BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan keperawatan sebagai salah satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang. Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat umum, termasuk di dalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang harus dicermati dan diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu berkiprah secara nyata dan diterima dalam memberikan sumbangsih bagi kemanusiaan sesuai ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan ilmu dan kiatnya secara optimal. Namun perlu disadari, tanpa tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi teori semata. Untuk itu, maka perawat perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan Model Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) khususnya di Ruang Darussalam RSU Aminah Kota Blitar Dasar pertimbangan penerapan model sistem pemberian asuhan keperawatan adalah: 1. Sesuai visi dan misi rumah sakit. 2. Ekonomis 3. Menambah kepuasan pasien, keluarga, dan masyarakat. 4. Menambah kepuasan kkerja perawat karena dapat melaksanakan perannya dengan baik.
5. Terpenuhinya kebutuhan dasar klien secara komprehensif. 6. Terlaksananya proses keperawatan yang sesuai dengan Standar Praktek Keperawatan (SPK) 7. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya. Penerapan MAKP harus mampu memberikan asuhan keperawatan profesional, untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama, yakni: 1. Ketenagaan keperawatan 2. Metode pemberian asuhan keperawatan 3. Dokumentasi keperawatan
1.2 Tujuan 1. Tujuan Umum Model
Metode
Asuhan
Keperawatan
Profesional
(MAKP)
dengan
model
Keperawatan Tim dapat diterapkan di Ruang Darussalam RSU Aminah Kota Blitar. 2. Tujuan Khusus a. Mengatur kebutuhan tenaga perawat. b. Mengatur tugas dan kewenangan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. c. Melakukan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. d. Melakukan sistem pendokumentasian. e. Meningkatkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim. f.
Meningkatkan komunikasi yang adekuat antar perawat dan tim kesehatan lain.
1.3 Visi, Misi, Tujuan Dan Motto VISI Menjadikan Rumah Sakit Umum Aminah Blitar sebagai bagian dari jaringan amal usaha pelayanan kesehatan Muhammadiyah se-Jawa Timur dan pusat pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat Blitar dan sekitarnya sebagai perwujudan dari iman dan ibadah kepada Allah SWT. MISI 1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan paripurna secara cepat, bermutu, islami dan memenuhi kebutuhan serta keinginan pelanggan sesuai dengan kemajuan ilmu, pengetahuan dan teknologi kedokteran.
2) Mengelola Rumah Sakit Umum Aminah Blitar secara swadana sesuai dengan koidah manajemen mutakhir. 3) Menjadikan Rumah Sakit Umum Aminah Blitar sebagai sarana untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan sebagai sarana dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
TUJUAN: Terwujudnya pelayanan kesehatan optimal secara mandiri sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam rangka terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhoi Allah SWT.
MOTTO: Cepat, Bermutu dan Islami
BAB 2 PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 01 s/d 02 Desember 2016 di ruang Darussalam RSU. Aminah Blitar. Data yang dikumpulkan meliputi sumber daya manusia (M1-Man), sarana dan prasarana (M2-Material), metode asuhan keperawatan (M3-Metode), Keuangan (M4-Money) dan pemasaran (M5-marketing termasuk mutu). Data dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga diperoleh beberapa perumusan masalah, kemudian dipilih salah satu sebagai prioritas masalah. 2.1 Sumber Daya Manusia (M1 - Man) 2.1.1
Struktur Organisasi Ruangan Darussalam dipimpin oleh 1 kepala ruangan, 8 Penanggung Jawab Shift, dan
6 sebagai perawat pelaksana. STRUKTUR ORGANISASI BELUM ADA 2.1.2
Jumlah Tenaga Di Ruangan Darussalam RSU. Aminah Blitar
a. Keperawatan Tabel 3.1 Tenaga Keperawatan No 1
Kualifikasi
Jumlah
D3 Keperawatan
11 orang
Masa Kerja
Jenis
<1 th : 1 orang
PT: 1
>1-4th : 3 orang
PK: 2
>4-6 th :2 orang
KKPS: 8
>6 th : 5 orang 2
S1 Keperawatan
4 orang
<1 th : 0 orang
PT:-
>1-4th: 4 orang
PK:-
>4-6 th:0 orang
KKPS:4
>6 th : 0 orang Ket: PT
: pegawai tetap
PK
: pegawai kontrak
KKPS : karyawan kontrak pengganti sementara
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah perawat yang berpendidikan D3 keperawatan sebanyak 11 orang (73,3%) dengan masa kerja <1 tahun sejumlah 1
orang, sedangkan dengan masa kerja >1 tahun – 4 tahun sebanyak 3 orang, >4-6 tahun sebanyak 2 orang, >6 tahun sebanyak 5 orang. Dari jumlah tersebut jumlah PT yakni 1 (6,6%), PK sebanyak 2 orang (13,3%), dan KKPS sebanyak 8 orang (53,3%). Untuk pegawai dengan pendidikan S1 keperawatan sebanyak 4 orang (26,7%) dengan masa kerja >1-4 tahun, dimana keseluruhan 26,6% adalah KKPS.
