Tinea Versikolor.docx

  • Uploaded by: Saur Maria Fitri Sinambela
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tinea Versikolor.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,064
  • Pages: 9
BAB II ISI

A.

DEFENISI Tinea versikolor (panu) adalah infeksi jamur superficial yang ditandai dengan

adanya macula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipatan paha, lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut.

2

B.

SINONIM Tinea versikolor ini juga bias disebut pitiriasis versikolor, kromofitosis,

dermatomikosis, liver spots, tinea flava, pitiriasis versikolor flava dan panau.

C.

EPIDEMIOLOGI Tinea versikolor ini adalah penyakit universal dan biasanya banyak ditenukan

didaerah tropis. Tinea versikolor ini juga terjadi di seluruh dunia, dengan prevalensi yang dilaporkan sebanyak 50% dilingkungan yang panas dan lembab dan hanya 1,1% di temperature yang lebih dingin. Prevalensi Tinea versikolor di Indonesia sekitar 28% dari populasi.

D.

ETIOLOGI Penyebab penyakit ini adalah Malassezia Furfur (dahulu dikenal sebagai

Pityrosporum Orbiculare, Pityrosporum Ovale) merupakan jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat masa pubertas dan diluar masa itu.

3

Alasan mengapa organisme ini menyebabkan panu, pada beberapa orang sementara tetap sebagai flora normal pada orang lainnya, belumlah diketahui. Faktor predisposisi yang memudahkan timbulnya Tinea versikolor: 1. Malnutrisi Kehamilan. 2. Pemakaian obat steroid yang lama. 3. Obat kontrasepsi. 4. Semua penyakit yang dapat menurunkan kekebalan tubuh seseorang.

E.

PATOFISIOLOGI Tinea versikolor disebabkan oleh organism lipofilik dimorfik, Malassezia

furfur, yang hanya dapat dikultur pada media yang diperkaya dengan asam lemak berukuran C12 sampai C14. Malassezia furfur atau yang juga dikenal dengan nama singkat M.furfur merupakan salah satu anggota dari flora kulit manusia normal dan ditemukan pada bayi sebesar 18% sedangkan pada orang dewasa mencapai 90-100%. Kulit penderita penyakit ini dapat mengalami hipopigmentasi atau hiperpigmentasi. Pada kasus hipopigmentasi, inhibitortysinase: ”hasil dari aksi/kerja inhibitor tyrosinase dan asam dicarboxylic yang terbentuk melalui oksidasi beberapa asam lemak tak jenuh pada lemak di permukaan kulit”. Secara kompetitif menghambat enzim yang diperlukan dari pembentukan pigmen melanocyte. Pada kasus tinea versikolor dengan macula hiperpigmentasi, organisme memicu pembesaran melanosom yang dibuat oleh melanosit di lapisan basal epidermis.

F.

PATOGENESIS Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya tinea

versikolor ialah pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat dan pityrosporum ovale yang berbentuk oval. Keduanya merupakan organism yang sama, dapat berubah sesuai dengan lingkungannya, misalnya suhu, media, dan kelembaban. Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium, factor predisposisi menjadi pathogen dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan

4

diantaranya oleh defisiensi imun. Eksogen dapat karena factor suhu, kelembaban udara dan keringat.

G.

GEJALA KLINIS Perjalanan penyakit ini termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan :

“Biasanya timbul macula dalam berbagai ukuran dan warna, ditutupi sisik halus dengan rasa gatal, atau tanpa keluhan dan hanya gangguan kosmetik saja”. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari atau kemungkinan pengaruh toksis jamur terhadap pembentukan pigmen, sering dikeluhkan penderita. Kelainan biasanya asimtomatik sehingga adakalanya penderita tidak mengetahui bahwa ia berpenyakit tersebut. Menurut BURKE (1961) ada beberapa factor yang mempengaruhi infeksi, yaitu: 1. Faktor herediter 2. Penderita yang sakit kronik atau yang mendapat pengobatan steroid 3. Malnutrisi. Kelainan kulit tinea versikolor sangat suferfisial dan ditemukan terutama di badan. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak berwrana-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu wood. Bentuk papulo-vesikuler dapat terlihat walaupun jarang.

5

6

H.

DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis pemeriksaan fluoresensi, lesi

kulit dengan lampu wood, dan sediaan langsung. Gambaran klinis dapat dilihat, fluoresensi lesi kulit pada pemeriksaan lampu wood berwarna kuning keemasan dan pada sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan spora-spora bulat yang dapat berkelompok.

I.

