TUGAS PENDAHULUAN LABORATORIUM ANALISIS FARMASI
1. Kapan terjadi flouresensi dan fosforisensi? Jawab : Variabel yg berpengaruh pada flourosensi dan fosforisensi yaitu: a. Hasil kuantum (efisiensi kuantum, quatum yield) merupakan bilangan yang menyatakan perbandingan antara jumlah molekul yang berfluoresensi terhadap jumlah total molekul yag tereksitasi. Besarnya efisiensi kuantum (φ) adalah ; 0≤φ≤1 Nilai φ yang diharapkan adalah mendekati 1, yang berarti efisiensi fluorosensi sangat tinggi. Faktor struktur dan lingkungan yang menyebabkan nilai konstanta kecepatan untuk proses deaktifasi fluoresensi (Kf) yang tinggi dan nilai kontanta deaktifasi lain yang rendah akan membantu terjadinya fluoresensi. Peristiwa fluoresensi lebih banyak terjadi pada senyawa – senyawa yang mana tingkat energy electron tereksitasi yang paling rendah adalah keadaan tereksitasi π π*daripada senyawa yang mana tingkat tereksitasi paling rendah adalah n π* ; dengan kata lain efisiensi kuantum π π* lebih besar daipada efisiensi kuantum n π*. b. Pengaruh kekakuan struktur Fluoresensi dapat terjadi dengan baik jika molekul-molekul memiliki struktur yang kaku (rigid). Contoh fluoren memiliki efisiensi kuantum (φ) yang besar (mendekati 1) karena adanya gugus metilen, dibandinkan dengan bifenil yang memiliki efisiensi kuantum yang lebih kecil (sekitar 0,2). Kalau kita perhatikan antara fluoren dan bifenil hanya berbeda pada adanya gugus metilen (pada fluoren) yang menghubungkan 2 gugus fenil. c. Pengaruh suhu Bila suhu makin tinggi maka efisiensi kuantum fluoresensi makin berurang. Hal ini disebabkan pada suhu yang lebih tinggi, tabrakantabrakan antar molekul atau tabrakan molekul dengan pelarut menjadi lebih sering; yang mana pada peristiwa tabrakan, kelebihan energy molekul yang tereksitasi dilepaskan ke molekul pelarut. Jadi semakin
tinggi suhu maka terjadinya konversi ke luar besar (sehingga KKL juga besar), akibatnya efisiensi kuantum fluoresensi (φ ) berkurang. d.
Pengaruh pelarut - jika pelarut makn polar maka intensitas fluoresensi makin besar.
- jika pelarut mengandung atom – atom yang berat (Br, I atau senyawa yang lain) misal CBr4, C2H5I maka interaksi antara gerakan spin dengan gerakan orbital electron – electron ikatan lebih terjadi dan hal tersebut akan memperbesar laju lintasan antar system atau mempermudah pembentukan triplet sehingga kebolehjadian fluoresensi lebih kecil sedangkan kebolehjadian fosforesensi menjadi lebih besar. e. Pengaruh pH pH berpengaruh pada letak keseimbangan antara bentuk terionisasi dan bentuk tak terionisasi. Sifat fluoresensi dari kedua bentuk itu berbeda. f. Pengaruh oksigen terlarut Adanya gas oksigen akan memperkecil intensitas fluoresensi .Hal ini disebabkan oleh terjadinya oksidasi senyawa karena pengaruh cahaya. g. Pemadaman sendiri (self quenching) dan penyerapan endiri. Pemadaman sendiri disebabkan oleh tabrakan – tabrakan antar molekul zat itu sendiri. Tabrakan-tabrakan itu menyebabkan energy yang tadinya akan dilepaskan sebagai sinar fluoresensi ditransfer kemolekul lain akibatnya intensitas tidak berkurang.