Thalasemia Sebagai Penyakit Hemaglobinopati Herediter Pada Anak

  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Thalasemia Sebagai Penyakit Hemaglobinopati Herediter Pada Anak as PDF for free.

More details

  • Words: 3,527
  • Pages: 15
Thalasemia sebagai Penyakit Hemoglobinopati Herediter pada Anak Viqtor Try Junianto 102012414 / B4 Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi : Jalan Terusan Arjuna Utara 6, Jakarta Barat Email : [email protected] Pendahuluan Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa yang berarti laut. Yang dimaksud dengan laut tersebut ialah Laut Tengah, oleh karena penyakit ini pertama kali dikenal di daerah sekitar Laut Tengah. Thalassemia merupakan penyakit darah herediter (keturunan) Ada dua jenis thalassemia yaitu alpha dan beta. Kedua jenis thalassemia ini diwariskan dengan cara yang sama. Penyakit ini diturunkan oleh orangtua yang memiliki mutated gen atau gen mutasi thalassemia. Seorang anak yang mewarisi satu gen mutasi disebut pembawa atau carrier, atau yang disebut juga dengan thalassemia trait (sifat thalassemia). Kebanyakan pembawa ini hidup normal dan sehat. Anak yang mewarisi dua sifat gen, di mana satu dari ibu dan satu dari ayah, akan mempunyai penyakit thalassemia. Jika baik ibu maupun ayah adalah pembawa, kemungkinan gen,

anak

mewarisi

dua sifat

atau dengan kata lain mempunyai penyakit thalassemia, adalah sebesar 25 persen.

Anak dari pasangan pembawa juga mempunyai 50 persen kemungkinan lahir sebagai pembawa.Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi.Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan.Pada bentuk yang lebih berat, misalnya beta thalasemia mayor, bisa terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus, borok), batu empedu dan pembesaran limpa.Sumsum tulang yang terlalu aktif menbentuk sel darah merah baru untuk menggantikan sel darah merah yang terlalu cepat rusak, dapat menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah.Tulangtulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita thalasemia akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan anak lainnya yang normal. Pedigree Ada banyak kombinasi genetik yang mungkin menyebabkan berbagai variasi dari talasemia. Talasemia adalah penyakit herediter yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Penderita dengan keadaan talasemia sedang sampai berat menerima variasi gen ini dari kedua orang tuannya. Seseorang yang mewarisi gen talasemia dari salah satu orangtua dan gen normal dari orangtua yang lain adalah seorang pembawa (carriers). Seorang 1

pembawa sering tidak punya tanda keluhan selain dari anemia ringan, tetapi mereka dapat menurunkan varian gen ini kepada anak-anak mereka. Setiap sifat dan fungsi fisik pada tubuh kita dikontrol oleh gen yang bekerja sejak masa embrio. Gen terdapat di dalam sel tubuh kita. Setiap gen selalu berpasangan. Satu belah gen berasal dari ibu dan yang lainnya dari ayah. Di antara banyak gen dalam tubuh kita, terdapat sepasang gen yang mengontrol pembentukan hemoglobin pada setiap sel darah merah. Gen tersebut dinamakan gen globin. Gen-gen tersebut terdapat di dalam kromosom.1 Rantai Hb merupakan heme yang bergabung dengan rantai polipeptida yang panjang/ globin. Pada darah orang dewasa normal biasanya hanya terdapat Hb A yang terdiri dari 2 ikatan alfa dan 2 ikatan beta yang memiliki gugus prostetik heme yang mengandung satu atom besi yang memungkinkan atom ini dapat berikatan longgar dengan 1 molekul oksigen sehingga Hb dapat mengangkut 4 molekul oksigen yang nantinya akan diangkut ke jaringan dan dilepaskan ke dalam cairan jaringan dalam bentuk molekul. Alfa Thalasemia terjadi ketika seseorang tidak mempunyai rantai alfa globin yang cukup. Jika kehilangan 1 rantai alfa disebut silent carrier, 2 rantai alfa disebut trait, 3 rantai alfa disebut HbH disease, dan untuk kehilangan 4 rantai alfa biasa disebut dengan hydrops fetalis. Jika dua orang tua dengan alfa thalasemia trait (carriers) mempunyai seorang bayi, salah satu dari tiga hal dapat terjadi: 

Bayi bisa menerima dua gen normal (satu dari masing-masing orangtua) dan mempunyai darah normal (25 %)



Bayi bisa menerima satu gen normal dan satu varian gen dari orangtua yang thalassemia trait (50 %)



Bayi bisa menerima dua gen thalassemia (satu dari masing-masing orangtua) dan menderita penyakit bentuk sedang sampai berat (25 %)

