Tinjauan Pustaka Skripsi 2016.docx

  • Uploaded by: iin
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tinjauan Pustaka Skripsi 2016.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,562
  • Pages: 28
TINJAUAN PUSTAKA

B. Tinjauan Umum Tentang Pengertian Promosi Kesehatan Istilah dan pengertian promosi kesehatan merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti: Pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan, KIE (Kominikasi, Informasi, Edukasi). Promosi kesehatan atau pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehtan sematan, akan tetapi didalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat (Fitriani, 2011) Promosi kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya. Memberdayakan adalah upaya untuk membangun daya atau mengembangkan kemandirian yang dilakukan dengan menimbulkan kesadaran, kemampuan, serta dengan mengembangkan iklim yang mendukung kemandirian. Dengan demikian, promosi

kesehatan

merupakan

upaya

mempengaruhi

masyarakat

agar

menghentingkan perilaku beresiko tinggi dan nenghentikan dengan perilaku yang aman atau paling tidak beresiko rendah. Program promosi kesehatan tidak dirancang “dibelakang meja”. Supaya efektif, program harus dirancang berdasarkan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat setempat (Kholid, 2012). Promosi Kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pemberdayaan masyarakat, yaitu melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat sesuai dengan lingkungan social budaya setempat, agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan (Fitriani, 2011).

15

Promosi

kesehatan

adalah

“memasarkan”

atau

“menjual”

atau

“memperkenalkan” pesan-pesan kesehatan atau “upaya-upaya” kesehatan, sehingga masyarakat “menerima”, atau “membeli” (dalam arti menerima perilaku kesehatan) atau “mengenal” pesan-pesan kesehatan tersebut, yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2011). Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melaluipembelajaran dari, oleh untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2010) Menurut Green (1984 dalam Notoatmodjo 2010), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan dan kondusif bagi kesehtan. Berdasarkan piagam Ottawa (Otawwa Charter: 1986) : “Health Promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve their health. To reach a state of complete physical, mental, and social well being, and individual or group must be able to identify and realize aspiration, to satisfy needs and to change or cope with the environment”. Dari kutipan ini jelas dinyatakan, bahwa promosi kesehatan adalah suatu

proses

untuk

memampukan

masyarakat

dalam

memelihara

dan

meningkatkan kesehatan mereka. Dengan kata lain, promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Green, 1984).

16

C. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas 1.

Pengertian Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009). Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan di tingkat kecamatan dan merupakan Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Upaya pelayanan yang diselenggarakan adalah : a.

Pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu upaya promotif dan preventif pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

b.

Pelayanan medik dasar yaitu upaya kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga melalui upaya perawatanyang tujuannya untuk menyembuhkan penyakit untuk kondisi tertentu Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu. Program Puskesmas merupakan program kesehatan dasar, meliputi : a.

Promosi kesehatan

b.

Kesehatan Lingkungan

17

c.

KIA & KB

d.

Perbaikan gizi

e.

Pemberantasan penyakit menularyang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik (laboratorium dan farmasi)

Pelayanan puskesmas dibagi menjadi dua, yaitu puskesmas rawat jalan dan puskesmas rawat inap. a.

Pelayanan rawat jalan rawat Jalan merupakan salah satu unit kerja di puskesmas yang melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik. Pada waktu yang akan datang, rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanan kesehatan di Puskesmas.

b.

Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengan kapasitas kurang lebih 10 tempat tidur. Rawat inap itu sendiri berfungsi sebagai rujukan antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang lebih mampu, atau dipulangkan kembali ke rumah. Kemudian mendapat asuhan perawatan tindak lanjut oleh petugas perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas yang bersangkutan di rumah pasien. Pendirian puskesmas harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1)

puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit,

18

2)

puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor dari puskesmas sekitarnya, puskesmas dipimpin oleh seorang dokter dan telah mempunyai tenaga yang memadai

3)

jumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari

4)

penduduk wilayah kerja puskesmas dan penduduk wilayah puskesmas

disekelilingnya

minimal

rata-rata

20.000

orang/Puskesmas. 5)

pemerintah daerah bersedia untuk menyediakan anggaran rutin yang memadai (Depkes RI, 2011).