Tabel 3.2 Pelatihan dan Seminar Yang Diikuti Perawat Di Ruangan Darussalam RSU. Aminah Blitar
No.
Nama
Pendidikan
1.
Eny Y
D III
2.
Umi
D III
3.
Yeti
D III
4.
Siti Mae
5.
Masa kerja
Jabatan
Pelatihan yang pernah diikuti
Karu
PPGD
Wakaru& PP2
BLS
6 th 8 bln
PP1
BCLS
D III
6 th 7 bln
PJ Shift
BCLS
Nasroch
D III
6 th 7 bln
PJ shift
BCLS
6.
Endar
D III
5 th 8 bln
PJ Shift
BCLS
7.
Yulia
D III
5 th 11 bln
PJ Shift
BCLS
8.
Umi
S1
3 th 7 bln
PA
BCLS
9.
Aulia
S1
3 th 4 bln
PA
PPGD
10.
Sayid
D III
3 th
PA
BCLS
11.
Krisna
S1
2 th 9 bln
PA
BCLS
12.
Maskur
S1
1 th 5 bln
PA
BCLS
13.
Intan
D III
3 th 7 bln
PA
BCLS
14.
Fahim
D III
5 bln
PA
BCLS
15.
Deni
D III
1 th 5 bln
PA
BCLS
2.1.3
10 th 4 bln 6 th 8 bln
Tingkat Ketergantungan Ada dua model penelitian tingkat ketergantungan klien dinilai dengan menggunakan
instrument penilaian ketergantungan menurut Orem: total, parcial dan minimal (2011), sedangkan menurut Douglas, dkk (1996) klasifikasi ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga kategori yaitu perawat minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan intermediet dengan waktu 3-4 jam/ 24 jam, perawatan total dengan waktu 5-6jam/ 24 jam. Di Darussalam
menggunakan tingkat ketergantungan klien menggunakan metode Gillies yaitu klasifikasi derajat ketergantungan pasien, sedangkan untuk mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut Eastler ( Swansburg 1990). a. Kebutuhan jam perawatan di ruang Darussalam pada tanggal 01 Desember 2016 1. Kebutuhan jam perwatan Jam perawatan langsung Total
: 6 jam X 1 orang
=6
Partial
: 3 jam X 18 orang
= 54 jam
Minimal
: 2 jam X 6 orang
= 12 jam
Jumlah
jam
= 72 jam
Jam perawatan tidak langsung 35 menit X 25 orang = 875 menit = 15 jam Jam penyuluhan 15 menit x 25 orang = 375 menit = 6 jam Total jam perawatan
= 93 jam
2. Kebutuhan perawat tim Jumlah jam perawatan
: 93 jam = 13 orang
Jumlah kerja perawat/hari
7
3. Pembagian shift perawat Pagi
47% X 13 orang
= 6 orang
Sore
35% X 13 orang
= 5 orang
Malam
17% X 13 orang
= 2 orang
LANGSUNG DIJABARKAN SHIFT PAGI : 6 ORANG SIAPA SAJA...... b. Kebutuhan jam perawatan di ruang Darussalam pada tanggal 02 Desember 2016 1. Jam perawatan langsung Total
: 6 jam X
-
Partial
: 3 jam X 10 orang
= 30 jam
Minimal
: 2 jam X 15 orang
= 30 jam
Jumlah
=-
= 60 jam
2. Jam perawatan tidak langsung 35 menit X 25 orang = 875 menit = 15 jam 3. Jam penyuluhan 15 menit x 25 orang = 375 menit = 6 jam Total jam perawatan
jam
= 81 jam
4. Kebutuhan perawat tim Jumlah jam perawatan
: 81 jam = 12 orang
Jumlah kerja perawat/hari
7
5. Pembagian shift perawat Pagi
47% X 12 orang
= 6 orang
Sore
35% X 12 orang
= 4 orang
Malam
17% X 12 orang
= 2 orang
Menurut data yang kami peroleh dari hasil perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan menurut teori Eastler dan tingkat ketergantungan pasien menurut Gillies pada tanggal 01 Desember 2016 di Ruang Darusalam untuk perawat shift pagi sebanyak 6 orang, shift sore sebanyak 5 orang, dan shift malam sebanyak 2 orang sehingga jumlah keseluruhan kebutuhan tenaga perawat selama satu hari adalah sebanyak 13 orang. Sedangkan dari hasil observasi di ruang Darussalam ditemukan bahwa jumlah perawat yang shift pagi sebanyak 4 orang, shift sore 3 orang, dan shift malam 3 orang sehingga jumlah keseluruhan tenaga perawat dalam satu hari adalah 10 orang. Dari hasil tersebut dapat dsimpulkan bahwa jumlah tenaga keperawatan yang ada di ruang Darussalam dapat dikatakan kurang, dikarenakan belum sesuai dengan penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan, sesuai dengan salah satu teori penghitungan kebutuhan tenaga menurut Gillies.
