Tugas Bph ( Pipi Aspita ).docx

  • Uploaded by: pipi aspita
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Bph ( Pipi Aspita ).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,292
  • Pages: 32
ASUHAN KEPERAWATAN “ Benigna Prostat Hyperthropy “

Oleh

Nama : Pipi Aspita Nim : 153010016

PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS PATRIA ARTHA TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Segala Puji bagi

Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah ini juga mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimah kasih, dan tidak lepas pula kepada teman-teman semua yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih belum sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk dijadikan motivasi dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih sempurna.

Gowa , 15 Juli 2018

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperplasia prostat

jinak juga dikenal sebagai Benign Prostatic

Hypertrophy (BPH) adalah diagnosis histologis yang ditandai oleh proliferasi dari elemen seluler prostat. Akumulasi seluler dan pembesaran kelenjar timbul dari proliferasi epitel dan stroma, gangguan diprogram kematian sel (apoptosis), atau keduanya. (Detters, 2011). BPH melibatkan unsur-unsur stroma dan epitel prostat yang timbul di zona periuretra dan transisi dari kelenjar. Hiperplasia menyebabkan pembesaran prostat yang dapat menyumbat aliran urin dari kandung kemih. BPH dianggap sebagai bagian normal dari proses penuaan pada pria yang tergantung pada hormon testosteron dan dihidrotestosteron (DHT). Diperkirakan 50% pria menunjukkan histopatologis BPH pada usia 60 tahun. Jumlah ini meningkat menjadi 90% pada usia 85 tahun. (Detters, 2011). Disfungsi berkemih yang dihasilkan dari pembesaran kelenjar prostat dan Bladder Outlet Obstruction (BOO) disebut Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). Ini juga sering disebut sebagai prostatism, meskipun istilah ini jarang digunakan. Pernyataan ini tumpang tindih, tidak semua laki-laki dengan BPH memiliki LUT dan tidak semua pria dengan LUT mengalami BPH. Sekitar setengah dari pria yang didiagnosis dengan BPH histopatologi menunjukkan LUT berat. (Detters, 2011). Manifestasi klinis dari LUT meliputi frekuensi kencing, urgency (buang air kecil yang tidak dapat ditahan), nocturia (bangun di malam hari untuk buang air kecil), atau polakisuria (sensasi buang air kecil yang tidak puas). Komplikasi terjadi kurang umum tetapi mungkin dapat terjadi acute urine retention (AUR), pengosongan kandung kemih terganggu, kebutuhan untuk operasi korektif, gagal ginjal, infeksi saluran kemih berulang, batu kandung kemih, atau gross hematuria. (Detters, 2011). Volume prostat dapat meningkat dari waktu ke waktu pada pria dengan BPH. Selain itu gejala dapat memburuk dari waktu ke waktu pada pria dengan BPH yang tidak diobati dan risiko AUR sehingga kebutuhan untuk operasi korektif meningkat. (Detters, 2011).

BAB II PEMBAHASAN 1.

KONSEP MEDIS

1.

Definisi Benigna Prostat Hyperthropy Benigna Prostat Hyperthropy (BPH) adalah suatu pembesaran dari kelenjar

prostat yang disebabkan oleh bertambahnya sel-sel glanduler interstitial, sehingga sebenarnya lebih tepat disebut hyperplasia atau abdomen prostat, namun istilah hyperthropy ini sudah umum di pakai (Rumah Orbo, 2000 :70). Benigna Prostat Hyperthropy (BPH) adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai deratajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius (Marilyn, E.D, 2000 : 671). Tindakan bedah untuk menangani kasus benigna prostat hyperthropy disebut dengan istilah prostataektomy yaitu tindakan reseksi bedah bagian prostat yang memeotong uretra untuk memperbaiki aliran urine dan menghilangkan retensi urinaria akut (Doengeos, 2000 : 679).

