Tugas Makalah.docx

  • Uploaded by: Elsi Viksandi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Makalah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,786
  • Pages: 14
A. Pengertian Bukti Audit Bukti Audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti Audit adalah semua media informasi yang digunakan o;eh auditor untuk mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya. Tidak semua informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi harus dipilih. Pedoman pemilihan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit adalah bahwa informasi tersebut harus andal sehingga mampu meyakinkan pihak lain. Menurut Mulyadi, pembahasan bukti audit ini didasarkan pada Standar pekerjaan lapangan ketiga yang berbunyi :” Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.”

B. Sifat dan Jenis Bukti Audit  Bukti pendukung laporan keuangan (Data Akuntansi) Data Akuntasi berupa jurnal, buku besar, dan buku pembantu, serta buku pedoman akuntansi, memorandum, dan catatan tidak resmi, seperti daftar lembaran kerja yang mendukung alokasi biaya, perhitungan dan rekonsiliasi secara keseluruhan.  Pengendalian Intern Sebagai Bukti Pengendalian Intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor harus mengetahui bahwa klien telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan.

 Catatan Akuntansi Sebagai Bukti

Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan, dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.  Bukti Penguat Informasi penguat meliputi segala dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat, konfirmasi, dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui ; informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan/mengajukan pertanyaan (inquiry), pengamatan (observasi), inspeksi (inspection), dan pemeriksaan fisik (physical examination), serta informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor yang memungkinkannya untuk menarik kesimpulan berdasarkan alas an yang kuat. Jenis-jenis Bukti Penguat : 1. Bukti Fisik Bukti Fisik adalah bukti yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud. Digunakan untuk mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas (eksistensi aktiva) dan untuk menentukan kualitas/kondisi (penilaian). Memiliki tingkat keandalan yang tinggi, contoh : kas, persediaan, aktiva tetap. 2. Bukti Dokumenter Bukti Dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka symbol-symbol dan lain-lain yang diperoleh melalui pemeriksaan dokumen dan catatan klien untuk memperkuat informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Menurut sumbernya, bukti documenter dibagi menjadi 3 golongan, yaitu : 

Bukti yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor.



Bukti yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien.



Bukti yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.

Bukti yang diperoleh dari luar (eksternal) umumnya lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan yang berasal dari dalam (internal) perusahaan klien. Tingkat keandalan bukti ini akan lebih lagi apabila dikirim secara langsung kepada auditor oleh pihak luar.  Perhitungan Sebagai Bukti (mathemathical evidence) Perhitungan kembali yang dilakukan oleh auditor dan membandingkannya dengan hasil perhitungan yang dibuat oleh klien. Pengecekan kembali ini dimaksudkan untuk menguji ketelitian klien dalam perhitungan. Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa : 

Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertical.



Croos-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.



Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi.



Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.

 Bukti Lisan Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak mengajukan pertanyaan kepada klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari pertanyaan tersebut merupakan tipe bukti lisan. Kurang dapat diandalkan dan membutuhkan bukti penguat lainnya.  Perbandingan (analitycal evidence) Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.bukti diperoleh melalui penggunaan perbandingan dan hubungan untuk melihat ada tidaknya indikasi salah saji material, tingkat keandalan bergantung pada data yang digunakan,contoh pembandingan saldo atau rasio dengan data tahun lalu dan budget & rata-rata industry

 Confirmation evidence.

Jawaban tertulis/lisan dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasi kecermatan informasi tertentu yang diminta auditor, informasi bersifat faktual, memiliki tingkat keandalan yang tinggi. Contoh : konfirmasi bank, piutang, utang.  Pernyataan tertulis (written representation) Pernyataan tertulis (written representations) adalah pernyataan yang dibuat dan ditanda tangani oleh orang yang bertanggung jawab dan mengetahui mengenai sesuatu hal yang perlu ditegaskan. Jenis bukti ini dapat dibedakan dengan konfirmasi dalam hal bahwa bukti ini dapat berasal dari dalam atau dari luar perusahaan. Selain itu bukti ini mungkin lebih bersifat subjektif atau pendapat pribadi seseorang mengenai sesuatu hal daripada informasi yang sebenarnya. Contoh : surat pernyataan manajemen klien  Bukti dari Spesialis Bukti Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya spesialis yang digunakan oleh auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien. Penentuan persyaratan keahlian dan nama baik spesialis sepenuhnya berada ditangan auditor. Jika auditor menerima hasil penemuan spesialis sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja spesialis tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika auditor puas dengan hasil penemuan spesialis, dan jika ia memberikan pendapat selain pendapat wajar, maka ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan spesialis tersebut untuk mendukung alasan tidak diberikan pendapat wajar dalam laporan auditnya.