2.1.4
Alur pasien masuk ruang Darussalam
Diagram 3.4 Alur Pasien Masuk
Pasien datang
Pendaftaran
Rawat inap
Permintaan sendiri/rujukan
Skrinning UGD Pemeriksaan fisik dan penunjang
Perlu rawat inap Tidak dapat status
Observasi
Tidak perlu rawat inap Tidak observasi
Meninggal Ada kamar
Tidak ada kamar
Rawat inap
Rujuk
Kasir
Resep
Pulang
Alur px rj dan ranap tidak sama px rajal langsung ke poli n plng tp px poli bs plng atau mrs.alur diperbaiki Disertakan top ten desease kasus terbanyak bln oktober sampai nopember 2016
2.2 Sarana dan Prasarana (M2-Material) 1) Lokasi dan Denah Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada ruang Darussalam Rumah Sakit Aminah Blitar dengan uraian denah sebagai berikut :
Ruang Darusalam berada di gedung rawat inap tepatnya di lantai 2 yang bersebelahan dengan ruang Neonatus, terdiri dari 8 ruangan, 6 ruangan terdiri 5 bed dan 2 ruangan lain memiliki 2 bed, selain itu terdapat ners station dan ruang istirahat untuk perawat dan ruang untuk penunggu pasien serta satu ruangan untuk laundry.
2) Peralatan dan Fasilitas a. Alat-alat Keperawatan No
1
NamaAlat
Standart (Dewasa)
Jumlah
Infus
18
Kondisi Baik
Rusak ringan
Rusakberat
18
-
-
2
Standart Infus (Anak)
9
9
-
-
3
Nebulizer
4
4
-
-
4
Suction
1
1
-
-
5
Stethoscop
2
2
-
-
6
Manometer (Dinding)
6
6
-
-
7
Manometer (Tabung)
3
3
-
-
8
Tensimeter (Dewasa)
2
2
-
-
9
Tensimeter (Anak)
1
1
-
-
10
Ekg
1
1
-
-
11
Ambubag (Dewasa)
1
1
-
-
12
Ambubag (Ank)
1
1
-
-
13
Kasurangin
1
1
-
-
14
Thermometer (D)
4
4
-
-
15
Syringe Pump
1
1
-
-
16
Pagar Bed (Anak)
10
10
-
-
17
Pagar Bed (Dewasa)
17
17
-
-
Tabel Tabel peralatan medis ruang Darussalam RSU Aminah Kota Blitar 2016
b. Alat-Alat Pencatatan dan Pelaporan Kondisi No
1.
Nama Alat
Form
Jumlah
Baik
Rusak
Rusak
Ringan
Berat
Ada
Baik
-
-
Ada
Baik
-
-
Ada
Baik
-
-
persetujuan 2.
Form persetujuan tindakan khusus
3.
Form laboratorium
4.
Form penolakan
Ada
Baik
-
-
5.
Form radiologi
Ada
Baik
-
-
6.
Form anastesi
Ada
Baik
-
-
7.
Form
Ada
Baik
-
-
reverpasien 8.