Gambar 1. Anatomi prostat 2. Anatomi Gambar 1 Kelenjar Prostat Kelenjar prostat berbentuk dan berukuran hampir sama dengan horse chestnut. Kelenjar ini mengelilingi bagian utama uretra. Kelenjar ini terletak di bawah kandung kemih, di belakang simfisis pubis, dna di depan rektum. Dilewati oleh uretra dan duktus ejakulatorius. Terdiri dari sejumlah kelenjar tubulat dan jaringan fibromuskular, seluruhnya dibungkus didalam kapsul (John Gibson, 2003 : 335).

3. Etiologi Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang belum diketehaui namun yang pasti kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitannya dengan BPH adalah proses penuaan, ada beberapa faktor kemungkinan penyebab antara lain : a. Dhydro testosteron, peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat

mengalami

hiperplasi. b. Perubahan keseimbangan hormon estrogen – testoteron pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testoteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma. c. Interaksi stroma-epitel, peningkatan epidermal gorwht atau fibroblast growth

factor

dan

penurunan

transforming

growth

factor

beta

menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel. d. Berkurangnya sel yang mati, estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat. e. Teori sel stem, sel stem yang meningkat mengakibatkan proliferasi sel transit. (Rumahorbo, 2000 : 70) 4. Patofisiologi Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas (bleadder), didalam mempersempit saluran uretra prostatika dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan-tekanan intravesikal, sebagai kompensasi terhadap

tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan klien sebagai keluhan pada saluran kencing bagian bawah atau lower urinary tract symton / LUTS (Basuki, 2000 : 76). Pada fase-fase awal dari prostat hyperplasia, komplensasi oleh muskulus desklusor berhasil dengan sempurna, artinya pola dan kualitas dari miksi tidak banyak berubah. Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola kualitas miksi berubah, kekuatan seta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga tersisihlah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir. Seringkali prostat hiperpalesia menambah kompensasi adalah tidak berhasilnya melakukan peningkatan tekanan intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang di sertai timbulnya hernia dan hemoroid. Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidakmampuan otot destrusor memompa urine dan menjadi retensi urine. Retensi urine yang kronis dapat mengakibatkan kemundu ran fungsi ginjal (Sunaryo, H. 1999 : 11)



Patway

5. Menifestasi klinis Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar saluran kemih. 1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah Keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinari Tract Symptoms (LUTS) terdiri atas gejala iritatif dan gejala obstruktif.Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi) terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria).Gejala obstruktif meliputi: pancaran lemak, rasa tidak lampias sehabis miksi, kalau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengejan (straining) anyang-anyangen (intermittency) dan waktu miksi yang memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan inkontinensia karena overflow.Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan saluran kemih sebelah bawah, beberapa ahli urology membuat sistem scoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. 2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas, berupa gejala obstruksi antara lain: nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis), yang selanjutnya dapat menjadi

gagal ginjal dapat ditemukan uremia, peningkatan tekanan darah, perikarditis, foetoruremik dan neuropati perifer. 3. Gejala di luar saluran kemih Pasien yang berobat ke dokter biasanya mengeluh adanya hernia inguinalis dan hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal (Poernomo, 2000, hal 77 – 78; Mansjoer, 2000, hal 330). Menurut Long (1996, hal. 339-340), pada pasien post operasi BPH, mempunyai tanda dan gejala: 

 



Hemorogi a. Hematuri b. Peningkatan nadi c. Tekanan darah menurun d. Gelisah e. Kulit lembab f. Temperatur dingin Tidak mampu berkemih setelah kateter diangkat Gejala-gejala intoksikasi air secara dini: a. bingung b. agitasi c. kulit lembab d. anoreksia b. mual c. muntah warna urin merah cerah, pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi menjadi lebih tua.

6. Tanda dan Gejala Gambaran klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga mengakibatkan: pancaran miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengejan (straining), kencing terputus-putus (intermittency), dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow. Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitasotot detrusor dengan tanda dan gejala antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun

untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria) (Mansjoer,2000) Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2005) dibedakan menjadi 4 stadium : 1. Stadium I Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis. 2. Stadium II Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak enak BAK atau disuria dan menjadi nocturia. 3. Stadium III Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc. 4. Stadium IV Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes secara periodik (over flowin kontinen).