C.

Kompetensi Bukti Audit

Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau keandalan data akuntansi dan informasi penguat.Keandalan catatan akuntansi dipengaruhi secara langsung oleh efektivitas pengendalian intern. Pengendalian intern yang kuat menyebabkan keandalan catatan akuntansi dan bukti bukti lainnya yang dibuat dalam organisasi klien Kompetensi Informasi Penguat Dipengaruhi oleh berbagai faktor, berikut ini : a. Relevansi Bukti audit harus selaras atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dapat terpercaya

b. Independensi penyedia bukti Bukti audit yang diperoleh dari sumber di luar entitas akan lebih dipercaya daripada bukti audit yang diperoleh dari dalam entitas.

c. Efektivitas Pengendalian Intern Klien Jika pengendalian intern klien berjalan secara efektif, maka bukti audit yang diperoleh akan dapat lebih dipercaya daripada jika pengendalian intern itu lemah.

d. Pemahaman Langsung Auditor Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pengujian fisik, observasi, perhitungan dan inspeksi akan lebih kompeten daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung.

e. Berbagai kualifikasi individu yang menyediakan informasi. Walaupun jika sumber informasi itu bersifat independent, bukti audit tidak akan dapat dipercaya

kecuali

jika

individu

yang

memilikikualifikasi untuk melakukan hal itu.

f. Tingkat obyektivitas.

menyediakan

informasi

tersebut

Bukti yang obyekif akan dapat lebih dipercayadari pada bukti yang membutuhkan pertimbangan tertentu untuk menentukan apakah bukti tersebut memang benar. Berbagai contoh bukti yang obyektif termasuk konfirmasi atas piutang dagang dan saldo-saldo bank, perhitungan fisik surat berharga dn kas, serta perhitungan ulang saldo dalam daftar utang dagang untuk menentukan apakah data-data tersebut sesuai dengan saldo pada buku besar. Sedangkan contoh-contoh dari bukti-bukti yang subyektif termasuk selembar surat yang ditulis oleh pengacara klien yang membahas mengenai kemungkinan hasil yang diperoleh dari berbagai gugatan hukum yang sedang dihadapi oleh klien, observasi atas persediaan yang usang selama dilakukannya pengujian fisik, serta berbagai informasi yang didapat dari menejer kredit tentang kolektibilitas dari piutang dagang yang belum dibayar oleh pelanggan.

g. Ketepatan waktu. Ketepatan wktu atas bukti audit dapat merujuk baik kapan bukti itu di kumpulkan atau kapan periode wktu yang tercover oleh proses audit itu.

D.

Pendekatan Pengumpulan Bukti Pengumpulan bukti dilakukan dari 2 arah secara simultan (top-down & bottom-up)  Top-down audit evidence Fokus kepada perolehan pemahaman bisnis & industri klien, tujuan & sasaran manajemen, penggunaan sumber2 untuk mencapai tujuan, keunggulan kompetitif organisasi klien, proses bisnis yang utama, earnings dan cash flow yang dihasilkan. Tujuannya adaalah untuk memperoleh pengetahuan tentang perusahaan klien dan mengembangkan harapan auditor terhadap laporan keuangan  Bottom-up audit evidence Fokus kepada pengujian-pengujian secara langsung terhadap transaksi2, saldo2 akun, dan system yang mencatat transaksi dan menghasilkan saldo2 akun,tujuan memperoleh & bukti2 yang mendukung transaksi2 & saldo2 akun dalam laporan keuangan.

E.

