PERGAULAN YANG BAIK DALAM PRESPEKTIF ISLAM Sebagaimana kita ketahui, akhir-akhir ini kita banyak mendapatkan pelajaran dari fenomena yang terjadi dalam masyarakat, mulai dari persoalan-persoalan yang kecil sampai pada persoalan yang besar bahkan terkesan sadis dan tidak manusiawi. Adanya anak mencaci orang tua, anak membunuh orang tua, orang tua membunuh anak dan lain sebagainya. Kita menyaksikan juga bagaimana hancurnya hati orang tua yang menyaksikan putranya bersimbah darah ketika diadakan konser musik di Bandung yang banyak menelan korban jiwa. Mereka mati terinjak-injak akibat berdesakan diantara penonton. Memang sungguh memilukan dan memprihatinkan bagi semua pihak, tetapi apapun keadaannya, ini adalah masalah kita, kita merasa ikut bertanggungjawab atas semua kejadian itu dan sebagai wujud tanggung jawab itu adalah dengan menegakkan “amar ma’ruf nahi munkar”, sehingga pengorbanan mereka itu tidak sia-sia. Allah SWT telah memberikan konsep yang jelas tentang tata cara pergaulan yang baik di dalam Al-Quran, diantaranya: Pertama, jangan mengolok-olok orang lain. Maksudnya, dalam hidup bermasyarakat, kita dilarang mengolok-olok orang lain atau suatu golongan dengan kata-kata atau perbuatan yang menyakitkan, sehingga menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara mereka, sebab belum tentu orang yang diolok-olok atau yang diremehkan itu lebih rendah dibanding dia, boleh jadi orang yang diremehkan itu lebih baik dari orang yang meremehkan. Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengolok-olokkan kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka yang mengolok-olokkan”. (QS. Al-Hujurat : 11). Ketika seseorang menghina atau merendahkan orang lain, sesungguhnya dalam dirinya telah kemasukan sifat sombong dan ia tidak menyadari dengan perbuatannya itu dia telah merendahkan dirinya disisi Allah, dan tanpa dia sadari telah meletakkan dirinya pada posisi sebagai musuh Allah SWT. Kedua, jangan mencela, maksudnya adalah seorang muslim dilarang mencela muslim yang lain, walaupun beda partai, karena apabila seorang muslim mencela muslim lainnya, sesungguhnya dia telah mencela dirinya sendiri. Orang mu’min itu digambarkan oleh Nabi sebagai suatu bangunan yang kokoh. Rasulullah SAW bersabda: “Orang mu’min itu terhadap mu’min yang lain seperti suatu bangunan, yang satu mengokohkan bagian yang lainnya”. (HR. Tirmizi dan Nasa’i). Ketiga, mendamaikan. Maksudnya, apabila ada dua orang atau lebih atau dua golongan yang saling bersitegang atau bermusuhan, maka usahakan mendamaikannya dengan tujuan ingin meluruskan orang yang bersengketa itu. Oleh karena itu sebagai muslim, apabila kita melihat saudara kita yang sedang bermusuhan dianjurkan untuk mendamaikan sehingga membawa kepada kemaslahatan bersama. Allah SWT berfirman : “Dan jika ada dua golongan dari
orang-orang mu’min berperang, maka damaikanlah antara keduanya”. (Q.S. AlHujarat : 9) dan dalam ayat berikut Allah SWT memperingatkan: “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S. Al-Hujarat : 10). Keempat, jangan buruk sangka, maksudnya seorang muslim dilarang berburuk sangka kepada orang lain, buruk sangka kepada Allah yang telah melimpahkan segala karunia-Nya. Seorang muslim harus berbaik sangka kepada orang lain, apalagi kepada Allah. Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa”. (Q.S. Al-Hujarat : 12). Berprasangka baik kepada sesama artinya dalam hati dan pikiran kita tidak boleh terlintas adanya pikiran yang menyatakan orang lain itu akan mencelakakan kita dengan perkataan atau dengan perbuatannya, sebaliknya apa yang dilakukan orang lain itu adalah yang terbaik untuk mereka dan tidak bermaksud untuk menyakiti kita sebelum ada indikasi yang mengarah kepada usaha untuk menyakiti kita, namun kita juga harus tetap waspada terhadap segala kemungkinan yang akan menimpa diri kita. Kelima, jangan mencari-cari kesalahan orang lain. Maksudnya seorang muslim dilarang mencari-cari kesalahan orang lain. Hal ini juga akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam pergaulan, apabila seseorang mencari-cari kesalahan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkannya dan ia merasa bangga kalau sudah mampu menjatuhkannya dengan berbagai kesalahan yang telah berhasil ia sebarkan kepada orang lain, sehingga muncul ketidaksimpatisan masyarakat pada orang tersebut, maka terjadilah permusuhan diantara mereka. Biasanya hal ini muncul ketika seseorang sudah saling memperebutkan jabatan dalam organisasi, para kandidat sudah merancang strategi bagaimana bisa menjatuhkan kandidat lain, yang mereka sengaja mengungkapkan kesalahan-kesalahan lawannya, agar simpatisan mereka berpindah mendukung kepadanya. Allah SWT mengingatkan dalam hal ini : “Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain”. (Q.S. AlHujarat : 12). Apabila memang benar ada kesalahan orang lain, tapi itu merupakan aib bagi orang itu, maka Rasulullah melarang untuk mengungkit-ungkit aib tersebut, bahkan dianggap sebagai salah satu yang mengakibatkan terhapusnya amal kebaikan seorang hamba. Rasulullah SAW besabda : “Ada enam macam sikap yang dapat menghapuskan segala amal kebaikan, yaitu sibuk dengan meneliti aib orang lain, keras hati, cinta dunia, sedikit rasa malu, panjang angan-angan dan perbuatan zalim yang tak henti-hentinya”. (HR. Dailani) Keenam, memanggil dengan panggilan yang buruk. Maksudnya seseorang dilarang memanggil orang lain dengan mengganti nama yang menyakitkan, misalnya dengan menyebut seseorang sebagai kafir, murtad, fasik, munafik, syirik atau dengan panggilan lain yang menyakitkan. Allah SWT berfirman : “Dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seburuk-buruk panggilan
ialah panggilan yang buruk sesudah iman dan siapa saja yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Hujarat : 11). Disamping itu panggilan dengan gelar-gelar itu dapat menimbulkan permusuhan diantara mereka, tidak jarang sebuah permusuhan itu diawali oleh perkataan-perkataan yang saling merendahkan di antara mereka, apalagi kalau sampai melontarkan kata-kata kafir, sungguh merupakan kezaliman yang besar. Rasulullah SAW telah mengingatkan dengan tegas : “Siapa yang memanggil seseorang dengan kalimat, hai kafir atau musuh Allah, padahal yang dikatakan tu tidak demikian, maka akan kembali pada dirinya (kekafiran itu kembali pada orang yang mengatakan)”. (HR. Bukhari dan Muslim). Penutup Pergaulan dan persahabatan yang baik tidak sampai putus karena permasalahan yang tidak prinsip dan sepele atau karena informasi negatif yang belum jelas kebenarannya terhadap sahabat kita. Sebab sebagai sahabat sesama muslim mempunyai kewajiban terhadap saudaranya untuk saling tolong menolong. Allah SWT berfirman : “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan saling menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan”. (Q.S. Al-Maidah : 2). Wallahu A’lam.