Form ICU
Ada
Baik
-
-
9.
Form Transfusi
Ada
Baik
-
-
10. Form TTV
Ada
Baik
-
-
11. Form visit dokter
Ada
Baik
-
-
12. Form
Ada
Baik
-
-
13. Form pinjaman
Ada
Baik
-
-
14. Form APS
Ada
Baik
-
-
15. Form Kematian
Ada
Baik
-
-
16. Buku TTV
1
1
-
-
17. Spidol permanen
3
3
-
-
18. Spidol white
6
6
-
-
19. Steples
1
1
-
-
20. White board
1
1
-
-
21. Pensil Blue/red
2
2
-
-
Darah
catatanaskep
board
Tabel 3.6 Alat pencatatan dan pelaporan ruang Darussalam RSU Aminah Kota Blitar tahun 2016 c. Alat-alat rumah tangga Kondisi No
Nama Alat
1.
Jumlah
Baik
Rusak
Rusak
Ringan
Berat
3
3
-
-
1
1
-
-
/nampan 2.
Tabung O2 transport
3.
Lampu senter
1
1
-
-
4.
Lemari obat high
1
1
-
-
allert 5.
Meja pasien
34
34
-
-
6.
Tempat sampah
10
10
-
-
pasien 7.
Tempat tidur
10
10
-
-
24
24
-
-
1
1
-
-
10. Trolley tindakan
3
3
-
-
11. TV
3
3
-
-
12. Kursi penunggu
34
34
-
-
13. Kabel oler
1
1
-
-
14. Hand rub
12
12
-
-
15. Tempatobat
40
40
-
-
1
1
-
-
anak 8.
Tempat tidur dewasa
9.
Trolley emergency
pasiendiruangan
pasien 16. Lemari perlengkapan ruangan Tabel 3.7 Tabel alat-alat rumah tangga Ruang Darussalam RSU Aminah Kota Blitar d. Alat-alat tenun Kondisi No
Nama Alat
Jumlah
Baik
Rusak
Rusak
Ringan
Berat
1.
Bantal
35
34
1
-
2.
Kasur
34
34
-
-
3.
Perlak
12
12
-
-
4.
Sarung bantal
45
45
-
-
57
57
-
-
anak 5.
Sarung bantal dewasa
6.
Selimut lorek
10
10
-
-
7.
Selimut tebal
24
24
-
-
8.
Sprei anak
45
45
-
-
9.
Sprei dewasa
57
57
-
-
Tabel 3.8 Tabel alat-alat tenun ruang Darussalam RSU Aminah Kota Blitar Alur permintaan barang ke logistik umum dan farmasi tlng disertakan Fasilitas kamar yg ada di darusalam tiap klas blum ada Daftat obat dan alat atau obat emergency blom ada Alur layanan resep ke farmasi blom ada
2.3 Metode Asuhan Keperawatan (M3 - Method) 2.3.1 Penerapan MAKP Proses manajemen keperawatan dalam aplikasinya dilapangan berada sejajar dengan
proses
keperawatan
sehingga
keberadaan
manajemen
keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah proses keperawatan sehingga dapat mempermudah proses keperawatan sehingga dapat mengarahkan keperawatan menuju profesionalisme (Nursallam, 2011). Dari hasil observasi dan wawancara pada tanggal 29 November s/d 02 Desember 2016 ditemukan bahwa model Asuhan Keperawatan Profesional yang digunakan di ruang Darussalam RSU. Aminah Blitar saat ini adalah Metode Asuhan Keperawatan TIM. Namun dalam pelaksanaanya dalam ruangan tidak terdapat ketua tim, yang mana diketahui bahwa ketua tim merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam metode asuhan keperawatan TIM. Perawat dalam ruangan ini bekerja secara fleksibel yang artinya mereka tidak terikat oleh tugas mereka. Pelaksanaan atau tindakan keperawatan yang dilakukan di ruang Darussalam cukup efektif akan tetapi untuk MAKP TIM belum dapat diterapkan secara efektif dikarenakan jumlah perawat yang terbatas. Menurut Nursalam (2014), menyatakan bahwa MAKP TIM. Tlng bener2 dicermati apa betul tiap shif belum ada katim/pj shif 2.3.2
Timbang Terima ( Hand Over) Profesionalisme
dalam
pelayanan
keperawatan
dapat
dicapai
dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri perawat. hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar perawat maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang harus ditingkatkan efektivitasnya adalah saat pergantian shift, yaitu saat timbang terima pasien.