Prosedur Audit

Prosedur audit adalah intruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat menentu dalam audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut meliputi: inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi. Audit juga melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan audit. Prosedur audit lain itu meliputi: penelusuran, pemeriksaan bukti pendukung, penghitungan, dan scanning. Dengan demikian, prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi: 1. Inspeksi Inspeksi meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta pemeriksaan sumber daya berwujud. Prosedur ini digunakan secara luas dalam auditing. Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti bootom-up maupun top-down. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen, auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang sama, auditor seringkali mempertimbangkan implikasi bukti dalam konteks pemahaman faktorfaktor ekonomi dan persaingan entitas. Sebagai contoh, pada saat auditor memeriksa kontrak sewa guna usaha, ia melakukan verifikasi kesesuaian akuntansi yang digunakan untuk sewa guna usaha, mengevaluasi bagaimana sewa guna usaha ini berpengaruh pada kegiatan pembiayaan dan investasi entitas, dan akhirnya mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha ini

dapat mempengaruhi

kemampuan entitas untuk menambah penghasilan dan bagaimana pengaruh transaksi ini atas struktur biaya tetap entitas. ·

Istilah-istilah seperti me-review (reviewing), membaca (reading), dan

memeriksa (examining) adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan catatan. Menginspeksi dokumen dapat membuka jalan untuk mengevaluasi bukti documenter. Dengan demikian melalui inspeksi, auditor dapat menilai keaslian dokumen, atau mungkin

dapat

mendeteksi

keberadaan

perubahaan

atau

item-item

yang

dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah scanning atau memeriksa secara tepat dan tidak terlampau teliti dokumen dan catatan.

·

Memeriksa sumber daya berwujud memungkinkan auditor dapat mengetahui

secara langsung keberadaan dan kondisi fisik sumber daya tersebut. Dengan demikian, inspeksi juga memberikan cara untuk mengevaluasi bukti fisik.

2. Pengamatan (observation) Pengamatan (observing) berkaitan dengan memperhatikan dan menyaksikan pelaksanaan beberapa kegiatan atau proses. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja sedang melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur perusahaan. Pengamatan terutama penting untunk memperoleh pemahaman atas pengendalian internal. Auditor juga dapat mengamati kecermatan seorang karyawan klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan. Pengamatan yang terakhir ini memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan menginspeksi.

3. Konfirmasi Merupakan bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung. Prosedur yang biasa ditempuh oleh auditor adalah: a. Auditor meminta dari klien untuk menanyakan informasi tertentu kepada pihak luar. b. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh auditor untuk memberikan jawaban langsung kepada auditor mengenaai informasi. c. Auditor menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.

4. Permintaan keterangan (enquiry) Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan Contoh: permintaan keterangan auditor mengenai tingkat keusangan sediaan yang ada di gudang.

5. Penelusuran (tracing) Auditor melakukan penelusuran informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi. Contoh: pemeriksaan terhadap transaksi penjualan yang dimulai oleh auditor dengan memeriksa informasi dalam surat order dari customer, laporan pengiriman barang, faktur penjualan, dan jurnal penjualan. Tujuannya untuk menentukan ketelitian dan kelengkapan catatan akuntansi.

6. Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching) Merupakan prosedur audit meliputi: a. Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukankewajaran dan kebenarannya. b. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan. Tujuannya untuk memperoleh bukti audit mengenai kebenaran perlakuan akuntansi terhadap transaksi yang terjadi.

7. Penghitungan (counting) Prosedur ini meliputi: (1) Penghitungan fisik terhadap sumber daya terwujud seperti kas atau sediaan di tangan, dan (2) pertanggungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak. Penghitungan fisik ini digunakan untuk mengevaluasi bukti fisik kuantitas yang ada di tangan, sedangkan pertanggungjawaban formulir bernomor urut tercetak digunakan untuk mengevaluasi bukti documenter yang mendukung kelengkapan catatan akuntansi.

8. Scanning Merupakan review secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.

9. Pelaksanaan ulang (reperforming) Salah satu prosedur audit yang penting adalah pelaksanaan ulang (reperforming) perhitungan dan rekonsiliasi yang dibuat oleh klien. Misalnya menghitung ulang total jurnal, beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan kuantitas dikalikan harga per unit pada lembar ikhtisar persediaan, serta total pada skedul pendukung dan rekonsiliasi. Auditor juga dapat melaksanakan ulang beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa pemrosesan awal telah sesuai dengan pengandalian intern yang telah dirumuskan. Sebagai contoh, auditor dapat melaksanakan ulang pemeriksaan atas kredit pelanggan pada transaksi penjualan untuk menentukan bahwa pelanggan memang memiliki kredit yang sesuai pada saat transaksi tersebut diproses. Pemeriksaan ulang biasanya memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya, auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit tersebut.