Sebagaimana kita ketahui, akhir-akhir ini kita banyak mendapatkan pelajaran dari fenomena yang terjadi dalam masyarakat, mulai dari persoalan-persoalan yang kecil sampai pada persoalan yang besar bahkan terkesan sadis dan tidak manusiawi. Adanya anak mencaci orang tua, anak membunuh orang tua, orang tua membunuh anak dan lain sebagainya. Kita menyaksikan juga bagaimana hancurnya hati orang tua yang menyaksikan putranya bersimbah darah ketika diadakan konser musik di Bandung yang banyak menelan korban jiwa. Mereka mati terinjak-injak akibat berdesakan diantara penonton. Memang sungguh memilukan dan memprihatinkan bagi semua pihak, tetapi apapun keadaannya, ini adalah masalah kita, kita merasa ikut bertanggungjawab atas semua kejadian itu dan sebagai wujud tanggung jawab itu adalah dengan menegakkan “amar ma’ruf nahi munkar”, sehingga pengorbanan mereka itu tidak sia-sia. Allah SWT telah memberikan konsep yang jelas tentang tata cara pergaulan yang baik di dalam Al-Quran, diantaranya: Pertama, jangan mengolok-olok orang lain. Maksudnya, dalam hidup bermasyarakat, kita dilarang mengolok-olok orang lain atau suatu golongan dengan kata-kata atau perbuatan yang menyakitkan, sehingga menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara mereka, sebab belum tentu orang yang diolok-olok atau yang diremehkan itu lebih rendah dibanding dia, boleh jadi orang yang diremehkan
itu lebih baik dari orang yang meremehkan. Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengolok-olokkan kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka yang mengolok-olokkan”. (QS. Al-Hujurat : 11). Ketika seseorang menghina atau merendahkan orang lain, sesungguhnya dalam dirinya telah kemasukan sifat sombong dan ia tidak menyadari dengan perbuatannya itu dia telah merendahkan dirinya disisi Allah, dan tanpa dia sadari telah meletakkan dirinya pada posisi sebagai musuh Allah SWT. Kedua, jangan mencela, maksudnya adalah seorang muslim dilarang mencela muslim yang lain, walaupun beda partai, karena apabila seorang muslim mencela muslim lainnya, sesungguhnya dia telah mencela dirinya sendiri. Orang mu’min itu digambarkan oleh Nabi sebagai suatu bangunan yang kokoh. Rasulullah SAW bersabda: “Orang mu’min itu terhadap mu’min yang lain seperti suatu bangunan, yang satu mengokohkan bagian yang lainnya”. (HR. Tirmizi dan Nasa’i). Ketiga, mendamaikan. Maksudnya, apabila ada dua orang atau lebih atau dua golongan yang saling bersitegang atau bermusuhan, maka usahakan mendamaikannya dengan tujuan ingin meluruskan orang yang bersengketa itu. Oleh karena itu sebagai muslim, apabila kita melihat saudara kita yang sedang bermusuhan dianjurkan untuk mendamaikan sehingga membawa kepada kemaslahatan bersama. Allah SWT berfirman : “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang, maka damaikanlah antara keduanya”. (Q.S. AlHujarat : 9) dan dalam ayat berikut Allah SWT memperingatkan: “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S. Al-Hujarat : 10). Keempat, jangan buruk sangka, maksudnya seorang muslim dilarang berburuk sangka kepada orang lain, buruk sangka kepada Allah yang telah melimpahkan segala karunia-Nya. Seorang muslim harus berbaik sangka kepada orang lain, apalagi kepada Allah. Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa”. (Q.S. Al-Hujarat : 12). Berprasangka baik kepada sesama artinya dalam hati dan pikiran kita tidak boleh terlintas adanya pikiran yang menyatakan orang lain itu akan mencelakakan kita dengan perkataan atau dengan perbuatannya, sebaliknya apa yang dilakukan orang lain itu adalah yang terbaik untuk mereka dan tidak bermaksud untuk menyakiti kita sebelum ada indikasi yang mengarah kepada usaha untuk menyakiti kita, namun kita juga harus tetap waspada terhadap segala kemungkinan yang akan menimpa diri kita. Kelima, jangan mencari-cari kesalahan orang lain. Maksudnya seorang muslim dilarang mencari-cari kesalahan orang lain. Hal ini juga akan menimbulkan ketidakseimbangan dalam pergaulan, apabila seseorang mencari-cari kesalahan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkannya dan ia merasa bangga kalau sudah
