Tugas Konsep Diri.docx

  • Uploaded by: jusniati puwa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Konsep Diri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,475
  • Pages: 12
GAMBARAN DIRI/CITRA DIRI (BODY IMAGE)

1. Pengertian Gambaran Diri Gambaran diri adalah sikap atau cara pandang seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan di modifikasi dengan pengalaman baru seriap individu. Gambaran diri (body image) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada askep psikologisnya. Pandangnya yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan merasa lebih aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri.

2. Pengertian Gambaran Diri Menurut Para Ahli a) Menurut Stuart & Sundeen (1991) dalam Abdul Muhith (2015) Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu. Menurut kamus psikologi Chaplin (2005) citra tubuh atau body image adalah ide seseorang mengenai penampilannya di hadapan orang bagi orang lain. b) Menurut Arthur (2010) Gambaran diri merupakan imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya, khususnya yang terkait dengan penilaian orang lain, dan seberapa baik tubuhnya harus disesuaikan dengan persepsi-persepsi orang lain. Beberapa peneliti atau pemikir menggunakan istilah ini hanya terkait tampilan fisik, sementara yang lain mencakup pula penilaian tentang fungsi tubuh, gerakan tubuh, koordinasi tubuh dan sebagainya. c) Menurut Amalia (2007) Gambaran diri merupakan setiap individu memiliki gambaran diri ideal seperti apa yang diinginkannya termasuk bentuk tubuh ideal seperti apa yang dimilikinya.

Ketidaksesuaian antara bentuk tubuh yang dipersepsi oleh individu dengan bentuk tubuh yang menurutnya ideal akan memunculkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. d) Menurut Honigam dan Castle dalam Januar (2007) Gambaran diri adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dipikirkan dan dirasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas penilaian orang lain terhadap dirinya. e) Menurut Hoyt dalam Naimah (2008) Gambaran diri diartikan sebagai sikap seseorang terhadap tubuhnya dari segi ukuran, bentuk, estetika berdasarkan evaluasi individual dan pengalaman efektif terhadap atribut fisiknya. f) Menurut Melliana (2006) Beberapa ahli citra tubuh percaya bahwa ketidakpuasan terhadap sosok tubuh terutama apabila diikuti dengan adanya perasaan benci terhadap tubuh, merupakan ekspresi dari harga diri yang rendah dan perasaan inadekuat. Perasaan inadekuat tersebut dapat berasal dari kebencian dari tubuh yang mendasar. Disisi lain persepsi tubuh yang sangat tidak ideal tersebut mungkin saja berasal dari self esteem yang rendah. 3. Aspek – aspek Gambaran Diri Davison & McCabe (2005) mengemukakan tujuh aspek body image yaitu: 1) Physical attractiveness

Physical attractiveness adalah penilaian seseorang mengenai tubuh dan bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) apakah menarik atau tidak menarik 2) Body image satisfaction

Body image satisfaction adalah perasaan puas atau tidaknya seseorang terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat badan. 3) Body image importance

Body image importance adalah penilaian seseorang mengenai penting atau tidaknya body image dibandingkan hal lain dalam hidup seseorang.

4) Body concealment

Body concealment adalah usaha seseorang untuk menutupi bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) yang kurang menarik dari pandangan orang lain dan menghindari diskusi tentang ukuran dan bentuk tubuhnya yang kurang menarik. 5) Body improvement

Body improvement adalah usaha seseorang untuk meningkatkan atau memperbaiki bentuk, ukuran dan berat badannya yang sekarang. 6) Social physique anxiety

Social physique anxiety adalah perasaan cemas seseorang akan pandangan orang lain terhadap tubuh dan bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu dan lain-lain) yang kurang menarik jika berada ditempat umum. 7) Appearance comparison

Appearance comparison adalah perbandingan yang dilakukan seseorang akan berat badan, ukuran badan dan bentuk badannya dengan berat badan, ukuran badan dan bentuk badan orang lain. 4. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Gambaran Diri 1) Menurut Meliana Faktor-faktor

yang mempengaruhi gambaran diri seseorang. Menurut Meliana

(2006) , Faktor-faktor yang mempengaruhi gambaran diri antara lain: a. Self esteem (harga Diri