10. Teknik audit berbantuan computer (computer-assisted audit techniques) Apabila catatan akuntansi klien dilaksanakan melalui media elektronik, maka auditor dapat menggunakan teknik audit berbantuan computer (computer-asssited audit techniques/CAAT) untuk membantu melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: 

Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam prosedur analitis.



Memilih sampel piutang usaha untuk konfirmasi.



Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua dokumen yang berurutan telah dipertanggungjawabkan.



Membandingkan elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan (seperti harga yang tercantum dalam faktur dengan master file yang memuat harga-harga yang telah disahkan)



Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek komputer dari pengendalian intern telah berfungsi.



Melaksanakan ulang berbagai perhitungan seperti penjumlahan buku besar pembantu piutang usaha atau file persediaan.

F.

Keputusan Yang Harus Diambil Oleh Auditor Berkaitan Dengan Bukti Audit

1. Penentuan prosedur audit yang akan digunakan Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor mengunakan prosedur audit. Contoh prosedur audit disajikan berikut ini. 

Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang kas tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank.



Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua minggu setelah tanggal neraca.



Lakukan pengamatan terhadap perhitungan fisik sediaan yang diselenggarakan oleh klien.

2. Penentuan Besarnya Sampel Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus diambil oleh auditor untuk setiap prosedur audit. Besarnya sampel akan berbeda-beda di antara yang satu dengan audit yang lain dan dari prosedur yang satu ke prosedur audit yang lain.

3. Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel Setelah besarnya sampel ditentukan untuk prosedur audit tertentu, auditor masih harus memutuskan unsur mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa.

4. Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedut Audit Karena audit terhadap laporan keuangan meliputi suatu jangka waktu tertentu, biasa nya 1 tahun, maka auditor dapat mulai mengumpulkan bukti audit segera awal tahun. Umumnya, klien menghendaki diselesaikan dalam jangka waktu satu minggu dengan tiga bulan setelah tanggal neraca.

 KESIMPULAN Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Standar pekerjaan lapangan ketiga mewajibkan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Isi standar tersebut adalah sebagai berikut: “Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, tanya jawab, dan konfirmasi sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa.” Cukup atau tidaknya bukti audit menyangkut kuantitas bukti yang harus diperoleh auditor dalam auditnya,sedangkan kompetensi bukti audit menyangkut kualitas atau keandalan bukti yang dipengaruhi oleh tiga faktor berikut ini: sumber bukti, pengendalian intern, dan cara untuk memperoleh bukti. Ada delapan tipe bukti audit yang harus diperoleh auditor dalam auditnya: pengendalian intern, bukti fisik, bukti dokumenter, catatan akuntansi, perhitungan, bukti lisan, perbandingan dan ratio, serta bukti dari spesialis.Untuk memperoleh bukti audit, auditor melaksanakan prosedur audit yang merupakan instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Prosedur audit yang dipakai oleh auditor untuk memperoleh bukti audit adalah inspeksi, pengamatan, wawancara, konfirmasi, penelusuran, pemeriksaan bukti, pendukung, penghitungan dan scanning. Dalam situasi tertentu, resiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam akun dan laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa. Oleh karena itu auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung resiko besar seperti contoh berikut ini: pengendalian intern yang lemah, kondisi keuangan yang tidak sehat, manajemen yang tidak dapat dipercaya, penggantian auditor publik yang dilakukan oleh klien tanpa alasan yang jelas, perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba, usaha yang bersifat spekulatif, dan transaksi perusahaan yang kompleks. Kewaspadaan ini perlu dimiliki oleh auditor untuk menghindarkan dirinya dari pernyataan pendapat wajar atas laporan keuangan klien yang berisi ketidakjujuran.

Dalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang saling berkaitan yaitu: penentuan prosedur audit yang akan digunakan, penentuan besarnya sampel untuk waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu.

 DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. Auditing. Edisi ke-6 Jakarta: PT Salemba Empat, 2011 ariatmancool.blogspot.com eva-nurpitasari.blogspot.com IBK. Bayangkara, S.E.,M.M, Manegement Audit AUDIT MANAJEMEN prosedur Sdan implementasi, Jakarta: Salemba, Empat, 2008

Related Documents

Tugas
October 2019 88
Tugas
October 2019 74
Tugas
June 2020 46
Tugas
May 2020 48
Tugas
June 2020 45
Tugas
August 2019 86

More Documents from "Luci xyy"