7. Pemeriksaan Fisik a. Perhatian khusus pada abdomen : defisiensi, nutrisi, edema, pruritus, Echymosis menunjukkan renal insufsiensi dari obstruksi yang lama. b. Distensi kandung kemih c. Insepeksi : penonjolan pada daerah supra pubik, retensi urine. d. Palpasi : akan terasa adanya ballotement dan ini akan menimbulkan klien ingin buang air kecil, retensi urine. e. Perkusi : redup, residual urine. f. Pemeriksaan penis : uretra kemungkinan aanya penyebab lain mislanya stenose meatus, striktur uretra, baut uretra/ kemosis. g. Pemeriksaan rectal tocuher (colok dubur), posisi knee chest

8. Pemeriksan Radiologi Pada pemeriksaan radiologi ditunjukan untuk a. Menentukan volume Beningna Prostat Hyperthropy b. Menentukan derajat dsifungsi buli-buli dan volume residual urine c. Mencari ada tidaknya kelainan baik yang berhubungan dengan benigna

prostat

hyperthropy,

diantaranya

ada

beberapa

pemeriksaan radiologi yaitu: 

Intra Vena Pyclografi (IVP) : gambaran trebakulasi buli, residual urine postat, miksi, dipertikal buli. o Indikasi : disertai hematuria, gejala iritatif menonojol disertai urolitiasis o Tanda BPH : impresi prostat, hockey stick ureter



BOF : untuk mengetahui adanya kelainan pada renal



Retrografi dan voiding cys houretrografi : untuk melihat ada tidaknya refleks vesiko ureter / striktur uretra.



USG : untuk menentukan volume urine, volume residual urine dan menilai pembesaran prostat jinak/ganas.



Pemeriksaan endoskopi



Pemeriksaan uroflowmetri, berperan penting dalam diagnosa dan evaluasi klien dengan obstruksi leher buli-buli : -

Q max : > 15 ml/detik, non obstruksi

-

10-15 ml/detik, borderline

-

< 10 ml/detik, obstruktif.



Pemeriksaan laboratorium

-

Urinalisis (tes glukosa, bekuan darah, UL, DL, RFT, LFT, Elektrolit, Na/K, Protein/Albumin, PH dan Urnie Kultur).

-

RFT, Evaluasi fungsi renal

9. Penatalaksanaan a. Observasi Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien. b. Medikamentosa Terapi ini, di indikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa disetai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari : phitroterapi (misal : hipoksis, rosperi, serenoa repens, Dll) gelombang alfa blocker, dang golongan supresor androen. c. Pembedahan 1)

Indikasi pembedahan pada BPH adalah :



Klien yang mengalami retensi urine akut atau pernah retensi urine akut.



Klien dengan residual urine > 100 ml



Klien dengan penyulit



Terapi medikamentosa tidak berhasil



Flowmetri menunjukkan pola obstruktif

2)

Pembedahan dapat dilakukan dengan



TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat 90-95%)



Retropubic atau ekstravecikal prostatetctomy



Perianal prostatectomy



Supara pubic atau transvecikal prostatectomy Alternatif lain (misalnya : kryoterapi, hipertermia, termotrapi, terapi ultrasonik)

10. Komplikasi      

Aterosclerosis Infark jantung Impoten Haemoragik post operasi Fistula Striktur pasca operasi & inconentia urine

B. Proses keperawatan 1) Pengkajian Dalam melakukan pengkajian ini penulis menggunakan teori konseptual menurut GORDON dengan 11 pola kesehatan fungsional sesuai dengan post operasi benigna prostat hipertrophy. 1. Pola persepsi kesehatan dan management kesehatan Menggambarkan pola pikir kesehatan pasien, keadaan sehat dan bagaimana memelihara kondisi kesehatan. Termasuk persepsi individu tentang status dan riwayat kesehatan, hubungannya dengan aktivitas dan rencana yang akan datang serta usaha-usaha preventif yang dilakukan pasien untuk menjaga kesehatannya. 

