Makassar, 02 Maret 2019
ANALISIS SITUASI KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PEMBERANTASAN PENYAKIT TIDAK MENULAR ( PTM )
OLEH KELOMPOK 4 : AKSANI TAQWIM 0012.10.09.2018 NURUL SUSANTI 0039.10.09.2018 NILAM SAHRATUN NADIRA 0086.10.09.2018
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2019
BABI PENDAHULUAN Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan, tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Hal tersebut disampaikan Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH saat membuka Temu Nasional Strategi Kemitraan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam Penguatan Sistem Kesehatan pada Era desentralisasi di Jakarta, Kamis 18 Agustus 2011. Hasil pertemuan ini akan menjadi bahan masukan bagi delegasi Indonesia dalam Pertemuan Tingkat Tinggi tentang PTM di Majelis Umum PBB, New York, September 2011. Dalam sambutannya Menkes menjelaskan, proporsi angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis. Kematian akibat PTM terjadi di perkotaan dan perdesaan. Data Riskesdas 2007 menunjukkan di perkotaan, kematian akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di perdesaan sebesar 11,5%. Hal tersebut menunjukkan PTM (utamanya stroke) menyerang usia produktif. Sementara itu prevalensi PTM lainnya cukup tinggi, yaitu: hipertensi (31,7%), arthritis (30.3%), penyakit jantung (7.2%), dan cedera (7,5%). Menkes mengatakan, PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat. Riskesdas 2007 melaporkan, 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan sayur serta 48,2% kurang aktivitas fisik. Menkes menambahkan, peningkatan PTM berdampak negatif pada ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM adalah penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Pemerintah sedang melakukan langkah-langkah bagi terwujudnya jaminan kesehatan menyeluruh atau universal coverage of social health insurance untuk masalah penyakit kronik dan katastropik dalam periode 2010-2014, ujar Menkes. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan program pengendalian PTM sejak tahun 2005. Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan berupa promosi Perilaku Bersih dan Sehat serta pengendalian masalah tembakau. Beberapa Pemerintah Daerah telah menerbitkan peraturan terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan membentuk Aliansi Walikota/Bupati dalam Pengendalian Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pengendalian Tembakau dalam proses. Sedangkan untuk
pengaturan makanan berisiko, ke depan akan dibuat regulasi antara lain tentang gula, garam dan lemak dalam makanan yang dijual bebas, kata Menkes Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran lintas sektor Pemerintah, Swasta, Organisasi Profesi, Organisasi Kemasyarakatan dan seluruh lapisan masyarakat, tegas Menkes. Kegiatan Temu Nasional Strategi Kemitraan ini merupakan pertemuan multi sektor yaitu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan non pemerintah seperti organisasi profesi, LSM, swasta, dan organisasi dibawah PBB. Pertemuan ini dihadiri sekitar 120 orang yang bertujuan untuk menjalin kemitraan dalam pengendalian PTM di Indonesia, yang sejalan dengan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor A/RES/64/265 tentang pencegahan dan pengendalian PTM. Menkes berharap pertemuan ini menghasilkan masukan, gagasan, inovasi bahkan mungkin terobosan yang bermanfaat bagi suksesnya Pengendalian PTM di Tanah Air guna peningkatan derajat kesehatan, kualitas hidup, dan kesejahteraan rakyat Indonesia.