mampu menjatuhkannya dengan berbagai kesalahan yang telah berhasil ia sebarkan kepada orang lain, sehingga muncul ketidaksimpatisan masyarakat pada orang tersebut, maka terjadilah permusuhan diantara mereka. Biasanya hal ini muncul ketika seseorang sudah saling memperebutkan jabatan dalam organisasi, para kandidat sudah merancang strategi bagaimana bisa menjatuhkan kandidat lain, yang mereka sengaja mengungkapkan kesalahan-kesalahan lawannya, agar simpatisan mereka berpindah mendukung kepadanya. Allah SWT mengingatkan dalam hal ini : “Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain”. (Q.S. AlHujarat : 12). Apabila memang benar ada kesalahan orang lain, tapi itu merupakan aib bagi orang itu, maka Rasulullah melarang untuk mengungkit-ungkit aib tersebut, bahkan dianggap sebagai salah satu yang mengakibatkan terhapusnya amal kebaikan seorang hamba. Rasulullah SAW besabda : “Ada enam macam sikap yang dapat menghapuskan segala amal kebaikan, yaitu sibuk dengan meneliti aib orang lain, keras hati, cinta dunia, sedikit rasa malu, panjang angan-angan dan perbuatan zalim yang tak henti-hentinya”. (HR. Dailani) Keenam, memanggil dengan panggilan yang buruk. Maksudnya seseorang dilarang memanggil orang lain dengan mengganti nama yang menyakitkan, misalnya dengan menyebut seseorang sebagai kafir, murtad, fasik, munafik, syirik atau dengan panggilan lain yang menyakitkan. Allah SWT berfirman : “Dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk, seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah iman dan siapa saja yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Hujarat : 11). Disamping itu panggilan dengan gelar-gelar itu dapat menimbulkan permusuhan diantara mereka, tidak jarang sebuah permusuhan itu diawali oleh perkataan-perkataan yang saling merendahkan di antara mereka, apalagi kalau sampai melontarkan kata-kata kafir, sungguh merupakan kezaliman yang besar. Rasulullah SAW telah mengingatkan dengan tegas : “Siapa yang memanggil seseorang dengan kalimat, hai kafir atau musuh Allah, padahal yang dikatakan tu tidak demikian, maka akan kembali pada dirinya (kekafiran itu kembali pada orang yang mengatakan)”. (HR. Bukhari dan Muslim). Penutup Pergaulan dan persahabatan yang baik tidak sampai putus karena permasalahan yang tidak prinsip dan sepele atau karena informasi negatif yang belum jelas kebenarannya terhadap sahabat kita. Sebab sebagai sahabat sesama muslim mempunyai kewajiban terhadap saudaranya untuk saling tolong menolong. Allah SWT berfirman : “Dan tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa dan jangan saling menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan”. (Q.S. Al-Maidah : 2). Wallahu A’lam.
KARTIKA A.S KELAS: VIII B
pErGauLaN bEbAs Di kaLanGan rEmAjA Masa remaja adalah masa yang paling berseri. Di masa remaja itu juga proses pencarian jati diri. Dan, disanalah para remaja banyak yang terjebak dalam pergaulan bebas. Menurut Program Manajer Dkap PMI Provinsi Riau Nofdianto seiring Kota Pekanbaru menuju kota metropolitan, pergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri yang hamil karena kecelakan padahal mereka tidak mengerti dan tidak tahu apa resiko yang akan dihadapinya,’’ kata cowok yang disapa Mareno ini pada Xpresi, Rabu (20/8) di ruang kerjanya. Sejak berdirinya Dkap PMI tiga tahun lalu, kasus HIV dan hamil di luar nikah terus mengalami peningkatan. Setiap bulan ada 10-20 kasus. Mereka yang sebagian besar kalangan pelajar dan mahasiswa ini datang untuk melakukan konseling tanpa didampingi orang tua. ‘’Rata-rata mereka berusia 16-23. Bahkan ada yang berusia 14 tahun datang ke Dkap untuk konsultasi bahwa ia sudah hamil. Mereka yang melakukan konseling, ada datang sendiri, ada juga dengan pasangannya. Sebagian besar orang tua mereka tidak tahu,’’ ujarnya. Meskipun begitu, lanjutnya para remaja yang mengalami ‘kecelakaan’ ini tak boleh dijauhi dan dibenci. ‘’Kita tidak pernah melarang mereka untuk melakukan hubungan seks, karena ketika dilarang atau kita menghakimi, mereka akan menjauhi kita. Makanya, Dkap disini merupakan teman curhat mereka dan kita memberikan solusi bersama. Seberat apapun masalahnya, kalau bersama bisa diatasi,’’ ungkapnya lagi. Bukan hanya remaja nakal saja yang terjebak, anak baik pun bisa kena. ‘’Anak baik yang disebut anak rumah pun ada yang mengalami ‘kecelakaan’,’’ ucapnya.