Pola Nutrisi – Metabolik Mengambarkan pola konsumsi makanan dan cairan untuk kebutuhan metabolik dan suplai nutrisi, kualitas makanan setiap harinya, kebiasaan makan dan makanan yang disukai maupun penggunaan vitamin tambahan. Keadaan kulit, rambut, kuku, membran mukosa, gigi, suhu, BB, TB, juga kemampuan penyembuhan.







Pola Eliminasi Yang menggambarkan:  pola defekasi (warna, kuantitas, dll)  penggunaan alat-alat bantu  penggunaan obat-obatan. Pola Aktivitas  pola aktivitas, latihan dan rekreasi  pembatasan gerak  alat bantu yang dipakai, posisi tubuhnya. Pola Istirahat – Tidur Yang menggambarkan:  Pola tidur dan istirahat  Persepsi, kualitas, kuantitas  Penggunaan obat-obatan.

 Pola Kognitif – Perseptual  Penghilatan, pendengaran, rasa, bau, sentuhan  Kemampuan bahasa  Kemampuan membuat keputusan  Ingatan  Ketidaknyamanan dan kenyamanan       

Pola persepsi dan konsep diri Yang menggambarkan: Body image Identitas diri Harga diri Peran diri Ideal diri.

Pola peran – hubungan sosial Yang menggambarkan:  Pola hubungan keluarga dan masyarakat  Masalah keluarga dan masyarakat  Peran tanggung jawab.



Pola koping toleransi stress Yang menggambarkan:  Penyebab stress`  Kemampuan mengendalikan stress  Pengetahuan tentang toleransi stress  Tingkat toleransi stress  Strategi menghadapi stress.



Pola seksual dan reproduksi Yang menggambarkan:  Masalah seksual  Pendidikan seksual.



Pola nilai dan kepercayaan Yang menggambarkan:  Perkembangan moral, perilaku dan keyakinan  Realisasi dalam kesehariannya. 2. Potofisiologi penyimpanan KDM ( BPH )

3. 1) 2) 3) 4) 5)

Diagnosa keperawatan BPH Nyeri Gangguan pola eliminasi urine Retensi nurine Ansietas Resiko infeksi

4. Intervensi keperawatan No Diagnosa 1.

Nyeri akut

Tujuan & krateria hasil Noc :  Mampu mengontrol nyeri  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri  Mampu mengenali nyeri(skala nyeri, frekuensi, dan tanda nyeri)  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang  Tidak mengalami gangguan tidue  Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi       

         

Nic : Pemeberian anlagesik : intraspinal Pemberian anastesi Pengurangan kecemasan Pemeberian obat: oral Manajemen pengobatan Manajemen nyeri Bantuan pasien untuk mangontrol untuk mengontrol pemberian analgesik Manajemen proplaps rektum Manajemen saluran cerna Dukungan emosional Manajemen lingkungan peningkatan tidur sentuhan terpeutik terapi oksigen pengaturan posisi terapi relaksasi monitor tanda-tanda vital

N o 2

Diagnosa

Tujuan & krateria hasil Gangguang Noc : pola eliminasi  kontenensia urine urine  hidrasi  keparahan infeksi  kontrol gejala

Intervensi Nic :  monitor eliminasi urine termasuk frekuensi,konsistensi,bau,volu me & warna  pantau tanda & gejala retensi urine  identifikasi faktor – faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya episode inkontenensia  ajarkan pasien mengenai tanda & gejal infeksi saluran kemih  ajarkan psien untuk mendapatkan spesimen urine pancaran tengah pada tanda pertama dari kembalinya tanda & gejala infeksi  bantu pasien untuk mengembangkan rutinitas eliminasi dengan tepat  anjurkan pasien untuk menggosok kandung kemih sebelum (pelaksanaan) presedur yang relavan  batasi cairan sesuai kebutuhan  anjurkan pasien untuk memantau adanya tanda & gejala infeksi kandung kemih.