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer ke perawat penanggung jawab dinas sore atau dinas malam secara tulisan dan lisan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sejak tanggal 29 November s/d 02 Desember 2016 di ruang Darussalam RSU. Aminah Blitar, ditemukan bahwa timbang terima yang dilakukan di ruangan ini adalah sebagai berikut: a.
Timbang terima pasien baru dari IGD yang masuk ke ruangan Darussalam selalu dilakukan, baik secara lisan maupun tertulis. Dimana perawat Jaga IGD melakukan timbang terima dengan perawat Ruang Darussalam. Timbang terima sudah dilakukan seefektif mungkin yang mana operan atau timbang terima dilakukan secara cepat dan singkat mengenai tindakan mandiri perawat dan tindakan kolaboratif. Alur penerimaan pasien baru adalah pasien diantar oleh perawat jaga IGD kemudian langsung dioperkan ke perawat penanggung jawab shift dan diantar oleh perawat asociated (pelaksana) ke ruang perawatan dan disiapkan untuk mendapatkan perwatan lanjutan.
b.
Timbang terima atau operan juga dilakukan setiap shift, dimana perawat yang bertugas untuk shift pagi melakukan operan ke shif sore, perawat shift sore melakukan operan ke shif malam dan perawat shift malam melakukan operan ke perawat yang bertugas shift pagi. Pelaksanaan timbang terima dilakukan ± 15-20 menit setelah semua perawat jaga berkumpul, alur dari pelaksanaan timbang terima yakni perawat melakukan operan di Nursing Station kemudian melakukan operan keliling ke ruangan-ruangan perawatan pasien dengan melaporkan kondisi yang dikeluhkan pasien saat itu dan terapi lanjutan yang akan dilakukan. Timbang terima dilakukan oleh perawat penanggung jawab shift kepada perawat yang bertugas untuk shift selanjutnya. Pada saat operan dinas pagi, timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan. Adapun data timbang terima yang disampaikan kurang berfokus pada masalah keperawatan melainkan hanya menyebutkan nama, ruangan, dokter yang menangani, diagnosa medis, serta tindakan kolaboratif yang telah dan akan dilakukan. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa alur timbang terima yang
dilakukan di ruang Darussalam RSU. Aminah Blitar sudah dilakukan sesuai dengan prosedur namun isi dari timbang terima masih kurang berfokus pada tindakan keperawatan mandiri melainkan lebih ke arah tindakan kolaboratif. Timbang terima perlu terus ditingkatkan baik teknik maupun alurnya. Hal ini dilakukan untuk perbaikan pada masa yang akan datang sehingga timbang terima menjadi bagian penting dalam menggali permasalahan pasien sehari-hari. Tlng dibedakan antata Tt dan operan pasien Pada tahapan ttp itu apa saja tlng di sampaikan Bagaimana scr kwalitas dan kwantitas tenaga yg ad diruangan memunfkinkan tdk dilakukan iperan dg baik TTP ini menjabarkan apa saja ( keluhan dx....intervensi yg sdh dan belom 2.3.3
Ronde Keperawatan (Nursing Rounds) Ronde keperawatan sebagai salah satu bentuk dari pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan dengan metode Keperawatan Primer, merupakan salah satu metode pemberian pelayanan keperawtan harus ditingkatkan dan dimantapkan. Metode ini ditujukan untuk menggali dan membahas secara mendalam masalah keperwatan yang ditemukan pada pasien sehingga dengan ronde keperawatan diharapkan didapatkan pemecahan masalah melalui cara berfikir kritis berdasar konsep asuhan keperawatan (Nursalam,2014). Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk membahas masalah keperawatan dengan melibatkan pasien dan seluruh tim keperawatan, konsultan keperawatan serta divisi terkait (medis, gizi, rehabilitasi medis dsb). Ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor. Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat
akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer
pengetahuan dan
pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus nyata. Dengan pelaksanaan ronde
keperawatan
yang
berkesinambungan,
diharapkan
dapat
meningkatkan
kemampuan ruangan untuk berfikir secara kritis dalam peningkatan perawatan secara profesional. Dalam pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan kerjasama dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada pasien. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara didapatkan yang dilakukan di ruang Darussalam RSU.Aminah Blitar didapatkan hasil bahwa sesungguhnya perawat
mendukung adanya kegiatan Ronde Keperawatan dan adanya kemauan perawat untuk melaksanakan ronde keperawatan. Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang Darussalam
belum
pernah
dilakukan
secara
mandiri
diruangan
dikarenakan