2. Tujuan Puskesmas Tujuan

pembangunan

kesehatan

yang

diselenggarakan

oleh

puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2005). 3. Fungsi Puskesmas Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu

19

juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009). Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu

berupaya

menggerakkan

dan

memantau

penyelenggaraan

pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. 4. Peran Puskesmas Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikut sertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa mendatang, puskesmas juga dituntut

20

berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu (Effendi, 2009). 5. Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat Pemerintah Daerah, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan saran teknis dari kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih, wilayah kerja puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di ibukota Kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan “Puskesmas Pembina” yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendy, 2009). D. Tinjauan Umum Tentang PHBS Tatanan Rumah Tangga 1. Definisi Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku

yangdipraktekkan

atas

dasar

kesadaran

sebagai

hasil

pembelajaran yang menjadikanseseorang atau keluarga dapat menolong

21

diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehatmenjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga olehkarena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara, dan ditingkatkan oleh setiap anggotarumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak. Rumah tangga sehat berartimampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumahtangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes, 2007). PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu tatanan rumah tangga sehat dapat diwujudkan dengan perilaku sehat dan lingkungan sehat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga Sehat. 2. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan

22

masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. 3. Indikator PHBS tatanan rumah tangga Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu penilaian. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga, adalah: 1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya). 2. Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan; 3. Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota-anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya; 4. Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang

berasal dari air dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung dan penampungan air hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah. 5. Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir;

23

6. Mencuci tangan pakai sabun : Mencuci tangan di air mengalir dan memakai sabun dapat menghilangkan berbagai macam kuman dan kotoran yang menempel di tangan sehingga tangan bersih dan bebas kuman; 7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Lakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup). 8. Tidak merokok di dalam rumah, adalah penduduk / anggota keluarga umur 10 tahun keatas tidak merokok di dalam rumah selama ketika berada bersama anggota keluarga lainnya selama 1 bulan terakhir. 9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/ anggota keluarga umur 10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir melakukan aktifitas fisik (sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari. 10. Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir (Depkes RI , 2013). 4. Strategi pencapaian PHBS Kebijakan

Nasional

Promosi

kesehatan

menetapkan tiga

strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu (Notoatmodjo, 2007)

24

a. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment) Merupakan proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan agar sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude, dan practice. Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. b. Bina Suasana (Social Support) Upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana antara lain: 1) Pendekatan individu 2) Pendekatan kelompok 3) Pendekatan masyarakat umum c. Advokasi (Advocacy) Upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungandari pihakpihak terkait (stakeholders). Pihak-pihak terkait ini dapat berupa tokoh masyarakat formal yang berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan Dan penyandang dana pemerintah. Selain itu, tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain sebagainya dapat berperan sebagai penentu kebijakan tidak tertulis dibidangnya atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Sasaran advokasi terdapat tahapan-tahapan yaitu: 1) Mengetahui adanya masalah 2) Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah

25

3) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah 4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah 5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan E. Strategi Global Promosi Kesehatan Strategi adalah cara yang digunakan dalam mencapai apa yang diinginkan dalam promosi kesehatan sebagai penunjang dalam program-program kesehatan yang lain seperti pemberantasan penyakit menular dan lain sebagainya. Strategi ini diperlukan dalam mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan. Adapun strategi yang digukan dalam mewujudkan promosi kesehatan diantaranya adalah dengan strategi global. Berikut ini adalah 3 langkah strategi global 1. Advokasi Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan atau atau penentu kebijakan diberbagai sektor, dan diberbagai tingkat sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan. Kegiatan Advokasi ada bermacam-macam bentuk baik secara formal ataupun informal. Secara formal misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang isu atau usulan program yang ingin