No Dioagnosa 3 Retensi urine

Tujuan & krateria hasil Noc :  pengosonan kandung kemih tidak komplet  intake cairan dalam bentuk normal  bebas isk  tidak ada spasme bledder  balance cairan seimbang 

intervensi Nic :  Irigasi kandung kemih  Manajemen cairan  Manajemen pengobatan  Perawatan selang: perkemihan  Keteterisasi urine  Keteteresasi urine tambahan : sementara  Bantuan perawatan  Perawatan retensi urine

No Diagnosa 4 ansietas

Tujuan & krateria hasil Noc :  Kontrol kecemasan diri  Konsetrasi  Memproses informasi  Kontenesia urine  Tanda-tanda vital  Keterampilan interaksi sosial  Kesehatan spiritual  Harga diri  Tingkat stres  Kontrol gejala  Status kenyamanan

intervensi Nic :  Pengurangan kecemasan  Tehnik menenagkan  Peningkatan koping  Manajemen demensia  Bantuan pemeriksaan  Mengahadirkan diri  Terapi relaksasi  Pengurangan stres relokasi  Pengalihan  Peningkatan kemanan

No 5

Diagnosa Resiko infeksi

Tujuan & kreteria hasil Noc :  Immune status  Knowledge : infection control  Risk control Klien bebas dari tanda & gejala infeksi Menunjukkan kempuan untuk mencegah timbulnya infeksi  Pengetahuan : manajemen penyakit akut  Pengetahuan: manajemen penyakit kronik  Respon pengobatan  Starus nutrisi  Kontrol resiko infeksi  Deteksi resiko  Pemulihan pembedahan : penyembuhan  Pemulihan pembedahan : segerah setelah opersi  Integritas jaringan : kulit & membran mukosa  Peyembuhan luka : primer  Penyembuhan luka: sekunder

Intrvensi Nic :  Monitor adanya tanda & gejala infeksi sistemik & lokal  Monitor terhadap kerentanan infeksi  Batasi jumlah pengunjung yang sesuai  Pertahankan asepsis untuk pasien beresiko  Berikan perawatan kulit yang tepat untuk area mengalami edema  Periksa kulit & selaput lendir untuk adanya kemerahan,kehangatan ekstrim atau drainase  Periksa kondisi setiap sayatan bedah atau luka  Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup  Anjurkan istirahat  Jaga penggunaan antibiotik dengan bijaksana  Ajarakan pasien & keluarga pasien mengenai perbedaanperbedaan antara infeksi virus & infeksi bakteri  Ajarkan pasien & anggota keluarga bagaimana cara menghindari infeksi  Pastikan keamanan air dengan mengajukan hiperklorinasi & pemanasan lebih dengan tepat.  Lapor dugaan infeksi pada personil pengendali infeksi  Lapor kultur positif pada personil pengendali infeksi.

5. Implementasi Implementasi adalah pengelolaan & perwujudan dari rencana yang meliputi tindakan yang di rencanakan oleh perawat,malaksanakan anjuran dokter & menjalakan ketentuan-ketentuan rumah sakit ( depkes RI.1982) Setelah rencana tindakan keperawatan tersusun selanjutnya rencana tindakan tersebut di terpakan dalam situasi yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 6. Evalusi Evaluasi adalah merupakan umpanbalik bagi proses keperawatan dimana perawat mencari kepastian keberhasilan rencana & proses. Evaluasi asuhan keperawatan merupakan mekanisme umpan balik untuk menilai efektif atau tidaknya proses keperawatan yang telah dilakukan dengan membandingkan hasil asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Identitas klien Nama

: Tn. Y. W

Umur

: 68 Tahun

Tempat/Tanggal lahir : Lemoh, 20 Januari 1940 Jenis kelamin

: laki-laki

Alamat

: Lemoh, Kec. Tombariri

Pendidikan terakhir

: SMP

Pekerjaan

: Tani

Suku bangsa

: Indonesia

Agama

: islam

Sumber data

: Klien dan istri klien.

2. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama/ Alasan Masuk Rumah Sakit Nyeri saat BAK dan susah BAK, klien masuk rumah sakit untuk operasi BPH. 2. Riwayat kleuhan Utama Klien mengatakan sudah menderita nyeri BAK dan susah BAK sejak ± 1 tahun, namun baru diketahui pada bulan April saat klien memeriksakan diri ke rumah sakit Bethesda. Dokter mendiagnosa klien, BPH dan harus dioperasi, namun kerena belum memiliki biaya, akhirnya klien belum dioperasi. Selama di rumah (sejak bulan April samapi bulan juni), klien menggunakan kateter sebagai alat untuk BAK. Klien mengeluh nyeri saat BAK da sulit BAK. Setelah memiliki biaya yang cukup, klien datang

kerumah sakit untuk dioperasi. Klien masuk ke rumah sakit tanggal 26 juni 2008, dan doter merencanakan untuk dioperasi pada tanggal 30 juni 2008. 3. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengatakan nyeri aerah perut bagian bawah/ pada daerah luka operasi prostatektomi. Klien tampak terbaring diatas tempat tidur, terpasang IVFD NaCl 0, 9 %, 20 tts/ menit, terapsang pada ektremitas bagian atas kiri, terpasang kateter urine (volume urine 10 jam: 1200 cc), keadaan umum, klien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS 15), ada keterbatasan mobilitas karena terpasang drainase dan kateter. Klien mengatakan tidak ada yang diraskan oleh klien selain nyeri pada luka operasi. 4. Riwayat Kesehatan Lalu Klien mengatakan, selain penyakit yang saat ini diderita oleh klien, klien tidak menderita penyakit lain. Klien pernah masuk rumah sakit sebelumnya karena penyaikit cacing tambang, dan dirawat di RSU Bethesda Tomohon, namun klien lupa, waktunya, karena menurut klien itu sudah lama terjadinya. 5. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan, diantara keluarga klien (orang tua dan saudara-saudara klien), tidak ada yang menderita penyakit yang seperti klien derita saat ini. Klien juga mengatakan diantara keluarga tidak ada yang menderita penyakit kronis/ menahun seperti penyakit jantung, paru-paru, hipertensi, atau diabetes mellitus.

3. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan Umum Klien

Klien terbaring diatas tempat tidur, pergerakan terbatas, ekspresi wajah meringis menahan sakit. Kesadaran compos mentis (GCS 15), penampilan klien sesuai usia klien (68 tahun), wajah sedikit keriput, kebersihan cukup, terpasang IVFD NaCl 0,9 %, 20 tts/ m di ekstremitas kiri atas, terpasang kateter urine, terpasang drainase pada luka operasi, pernapasan spontan tanpa kanule O2. Klien bersikap kooperatif, menjawab pertanyaan sesuai dengan yang ditanyakan. 2. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 120/ 80 mmHg Suhu

: 37, 2 ºC

Pernapasan

: spontan, 20 x/ menit

Nadi

: 74 x/ menit

3. Sistem Perkemihan

  

Tidak ada odema palpebra Tidak ada moon face Tidak ada odema anasarka

4. Sistem Reproduksi



Jenis kelamin: laki-laki Terpasang kateter urine, saat dikaji, klien merupakan pasien postop (Prostatektomi) karena menderita BPH. 5. Sistem Immun

Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi (makanan, obat, asap/debu, cuaca, bulu binatang, atau zat kimia).