keterbatasan waktu dalam melibatkan pasien dan tenaga kesehatan terkait (dokter, gizi, farmakologis, fisioterapi dan lain sebagainya). Namun beberapa kasus tertentu biasanya dibuat dalam bentuk study kasus dan diseminarkan. Karena di bagian manajemen yang diwakili oleh kepala ruangan yang juga melibatkan divisi terkait. . Tlng dijabarkan bagaimana proses alur ronde keperawatan
2.3.4
Pengelolaan Logistic dan Obat (Sentralisasi Obat) obat merupakan salah satu program terapi yang sangat menunjang proses kesembuhan pasien. Dalam pemberian diperluka ketepatan waktu, dosis, cara dan tempat pemberian obat. Salah satu upaya untuk memastikan pemberian obat yang tepat dan efektif adalah sistem sentralisasi obat yang saat ini suddah dikembangkan diberbagai ruangan di Rumah Sakit. Pada sentralisasi obat perawat terlebih dahulu memberikan informed concent kepada pasien dan keluarga kemudian perawat mengelola obat dan memberikan obat kepada pasien. Sentralisasi obat sudah dilaksanakan di ruang Darussalam RSU.Aminah Blitar. Adapun alur sentralisasi obat dimulai saat obat diresepkan oleh dokter kemudian diserahkan oleh perawat kepada keluarga untuk menyerahkan resep ke depo farmasi. Setelah itu, keluarga membawa obat yang telah diresepkan untuk diserahkan ke perawat yang ada di ruang tersebut. Perawat menjelaskan bahwa obat disimpan di ruang perawat akan tetapi tidak diberikan informed concent mengenai sentralisasi obat yang dilakukan pada pasien di ruangan tersebut. Menurut Nursallam (2014), alur sentralisasi obat yang sesuai standar adalah obat diresepkan oleh dokter kemudian diberikan oleh perawat ke keluarga pasien selanjutnya keluarga pasien menyerahkan resep ke depo farmasi. Setelah depo farmasi menerima resep yang di serahkan oleh keluarga, keluarga menandatangani resep tanda serah terima obat. Setelah itu, berdasarkan resep, obat diserahkan oleh depo farmasi ke perawat dengan tanda bukti serah terima obat. Kemudian obat dikelola oleh perawat kecuali pasien dengan biaya sendiri (umum). Sentralisasi obat dilaksanakan berdasarkan pasien atau keluarga, bila tidak setuju maka obat dikelola oleh pasien. Berdasar hasil observasi ditemukan bahwa sentralisasi obat yang dilakukan di ruangan Darussalam yakni sbb:
1. Obat disimpan sesuai dengan masing-masing ruangan pasien 2. Pada setiap tempat penyimpanan obat diberikan identitas, nama, kamar, dokter yang menangani dan jenis cairan infus serta jumlah tetesan infus. 3. Obat oral dipisahkan dengan obat injeksi. Begitupula dengan obat yang perlu disimpan dalam suhu tertentu telah disimpan dengan tepat. 4. Cara pemberian obat sudah memperhatikan prosedur pemberian obat (6 Benar) 5. Perawat selalu mengontrol persediaan obat yang tersedia pada masing-masing kotak sentralisasi obat. . Namun, di Ruang tersebut tidak terdapat format (buku) sentralisasi obat. Obatyang diterima dan tidak dicatat dalam buku besar dalam persediaan atau kartu persediaan. Sentralisasi obat merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan karena sentralisasi obat dapat meminimalkan resiko-resiko duplikasi obat, menghindari penggunaan obat yang salah sehingga sentralisasi obat perlu ditingkatkan agar obat semua pasien di ruang Darussalam RSU. Aminah dapat dikontrol oleh perawat. Sentralisasi obat dapat optimal bila pasien dan keluarga percaya penuh kepada perawat, dimana kepercayaan pasien dan keluarga dapat diperoleh jika perawat terbuka dan menjalin komunikasi baik dengan pasien maupun dengan keluarga pasien. Tlng di jabarkan alur pengelolaan obat mulai px mendapatkan resep sampai obat diberikan ke perawat 2.3.5
Supervisi Era globalisasi dapat memberikan dampak positif bagi setiap profesi kesehatan untuk terus berusaha meningkatkan kinerja diberbagai kebutuhan pelayanan kesehatan secara profesional. Sejalan dengan hal tersebut tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan juga makin meningkat. Dalam memberikan asuhankeperawatan secara profesional seharusnya didukung dengan adanya sumber daya manusia yang bermutu, standart pelayanan termasuk pelayanan yang berkualitas, disamping fasilitas yang sesuai dengan harapan konsumen dan memenuhi standart yang berlaku maka perlu dilkukan pengawasan atau supervisi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan. Supervisi adalah teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah memepelajari dan memperbaiki secara bersama-sama. Kunci sukses yakni 3 F yaitu Fair, Feedback dan Follow Up. Supervisi merupakan ujung tombak tercapainya tujuan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Dari hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Darussalam RSU. Aminah Blitar pelaksanaan supervisi keperawatan sudah dilakukan dan bersifat
situasional. Supervisi yang dilakukan meliputi supervisi dari bidang keperawatan, komite keperawatan
dan
kepala
ruangan.