BABII PEMBAHASAN
BASIC SIX ( PROGRAM POKOK PUSKESMAS )
Kesehatan dasar BASIC SIX atau 6 program pokok puskesmas yaitu: 1. Promosi kesehatan. 2. Kesehatan lingkungan. 3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular 4. Kesehatan Keluarga dan Reproduksi 5. Perbaikan Gizi masyarakat 6. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan
1. Promosi Kesehatan A. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat, dalam berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan melakukan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat untuk mengenali, menjaga/memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya. B. Tujuan Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. C. Sasaran a. Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader b. Penyuluhan Kesehatan - Penyuluhan dalam gedung - Penyuluhan luar gedung Penyuluhan kelompok : - Kelompok posyandu - Penyuluhan masyarakat - Anak sekolah
Penyuluhan perorangan : PHN c. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) d. Advokasi program kesehatan dan program prioritas Kampanye program prioritas antara lain : vitamin A, narkoba, P2M DBD, HIV, malaria, diare e. Promosi kesehatan tentang narkoba f. Promosi tentang kepesertaan jamkesmas g. Pembinaan dana sehat/jamkesmas
2. Kesehatan Lingkungan A. Pengertian Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat bersifat fisik, kimia maupun biologi. Sejalan dengan kebijaksanaan’Paradigma Sehat’ yang mengutamakan upaya-upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka upaya kesehatan lingkungan sangat penting. Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh para staf Puskesmas akan berhasil baik apabila masyarakat berperan serta dalam pelaksanaannya harus mengikut sertakan masyarakat sejak perencanaan sampai pemeliharaan. B. Tujuan Tujuan Umum Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan terwujudnya kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari segala kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan bahaya kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan masyarakat yang lebih baik. Tujuan Khusus 1. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat mencapai derajat kesehatan yang optimal 2. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikut sertaan sektor lain yang bersangkutan, serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan pelestarian lingkungan hidup. 3. Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan lingkungan dan permukiman yang berlaku. 4. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman. 5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi perumahan, kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan makanan, perusahaan dan tempat-tempat umum. C. Kegiatan Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan Puskesmas meliputi: 1. Penyehatan air 2. Penyehatan makanan dan minuman 3. Pengawasan pembuangan kotoran mannusia 4. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah 5. Penyehatan pemukiman 6. Pengawasan sanitasi tempat umum 7. Pengamanan polusi industri 8. Pengamanan pestisida 9. Klinik sanitasi
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular A. Pengertian 1. Penyakit Menular Adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya, yang beraasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/ ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan. 2. Kejadian Luar Biasa (KLB) Adalah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik perhatian umum dan mungkin menimbulkan kehebohan/ketakutan di kalangan masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya peningkatan yang berarti (bermakna) dari kejadiankesakitan/kematian tersebut kepada kelompok penduduk dalam kurun tertentu. 3. Wabah Penyakit Menular Adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat mennnimbulkan malapetaka (U.U. No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit yang mennular) 4. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular (P2M) Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-upaya : a. Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai termasuk rujukan. b. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare, dsb. c. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan , pengamatan/pemantauan (surveinlans ketat) dan logistik. 5. Program Pencegahan Adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar didalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi. 6. Cara Peenularan Penyakit Menular Dikenal beberapa cara penularan penyakit menular yaitu: a. Penularan secara kontak b. Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang tercemar c. Pennularan melalui vektor d. Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik dan tato. 7. Surveilans Evidemiologi Penyakit Menular Adalah suatu kegiatan pengumpulan data/informasi melalui pengamatan terhadap kesakitan/kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya secar sistematik, terus menerus dengan tujuan untuk perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil program, dan sistem kewaspadaan dini. Secara singkat dapat dikatakan: Pengumpulan Data/Informasi Untuk Menentukan Tindakan (Surveillance For Action). B. Program Pemberantasan Penyakit Menular a. Program imunisasi b. Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC c. Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI) d. Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penaggulangan
e. f. g. h. i.