Gambaran diri mengacu pada gambaran seseorang tentang tubuhnya yang di bentuk dalam pikiranya, yang lebih banyak di pengaruhi oleh self esteem individu itu sendiri, daripada penilaian orang lain kemenarikan fisik yang sesungguhnya di miliki, serta di pengaruhi pula oleh keyakinan dan sikapnya terhadap tubuh sebagaimana gambaran ideal dalam masyarakat. b. Perbandingan dengan orang lain

Gambaran tubuh ini secara umum di bentuk dari perbandingan yang di lakukan seseorang atas fisiknya sendiri dengan standar yang di kenal oleh lingkungan sosial dan budaya. Salah satu penyebab kesenjangan antara citra tubuh ideal dengan kenyataan tubuh yang nyata sering kali di picu oleh media massa yang banyak menampilkan fitur dengan tubuh yang di nilai sempurna, sehingga terdapat

kesenjangan dan menciptakan presepsi akan penghayatan tubuhnya yang tidak atau kurang ideal. Konsekuensinya adalah individu sulit menerima bentuk tubuhnya. c. Bersifat Dinamis

Gambaran tubuh bukanlah konsep yang bersifat statis atau menetap seterusnya, melainkan mengalami perubahan terus menerus, sensitiv terhadap perubahan suasana hati (mood), lingkungan dan pengalaman fisik individual dalam merespon suatu peristiwa kehidupan. d. Proses Pembelajaran

Gambaran tubuh merupakan hal yang di pelajari, proses pembelajaran citra tubuh ini sering kali di bentuk lebih banyak oleh orang lain di luar individu sendiri, yaitu keluarga dan masyarakat, yang terjadi sejak dini ketika masi kanak-kanak dalam lingkungan keluarga, khususnya cara orang tua mendidik anak dan di antara kawan-kawan pergaulanya. Tetapi proses belajar dalam keluarga dan pergaualan ini sesungguhnya hanyalah mencerminkan apa yang di pelajari dan diharapkan secara budaya. Proses sosialisasi yang di mulai sejak usia dini, bahwa bentuk tubuh yang lansing dan profesional adalah yang di harapkan lingkungan, akan membuat individu sejak dini mengalami ketidak puasan apabilah tubuhnya tidak sesuai dengan yang di harapkan oleh lingkungan, terutama orang tua.

2) Menurut Thompson dalam Henggaryadi & Fakhrurrozi (2008) body image dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: a. Tahap perkembangan Perubahan fisik akan berdampak pada tingkat kepuasan body image mereka karena belum tentu perubahan yang terjadi sesuai dengan keinginan dan bahkan bisa menimbulkan rasa malu. Menurut Trzesniewski dalam Shaffer (2005) pada usia dewasa awal merupakan masa dimana harga diri individu menjadi lebih kuat dan stabil maka dapat dimungkinkan harga diri dapat menjadi sebuah patokan dalam menilai diri dan cukup berpengaruh dalam perkembangan kehidupan individu selanjutnya. b. Berat badan dan persepsi derajat kekurusan dan kegemukan Persepsi dan kategori diri sangat menentukan perasaan orang dalam memberikan label terhadap bentuk tubuhnya.

c. Tren yang berlaku dimasyarakat Tren yang sedang berlaku di masyarakat sangat mempengaruhi body image seseorang. Tren tentang bentuk tubuh ideal dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap tubuhnya. Adanya tuntutan untuk selalu tampil menarik dan mempunyai bentuk tubuh ideal dapat mempengaruhi wanita untuk mencapai bentuk tubuh ideal. d. Sosialisasi Dalam rentang hidup manusia, tidak terlepas dari pengaruh orang lain. Melalui orang tua, teman, kekasih, ataupun significant others lainnya, nilai mengenai penampilan dan standar fisik yang berlaku diajarkan dan disosialisasikan.