2

Gambar 1. Pedigree dari penyakit autosomal resesif2 Anamnesis Anamnesis dilakukan langsung kepada pasien. Pertama ditanyakan keluhan utama pasien, pasien sering lemah dan pingsan terutama saat mendapat haid walaupun sudah mengkonsumsi obat tambah darah. Biasanya keluhan yang timbul dikarenakan anemia: pucat, gangguan nafsu makan, gangguan tumbuh kembang dan perut membesar karena pembesaran lien dan hati. Pada umumnya keluh kesah ini mulai timbul pada usia 6 bulan.3 Pemeriksaan Fisik Pucat, bentuk muka mongoloid (facies Cooley), dapat ditemukan ikterus, gangguan pertumbuhan, splenomegali dan hepatomegali yang menyebabkan perut membesar.3 Pemeriksaan Penunjang3 1. Darah tepi 

Hb rendah dapat sampai 2-3 g%



Gambaran morfologi eritrosit : mikrositik hipokromik, sel target, anisositosis berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basophilic stippling, benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas



Retikulosit meningkat 3

2. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) 

Hiperplasi sistem eritropoesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil



Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat

3. Pemeriksaan khusus 

Hb F meningkat: 20%-90% Hb total



Elektroforesis Hb: hemoglobinopati lain dan mengukur kadar Hb F



Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait (carrier) dengan Hb A2 meningkat (> 3,5% dari Hb total)

4. Pemeriksaan lain 

Foto Ro tulang kepala: gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar dengan trabekula tegak lurus pada korteks



Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga trabekula tampak jelas

5. Iron studies Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui segala aspek penggunaan dan penyimpanan zat besi dalam tubuh.Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk membedakan apakah penyakit disebabkan oleh anemia defisiensi besi biasa atau talasemia. 6. Haemoglobinophathy evaluation Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan jumlah relatif hemoglobin yang ada dalam darah. 7. Analisis DNA Analisis DNA digunakan untuk mengetahui adanya mutasi pada gen yang memproduksi rantai alpha dan beta. Pemeriksaan ini merupakan tes yang paling efektif untuk mendiagnosa keadaan karier pada talasemia. Patofisiologi Secara molekuler thalasemia dibedakan atas thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan atas thalasemia mayor dan minor Hemoglobin terdiri dari dua jenis rantai protein rantai alfa globin dan rantai beta globin. Jika masalah ada pada alfa globin dari hemoglobin, hal ini disebut thalasemia alfa. Jika masalah ada pada beta globin hal ini disebut thalasemia beta. kedua bentuk alfa dan beta

4

mempunyai bentuk dari ringan atau berat. Bentuk berat dari Beta thalasemia sering disebut anemia Cooley’S Patogenesis thalasemia secara umum dimulai dengan adanya mutasi yang menyebabkan HbF tidak dapat berubah menjadi HbA, adanya ineffective eritropoiesis, dan anemia hemolitik. Tingginya kadar HbF yang memiliki afinitas O2 yang tinggi tidak dapat melepaskan O2 ke dalam jaringan, sehingga jaringan mengalami hipoksia. Tingginya kadar rantai α-globin, menyebabkan rantai tersebut membentuk suatu himpunan yang tak larut dan mengendap di dalam eritrosit. Hal tersebut merusak selaput sel, mengurangi kelenturannya, dan menyebabkan sel darah merah yang peka terhadap fagositosis melalui system fagosit mononuclear. Tidak hanya eritrosit, tetapi juga sebagian besar eritroblas dalam sumsum dirusak, akibat terdapatnya inklusi (eritropioesis tak efektif). Eritropoiesis tak efektif dapat menyebabkan adanya hepatospleinomegali, karena eritrosit pecah dalam waktu yang sangat singkat dan harus digantikan oleh eritrosit yang baru (dimana waktunya lebih lama), sehingga tempat pembentukan eritrosit (pada tulang-tulang pipih, hati, dan limfe) harus bekerja lebih keras. Hal tersebut menyebabkan adanya pembengkakan pada tulang (dapat menimbulkan kerapuhan), hati, dan limfe4,5 a. Thalasemia-α Alfa-globin adalah sebuah komponen (subunit) dari protein yang lebih besar yang disebut hemoglobin, yang merupakan protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke sel dan jaringan di seluruh tubuh. Hemoglobin terdiri dari empat subunit: dua subunit alfa-globin dan dua subunit jenis lain globin. HBA1 (Hemoglobin, alfa 1) adalah gen yang memberikan instruksi untuk membuat protein yang disebut alpha-globin. Protein ini juga diproduksi dari gen yang hampir identik yang disebut HBA2 (Hemoglobin, alfa 2). Kedua gen globin alpha-terletak dekat bersama-sama dalam sebuah wilayah kromosom 16 yang dikenal sebagai lokus globin alfa.