DIAGNOSIS BANDING

1. Eritrasma, etiologi : corynebacterium minutissima. Dengan sinar wood: fluoresensi ‘coral red’. 2. Pitiriasis rosea. Gambaran efloresensi sejajar dengan garis-garis kulit, ada ‘medallion’ atau herald patch. Kerokan kulit: hifa, spora negative;sinar wood negative. 3. Dermatitis Seboroika. Biasanya gatal, lesi eritmatosa difus yang ditutupi skuama halus dan kasar.

J.

PENGOBATAN

*TOPIKAL Pengobatan topical diberikan pada tinea versikolor yang terbatas, dan angka kekambuhan tinggi : 1. Ketoconazole Shampo Shampo dengan kandungan ketoconazole 2% digunakan setiap 3 hari dengan mengoleskan mulai dari bawah kepala sampai paha. Shampo harus dibiarkan selama 5 menit baru kemudian dibilas. 2. Selenium sulfide suspension 2,5% Digunakan setiap hari selama 7 hari berturut-turut didiamkan selama 10 menit kemudian dibilas dan biasanya 87% telah mengalami penyembuhan selama 2 minggu.

7

3. Antifungal topical Cream atau salep yang mengandung miconazole, ketoconazole, clotrimazole, econozole, atau ciclopirox elamine sangat ampuh untuk menghilangkan panu. Cream dioleskan pada daerah yang terkena panu 1-2 kali setiap hari selama 24 minggu. *OBAT SISTEMIK Pengobatan ini diberikan pada pasien dengan panu yang luas diseluruh tubuh dan panu yang tidak merespon baik dengan pengobatan topical serta terjadi kekambuhan yang berulang. 1. Itraconazole, dosis 200 mg 4 x 1 selama 7 hari akan memberikan kesembuhan sebesar 89% pada 4 minggu pengobatan. 2. Fluconazole, dosis 300-400 mg. Dosis tunggal dan dapat diulang setelah 2 minggu jika diperlukan. 3. Ketoconazole, dosis tunggal 400mg Pasien disarankan untuk tidak mandi selama 12 jam sehingga memberi kesempatan terjadinya akumulasi obat di kulit.

K.

PROGNOSIS Baik. Bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsiste.

L.

SARAN Jika panu sudah dapat dihilangkan, langkah yang penting adalah bagaimana

mencegah timbulnya kembali panu tersebut (recurrent). Pencegahan ini dapat dilakukan dengan menggunakan ketoconazole shampoo 2% atau selenium sulfide 2,5% sekali seminggu mulai dari leher sampai ke bagaian paha dan didiamkan selama 5-10 menit baru kemudian dibilas. Yang lebih penting adalah menjaga hiegine pribadi, meningkatkan daya tahan tubuh, mencegah obesitas dan pengobati penyakit yang menurunkan daya tahan tubuh serta menjaga agar tubuh tidak lembab.

8

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN 1. Tinea versikolor adalah infeksi jamur superficial yang ditandai dengan adanya macula di kulit, skuama halus disertai rasa gatal. 2. Biasanya dapat terjadi dimana saja di permukaan kulit, lipatan paha, ketiak, leher punggung, dada, lengan, wajah, dan tempat-tempat tak tertutup pakaian. 3. Efloresensi pada tinea versikolor ini berupa macula yang dapat hipopigmentasi, kecoklatan, keabuan atau kehitam-hitaman dalam berbagai ukuran, dengan skuama halus didalamnya. 4. Prognosi baik.

9

DAFTAR PUSTAKA

1. Saripati Penyakit Kulit Edisi 2 Prof. Dr. R.S. Siregar, Sp.KK(K) 2. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima Fakulas Kedokteran Universitas Indonesia 3. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine (Two Vol. Set) 6th edition (May 23, 2003): by Irwin M. Freedberg (Editor), Arthur Z. Eisen (Editor), Klauss Wolff (Editor), K. Frank Austen (Editor), Lowell A. Goldsmith (Editor), Stephen Katz (Editor) By McGraw-Hill Professional. 4. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy 4th edition (October 27, 2003) by Thomas P., Md. Habif, Thomas P. Habif By Mosby. 5. www.google.com(gambar)

10

Related Documents

Tinea Korporis.docx
November 2019 37
Tinea Leaflet.docx
December 2019 21
Tinea Pedis.docx
June 2020 16
Tinea Versikolor.docx
December 2019 26
Tutklin Tinea Capitis
October 2019 23

More Documents from "Al Mar'atus Sholihah"

Surat Permohonan Bnn.docx
December 2019 23
Penatalaksanaan Asma.docx
December 2019 20
Tinea Versikolor.docx
December 2019 26
Acido Clorhidrico
August 2019 28
Msds Nitrato
August 2019 29
Modelo.pdf
August 2019 21