3) Menurut Levine & Smolak dalam Diana (2007) Mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi body image antara lain: a. Orang tua Orang tua dapat mempengaruhi perkembangan body image anak antara lain dengan cara memilih dan mengkomentari pakaian dan penampilan anak atau menganjurkan anak untuk berpenampilan dengan cara tertentu dan menghindari makanan tertentu. b. Teman sebaya Teman sebaya berperan dalam penampilan daya tarik fisik. Penampilan daya tarik fisik adalah topik penting yang khusus dibahas dan diperhatikan bagi setiap kaum wanita. c. Media masa Media masa berperan sangat besar dalam menyebarkan informasi mengenai standar tubuh yang ideal. Media tidak hanya memberikan informasi mengenai bentuk tubuh yang ideal tetapi juga memberitahukan cara mencapainya melalui artikel mengenai diet dan olahraga. d. Tahap perkembangan Menurut Trzesniewski dalam Saffer (2005) pada usia dewasa awal merupakan masa dimana harga diri individu mejadi lebih kuat dan stabil maka dapat dimungkinkan harga diri dapat menjadi sebuah patokan dalam menilai diri (self) dan cukup berpengaruh dalam perkembangan kehidupan individu selanjutnya.

5. Tanda-tanda Yang Menunjukkan Gangguan Pada Gambaran Diri Gangguan gambaran diri (body image) adalah persepsi negatif tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang sering berhubungan dengan tubuh. Gangguan tersebut diakibatkan kegagalan dalam penerimaan diri akibat adanya persepsi yang negative terhadap tubuhnya secara fisik. Persepsi tubuh secara fisik berkaitan dengan bagaimana kita mempersiapkan diri kita secara fisik (Muhith, Abdul 2015). Tanda gangguan gambaran diri yaitu: a) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah b) Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau akan terjadi c) Menolak penjelasan perubahan tubuh d) Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang e) Mengungkapkan keputusasaan dan ketakutan (Riyadi dkk, 2009).

6. Kasus Tn.B, usia 21 tahun mengeluh sakit kepala, mual dan muntah serta demam sejak 5 hari yang lalu. Klien sudah berobat ke klinik 24 jam namun panasnya belum juga turun, selanjutnya klien di rujuk ke RS untuk mendapatkan layanan kesehatan lebih lanjut. Di RS, klien melakukan pemeriksaan darah yang hasilnya menunjukkan bahwa klien menderita demam berdarah. Klien harus menjalani masa perawatan sampai masa kritisnya dapat terlampaui. Selama dirawat klien di pasang infus dan diambil darah untuk pemeriksaan setiap pagi. Klien mengeluh tangan yang terpasang infus mengalami kesemutan dan bekas tusukan jarum suntik terlihat lebam dan terlihat klien menutupi tangan nya, klien merasa bosan karna harus diambil darahnya terus-menerus dan tidak percaya diri dengan keadaan tangan nya. Klien tidak mau dilakukan terapi pengambilan darah oleh perawat.

1) Pengkajian 1. Identitas klien a. Nama

: Tn.B

b. Umur

: 21 tahun

c. Jenis kelamin

: Perempuan

d. Agama

: Islam

e. Tempat/tgl/lahir

:-

f. Pendidikan

:-

g. Pekerjaan

:-

h. Suku/Bangsa

: Gorontalo/Indonesia

i. Status Perkawinan

:-

j. Penanggung Biaya

: BPJS

2. Keluhan Utama Klien mengeluh sakit kepala, mual dan muntah serta demam sejak 5 hari yang lalu. 3. Keluhan Sekarang Klien mengeluh tangan yang terpasang infus mengalami kesemutan dan bekas tusukan jarum suntik terlihat lebam dan terlihat klien menutupi tangan nya, klien merasa bosan karena harus diambil darahnya terus-menerus dan tidak percaya diri dengan keadaan tangan nya.