5

HBA1 dan HBA2 terletak di kromosom 16 lengan pendek di posisi 13.3. HBA1 terletak di gen pasangan basa 226.678 ke 227.519 sedangkan HBA 2 terletak di pasangan basa 222.845 ke 223.708. Pada manusia normal terdapat 4 kopi gen alpha-globin yang terdapat masing-masing 2 pada kromosom 16. Gen-gen ini membuat komponen globin alpha pada hemoglobin orang dewasa normal, yang disebut hemoglobin A. dan juga merupakan komponen dari hemoglobin pada janin dan orang dewasa lainnya, yang disebut hemoglobin A2. Mutasi yang terjadi pada gen alpha globin adalah delesi. 

Delesi 1 gen α: tidak ada dampak pada kesehatan, tetapi orang tersebut mewarisi gen thalasemia, atau disebut juga Thalassaemia Carier/Trait



Delesi 2 gen α: hanya berpengaruh sedikit pada kelinan fungsi darah



Delesi 3 gen α: anemia berat, disebut juga Hemoglobin H (Hbh) disease



Delesi 4 gen α: berakibat fatal pada bayi karena alpha globin tidak dihasilkan sama sekali

Gambar diatas menunjukkan bahwa kedua orang tua yang pada gen nya terdapat masing-masing 2 gen yang sudah termutasi. Maka anaknya 25% normal, 25% carrier, 25% 2 gen delesi, 25% menderita hemoglobin H disease. b. Thalasemia-β Globin beta adalah sebuah komponen (subunit) dari protein yang lebih besar yang disebut hemoglobin, yang terletak di dalam sel darah merah. HBB gen yang memberikan instruksi untuk membuat protein yang disebut globin beta.

6

Lebih dari 250 mutasi pada gen HBB telah ditemukan menyebabkan talasemia beta. Sebagian besar mutasi melibatkan perubahan dalam satu blok bangunan DNA (nukleotida) dalam atau di dekat gen HBB. Mutasi lainnya menyisipkan atau menghapus sejumlah kecil nukleotida dalam gen HBB. Mutasi gen HBB yang menurunkan hasil

produksi globin beta dalam kondisi yang disebut beta-plus

(B +) talasemia). Tanpa globin beta, hemoglobin tidak dapat terbentuk yang mengganggu perkembangan normal sel-sel darah merah. Kekurangan sel darah merah akan menghambat oksigen yang akan dibawa dan membuat tubuh kekurangan oksigen. Kurangnya oksigen dalam jaringan tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ, dan masalah kesehatan lainnya termasuk thalassemia beta. HBB gen yang terletak di kromosom 11 lengan pendek di posisi 15.5. HBB gen dari pasangan basa 5.203.271 sampai pasangan basa 5.204.876 pada kromosom 11.

Pada manusia normal terdapat 2 kopi gen beta globin yang terdapat pada kromosom 11, yang membuat beta globin yang merupakan komponen dari hemoglobin pada orang dewasa, yang disebut hemoglobin A. Lebih dari 100 jenis mutasi yang dapat menyebabkan thalasemia β, misalkan mutasi beta 0 yang berakibat tidak adanya beta globin yang diproduksi, mutasi beta +, dimana hanya sedikit dari beta globin yang diproduksi. Jika seseorang memiliki 1 gen beta globin normal, dan satu lagi gen yang sudah termutasi, maka orang itu disebut carier/trait.

7

Gambar diatas menunjukkan bahwa kedua orangtua merupakan carier/trait. Maka anaknya 25% normal, 50% carier/trait, 25% mewarisi 2 gen yang termutasi (thalasemia mayor). Gambaran Klinis Tabel manifestasi klinis Thalasemia4,5

Hemoglobin (gr/dL) Retikulosit (%) Eritrosit berinti Morfologi eritrosit Ikterus Splenomegali Perubahan skeletal

MAYOR

INTERMEDIA

MINOR

<7 2-15 ++/++++ ++++ +++ ++++ ++/+++

7-10 2-10 +/+++ ++ +/++ ++/+++ +/++

> 10 <5 0 + 0 0 0

8

Tabel perbedaan antara thalasemia alfa dan beta Perbedaan antara thalasemia alfa dan beta