pneumonia Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare Program rabies Program Surveilans Pemberantasan P2B2 demam berdarah
4. Kesehatan Keluarga dan Reproduksi A. Pengertian Kesehatan Keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan sejahtra dari suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya (UU RI no 23 th 1992) Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh. Bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.(WHO) B. Tujuan Tujuan Umum Meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dan keluarganya dalam mengatur biologik keluarga termasuk fungsi reproduksinya serta berperan serta aktif dalam mencegah dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga serta meningkatkan kualitas hidup keluarga Tujuan Khusus 1. Peran serta aktif wanita dan keluarganya dalam mencegah dan memecahkan masalah kesehatan keluarga dan masalah reproduksi 2. Memberikan informasi, edukasi terpadu mengenai seksualitas dan kesehatan reproduksi, manfaat dan resiko dari: obat, alat, perawatan, tindakan serta kemampuan memilih kontrasepsi dengan tepat 3. Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas 4. Melaksanakan pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif 5. Kehamilan dap persalinan yang direncanakan dan aman 6. Pencegahan dan penanganan engguguran kandungan yang tidak dikehendaki 7. Pelayanan infertilitas 8. Informasi secara menyeluruh tentang pengaruh defisiensi hormon di usia lanjut pada usia lanjut penapisan masalah malignasi C. Kebijaksanaan Penyelenggaraan Pembinaan Kesehatan Keluarga dan Reproduksi Sesuai dengan intervensi nasional penanggulangan masalah kesehatan reproduksi di indonesia berdasarkan rekomendasi strategi regional WHO untuk negara-negara Asia Tenggara, maka kegiatan pelayanan reproduksi adalah: 1. Kesehatan Ibu Dan Anak 2. Kesehatan Anak Usia Sekolah 3. Kesehatan Remaja, termasuk pencegahan serta penanganan PMS (Penyakit Menular akibat Hubungan Seks, HIV/AIDS) 4. Keluarga Berencana 5. Kesehatan Usia Lanjut (Program Pengembangan Puskesmas) D. Indikator keberhasilan Indikator keberhasilan program di wilayah kerja dinilai dari: 1. Angka Kematian Bayi 2. Angka Kematian Ibu 3. Prosentase Ibu Hamil Yang Mempunyai Berat Badan Dan Tinggi Yang Normal 4. Prosentase Ibu Hamil Dengan Anemia 5. Prosentase Balita Dengan Berat Badan Dan Tinggi Sesuai Umur Kesehatan ibu dan anak A. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya kelangsungan hidup, pengembangan dan perlindungan bayi, anak bawah lima tahun (BALITA) dan anak usia pra sekolah dalam proses tumbuh kembang. Prioritas pelayanan KIA dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan ibbu dan anak dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak. Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari a. Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas b. Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah B. Tujuan Tujuan Umum Terciptanya pelayanan berkualitas denagn partisipasi penuh pengguna jasa dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai kesempatan yang terbaik dalam hal waktu dan jarak antar kehamilan, melahirkan bayi sehat yang aman dalam lingkungan yang kondusif sehat, denagn asuhan antenatal yang ade kuat, dengan gizi serta persiapan menyusui yang baik. Tujuan Khusus a. Memberikan pelayanan kebidanan dasar dan KIE kepada ibu hamil termasuk KB berupa pelayanan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas serta perawatan bayi baru lahir. b. Memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan kebidanan dan neonatal serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II) sesuai kebutuhan c. Memantau cangkupan pelayanan kebidanan dasar dan penagganan kedaruratan kebidanan neonatal d. Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan e. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam upaya KIA f. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh bayi baru lahir yang meliputi usaha pernafasan spontan, menjaga bayi tetap hangat, menyusui dini dan eksklusif, mencegah interaksi serta tata laksana neonatal sakit g. Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh balita dan anak pra sekolah yang meliputi perawatn bayi baru lahir, pemeriksaan kesehatan rutin pemberian imunisasi dan upaya perbaikan gizi h. Melaksanakan secara dini pelayanan program dan stimulasi tumbuh kembang pada seluruh balita dan anak pra sekolah yang melipui perkembangan motorik, kemampuan berbicara dan kognitif serta sosialisasi dan kemandirian anak i. Melaksanakan management terpadu balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindak lanjutnya C. Sasaran Adalah ibu, bayi, balita, anak usia pra sekolah dan keluarga yang tinggal dan beraada di wilayah kerja Puskesmas serta yang berkunjung ke Puskesmas.
