1. Pendahuluan Menurut WHO Lansia ialah mereka yang memiliki usia 60 tahun atau lebih. Lansia ialah mereka yang sudah memasuki fase akhir dari kehidupannya. Pada tahap ini seseorang dikatakan mengalami proses menua. Menua sendiri ialah proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki , mengganti dan mempertahankan struktur serta fungsinya dari berbagai jejas yang ada. Jadi akibatnya seorang lansia akan susah bertahan dari jejas dan memperbaiki jaringan akibat dari jejas tersebut. Kemampuan kognitif ialah kemampuan mental yang terdiri dari atensi, kemampuan berbahasa, kemampuan membuat konsep dan intelegensia. Kemampuan ini mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia, namun tidak semua lansia mengalami perubahan ini, ada lansia yang kemampuan kognitifnya masih sama seperti ssaat dia masih muda. Melalui kegiatan Kunjungan Sarana Kerja (KSK) kali ini, kami mahasiswa Fakultas Kedokteran Widya Mandala Surabaya (FKWMS) ingin melihat bagaimana kemampuan kognitif dari lansia yang kita kunjungi di Panti Werdha Bhakti Luhur Surabaya. Kami menggunakan metode kuesioner Minimental State Examination (MMSE) dalam melakukan pemeriksaan kali ini. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pelemahan kognitif pada pasien. Tes ini dilakukan dengan pemeriksaan sederhana secara wawancara, dengan pertanyaan sederhana. Mencakup tempat dan waktu tes dilakukan, mengulang beberapa kata, matematika, penggunaan dan pemahaman bahasa, dan kemampuan motoric dasar. Nilai tertinggi pada skor ini 30. Nilai 24 – 30 ialah normal, nilai 17 – 23 ialah probable gangguan kognitif, nilai 0 – 16 ialah definite gangguan kognitif. Selain melakukan pemeriksaan MMSE kita juga melakukan pemeriksaan lain yang meliputi pemeriksaan status fungisional menggunakan Indeks Barthel, lalu pemeriksaan kecukupan nutrisi menggunakan Mini Nutritional Assesement (MNA), tingkat depresi lansia menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS), dan penilaian resiko jatuh menggunakan John Hopkins Fall Risk Assesment Tool.
2. Laporan Kegiatan Tempat
: Panti Werdha Bhakti Luhur Surabaya
Hari / Tanggal
: Jumat / 8 Desember 2017
Nama Subjek
: Cisilia Lidya (Oma Lilik)
Usia
: ± 40 - 50 an (keterangan dari pengasuh dikarenakan Oma Lilik mengalami gangguan kognitif)
Hasil Pemeriksaan
:
Pemeriksaan MMSE didapatkan score 14 dikarenakan Oma Lilik pada pemeriksaan orientas tidak mampu menyebutkan bulan dan tanggal hari tersebut, serta tidak mampu menjelaskan lokasi kota dan dimana beliau berada saat dilakukan pemeriksaan. Lalu kemampuan Atensi dan kalkulasi Oma lilik mendapat poin 0 dikarenakan beliau tidak mampu melakukan penghitungan -3 hingga 5 kali dan mengeja terbalik kata “WAHYU”. Pada pemeriksaan mengingat kembali, Oma Lilik juga mendapat poin 0 karena Oma Lilik tidak mampu menyebutkan kembali kata – kata yang sudah diminta untuk mengingat sebelumnya (apel, meja, koin). Dan pada pemeriksaan bahasa, Oma lilik mendapat poin 0 pada pemeriksaan membaca, menulis dan copy gambar. Kesimpulan dari pemeriksaan ini Oma Lilik mendapat skor 14 (Definite gangguan kognitif) Setelah melakukan pemeriskaan terhadap Oma lilik lalu saya berbincang dengan pengasuh beliau bernama Ibu Ninik. Menurut keterangan Ibu Ninik dulu saat masih kecil, Oma Lilik menderita demam tinggi sehingga membuat beliau menderita keterbelakangan mental, namun kemampuan status fungsional dan nutrisi dari Oma Lilik semuanya baik, jadi saya langsung mengisi kan pad kuesioner sesuai keterangan, dan mendapat hasil sempurna pada Barthel Index (20) dan skor MNA 24 (ada nilai 0 karena mengalami gangguan psikologi). Dari segi Fisik Oma Ninik hanya menderita kelainan darah tinggi saja, jadi setiap hari Oma Lilik mengkonsumsi Amlodipin. Saya tidak bisa melakukan pemeriksaan GDS karena Subjek yang saya periksa atau Oma Lilik mengalami gangguan kognitif sehingga tidak bisa saya wawancara mengenai gangguan depresi. Dan saya tidak bisa melakukan pemeriksaan Resiko jatuh dikarenakan kesusahan dalam mewawancara beliau.
3. Kesimpulan Jadi dari hasil kegiatan KSK kali ini kami mendapat kesimpulan bahwa pemeriksaan MMSE sangat dibutuhkan jika ingin melakukan pemeriksaan pada faktor lain, khususnya yang menggunakan metode kuesioner wawancara. Karena jika status kognitif dari pasien sendiri sudah terganggu (tidak mampu untuk menjawab pertanyaan sesuai keadaan) maka akan susah sekali untuk melakukan assessment , kecuali jika ada pengurus yang tahu benar kondisi dari pasien tersebut.