Mutasi Sifat-sifat globin yang berlebihan

Thalassemia alfa

Thalassemia beta

Delesi gen umum terjadi

Delesi gen jarang terjadi

 Tetramer yang larut

 Tetramer yang larut

 Pembentukan hemikrom

 Pembentukan hemikrom

lambat

cepat

 Band 4.1 tak teroksidasi

 Band 4.1 teroksidasi

 Terikat pada band 3

 Interaksi kurang pada band 3

 Hidrasi berlebihan

 Dehidrasi

 Kaku

 Kaku

 Membran hiperstabil

 Membran tak stabil

 P50 menurun

 P50 menurun

Terutama hemolitik

Terutama disetropoetik

Perubahan tulang

Jarang

Umum

Besi berlebih

Jarang

Umum

Sel darah merah

Anemia

Etiologi 

Mutasi gen α-β-globin pada kromosom 16 dan kromoson 11



Adanya Pasangan suami istri yang membawa gen/carier thalasemia



Adanya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai α atau β dari HB berkurang



Berkurangnya sintesis HBA dan eritropoesis yang tidak efektif diertai penghancuran sel-sel eritrosit intramuscular

Epidemiologi Di Indonesia sendiri, tidak kurang dari 1.000 anak kecil menderita penyakit ini.Sedang mereka yang tergolong thalassemia trait jumlahnya mencapai sekitar 200.000 orang. Di RSCM sampai dengan akhir tahun 2003 terdapat 1060 pasien thalassemia mayor yang berobat jalan di Pusat Thalassemia Departemen Anak FKUI-RSCM yang terdiri dari

9

52,5 % pasien thalassemia β homozigot, 46,2 % pasien thalassemia HbE, serta thalassemia α 1,3%. Sekitar 70-80 pasien baru, datang tiap tahunnya. Penatalaksanaan Medikamentosa Pemberian iron chelating agent (deferoxamine), diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah. Deferoxamine diberikan dengan dosis 25-50 mg/kgBB/hari diberikan subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam selama 5-7 hari selama seminggu dengan menggunakan pompa portable. Lokasi umumnya di daerah abdomen, namun daerah deltoid maupun paha lateral menjadi alternatif bagi pasien. Adapun efek samping dari pemakaian deferoxamine jarang terjadi apabila digunakan pada dosis tepat. Toksisitas yang mungkin abisa berupa toksisitas retina, pendengaran, gangguan tulang dan pertumbuhan, reaksi local, dan infeksi. Selain itu bisa juga digunakan Deferipron yang merupakan satu-satunya kelasi besi oral yang telah disetujui pemakaiannya. Terapi standar biasanya memakai dosis 75 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis. Saat ini deferidon terutama banyak dgunakan pada pasienpasien dengan kepatuhan rendah terhadap deferoxamine. Kelebihan deferipron dibanding deferoksamin adalah efek proteksinya terhadap jantung. Efek samping yang mungkin terjadi antara lain : atropati, neutropenia/agranulositosis, gangguan pencernaan, kelainan imunologis, defisiensi seng, dan fibrosis hati.6 

Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi untuk meningkatkan efek kelasi besi



Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat



Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah

Non medikamentosa Bedah: Splenektomi, dengan indikasi: 1. Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur 2. Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.

10

Suportif: Transfusi darah: Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan memberikan supresi sumsum tualang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl. Thalasemia Diet: Diet Thalasemia disiapkan oleh bagian gizi, pasien dinasehati untuk menghindari makanan yang kaya akan zat besi, seperti daging berwarna merah, hati, ginjal, sayur-mayur bewarna hijau, makanan yang mengandung gandum, semua bentuk roti, dan alkohol. Preventif Skrining Thalasemia

Gambar 2. Tahap-tahap skrining Talasemia7 Indikasi Skrining :8 1. Pada perempuan dari etnik populasi yang mempunyai resiko tinggi untuk menjadi carrier. Skrining sebaiknya dilakukan pada saat masa pre konsepsi atau sedini mungkin saat kehamilan. 2. Jika terdapat mikrositosis (mcv <80 fl) dan/atau hypochromia (mch <27 pg) pada hasil hb elektroforesis yang normal atau high performance liquid chromatography (HPLC) pasien harus diperiksa dengan pewarnaan brilliant cresyl blue pada sediaan apus darah untuk melihat H bodies. Serum ferritin juga seharusnya dilakukan secara bersamaan. 11