Oleh sebab itu, sangat diperlukan pancegahan dini dengan memberikan pengetahuan seks. ‘’Pendidikan seks itu sangat penting sekali. Tapi, di masyarakat kita pendidikan seks itu masih dianggap tabu. Berdasarkan pengamatan kami, banyaknya remaja yang terjebak seks bebas ini dikarenakan mereka belum mengetahui tentang seks. Seks itu bukan hanya berhungan intim saja. Tapi, banyak sekali, bagaimana merawat organ vital, mencegah HIV dan lainnya. Pelajari seks itu secara benar supaya kita bisa hidup benar,’’ tuturnya. Sementara itu, Martha Sari Uli pelajar SMAN 4 Pekanbaru mengaku interaksi bebas di kalangan remaja dalam pergaulan bebas, identik dengan kegiatan negatif. ‘’Banyak anak-anak remaja beranggapan bahwa masa remaja adalah masa paling indah dan selalu menjadi alasan sehingga banyak remaja yang menjadi korban dan menimbulkan sesuatu yang menyimpang,’’ ungkapnya ketika diminta komentarnya mengenai pergaulan bebas di kalangan remaja. Senada dengan itu, Debora Juliana juga pelajar SMAN 4 Pekanbaru mengatakan pergaulan bebas itu saat ini sudah tidak tabu lagi, dan banyak remaja yang menjadikannya budaya modern. ‘’Pergaulan bebas berawal ketika remaja mulai melakukan perbuatan yang keluar dari jalur norma-norma yang berlaku di sekitar kehidupan kita. Sekarang banyak banget anak-anak seumuran kita sudah keluar dari jalurnya,’’ ujar cewek kelahiran 18 Juli 1993. ‘’Kalo aku nggak pernah melakukan hal tersebut dan jangan sampai lah,’’ tambahnya. Di tempat terpisah, Ketua MUI Provinsi Riau Prof Dr H Mahdini MA mengatakan data yang ditemukan lebih banyak lagi anak-anak yang melakukan seks bebas. Maka diperlukan pencegahan. ‘’Saya meminta semua kalangan, baik para pendidik, orang tua, dan tokoh masyarakat agar memfungsikan tugas-tugas sosialnya,’’ pintanya. Banyaknya kalangan remaja yang melakukan seks bebas, lanjutnya diindikasikan ada jaringan tertentu yang menggiring anak-anak ke hal yang negatif. Oleh karena itu, MUI menghimbau untuk menutup tempat yang berbau maksiat. ‘’Menutup tempat maksiat itu jauh lebih penting demi generasi muda,’’ sarannya. Ditingkat pergaulan dalam kondisi hari ini, anak-anak bisa saja berbohong. Oleh sebab itu, sambungnya pengawasan orang tua harus diperketat. Tentu saja contoh perilaku orang tua sangat berperan. Ia berharap, semua sekolah-sekolah tanpa terkecuali memperkuat kembali kehidupan beragama. ‘’Kita harus menanamkan nilai-nila agama sejak dini sehingga mereka memiliki kepribadian yang kuat,’’ katanya. Hal yang sama juga diutarakan Drs Ali Anwar, kepala SMA 5 Pekanbaru. Menurutnya, akibat perkembangan zaman, ketika agama tidak lagi menjadi pokok dalam kehidupan banyak remaja yang terjebak dalam pergaulan bebas. ‘’Solusinya, kuatkan lagi ajaran agama. Baik di sekolah maupun di rumah agama merupakan kebutuhan pokok,’’ ucapnya. Selain itu, orang tua harus lebih memperhatikan anaknya. ‘’Orang tua dan anak harus selalu berkomunikasi. Sehingga tahu persoalan anak,’’ ungkapnya.