2) Analisa data No

Diagnosa

Data Subjektif

Data Objektif

(DS)

(DO)

Keperawatan 1

Gangguan

citra 1. Klien mengeluh tangan 1. Tangan pasien terdapat

tubuh

yang

terpasang

infuse

mengalami kesemutan 2. Klien

merasa

percaya

lebam bekas tusukan jarum suntik.

tidak 2. Klien

diri

dengan

keadaan tangannya

nampak

menutupi tangan yang lebam bekas tusukan jarum suntik

2

Harga rendah

diri Klien merasa tidak percaya Klien diri

dengan

tidak

keadaan dilakukan

tangannya

mau terapi

pengambilan darah oleh perawat

3

Penyakit fisik

1. Klien

mengeluh

sakit klien di pasang infus dan

kepala, mual dan muntah diambil serta demam. 2. Klien

merasa

darah

untuk

pemeriksaan setiap pagi bosan

karena

harus

diambil

darahnya terus-menerus.

3) Diagnosa Keperawatan Gangguan citra tubuh Harga diri rendah Penyakit fisik

4) Intervensi 1. Gangguan citra tubuh Rencana tindakan : a. Dorong

pengungkapan

mengenai

masalah

tentang

proses

penyakit,

harapan masa depan. Rasional : Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung. b. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual. Rasional : Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut. c. Diskusikan

persepsi

pasien

mengenai

bagaimana

orang

terdekat

menerima keterbatasan. Rasional :Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri. d. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan. Rasional

:

Dapat

menunjukkan

emosional

ataupun

metode koping

maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut. e. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.

Rasional : Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri. f. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas. Rasional : Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi. g. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan. Rasional : Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri. h. Kolaborasi : Rujuk pada konseling psikiatri, mis : perawat spesialis psikiatri, psikolog. Rasional

:

Pasien/orang

terdekat

selama berhadapan

mungkin

dengan

membutuhkan

proses

jangka

dukungan panjang/

ketidakmampuan. i. Kolaborasi : Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obatobatan peningkat alam perasaan. Rasional : Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif.

2. Harga diri rendah Rencana tindakan : a. Bina hubungan saling percaya dengan meng-gunakan prinsip komunikasi terapeutik Rasional : Hubungan saling percaya memungkinkan terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk intervensi selanjutnya. b. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif. Rasional : mendorong pengulangan perilaku yang positif, meningkatkan harga diri klien. c. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan. Rasional : Untuk mengetahui sampai dimana realitas dari harapan klien. d. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien Rasional : Pelaksanaan kegiatan secara mandiri modal awal meningkatkan harga diri

e. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan. Rasional : Contoh yang realistis memudahkan pemahaman klien f. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien. Rasional : Meningkatkan harga diri klien g. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat. Rasional : Meningkatkan harga diri rendah

3. Penyakit fisik Rencana tindakan : a. Beri kompres air hangat. Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa menyebabkan hipotermi atau menggigil. b. Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi). Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi. c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat. Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh. d. Kaji frekuensi mual dan muntah dan berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan. Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster. e. Berikan antiemetic Rasional : antiemetic dapat mengurangi mual muntah

5) Implementasi 1. Gangguan citra tubuh a. Mendorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan. b. Mendiskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.

c. Mendiskusikan

persepsi

pasien

mengenai

bagaimana orang terdekat

menerima keterbatasan. d. Memperhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan. e. Membantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan. f. mengkolaborasi pemberian obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.

2. Harga diri rendah a. Membina hubungan saling percaya dengan meng-gunakan prinsip komunikasi terapeutik b. Memberi pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian negatif. c. Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang dapat dilaksanakan. d. Memberi contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan. e. Memberi pujian atas usaha yang dilakukan klien. f. Membantu keluarga memberikan dukungan selama klien di rawat.

3. Penyakit fisik a. Memberi kompres air hangat. b. Memberikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi). c. Menganjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat. d. Mengkaji frekuensi mual dan muntah dan berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan. e. Memberikan antiemetic

6) Evaluasi a) Pasien lebih percaya diri dengan kondisi gangguan citra tubuh yang dialaminya b) Pasien dapat berinteraksi aktif dengan lingkungan sosialnya.

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 1993, Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa di Indonesia. III Depkes RI. Keliat,.B.A. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Related Documents


More Documents from "Anonymous nhPRuO"