HUSNUL KHATIMAH/ 1813019046 TUGAS BIOMEDIK DOSEN : ERWIN SAMSUL, S.Farm., M.Si., Apt PATOFISIOLOGI MUAL MUNTAH PADA PENGGUNAAN SITOSTATIKA/KEMOTERAPI Mual muntah merupakan salah satu efek samping yang sering terjadi pada penggunaan stitostatika seperti Cisplatin, cyclophosphamide, dacarbazine, mechloretamine, carmustine, streptozotoci. Mual merupakan sensasi tidak nyaman yang dirasakan di tenggorok dan epigastrum yang dapat menyebabkan keluarnya isi lambung. Muntah merupakan keluarnya isi lambung melalui mulut yang disebabkan oleh refleks motorik. Mual muntah pasca kemoterapi atau Chemotherapy Induced Nausea And Vomiting (CINV) terjadi karena sitostatika dapat mempengaruhi fungsi neuroanatomi, neurotransmiter dan reseptor pada vomiting center (VC). Struktur ini meliputi neuron pada medula oblongata, chemoreceptor trigger zone (CTZ) pada area postrema di dasar ventrikel empat otak, aferen nervus vagus dan sel enterokromafin pada traktus gastrointestinal. Neurotransmiter yang berperan dalam CINV yaitu serotonin atau 5hidroxytriptamin (5-HT3), substansi P (SP) dan dopamin. Reseptor yang terkait dengan serotonin dan substansi P dalam merangsang mual muntah adalah 5hidroxytriptamine (5-HT3) dan neurokinin-1 (NK-1). Sitostatika bersifat toksik bagi sel enterokromafin yang melapisi mukosa traktus gastrointestinal. Kerusakan sel tersebut mengaktifkan radikal bebas yang menyebabkan sel enterokromafin melepaskan serotonin dalam jumlah banyak. Serotonin kemudian berikatan dengan reseptor 5-HT3 yang terdapat pada serat aferen nervus vagus yang berdekatan dengan sel enterokromafin tersebut. Ikatan tersebut memberikan informasi pada otak sehingga terjadi respon muntah pada CINV akut sekaligus mensensitisasi nervus vagus terhadap substansi P yang dilepas oleh sel enterokromafin yang berperan pada CINV (Chemotherapy Induced Nausea And Vomiting). Substansi P terdistribusi luas pada sistem saraf pusat maupun perifer, berikatan dengan reseptor NK-1. Reseptor tersebut terdapat pada usus dan area postrema. Pelepasan substansi P yang dirangsang oleh sitostatika akan berikatan dengan reseptor NK-1 dan memberi sinyal kepada serat aferen nervus vagus untuk diteruskan ke CTZ dan VC. Rangsangan substansi P terhadap nervus vagus menyebabkan CINV.
PATOFISIOLOGI MUAL MUNTAH PADA KEHAMILAN Keadaan mual dan muntah saat hamil ini dapat dipicu berbagai hal. Beberapa kemungkinan yang bisa menyebabkan seorang ibu hamil mengalami mual dan muntah lebih dari wanita pada umumnya adalah: 1. Perubahan gerakan lambung karena adanya peningkatan hormone progesteron. Peningkatan hormon progesteron ini memicu disritmia pada lambung sehingga waktu transit makanan di lambung menjadi lebih lama. Hal ini akan memicu rasa mual bahkan muntah bagi beberapa wanita hamil. 2. Pada wanita hamil terjadi penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal yang menimbulkan pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit usus. Ini mungkin akibat jumlah progesteron tinggi selama kehamilan, sehingga terjadi penurunan kadar motilin yang merupakan suatu peptida yang diketahui mempunyai efek terhadap perangsangan otot-otot halus. Selain itu perbesaran uterus juga dapat menekan diafragma, lambung dan usus, sehingga terjadi penurunan gerakan peristaltik. 3. Peningkatan hormon HCG (Human chorionic gonadotropin), hormon plasenta ini dapat memicu pusat mual yaitu chemoreceptor trigger zone sehingga menyebabkan mual dan muntah saat hamil. 4. Peningkatan hormone estrogen dan penurunan hormone TSH (ThyrotropinStimulating Hormone). Tiga hormon ini dipercaya merupakan beberapa faktor yang berpengaruh dalam mual dan muntah hebat atau yang lebih dikenal dengan istilah hyperemesis gravidarum pada kehamilan.
PATOFISIOLOGI MUAL MUNTAH PASCA BEDAH
Refleks muntah terjadi akibat koordinasi banyak jalur sensorik dan reseptor di perifer dan di sistem saraf pusat. Impuls sensorik disampaikan oleh saraf aferen menuju pusat muntah (Central Vomiting Center, CVC). Di CVC, impuls tersebut diintegrasikan dan dihantarkan ke jalur motorik dan autonom untuk mencetuskan rasa mual, retching, ataupun muntah. Postoperative Nausea and Vomiting (PONV) atau mual muntah pascah bedah sering terjadi akibat obat-obat anestesi. Beberapa obata anestesi yang menyebabakan mual muntah, yaitu: 1. Pemberian opioid pada pasien dapat meningkatkan kejadian PONV. Reseptor opioid terdapat di Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) yang dapat menimbulkan efek GABA meningkat. Akibat peningkatan GABA dapat menyebabkan aktifitas dopaminergik menurun sehingga terjadi pelepasan 5-HT3 di otak. 2. Kejadian PONV akibat pemberian obat anestesi inhalasi tetap didasarkan atas lamanya pasien terpapar obat-obat anestesi selama menjalani operasi. Tetapi biasanya terjadi dalam beberapa jam pasca operasi. Postoperative Nausea and Vomiting (PONV) juga disebabkan akibat pengosongan lambung yang terjadi karena adanya nyeri. Selain itu perubahan posisi pasien pasca operasi dapat menimbulkan PONV.