26

dimintakan dukungan dari para pejabat terkait. Kegiatan Advokasi secara informal misalnya berkunjung kepada para pejabat relevan dengan program yang diusulkan, untuk secara informal minta dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, atau dalam bentuk dana atau fasilitas lain (Hartono, 2010). Kegiatan memberikan

bantuan kepada masyarakat

dengan

membuat keputusan (decision makers) dan penentu kebijakan (policy makers) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang dibidang kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan. Advokasi ini lebih menyentuh pada pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan memperhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan mempengaruhi para pembuat kebijakan untuk dapat membuat peraturanperaturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud di masyarakat (Kapalawi 2007). Dengan demikian, para pembuat keputusan akan mengadakan atau mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, undangundang, instruksi yang di harapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum. Strategi ini akan berhasil jika sasarannya tepat. Bentuk dari advokasi berupa lobbying melalui pendekatan atau

27

pembicaraan-pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan, penyajian isu-isu atau masalah-masalah kesehatan yang mempengaruhi kesehatan masyrakat setempat dan seminar-seminar kesehatan (Mubarak, 2009). a. Tujuan advokasi adalah untuk mendorong dan memperkuat suatu perubahan dalam kebijakan, program atau legalisasi, dengan memperkuat basis dukungan sebanyak mungkin. b. Advokasi berfungsi untuk memepromosikan suatu perubahan dalam kebijakan program atau peraturan dan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak lain. c. Persyaratan untuk advokasi 1) Cridible, di mana program yang ditawarkan harus dapat meyakinkan para penentu kebijakan atau para pembuat keputusan, oleh karena itu harus di dukung akurasi data dan masalah. 2) Feasible, program yang di tawarkan harus mampu dilaksanakan secara teknik politik maupun teknik sosial. 3) Relevant 4) Urgent, program yang ditawarkan harus mempunyai prioritas tinggi. d. Pendekatan kunci advokasi 1) Melibatkan para pemimpin atau pengambil keputusan 2) Menjalin kemitraan

28

3) Memobilisasi kelompok peduli. Advokasi ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para kepala keluarga/bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar para pengambil keputusan di tingkat keluarga/nunah tangga dapat meneladani dalam berperilaku sehat, memberikan dukungan, kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada anggota keluarga dan lingkungan disekitarnya. Advokasi ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau pengambil keputusan, seperti Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat kabupaten/kota, yang secara fungsional maupun struktural pembina program kesehatan di wilayahnya. Tujuannya adalah agar para pimpinan atau pengambil keputusan mengupayakan kebijakan, program atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya peraturan tertulis, dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan (Notoatmodjo, 2010). Advokasi

adalah

suatu

kegiatan

yang

diharapkan

akan

mengahasilkan suatu produk, yakni adanya komitmen politik dan dukungan kebijakan dari penentu kebijakan atau pembuat keputusan. Advokasi sebagai suatu kegiatan adalah sudah barang tentu mempunyai masukan (input), proses, dan keluaran (output). Oleh sebab itu apabila kita akan menilai keberhasilan advokasi, maka kita harus menilai tiga hal tersebut. Penilaian tiga hal ini didasarkan pada indikator-indikator yang jelas. Dibawah ini akan diuraikan tentang evaluasi advokasi serta

29

indikator-indikator evaluasai tentang 3 komponen tersebut menurut Notoatmodjo (2010) 2. Bina Suasana Bina Suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) memiliki opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses Pemberdayaan Masyarakat, khususnya dalam upaya mengajak para individu meningkat dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana (Depkes RI, 2006). Pada pelaksanaannya terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu (1) Pendekatan Individu, (2) Pendekatan Kelompok, dan (3) Pendekatan Masyarakat Umum (Depkes RI, 2006), dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Bina Suasana Individu, ditujukan kepada individu tokoh masyarakat. Melalui pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarluaskan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan. Mereka juga diharapkan dapat menjadi individuindividu panutan dalam hal perilaku yang sedang diperkenalkan dengan bersedia atau mau mempraktikkan perilaku yang sedang

