Tugas Kelompok 7 – SEVEN HEAVEN GROUP Tentang KASUS RESTORAN ( MATERI MOTIVASI )
Kami akan memberikan feedback beserta justifikasinya berkaitan dengan Teori motivasi dalam kasus sebagai supervisor dalam sebuah restoran. Kami memutuskan untuk menggunakan dua Teori Dasar, yaitu Teori Proses dan Teori Isi dalam pemecahan kasus motivasi untuk para karyawan yang sedang berada dalam kejenuhan bekerja. Kami memilih dua teori tersebut, karena teori tersebut sangat erat kaitannya dalam pemberian motivasi dimana selalu terjadi hubungan simbiosis mutualisme yang akan saling melengkapi dengan adanya Teori Isi dan Teori Proses. Teori Isi Teori ini menjelaskan tentang profil kebutuhan yang dimiliki oleh seseorang yang mendasari perilakunya. Dengan kata lain, teori ini menekankan arti pentingnya pemahaman faktor-faktor yang ada di dalam konsumen yang menimbulkan tingkah laku tertentu. Teori ini juga kadang disebut sebagai teori kepuasan (content theory). Dalam kasus ini, kami memilih teori “Teori Hierarkhi Kebutuhan Maslow - Manusia Piramida”. Dalam kasus ini, teori Maslow akan menjadi titik tolak dan landasan pemikiran bagi gagasan tentang penemuan motivasi untuk peningkatan kinerja individu dalam organisasi. Teori Hierarkhi Kebutuhan Maslow - Manusia Piramida Maslow berpendapat bahwa kondisi manusia berada dalam kondisi mengejar yang bersinambungan. Pada teori ini dijelaskan bahwa kebutuhan manusia dapat disusun secara hirarki. Kebutuhan paling atas menjadi motivator utama jika kebutuhan tingkat bawah semua sudah terpenuhi. Jadi dapat dikatakan jika satu kebutuhan dipenuhi, langsung kebutuhan tersebut diganti oleh kebutuhan lain. Makin tinggi tingkat kebutuhan, makin tidak penting ia untuk mempertahakan hidup dan makin lama pemenuhan dapat ditunda. Maslow mengembangkan atas dasar tiga asumsi pokok dari Teori Hirarki, yaitu: a. Manusia adalah makhluk keinginannya tidak selalu terpenuhi.
yang
selalu
berkeinginan,
dan
b. Kebutuhan yang sudah terpenuhi, tidak akan menjadi pendorong lagi. c. Kebutuhan manusia tersusun menurut hirarki tingkat pentingnya kebutuhan.
Kebutuhan manusia oleh Maslow diklasifikasikan atas lima jenjang yang secara mutlak harus dipenuhi menurut tingkat jenjangnya. Masingmasing tingkat dijelaskan sebagai berikut: a. Physiological Needs / Kebutuhan fisiologikal (Faali) Kebutuhan ini merupakan kebutuhan mempertahankan hidup dan bukti yang nyata akan tampak dalam pemenuhannya atas sandang, pangan dan papan. Bagi karyawan, kebutuhan akan gaji, uang lembur, hadiah-hadiah dan fasilitas lainnya seperti rumah, kendaraan dll. Menjadi motif dasar dari seseorang mau bekerja, menjadi efektif dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi bagi organisasi. b. Safety Needs / Kebutuhan rasa aman. Kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam kedudukannya, jabatan-nya, wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai karyawan. Dia dapat bekerja dengan antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal atas kedudukan dan wewenangnya. Manifestasinya dapat terlihat pada kebutuhan akan keamanan jiwa, keamanan harta, perlakuan yang adil, pensiun dan jaminan hari tua. c. Social Needs / Kebutuhan sosial. Kebutuhan akan kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok. Kebutuhan akan diikutsertakan, mening-katkan relasi dengan pihak-pihak yang diperlukan dan tumbuhnya rasa kebersamaan termasuk adanya sense of belonging dalam organisasi. Kebutuhan sosial ini merupakan kebutuhan yang paling penting untuk diperhatikan segera setelah kebutuhan rasa aman dan kebutuhan psikologis sudah terpenuhi. d. Esteem Needs / Kebutuhan harga diri Kebutuhan ini lebih bersifat egoistik dan berkaitan erat dengan status seseorang. Semakin tinggi status seseorang maka akan semakin tinggi pula kebutuhannya akan pengakuan, penghormatan, prestis dan lain-lain. Contoh dari kebutuhan ini adalah Kebutuhan akan kedudukan dan promosi dibidang kepegawaian. Kebutuhan akan simbul-simbul dalam statusnya se¬seorang serta prestise yang ditampilkannya. e. SelfActualization Needs / Kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan jenis ini merupakan kebutuhan yang paling tinggi, yaitu untuk menunjukkan prestasinya yang maksimal tanpa terlalu menuntut imbalan dari organisasi. Motivasi yang ada pada diri konsumen akan
mewujudkan suatu tingkah laku yang diarahkan pada tujuan yang mencapai sasaran kepuasan. Kami memilih teori ini karena kami menganggap teori Maslow masih merupakan penjelasan yang paling baik soal motivasi karyawan. Teori Maslow juga merupakan teori dasar tentang motivasi dan Teori-teori lain lebih merupakan penyempurnaan dan penyesuaian dari teori tersebut. Teori Maslow juga dapat digunakan sebagai alat ukur untuk klasifikasi kebutuhan apa saja yang ada dalam diri setiap pegawai.
