicampur dengan limbah lain untuk di proses secara biologi atau secara proses penyerapan oleh karbon aktif. C. Perlu dilakukan pengkondisian terhadap limbah cair sebelum pengolahan secara biologi antara lain suhu yang sesuai dengan suhu pembiakan mikroorganisme (sekitar 35ºC), pH antara 6,5 – 9,5 (Malik, 2005). Pengolahan limbah tekstil dapat dilakukan secara fisika, kimia, dan biologi. Proses fisika yang digunakan dalam pengolahan limbah adalah proses penyaringan dan adsorpsi. Penyaringan merupakan proses pemisahan padat-cair melalui suatu alat penyaring, sedangkan proses adsorpsi dilakukan dengan penambahan adsorben seperti zeolit, karbon aktif, serbuk gergaji. Pengolahan limbah cair dengan cara adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran partikel, pH dan lama waktu kontak antara adsorben dengan bahan pencemar (Mattioli et al., 2002). Pengolahan limbah secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, dan zat organik beracun dengan menambahkan bahan kimia tertentu. Salah satu contoh pengolahan limbah secara kimia adalah koagulasi. Prinsip koagulasi adalah penambahan koagulan seperti MgSO4 atau Al2(SO4)3 pada limbah sehingga terjadi interaksi antara bahan pencemar dengan koagulan membentuk endapan (Said, 2009).

Pengkajian biodegradasi zat warna tekstil secara biologi lebih banyak diarahkan dengan menggunakan bakteri dan jamur. Beberapa bakteri pada kondisi anaerob dilaporkan mampu untuk mendegradasi zat warna azo di antaranya Aeromonas sp., Pseudomonas sp., dan Flavobacterium sp. Sebaliknya, ada beberapa bakteri yang dilaporkan mampu mendegradasi zat warna azo pada kondisi aerob diantaranya adalah Plesiomonas sp. dan Vibrio sp. Pada kondisi anaerob degradasi zat warna tekstil menggunakan bakteri lebih cepat dibandingkan dengan kondisi aerob, namun kelemahannya yaitu menghasilkan amina aromatik yang bersifat lebih toksik dibandingkan dengan zat warna azo itu sendiri. Hasil uji toksisitas menunjukkan degradasi limbah tekstil pada kondisi anaerob lebih toksik dibandingkan dengan limbah awal (Sastrawidana, 2009). 3. Dampak bahan pencemar Salah satu limbah yang dihasilkan oleh industri adalah logam logam yang berbahaya bila mencemari lingkungan air adalah logam berat. Logam berat yaitu logam yang mempunyai massa atom diatas 40 seperti besi (Fe), nikel (Ni), timbal(Pb), seng (Zn), tembaga (Cu), cadmium (Cd), air raksa (Hg), dan krom (Cr). Kelarutan logam-logam tersebut dalam air limbah cukup besar, lebih besar dibandingkan dengan kelarutan logam tersebut secara normal. Pencemaran oleh limbah industri tekstil yang berupa perubahan warna dapat diamati dari warna merah kecoklatan, kelabu, dan biru kehitaman di lingkungan air sungai. Perubahan warna tersebut berganti-ganti sesuai dengan waktu pembuangan limbah. Selain perubahan warna juga terjadi kekeruhan pada air sungai. Kekeruhan tersebut disebabkan limbah mnegandung endapan kelabu sehingga membuat air menjadi tampak keruh. Kondisi fisik selanjutnya yang ditimbulkan dari limbah industri tekstil yaitu bau. Bau tercium menyengat pada puncak musim kemarau. Hal tersebut terjadi karena air sungai sabagaian besar mendapat aliran dari limbah. Dampak selanjutnya yaitu mengganggu kehidupan organisme akuatik. Kehidupan akuatik semakin jarang ditemui di lingkungan perairan. Hal ini ditandai dengan jarangnya komunitas ikan-ikan kecil maupun organisme akuatik lainnya. Hal ini

ditandai denggan jarangnya komunitas ikan-ikan kecil maupun organism akuatik lainnya. Dampak yang lain yaitu menurunnya produksi pertanian. Penurunan produksi pertanian disebabkan oleh penggunaan air sungai yang telah tercemar oleh limbah industri tekstil.

Related Documents


More Documents from "Deny Afriyanto"