30

diperkenalkan tersebut misalnya seorang pemuka agama yang rajin melaksanakan 3 M yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur demi mencegah munculnya wabah demam berdarah. Lebih lanjut bahkan dapat diupayakan agar mereka bersedia menjadi kader dan turut menyebarluaskan informasi guna menciptakan suasana yang kondusif bagi perubahan perilaku individu. 2. Bina Suasana Kelompok, ditujukan kepada kelompok-kelompok dalam masyarakat, seperti pengurus Rukun Tetangga (RT), pengurus Rukun Warga (RW), kelompok keagamaan, perkumpulan seni,

organisasi

profesi,

organisasi

wanita,

organisasi

siswa/mahasiswa, organisasi pemuda, dan lain-lain. Pendekatan ini dapat dilakukan oleh dan atau bersama-sama dengan pemuka/tokoh masyarakat yang telah peduli. Diharapkan kelompok-kelompok tersebut

menjadi

peduli

terhadap

perilaku

yang

sedang

diperkenalkan dan menyetujui atau mendukungnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa kelompok tersebut lalu bersedia juga mempraktikkan

perilaku

yang

sedang

diperkenalkan,

mengadvokasi pihak-pihak yang terkait, dan atau melakukan kontrol sosial terhadap individu-individu anggotanya. 3. Bina Suasana Masyarakat Umum, dilakukan terhadap masyarakat umum

dengan

membina

dan

memanfaatkan

media-media

komunikasi, seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet, dan lain-lain, sehingga dapat tercipta pendapat umum. Dengan

31

pendekatan ini diharapkan media-media massa tersebut menjadi peduli dan mendukung perilaku yang sedang diperkenalkan. Suasana atau pendapat umum yang positif ini akan dirasakan pula sebagai pendukung atau “penekan” (social pressure) oleh individuindividu anggota masyarakat, sehingga akhirnya mereka mau melaksanakan perilaku yang sedang diperkenalkan. Strategi bina suasana dilakukan melalui: (1) Pengembangan potensi budaya masyarakat dengan mengembangkan kerja sama lintas sektor termasuk organisasi kemasyarakatan, keagamaan, pemuda, wanita serta

kelompok

media

massa;

dan

(2)

Pengembangan

penyelenggaraan penyuluhan, mengembangkan media dan sarana, mengembangkan metode dan teknik serta hal-hal lain yang mendukung penyelenggaraan penyuluhan. Dukungan sosial di tingkat keluarga menurut Notoatmodjo (2010), strategi ini ditujukan kepada para kepala keluarga/suami/bapak ibu. kakek. nenek. dan lain-lain. Tujuannva adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan

atau

menciptakan

suasana

yang

mendukung

dilaksahakannva PHBS di lingkungan keluarga. Caranya antara lain melalui anjuran untuk selalu datang ke Posyandu mengingatkan anggota keluarga untuk tidak merokok di dekat ibu hamil dan balita. Dukungan sosial di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasar sekunder, seperti petugas kesehatan, kader, lintas sektor, lintas program Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), yang peduli kesehatan, dan media

32

masa. Tujuannya adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya PHBS. Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, semin studi banding, pelatihan. Langkah-langkah pengembangan dukungan sosial : a. Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan dukungan suasana, seperti : demonstrasi, pelatihan, sosialisasi, orientasi. b. Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap tatanan dalam bentuk adanya komitmen, dan dukungan sumber daya. c. Mengembangkan metoda dan teknik dan media yang telah diuji coba dan disempurnakan. d. Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan 3. Pemberdayaan masyarakat Pemberdayaan adalah sebuah konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan barat, terutama eropa (Kholid, 2010). Pemberdayaan masyarakat di butuhkan dalam kaitannya supaya masyarakat memperoleh kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Upaya ini dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan, pengorganisasian pembangunan masyarakat (PPM) dalam bentuk pelatihan

keterampilan

dalam

rangka

meningkatkan

pendapatan

masyarakat (keluarga) seperti (keterampilan beternak, berdagang, menukang dan kegiatan lain sebagainya). Oleh karena itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat lebih lebih pada kegiatan penggerakan