Teori Proses (Process Theory) Teori motivasi yang tidak hanya menekanan pada faktor apa yang membuat seseorang bertindak, tetapi juga pendekatan bagaimana orang tersebut termotivasi. Teori ini berusaha agar setiap pekerja giat sesuai dengan harapan organisasi perusahaan. Daya penggeraknya adalah harapan akan diperoleh si pekerja. Proses yang terjadi dalam pikiran seseorang yang pada akhirnya membuat orang menampilkan tingkah laku. Dalam kasus ini, kami memilih 2 teori yaitu 1. Teori Prestasi dari McClelland.
David C. McClelland mengemukakan kebutuhan berprestasi sebagai motivasi dalam pelaksanaan pekerjaan. Kebutuhan ini memerlukan dan mengharuskan seseorang pekerja melakukan kegiatan belajar untuk menguasai ketrampilan/keahlian yang memungkinkan seorang pekerja mencapai suatu prestasi. Teori ini memiliki hubungan dengan Teori Maslow terkait dengan kebutuhan pada urutan tertinggi, yaitu : • Need for achievement (kebutuhan akan prestasi), adanya dorongan atau gairah untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisian dibandingkan dengan hasil sebelumnya, dorongan ini disebut kebutuhan untuk berprestasi. Serta dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. • Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial), kebutuhan untuk berusaha mendapatkan persahabatan, mereka lebih ingin disukai dan diterima orang lain, lebih menyukai situasi kooperatif dan berusaha menghindari konflik. Dapat juga dikatakan bahwa ini merupakan hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan karib • Need for Power (dorongan untuk mengatur), adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk
mempengaruhi orang lain, dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain. Kebutuhan untuk membuat orang berprilaku dalam suatu cara yang orang-orang itu (tanpa dipaksa) tidak akan berprilaku demikian. Kami memilih teori ini karena teori ini sebagai penyempurna serta spesifikasi lebih khusus setelah kita mengetahui kebutuhan yang diinginkan oleh pegawai yang didapat dari Teori Maslow diatas. Dengan teori ini, diharapkan kita sebagai supervisor mampu memenuhi kebutuhan tersebut secara berkala tanpa memberikan kesenjangan sosial antar karyawan. 2. Teori Keadilan (Equity Theory), hal ini didasarkan tindakan
a.
b.
c. d.
keadilan diseluruh lapisan serta obyektif di dalam lingkungan perusahaannya. Faktor utama motivasi kerja adalah evaluasi individual terhadap keadilan penghargaan yang diterima. Stoner, sebagai pencetus teori ini, berpendapat bahwa harus ada perbandingan yang memadai antara input - output. Menurutnya, seseorang anggota organisasi akan lebih memotivasi dirinya jika rasio input - output yang dimiliki sama dengan rasio input - output yang dimiliki anggota lain. Dengan demikian persepsi anggota organisasi terhadap keadilan peraturan organisasi (procedural juctice) dalam membagi imbalan menjadi sangat penting. Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu : Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya; Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri; Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis; Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
Kami memilih teori ini karena teori ini dapat dijadikan dasar oleh kita sebagai supervisor untuk memenuhi kebutuhan para karyawan tanpa memberikan kesenjangan sosial antar karyawan karena telah mengetahui keadilan apa saja yang dapat dirasakan oleh pegawai yang berbeda-beda.
Daftar Pustaka (n.d.). Retrieved from www.pdfcoke.com. Robbins, S. P. (2006). Perilaku Organisasi 1 Edisi 10. Jakarta: PT.INDEKS.