6. Pola kebiasaan sehari-hari.

a. Nutrisi/ cairan  sebelum sakit Makan 3x/ hari, jenis; nasi, ikan, sayur, klien tidak terlalu suka makan buah.Minum 7-8 gelas/ hari. Jenis; air putih, teh, kopi.  saat pengkajian Nafsu makan baik, klien makan bubur, sayur, dan ikan.. Makan dibantu oleh keluarga/ istri dan perawat. 7. Istirahat dan Tidur

a. sebelum sakit : Malam 7-8 jam/ hari. Siang, ± 1 jam (tidak setiap hari) b. saat pengakjian : Malam ± 7-8/ hari. Siang ± 2-3 jam/ hari 8. Eliminasi

a.

b.

sebelum sakit : BAB; klien biasa BAB ± 2 hari sekali, konsistensi padat, warna kuning. BAK; klien mengatakan sulit BAK, dan jika BAK, hanya sedikitsedikit. Saat memeriksakan diri pada bulan April, klien didiagnosa oleh dokter, menderita BPH. saat pengakjian : BAB; sudah 2 hari belum BAB BAK; menggunakan kateter urine, (volume urine 10 jam:1200cc).

9. Personal Hygiene

a. sebelum sakit : Mandi 1-2 x/ hari, cuci rambut, sikat gigi, ganti baju sesuai kebutuhan. b. saat pengkajian : Klien dibersihkan tubuhnya setiap hari 2 x (pagi dan sore). Tubuh dibersihkan menggunakan kain basah. 10. Aktifitas dan Olahraga

a. sebelum sakit :Klien melakukan pekerjaannya sebagai petani. Olahraga kadang-kadang. b. saat pengkajian: Klien tampak terbaring diatas tempat tidur, aktifitas terbatas arena nyeri dan terpasangnya alat-alat invasif, aktifitas dibantu oleh keluarga dan perawat

11. Ketergantungan

a. rokok b. alkohol alcohol. c. obat

: klien mengatakan sudah ± 2 tahun berhenti merokok : klien mengatakan sudah ± 2 tahun, berhenti minum : tidak ada.

4. Klasifikasi data Data objektif    

klien mengatakan nyeri pada skala sedang (skala 1 – 5) klien mengatakan takut menggerakan badan karena nyeri klien mengatakan tidak dapat makan tanpa dibantu keluarga atau perawat klien mengatakan membersihkan badan dibantu oleh perawat

Data subjektif          

skala nyeri 3 (nyeri sedang) tampak luka operasi terbungkus perban, panjang luka kira-kira 16 cm perban pembungus luka, tampak basah terpasang kateter urine 9vol; 10 jam adlah 1200 cc) terpasang drainase pada luka operasi terpasang IVFD NaCl 0,9 %, 20 tts/ menit, di tangan kiri klien tampak terbaring di atas tempat tidur aktifitas sehari-hari dibantu oleh perawat dan keluarga pergerakan terbatas Tanda-tanda vital, TD; 120/80 mmHg, N; 74 x/m, R; 20 x/m, S; 37, 2 ºC

5. Analisa data No Data 1 Ds :  klien mengatakan nyeri pada skala sedang (skala 1 – 5)  klien mengatakan takut menggerakan badan karena nyeri  klien mengatakan tidak dapat makan tanpa dibantu keluarga atau perawat

etiologi Distensi kandung kemih

Peningkatan tekanan kandung kemih

Penekanan serabut syaraf nyeri

Implus ditramisikan ke hipotalamus

Nyeri dipreseosikan

Nyeri Do :  skala nyeri 3 (nyeri sedang)  tampak luka operasi terbungkus perban, panjang luka kira-kira 16 cm  perban pembungus luka, tampak basah

Problem Nyeri ( akut )

No Data Etiologi 2 Ds : Prostat mengelilingi & menekan uretra  Disuria  Bladder terasa penuh Obstruksi uretra pars Do : prostatika  Distensi bladder  Terdapat urine residu Berkurangnya aliran kemih  Inkontenesia luapan Akumulasi urine dalam kandung kemih