Kepala
ruangan
mengobservasi
tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat, kemudian memberikan informasi kepada perawat yang bersangkutan. Perawat yang melakukan pekerjaan dengan baik mendapatkan reward dari kepala ruang yang berupa pujian sedangkan perawat yang tidak melaksanakan tugas dengan baik akan mendapat teguran dan pengarahan dari kepala ruangan. Supervisi terutama dilakukan pada saat muncul permasalahan dalam penerapan asuhan keperawatan. Bagaimana supervisi yg dilakukan di ruang darusalam belum tersirat secara jelas Apakah sdh sesuai format atau adakah spo supervisi 2.3.6
Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi adalah catatan otentik yang dapat di buktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Komponen dari dokumentasi mencakup asek komunikasi, proses keperawatan, standar keperawatan. Manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan terkadang sering terabaikan oleh sebagian besar perawat. Manfaat dan pentingnya dokumentasi keperawatan antara lain dari segi hukum, karena semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi dan penilai hukum, oleh karena itu data harus diidentifikasi secara lengkap, jelas, objektif dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan atau perawat. Dalam hal ini perlu dicantumkan waktu dan sebaiknya dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan interpretasi yang salah. Dari segi jaminan mutu (kualitas pelayanan), pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberikan kemudahan perawat untuk menyelesaikan masalah pasien serta untuk mengetahui sejauh mana masalah data teratasi. Hal ini juga memungkinkan perawat untuk mengetahui adanya masalah baru secara dini. Selain itu dokumentasi keperawatan juga sebagai sarana komunikasi, acuan dalam menentukan biaya perawatan pasien sebagai bahan reset untuk pengembangan ilmu keperawatan dan lain sebagainya. Fenomena
yang
sering
terjadi
terkait
dokumentasi
keperawatan
selain
terabaikannya pelaksanaan dokumentasi keperawatan juga dalam pelaksanaannya sering tidak sesuai dengan standar atau kaidah-kaidah pembuatan dokumentasi keperawatan yang berstandar. Hal-hal sederhana seperti tidak boleh menghapus tulisan yang salah atau membiarkan catatan perawat kosong atau tidak adanya paraf perawat yang melakukan pendokumentasian masih sering terjadi. Hal ini menjadi keotentikan dokumentasi keperawatan akan diragukan. Mengingat pentingnya dan besarnya manfaat
dokumentasi keperawatan seharusnya senantiasa ada upaya untuk melakukan perbaikan terhadap kinerja perawat terutama dalam pelaksanaan dokumentasi keperawatan. Pendokumentasian yang berlaku diruang Darussalam adalah system DAR. Berdasarkan hasil survey secara acak dari 15 status menunjukkan bahwa data pendokumentasian yang dilakukan di ruangan tersebut kurang lengkap. Berdasarkan hasil observasi terhadap 15 status pasien yang diambil secara acak, didapatkan : a) Pada pengkajian keperawatan status pasien sudah dilengkapai seluruhnya b) Pendokumentasian sudah cukup optimal tetapi sebagian kolom status (nama, nomer reg, umur, ruang, dll) belum terisi lengkap. c) tidak ada lembar persetujuan pemasangan infus
Adapun bagian uraian lembar dokumentasi yang ada diruang Darussalam antara lain sbb: Tabel 3. daftar lembar dokumentasi di ruang Darussalam RSU. Aminah Blitar
No
URAIAN BAGAN
SUMBER
1.