Kesehatan Anak Usia Sekolah A. Pengertian Upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk prilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada di sekolah dan perguruan agama Anak usia sekolah (7-21 tahun) sesuai proses tumbuh kembang di bagi 3 subkelompok yaitu:
a. a. Pra- remaja (7-9 tahun) b. b. Remaja (10-19 tahun) c. c. Dewasa Muda (20-21 tahun) B. Tujuan Tujuan Umum Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya Tujuan Khusus a. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinssip hidup sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan sekolah, perguruan agama, di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat b. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalah gunaan narkotika dan bahan berbahaya, alkohol, rokok dan sebagainya c. Meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi peserta didik ddik sekolah dan diluar sekolah d. Terciptanya lingkungan kehidupan sehat di sekolah C. Sasaran Masyarakat sekolah dari tingkat pendidik dasar sampai dengan tingkat pendidikan menengah termasuk perguruan agama,beserta lingkungannya, serta perguruan tinggi (tingkat 1 dan 2)
Kesehatan Remaja A. Pengertian Adalah pembinaan yang meliputi perencanaan, penilaian, pembimbingan dan pengendalian segala upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja dan peningkatan peran serta aktif remaja dalam perawatan kesehatan diri dan kesehaatan keluarga, dengan dukungan kerjasama lintas program dan lintas ssektoral B. Tujuan Tujuan Umum Meningkatnya kemampuan hidup sehat remaja sebagai unsur kesehatan keluarga, guna membina kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka meningkatkan ketahanan diri, prestasi dan peran aktifnya dalam pembangunan nasional Tujuan Khusus a. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang perkembangan biologik yang terjadi pada dirinya b. Menurunnya angka kehamilan dikalangan remaja c. Menurunnya angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan remaja d. Menurunnya angka kejadian Penyakit akibat hubungan seksual(PHS) di kalangan remaja e. Meningkatnya peran serta aktif keluarga dan masyarakat dalam upaya pembinaan kesehatan remaja. C. Sasaran Sasaran untuk wilayah Puskesmas a. Sasaran Remaja 1. Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam institusi pendidikan formal dan non formal di wilayah Puskesmas 2. Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam kelompok pekerja 3. Remaja berusia 10-19 tahun dalam kelompok masyarakat (Olahraga, Kesenian, PMI Remaja, Pramuka, Karang Taruna) b. Sasaran Pembina Remaja
1. 2. 3. c. -
Perkumpulan orang tua murid Pimpinan/supervisor/pembimbing kegiatan remaja Pimpinan kelompok pekerja/industri yang beranggotakan remaja Sasaran Pengelola Kegiatan Pimpinan pengelola program/upaya pelayanan kesehatana. Petugas Pelayanan Kesehatan
Keluarga Berencana A. Pengertian Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas. Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan pasangan usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka kelahiran nasional B. Tujuan Tujuan Umum Adalah terciptanya pelayanan yang berkualitas dengan penuh pengguna jasa pelayanan dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap pasangan usia subur mempunya kesempatan yang terbaik dalam mengatur jumlah, waktu dan jarak antar kehamilan guna merencanakan dan mewujudkan suatu keluarga kecil, bahagia dan sejahtra. Tujuan Khusus a. Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan KIE kepada pasangan usia subur dan keluarganya b. Memberikan pertolongan pertama/penanganan efek samping dan kegagalan metode kontrasepsi serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II) sesuai dengan kebutuhan c. Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan metoda kontrasepsi d. Meningkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan e. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam upaya KB f. Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur, calon pasangan usia subur, serta anggota keluarga yang lain dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan fungsi reproduksinya g. Melaksanakan penanganan infentaris pasangan usia subur yang berkualitas dan merunjuk ke fasilitas rujukan primer sesuai dengan kebutuhan h. Melaksanakan managemen terpadu pelayanan kontrasepsi yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindakan lanjutnya C. Sasaran a. Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur b. Calon pasangan usia subur c. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa menoupaus d. Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas e. WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase intervensi pelayanan KB.