Distensi kandung kemih Retensi urine

Problem Retensi nurine

No Data Etiologi Problem 3 Ds : Obstruksi uretra pars Resiko infeksi Do : prostatika  skala nyeri 3 (nyeri sedang)  tampak luka operasi Akumulasi urine terbungkus perban, dalam kandung panjang luka kira-kira 16 kemih cm  perban pembungus luka, tampak basah Status urine  terpasang kateter urine 9vol; 10 jam adlah 1200 cc)  terpasang drainase pada Media luka operasi perkembangan  terpasang IVFD NaCl kuman 0,9 %, 20 tts/ menit, di tangan kiri Resiko infeksi  klien tampak terbaring di atas tempat tidur

6. Penyimpangan KDM

7. Diagnosa keperawatan a. Nyeri b. Retensi urine c. Resiko infeki

8. Catatan perkembangan No h/tgl/waktu Diagnosa 1 01/07/08 Nyeri 10: 00 wib akut

Implementasi a. Mengobservasi nyeri,  memantau keadaan umum klien, mengobservasi lokasi dan intensitas nyeri.  nyeri daerah luka operasi, skala nyeri 3 (skala 1 – 5), nyeri sedang. b. Mempertahankan patensi kateter dan sistem drainase. Kateter difiksasi dengan baik, begitu juga dengan selang drainase. c. Memberikan informasi pada klien  mengatakan bahwa klien terpasang kateter untuk membantu pengeluaran urine, juga ada

Evaluasi S: Klien mengatakan dapat mengontrol nyeri, saat nyeri datang. O:  Ekspresi wajah tenang  Klien mendemonstrasikan cara penggunaan teknik relaksasi (nafas dalam)  Tidak tampak kecemasan pada klien  Klien tampak terbaring di atas tempat tidur. A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan tindakan perawatan - layani terapi analgetik hasil kolaborasi dengan dokter.

No 2

h/tgl/waktu 2/07/08. 10: 15 wib

Diagnosa Retensi urine





 



Implementasi Mempertahankan kenyamanan fisik klien Mengurangi gejala yang timbul Memepertahanka n intake cairan Mempertahankan keteterinisasi urine Melakukan perawatan pada retensi urine

Evaluasi S: klien meresa nyaman O:  klien tampak tenang  klien mengatakan nyeri berkurang A : masalah teratasi sebagian P : lanjutkan tindakan perawatan dengan kloborasi dengan dokter

N o 3

h/tgl/waktu 3/7/08. 11: 15 wib

Diagnosa Resiko infeksi

Implementasi

Evaluasi

 Memantau keadaan umum klien  Kontrol resiko infeksi  Memantau keadaan luka  Mengobservasi penyatuan luka.  Merawat luka/ mengganti balutan/ melepaskan drainase  luka dirawat dengan teknik aseptic  drainase telah dicabut, bebas dari drainase purulen, eritema, atau perdarahan.  membalut luka dengan balutan kering.  Memberi terapi hasil kolaborasi: actacef 2 x 1 gr / iv

S:  klien mengatakan nyeri pada luka operasi berkurang  klien mengatakan sudah mampu melakukan aktifitas seperti makan dan minum O:  klien tampak tenang  drainase telah dicabut  tidak ada drainase purulen/ eritema, dan perdarahan  penyatuan luka baik.  keadaan luka bebas dari tanda-tanda infeksi (panas, merah, bengkak, nyeri, kehilangan fungsi)  luka telah dibalut dengan balutan kering.  tanda vital: TD; 110/80 mmHg, N; 84 x/m, R; 18 x/m, SB; 36, 6 ºC A: Masalah teratasi sebagian untuk diagnosa P: lanjutkan tindakan perawatan, dorong klien untuk dapat melaksanakan aktifitas secara mandiri

Related Documents

Pipi Pkmrs.pptx
April 2020 17
Lp Bph (edelwais).docx
November 2019 30
Lp Bph 2.docx
November 2019 27

More Documents from "Nurfitri Firman"

Ppt Cena
May 2020 23
Documento.docx
November 2019 24
Dewi Tugas.docx
October 2019 37