Lembar catatan observasi klien (BRM 18)
Perawat
2.
Lembar General Cocent (BRM 20)
Perawat
3.
Formulir keinginan pasien memilih DPJP (BRM 01.2)
Perawat
4.
Lembar Ringkasan Masuk dan Keluar Pasien Rawat
Dokter
Inap (BRM 05) 5.
Formulir informasi tagihan pembayaran pasien
Administrasi
(BRM.06 K) 6.
Lembar Penempelan Surat (MRS, Rujukan, DLL)
Perawat
(BRM 07) 7.
Lembar Asesment Unit Gawat Darurat (BRM 09)
Dokter
8.
Lembar Asesment Keperawatan Unit Gawat Darurat
Perawat
(BRM 10 K)
9.
Lembaran Assesment Keperawatan Pasien Rawat
Perawat
Inap (BRM 11.1 K) 10.
Lembar Skrining Asuhan Pasien Dewasa (BRM 15 K
Perawat
11.
Lembar Observasi Tanda Vital Manajemen Nyeri ,
Perawat
Keluar Cairan Harian 12.
Formulir perkembangan pasien terintegrasi (BRM 19)
Perawat
13.
Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
Perawat
14.
Lembar Konsultasi Dokter
Dokter
15.
Lembaran Intervensi Keperawatan
Perawat
16.
Formulir Catatan Asuhan Keperawatan
Perawat
17.
Formulir Catatan Serah Terima pasien pindah di
Perawat
Dalam Rumah Sakit 18.
Formulir Derajat/Kriteria Transfer Psien
Perawat
19.
Formulir Catatan Transfer Pasien Selama Dirawat Di
Perawat
RSU Aminah Blitar 20.
Lembaran Resume Medis (BRM 35)
Perawat
21.
Lembaran Penempelan Hasil Pemeriksaan Penunjang
Perawat
Sumber : Data Ruang Darussalam (2016) Tlng dobedakan mana yg py perawat mana yg py dokter Trus dibedakan brp % tingkat kelenfkapannya disitu gk disebutkan 2.3.7
Perencanaan Pulang (Dischrage Planning) Asuhan keperawatan yang dilakukan klien dilakukan secara berkesinambungan dimulai saat klien masuk rumah sakit sampai dengan klien pulang. Rentang kesinambungan asuhan keperawatan merupakan keperawatan yang selalu dibutuhkan pasien dimanapun pasien berada. Rentang keperawatan kontinus (continue of care) adalah integrasi sistem keperawatan berfokus kepada klien terdiri atas mekanisme pelayanan keperawatan yang membimbing dan mengarahkan klien sepanjang waktu. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu perencanaan pasien pulang (Dischrage Planning), yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan pasien secara signifikan dan menurunkan biaya-biaya yang diperlukan untuk rehabilitasi lanjut. Dengan
adanya Dischrage Planning, klien diharapkan dapat mempertahankan kesehatannya dan membantru klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan mereka sendiri (nursalam, 2011). Dari hasil observasi di Ruang Darussalam, sudah menyediakan Dischrage Planning seperti format Dischrage Planning yang berisi identitas klien, perawatan hingga jadwal kontrol. Pengisian Dischrage Planning pada pasien yang dirawat belum dilaksanakan secara optimal. Misalkan banyak pengisian identitas, perawatan, KIE dan jadwal kontrol yang belum lengkap. Kebanyakan Pengisian Dischrage Planning dilakukan pada saat pasien pulang saja. Dimana menurut Nursalam (2014) menjelaskan bahwa, Dischrage Planning yang dilakukan segera setelah pasien masuk Rumah Sakit hingga pasien pulang bertujuan diharapkan pasien dan keluarga memiliki kesiapan fisik, psikologis dan sosial terhadap kesehatannya, tercapai kemandirian pasien dan keluarga, terlaksananya perawatan ppasien yang berkelanjutan, keterampilan dan sikap pasien serta keluarga menjadi meningkat dalam memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan pasien. Oleh karena itu, selebihnya Dischrage Planning diharapkan dapat mendukung upaya mengurangi angka kekambuhan dan komplikasi. PENERIMAAN PASIEN BARU KOK BELU. ADA