33

masyarakat untuk kesehatan seperti dana sehat, pengobatan gratis, kerja bakti, dan lain sebagainya. Kegiatan ini sering disebut Gerakan Masyarakat Untuk Kesehatan. (Mubarak, 2009) Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Secara lugas dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia

atau

masyarakat

melalui

pengembangan

kemampuan

masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Dari definisi tersebut terlihat ada 3 tujuan utama dalam pemberdayaan

masyarakat

yaitu

mengembangkan

kemampuan

masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat. Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak sekali seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Perilaku masyarakat yang perlu diubah tentunya perilaku yang merugikan masyarakat atau yang menghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Contoh yang kita temui dimasyarakat seperti, anak tidak boleh sekolah, ibu hamil tidak boleh makan telor, yang membicarakan rencana pembangunan desa

34

hanya kaum laki-laki saja, dan masih banyak lagi yang dapat kita temui dimasyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar bagi perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita. Ada empat prinsip kegiatan kesehatan masyarakat : sentralitas keputusan berada ditangan masyarakat, peran provider hanya sebagai fasilitator, kegiatan utama ditujukan untuk mengatasi kerugian, tekanan dan diskriminasi yang dihadapi masyarakat. Kegiatan tidak terbatas pada aspek kesehatan tetapi berkenaan dengan suatu keadaan sehat (Notoatmodjo, 2010). Konsep pemberdayaan menurut WHO (1998) dikemukakan sejak dicanangkannya Strategi Global WHO tahun 1984 yang ditindaklanjuti dengan rencana aksi dalam Piagam Ottawa tahun 1986. Dalam deklarasi tersebut dinyatakan tentang perlunya mendorong terciptanya : a. Kebijakan berwawasan kesehatan b. Lingkungan yang mendukung c. Reorientasi dalam pelayanan kesehatan d. ketrampilan individu

35

e. Gerakan masyarakat. Tujuan pemberdayaan menurut Ngatimin (2010) adalah membantu klien memperoleh kemampuan untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka. Paling tidak ada 3 syarat dalam proses pemberdayaan masyarakat, yaitu : a. Kesadaran, kejelasan serta pengetahuan tentang apa yang akan dilakukan b. Pemahaman yang baik tentang keinginan berbagai pihak tentang halhal apa,dimana,dan siapa yang akan diberdayakan c. Adanya kemauan dan

ketrampilan kelompok sasaran

untuk

menempuh proses pemberdayaan. Pemberdayaan kesehatan (health empowerment), sadar kesehatan (health literacy) dan promosi kesehatan (health promotion) diletakkan dalam kerangka pendekatan yang komprehensif. Gerakan masyarakat di tingkat keluarga/Rt, strategi ini ditujukan kepada anggota keluar seperti bapak, ibu yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk lingkungannya dengan cara menjadi kader posyandu. Tujuannya agar kelompok sasaran meningkat pengetahuannya kesadaran maupun kemampuannya, sehingga dapat berperilaku sehat caranya dengan penyuluhan perorangan. kelompok, membuat gerak PHBS. Ditingkat petugas strategi ini ditujuk kepada sasaran primer. meliputi pimpinan puskesmas. kepala dinas kesehatan, pemuka masyarakat. Tujuannya meningkatkan motivasi

3 6

petugas untuk membantu masyarakat untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan caranva antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan (Notoatmodjo, 2007).

F. Kerangka Teori Kerangka teori yang dijadikan acuan ialah konsep yang dikemukakanoleh Eviyanti R. (2008) Peraturan Pemerintah Advokasi (Advocacy)

I n d i v i d u

Strategi Promkes

Dukungan Sosial (Sosial Support)

Masyarakat Kelompok

Pem berd ayaa n (Emp ower ment )

Petugas Kesehatan

Pembinaan

Gambar I Kerangka Teori (Elvina R 2008)

G. Kerangka Konseptual Program PHBS tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan rumah tangga, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

Advokasi Program PHBS RumahtatananTanggarumah tangga

Bina Suasana

Pemberdayaan

Gambar.II. Variabel Penelitian Keterangan : = Variabel yang diteliti

Definisi konsep dari kerangka konsep adalah sebagai berikut 1. Advokasi yaitu kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik di bidang kesehatan maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap public agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan

38

kesehatan public baik berupa aturan maupun peneyedian dana atau sarana dan prasarana. 2. Bina Suasana yaitu kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat baik formal maupun informal yang mempunyai pengaruh dimasyarakat serta keterlibatan pemerintah setempat dalam mendukung program 3. Pemberdayaan masyarakat yaitu jenis-jneis kegitan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan baerdasarkan sasaran dan pendekatan yang dilakukan dimasyarakat dalam upaya meningkatkan PHBS tatanan rumah tangga dimasyarakat

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2004. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.Jakarta : Departemen Kesehatan RI . 2007. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/SK/V/2007 Tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Dinas Kesehatan Kota Kendari. 2013. Data PHBS Tatanan Rumah Tangga Sekota Kendari tahun 2013. Kendari :Dinas Kesehatan Kota Kendari Dinas Kesehatan Kota Kendari. 2014. Data PHBS Tatanan Rumah Tangga Sekota Kendari tahun 2014. Kendari :Dinas Kesehatan Kota Kendari Effendi. 2009. Promosi Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit. Jakarta: Rineka Cipta Elvina R. 2008. Strategi Program Promosi Kesehatan Dalam Pembinaan Masyarakat di Kelurahan Tipulu Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari Tahun 2009. Kendari : Skripsi Ewles, Linda. 1994. Promosi Kesehatan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Fitriani, 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Kapawali. Irwandi. 2007. Tantangan Bidang Promosi Kesehatan Dewasa Ini. Dalam Irwandykapalawi.wordpress.com, diakses tanggal 11 Februari 2016. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Kholid Ahmad. (2014). Promosi Kesehatan dengan pendekatan teori perilaku, media dan aplikasinya. Jakarta: Rajawali pers. Kuron M, Rattu M, & Pangemanan J. (2014). Analisis Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Bahu Kecamatan Malayang Kota Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado. Mubarak, W.I., & Chayatin, N. (2009). Ilmu kesehatan masyarakat teori dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. 81

82

Ngatimin, H. M. Rusli. 2000. Promosi Kesehatan Menjiwai Disentralisasi di Bidang Kesehatan Menuju Indonesia Sehat Tahun 2010. PPS-UNHAS. Makassar. _______. 2003. Ilmu perilaku kesehatan. Yayasan PK-3. Makassar. Notoatmodjo, S. (2005). Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Notoadmodjo, S. (2010). Pemberdayaan masyarakat. Jakarta :Rineka Cipta . (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta. ____________. (2010). Promosi kesehatan teori dan aplikasi edisi revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta. ____________. (2011). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni edisi revisi 2011. Jakarta: Rineka Cipta. ____________. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pangemanan M, Maramis F, & Kawulur M. (2014). Analisis Pelaksanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas teling atas Kecamatan Wanea Kota Menado. Jurnal. Riskesdas, 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. Sampoerno D. (Ketua Kolegium Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat/IAKMI) Seimbangkan Upaya Preventif dan Kuratif. www.xamthone.com. Diposkan hari Senin tanggal 18 Oktober 2010). Sugiharto, 2011. Gambaran Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Ranotana Weru Kecamatan Wanea Kota Manado. Skripsi. Manado. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Tawi. Mirzal. 2008. Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan. diambil darihttp://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/pemberdayaan masyarakat-dalampromkes, diakses tanggal 11 Februari 2009.

WHO, 1998, Health Promotion Glossary. Geneva: WHO. Jakarta. Yusril. 2008. Strategi Promosi Kesehatan pada Masyarakat Da’a di Desa Kasoloang kecamatan Bambalamotu, kabupaten Mamuju Utara. Universitas Hasannuddin. Makassar.

Related Documents

Tinjauan Pustaka
May 2020 27
Tinjauan Pustaka
October 2019 43
Tinjauan Pustaka
June 2020 32
Tinjauan Pustaka
October 2019 49
Tinjauan Pustaka
June 2020 35

More Documents from "I Gede Gegiranang Wiryadi"

Doc2 - Copy.docx
November 2019 39
8842-17479-1-sm(1)
October 2019 35
Materi & Tugas Bar 1.pdf
November 2019 33
Kegelisahan.docx
November 2019 46
Sumber Ajaran Islam 02.docx
November 2019 46
Jurnal
October 2019 47