5. Perbaikan Gizi masyarakat A. Pengertian Adalah kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat B. Program
Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas meliputi: 1. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) 2. Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI) 3. Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi Yang Terdiri Dari: a. Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) b. Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB) c. Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi Protein (KEP) Dan Kurang Energi Kronis (KEK) d. Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA) e. Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi Mikro Lain f. Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Gizi Lebih 4. Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG) C. Tujuan Tujuan Umum Menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat Tujuan Khusus 1. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk mewujudkan prilaku gizi yang baik dan benarsesuai denagn gizi seimbang 2. Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi warga dari berbagai institusi pemerintahan serta swasta 3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas gizi/petugas Puskesmas lainnya dalam merencanakan, melaksanakan, membina, memantau dan mengevaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat 4. Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi keluarga terhadap pencegahan dan penanggulangan masalah kelainan gizi 5. Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan/pelaporan masalah gizi dan tersedianya informasi situasi pangan dan gizi. D. Sasaran Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang beresiko menderita kelainan gizi antara lain: 1. Bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak usia sekolah 2. Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon pengantin (cantin), ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, dan usia lanjut (usila) 3. Semua penduduk rawan gizi (endemik) 4. Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi 5. Pekerja penghasilan rendah.
6. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan 1. Pelayanan Medik Rawat Jalan A. Pengertian Adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan (dokter) baik secara sendiri ataupun atas koordinasi bersama dengan sesama profesi maupun pelaksana penunjang pelayanan kesehatan lain sesuai dengan wewenangnya, untuk menyelesaikan masalah kesehatan dan menyembuhkan penyakit yang ditemukan dari pengguna jasa pelayanan kesehatan, dengan tidak memandang umur dan jenis kelamin, yang dapat diselenggarakan pada ruang praktek. B. Tujuan Tujuan Umum
Tujuan pelayanan medik rawat jalan adalah terwujudnya pengguna jasa dan keluarganya yang partisipatif, sehat sejahtera, badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara sosial dan ekonomi dengan baik Tujuan Khusus a. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatannya sendiri, trutama melalui peningkatan kesehatan dasar dan pencegahan penyakit b. Meningkatkan kesehatan ‘pengguna jasa pelayanan, dan komunikasi yang dilayani oleh Puskesmas c. Terselenggaranya pelayanan medik yang berkualitas serta melibatkan partisipasi keluarga terhadap perawatan untuk: I.Mengurangi penderitaan karena sakit II.Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan III.Memulihkan kesehatan fisik, psikis dan sosial d. Menurunnya angka morbidilitas penyakit di wilayah kerja Puskesmas. C. Sasaran Sasaran pelayanan medik rawat jalan yang diselenggarakan Puskesmas adalah semua anggota masyarakat dengan tidak memandang umur, dan tidak membedakan strata sosial. 2. Pelayanan Kedaruratan Medik A. Pengertian Adalah pelayanan medik terdepan yang merupakan penatalaksanaan kecelakaan dan keadaan kedaruratan medik berkenaan dengan perubahan keadaan baik fisiologik, anatomik dan mental psikologikal dari pengguna jasa pelayanan, yang terjadi mendadak, yang tindakan mengatasinya harus segera dilaksanakan di mulai dari tempat kejadian sampai dengan pelayanan medik untuk menyelamatkan kehidupan. B. Tujuan Tujuan pelayanan kecelakaan dan kedaruratan medik adalah memberikan pertolongan medik segera dengan menyelesaikan masalah kritis yang ditemukan untuk mengambil fungsi vital tubbuh serta meringankan penderitaaan dari pengguna pelayanan. C. Prinsip Kerja Pelayanan kedaruratan medik mempunyai prinsip-prinsip kerja khusus yang harus dilaksanakan, yaitu: a. Pertolongan harus cepat dan tepat b. Pertolongan harus memenuhi standar pelayanan tingkat primer, yaitu : - Menstabilkan kondisi medik untuk evakuasi ke tempat rujukan Memperbaiki jalan nafas dan pernafasan spontan, agar terjaminnya oksigenasi yang adekuat ke seluruh tubuh terutama otak - Memperbaiki sirkulasi darah - Menghilangkan dan mengurangi rasa nyeri - Melakukan tindakan invasif medik yang diperlukan c. Memberikan informed consent kepada keluarga penderita 3. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut A. Pengertian Adalah pelayanan gigi dan mulut yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan medik ataupun kesehatan yang berwenang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, yang dilaksanakan sendiri atau bersama menurut fungsinya masing-masing, gguna mengantisifasi proses penyakit gigi dan mulut dan permasalahannya secara keseluruhan, yang dapat dilaksanakan dalam prosedur pelayanan di kamar praktek dan dengan pembinaan kesehatan wilayah setempat.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi: a. Pelayanan kesehatan gigi dasar paripurna yang terintegrasi dengan program-program lain di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan gigi esensial yang terbanyak di butuhkan oleh masyarakat dengan mengutamakan upaya peningkatan dan pencegahan penyakit gigi. b. Pelayanan kesehatan gigi khusus adalah upaya perlindungan khusus, tindakan, pengobatan dan pemulihan masalah kesehatan gigi dan mulut serta pelayanan asuhan sistemik kesehatan gigi dan mulut. B. Tujuan Tujuan Umum Tujuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatkannya partisipasi anggota masyarakat dan keluarganya untuk bersama-sama mewujudkan tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimal Tujuan Khusus a. Meningkatnya kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat dalam kemampuan pemeliharaan diri di bilang kesehatan gigi dan mulut dalam mencari pertolongan sedini mungkin b. Meningkatkan kesehatan gigi pengguna jasa pelayanan, keluarga dan komunikasinya c. Terselenggaranya pelayanan medik gigi dan mulut yang berkualitas serta melibatkan partisipasi keluarga terhadap perawatan untuk: - Menghentikan perjalanan penyakit gigi dan mulut yang diderita - Terhindarnya/berkurangnya gangguan fungsi kunyah akibat kerusakan gigi dan mulut - Mengurangi penderita karena sakit - Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan - Memulihkan kesehatan gigi dan mulut d. Menurunnya prevelensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat terutama pada kelompok masyarakat yang rawan C. Sasaran Kelompok rentan untuk mendapatkan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu: a. Anak sekolah dasar (upaya kesehatan gigi sekolah) b. kelompok ibu hamil dan menyusui c. Anak pra sekolah d. Kelompok masyarakat lain berpenghasilam rendah e. Lansia
INDIKATOR ; OUT PUT/ OUT COME Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. Proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan diabetes. Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Penyakit Asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator telah menunjukkan bahwa prevalensi nya terus meningkat, khususnya pada anak anak. Masalah epidemologi mortalitas dan morbiditas penyakit asma masih cenderung tinggi, Menurut WHO yang bekerjasama dengan organisasi Asma di Dunia yaitu Global Astma Network atau GAN memprediksikan saat ini jumlah pasien asma didunia mencapai 334 juta orang, diperkirakan angka ini akan terus mengalami peningkatan sebanyak 400 jt orang pada tahu 2025 dan terdapat 250 ribu kematian akibat asma termaksud anak anak (GAN 2014). Di Indonesia termaksud dalam 10 besar penyakit penyebab kesakitan dan kematian adalah Asma. Angka kejadian asma tertinggi dari hasil survey RISKEDAS di tahun 2013 mencapai 4,5 % dengan penderita terbanyak adalah perepmpuan yaitu 4,6% dan laki-laki sebanyak 4,4 % . Dampak buruk Asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktifitas yang menurun, ketidak hadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, resiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. ( kemenkes RI 2014) Sedangkan dilihat berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 dalam pembahasan penyakit tidak menular ditemukan bahwa. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit kronis yang tidak ditularkan dari orang ke orang. PTM diantaranya adalah penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). PTM merupakan penyebab kematian hampir 70% di dunia. Didapatkan dari data Survei Indikator Kesehatan Nasional (SIRKESNAS) tahun 2016, prevalensi merokok secara nasional adalah 28,5%. Prevalensi merokok menurut jenis kelamin prevalensi pada laki-laki 59% dan perempuan 1,6%. Menurut tempat tinggal, prevalensi merokok pedesaan dan perkotaan tidak terlalu jauh berbeda namun demikian di perdesaan sedikit lebih tinggi (29,1%) dibandingkan dengan
perkotaan (27,9%). Menurut kelompok umur, prevalensi tertinggi pada usia 40-49 tahun sebesar 39,5%, sedangkan pada usia muda/ perokok pemula (≤ 18 tahun) sebesar 8,8%. Prevalensi penduduk dengan tekanan darah tinggi secara nasional sebesar 30,9%. Prevalensi tekanan darah tinggi pada perempuan (32,9%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki (28,7%). Prevalensi di perkotaan sedikit lebih tinggi (31,7%) dibandingkan dengan perdesaan (30,2%). Prevalensi semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur.
Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan berupa promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui perilaku CERDIK, yaitu Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stress. Cek kesehatan secara berkala yaitu pemeriksaan faktor risiko PTM dapat dilakukan melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM yang ada di desa/ kelurahan, dan di Puskesmas. Selain itu, upaya pengendalian PTM melalui pengendalian konsumsi rokok melalui implementasi Kawasan Tanpa Rokok di Sekolah-sekolah, hal ini sebagai upaya penurunan prevalensi perokok ≤ 18 tahun. Sedangkan untuk pengaturan makanan berisiko, diterbitkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang gula, garam dan lemak dalam makanan yang dijual bebas. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran lintas sektor, baik pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan masyarakat.
Beberapa kegiatan yang telah dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dalam upaya untuk mengendalikan penyakit tidak menular sampai dengan tahun 2017 adalah sebagai berikut. 1. Meningkatkan upaya pengendalian PTM di Puskesmas Pengendalian PTM di Puskesmas diwujudkan dengan adanya Puskesmas Pandu PTM.Puskesmas Pandu PTM adalah Puskesmas yang melaksanakan pencegahan dan pengendalian PTM secara komprehensif dan terintegrasi melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). Peningkatan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian PTM, baik secara perorangan maupun kelompok dilakukan melalui kegiatan UpayanKesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dengan membentuk dan mengembangkan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. Secara nasional terdapat 49,65% Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM secara terpadu (Puskesmas Pandu PTM).
2. Pos pembinaan terpadu peyakit tidak menular ( POSBINDU PTM) Posbindu PTM yang mulai dikembangkan pada tahun 2011 merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Kegiatan Posbindu PTM juga terintegrasi secara rutin di masyarakat, seperti di lingkungan tempat tinggal dalam wadah desa/kelurahan siaga aktif. Tujuan Posbindu PTM adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sasaran utama kegiatan adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.
3. Pengendalian Komsumsi Hasil Tembakau a. Perlindungan masyarakat terhadap paparan asap rokok melalui pengembangan kawasan tanpa rokok dengan mendorong terbentuknya peraturan dan kebijakan daerah serta implementasinya. b. Menyediakan layanan upaya berhenti rokok di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) baik primer dan sekunder maupun tersier. Selain itu juga, bagi masyarakat yang tidak sempat dan tidak dapat datang ke Fasyankes, disiapkan layanan konseling upaya berhenti merokok melalui telepon tanpa bayar. c. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat untuk hidup sehat tanpa rokok termasuk akibat merokok melalui iklan layanan masyarakat serta promosi kesehatan. d. Melakukan monitoring dan implementasi kebijakan pengendalian konsumsi hasil tembakau.
4. Deteksi dini kanker leher rahim dan payudara Kanker payudara dan kanker leher rahim merupakan jenis kanker yang tertinggi prevalensinya pada perempuan di Indonesia. Kedua kanker ini dapat ditemukan pada tahap yang lebih dini, akan tetapi saat ini kanker lebih sering diketahui pada stadium lanjut (70%) sehingga angka kematiannya tinggi. Kanker leher rahim dapat ditemukan pada tahap sebelum kanker (lesi prakanker) dengan metoda IVA dan papsmear.
