Tugas Belajar Mandiri Iii.docx

  • Uploaded by: Rahmy Humaida
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Belajar Mandiri Iii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,178
  • Pages: 5
Tugas Belajar Mandiri III: Dasar-Dasar penentuan gizi individu dan kebutuhan yang di anjurkan A. AKG (Angka Kecukupan Gizi)

Dalam menjalani segala aktiviata stentu saja kita membutuhkan suatu energi yang dapat menunjang berjalannya aktivitas tersebut. Energi tersebut dapat didapat dari suatu asupan makanan yang mengandung cukup banyak gizi. Sehingga dalam menkonsumsi sebuah makanan tentu kita harus lebih memperhatikan jumlah gizi yang baik untuk sumber energi dalam menjalani aktivitas kita. Oleh sebab itu untuk mengetahui jumlah gizi yang baik untuk tubuh dapat digunakan angka kecukupan gizi sebagai pedomannya. Angka kecukupan gizi (AKG) merupakan suatu nilai yang digunakan untuk menentukan jumlah zat yang baik dikonsumsi oleh tubuh dan zat apa saja yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Angka kebutuhan gizi sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup, dalam hal itu dibutuhkan suatu ilmu yang telah digunakan untuk mengetahui dengan jelas bagaimana tatacara perhitungan gizi tersebut. Konsep kecukupan energi kelompok penduduk adalah nilai rata-rata kebutuhan, sedangkan pada kecukupan protein dan zat gizi lain adalah nilai rata-rata kebutuhan ditambah dengan 2 kali simpangan baku(2 SD).

Ketentuan Angka Kecukupan Gizi Di Indonesia sendiri sudah ditetapkan beberapa ketentuan gizi yang harus didapatkan tiap-tiap individu, diantaranya meliputi : 1. Energi 2. Protein 3. Vitamin A, D, E, K, C 4. Tiamin 5. Riboflavin 6. Niacin 7. Pridoksin 8. Vitamin B12 9. Asam folat 10. Kalsium 11. Fosfor dst Angka kecukupan gizi yang diguankan dnegan tingkat nasional pada umumnya mengkonsumsi 2000 kkal dengan keseimbangan taraf persediaan 2000 kkal. Selain itu angka kecukupan protein dalam taraf nasional ditentukan sebanyak 52 gram dan taraf persediaannya 57 gram. Kecukupan gizi untuk pelabelan produk makanan yang dikemas disebut dengan acuan label gizi (ALG). Dari ulasan yang kita bahas di atas perlu diketahui dengan jelas bahwa angka kecukupan gizi memiliki berbagai kegunaan yang telah diakui oleh semua pihak. Adapun kegunaan dari angka kecukuan gizi meliputi: 1. Menilai keckupan gizi pada seseorang 2. Merencanakan pemberian makanan 3. Merencanakan penyediaan pangan 4. Untuk pedoman gizi makanan yang baik 5. Sebagai bahan ajar pendidikan gizi

B. Cara menghitung kebutuhan energi seseorang

1. Tentukan Basal Metabolic Rate (BMR) Basal Metabolic Rate (BMR) merupakan kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses tubuh. BMR dihitung dengan cara: BMR laki-laki = 66,5 + (13,7 x BB) + (5 x TB) - (6,8 x U) BMR perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x U) Keterangan: BB: Berat badan dalam kilogram TB: Tinggi badan dalam centimeter U: Umur 2. Tentukan tingkat aktivitas Kebutuhan energi yang berbeda-beda pada setiap orang dipengaruhi oleh tingkat aktivitas mereka. Tidak aktif = 1,2 Cukup aktif (Berolahraga 1–3 kali/minggu) = 1,375 Aktif (Berolahraga 3–5 kali/minggu) = 1,55 Sangat aktif (Berolahraga 6–7 kali/minggu) = 1,725 3. Kalikan BMR dengan tingkat aktivitas untuk mendapatkan hasil kebutuhan energi Anda. Contoh: Lisa (30 tahun), seorang karyawan bank dengan kegiatan rutin ke kantor dan berolahraga sekali seminggu. Ia memiliki berat badan 50 kg dan tinggi badan 165 cm. Maka kebutuhan energi per harinya adalah: 1. BMR= 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x U) = 655 + (9,6 x 50) + (1,8 x 165) - (4,7 x 30) = 655 + 480 + 297 - 141 = 1291 2. Lisa memiliki kegiatan sebagai karyawan bank dan berolahraga sekali seminggu, maka tingkat aktivitasnya adalah cukup aktif (1,375).

3. Kebutuhan energi Lisa = 1291 x 1,375 = 1775 kilo kalori per hari.

C. Penilaian keadaan Gizi

1. Penilaian status gizi secara langsung Antropometri :Antropometri dapat berarti ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Bentuk aplikasi penilaian status gizi dengan antropometri antara lain dengan penggunaan teknik Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). IMT ini merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Dengan IMT ini antara lain dapat ditentukan berat badan beserta resikonya. Misalnya berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Berikut contoh penggunaan metode IMT ini untuk mementukan kondisi berat badan kita. Pada contoh ini akan disampaikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT yang kemudian disesuaikan dengan keseimbangan konsumsi sehari-hari. Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dipergunakan formula sebagai berikut : Klinis : Teknik penilaian status gizi juga dapat dilakukan secara klini. Pemeriksaan secra klinis penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi

seseorang dengan melakukan pemeriksaan fifik yaitu tanda (sign) dan gejala (Symptom) atau riwayat penyakit. Biokimia : Penilaian status gizi secara biokimia dilakukan dengan melakukan pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, seperti darah, urine, tinja, jaringan otot, hati. Penggunaan metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. Biofisik : Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Metode ini secara umum digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. Penilaian gizi secara tidak langsung 2. Penilaian status gizi secara tidak langsung Survei Konsumsi Makanan : Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. Statistik Vital :Pengukuran status gizi dengan statistik vital dilakukan dengan menganalisis statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan. Teknik ini digunakan antra lain dengan mempertimbangkan berbagai macam indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. Faktor Ekologi :Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain – lain (Bengoa). Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

Related Documents

Belajar Mandiri 1.docx
June 2020 17
Tugas Mandiri
October 2019 51
Tugas Mandiri
November 2019 41
Tugas Mandiri
May 2020 47

More Documents from "Friska Mahyudin Syah"

Tugas Mandiri Ii.docx
June 2020 12
Belajar Mandiri 1.docx
June 2020 17
Pembelajaran 1.docx
October 2019 18
Doc2.docx
October 2019 16