DATA PROFIL KESEHATAN INDONESIA DAN RISKESDA Sebuah berita yang siarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Jakarta, 2 November 2018 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan telah menyelesaikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan secara terintegrasi dengan Susenas Maret (Badan Pusat Statistik). Terintegrasinya riset ini sangat penting karena dimungkinkan analisis yang lebih mendalam. Pengumpulan data Riskesdas yang dilakukan pada 300.000 sampel rumah tangga (1,2 juta jiwa) telah menghasilkan beragam data dan informasi yang memperlihatkan wajah kesehatan Indonesia. Data dan informasi ini meliputi Status Gizi; Kesehatan Ibu; Kesehatan Anak; Penyakit Menular; Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa, dan Kesehatan Gigi Mulut; Disabilitas dan Cidera; Kesehatan Lingkungan; Akses Pelayanan Kesehatan; dan Pelayanan Kesehatan Tradisional. Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa, dan Kesehatan Gigi Mulut Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi Penyakit Tidak Menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Prevalensi kanker naik dari 1,4% (Riskesdas 2013) menjadi 1,8%; prevalensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9%; dan penyakit ginjal kronik naik dari 2% menjadi 3,8%. Berdasarkan pemeriksaan gula darah, diabetes melitus naik dari 6,9% menjadi 8,5%; dan hasil pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8% menjadi 34,1%. Kenaikan prevalensi penyakit tidak menular ini berhubungan dengan pola hidup, antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, aktivitas fisik, serta konsumsi buah dan sayur. Sejak tahun 2013 prevalensi merokok pada remaja (10-18 tahun) terus meningkat, yaitu 7,2% (Riskesdas 2013), 8,8% (Sirkesnas 2016) dan
9,1% (Riskesdas 2018). Data proporsi konsumsi minuman beralkohol pun meningkat dari 3% menjadi 3,3%. Demikian juga proporsi aktivitas fisik kurang juga naik dari 26,1% menjadi 33,5% dan 0,8% mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan. Hal lainnya adalah proporsi konsumsi buah dan sayur kurang pada penduduk 5 tahun, masih sangat bermasalah yaitu sebesar 95,5%. Peningkatan proporsi gangguan jiwa pada data yang didapatkan Riskesdas 2018 cukup signifikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, naik dari 1,7% menjadi 7%. Untuk kesehatan gigi dan mulut, Riskesdas 2018 mencatat proporsi masalah gigi dan mulut sebesar 57,6% dan yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis gigi sebesar 10,2%. Adapun proporsi perilaku menyikat gigi dengan benar sebesar 2,8%. Dalam hasil utama RISKESDA 2018 Kementrian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengenbangan Kesehatan di laporkan tabel untuk Penyakit Tidak Menular sebagai berikud ;
RENCANA STRATEGI KEMENTRIAN KESEHATAN TAHUN 2015-2019
Berdasarkan KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/52/2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015-2019. Membahas terkait Penyakit Tidak Menular. Kecenderungan penyakit menular terus meningkat dan telah mengancam sejak usia muda. Selama dua dekade terakhir ini, telah terjadi transisi epidemiologis yang signifikan, penyakit tidak menular telah menjadi beban utama, meskipun beban penyakit menular masih berat juga. Indonesia sedang mengalami double burden penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular sekaligus. Penyakit tidak menular utama meliputi hipertensi, diabetes melitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Jumlah kematian akibat rokok terus meningkat dari 41,75% pada tahun 1995 menjadi 59,7% di 2007. Selain itu dalam survei ekonomi nasional 2006 disebutkan penduduk miskin menghabiskan 12,6% penghasilannya untuk konsumsi rokok. Oleh karena itu deteksi dini harus dilakukan dengan secara proaktif mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit tidak menular. Dalam rangka pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) antara lain dilakukan melalui pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Posbindu-PTM) yang merupakan upaya monitoring dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di masyarakat. Sejak mulai dikembangkan pada tahun 2011 Posbindu PTM pada tahun 2013 telah berkembang menjadi 7225 Posbindu di seluruh Indonesia. Indikator program pengendalian penyakit tidak menular pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut.Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM secara terpadu (Puskesmas Pandu PTM). 1. Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. 2. Persentase perempuan usia 30-50 tahun yang dideteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara. 3. Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal pada 50% sekolah.
DAFTAR PUSTAKA 1. Rencana Strategi Kementria Kesehatan tahun 2015-2019,Keputusan Menteri Kesehatan RI No.HK.02.02/MENKES /52/2015. Jakarta : KEMENKES RI 2015. 2. http/www. Departemen Kesehatan.go.id . KEMENKES RI.2014 3. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan .Kementrian Kesehatan RI. 2018 4. Profile Kesehatan Indonesia tahun 2017. Jakarta : KEMENKES RI 2018.