3. Jika hasil skrining seorang perempuan abnormal, maka skrining juga harus dilakukan pada pasangannya. 4. Jika pada keduanya ditemukan carrier thalasemia atau hb varian, atau kombinasi dari hb varian dan thalasemia. Mereka harus diarahkan pada genetika konseling. 5. Prenatal diagnosis seharusnya ditawarkan pada perempuan hamil yang mempunyai resiko fetus terpapar klinis yang signifikan dari thalasemia atau hemoglobinopati. 6. Prenatal diagnosis dengan dna analisis bisa dilakukan dengan menggunakan sel yang didapat dari chorionic vilus sampling (cvs) atau amniocentesis. Pilihan alternatif dapat dipilih untuk pasien yang menolak tes invasif atau yang mempunyai resiko hydrops fetalis, usg serial untuk pemeriksaan ratio fetal kardiothoraks (normal <0.5) seharusnya bisa dilakukan di tempat yang mempunyai pengalaman dalam mengadakan pemeriksaan tersebut untuk identifikasi dini pada fetus yang terpapar. Jika ditemukan kelainan, rujukan ke tempat pelayanan kesehatan tersier untuk pemeriksaan yang lebih lanjut dan konseling sangat direkomendasi. Pemeriksaan untuk konfirmasi dengan dna analisis menggunakan amniocentesis bisa dilakukan jika terminasi kehamilan telah dipertimbangkan. 7. Penemuan hydrops fetalis dengan usg pada trimester ke 2 dan 3 di perempuan yang berasal dari etnik dengan resiko tinggi alfa thalasemia seharusnya segera diperiksa pada saat kehamilannya beserta pasangannya untuk menentukan status carrier alfa thalasemia. Genetika Konseling9 Genetika konseling merupakan proses komunikasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan manusia yang berhubungan dengan kejadian atau risiko kekambuhan dari penyakit genetik dalam suatu keluarga. Proses ini melibatkan berbagai upaya oleh satu atau beberapa orang terlatih untuk membantu keluarga atau individual dalam hal: 1. Memahami fakta medis termasuk diagnosa, prognostik dari penyakit dan manajemen yang tersedia 2. Memahami jalur dan penyebab dari penyakit tersebut dan resiko penurunan dalam keluarga 3. Memberikan penjelasan terkait dengan risiko kambuh 4. Pemilihan tindakan yang optimal dalam menghadapi penyakit atau resiko terjadinya penyakit, sesuai dengan tujuan keluarga, etika agama dan standar-standar nilai yang berlaku, serta menuntun bertindak arif sesuai dengan keputusan yang diambil terhadap keluarga yang terkena atau yang beresiko terkena 12

Secara berurutan konseling genetik melalui berbagai tahapan seperti tersebut di bawah ini: 1. Riwayat penyakit. Menggali secara mendalam tentang riwayat prenatal, perinatal, postnatal, dan riwayat keluarga. Riwayat ini penting untuk mengarahkan konselor memilah, memilih dan menentukan apakah penyakit tersebut berkaitan dengan proses genetik atau lingkungan. Terkadang para dokter secara mudah mendiagnosa kelainan seperti club foot, atau digital amputations, sebagai masalah genetik, tanpa mempertimbangkan hal lain seperti adanya amniotic band, atau stres karena oligohidramnion. Sering juga kasus-kasus kematian bayi baru lahir tidak terdiagnosis dengan baik, atau kasus abortus berulang yang ‘hanya’ dikelola sebagai kelainan TORCH, tanpa melihat kelainan kromosom. 2. Pemeriksaan fisik. Konselor akan memeriksa fisik penderita secara keseluruhan baik pemeriksaan fisik dalam maupun fisik luar. Adalah umum konselor akan mengumpulkan informasi dismorfologi secara mendalam terkait typologi sindromsindrom yang khas. Konselor akan memeriksa kemungkinan short stature, wide span, hypertelorisme, up slanting, simian crease, dll. 3. Pemeriksaan endokrine Pada kasus-kasus yang mengarah ke arah kelainan endokrin se perti Congenital Adrenal Hiperplasia (CAH), Complete/Parsial Androgen Insuficiensi Syndrome (CAIS/PAIS), konselor akan memeriksa hormon tertentu untuk mengkonfirmasikan diagnosa. 4. Pemeriksaan Sitogenetik. Sitogenetik akan sangat penting terutama pada kasus yang memerlukan pertimbangan keputusan jenis kelamin, sindrom Turner dan Klenifeleter, ataupun Sindrom down. Sitogenetik juga merupakan pemeriksaan rutin pada kasuskasus retardasi mental yang tidak khas untuk menilai kemungkinan kelainan kromosom. 5. Pemeriksaan molekuler. Pemeriksaan molekuler merupakan gold standar untuk mendiagnosa penyakit-penyakit genetik. Sampai saat ini sekitar 3000 gen jenis penyakit genetik telah dapar diidentifikasi, sehingga arah untuk menentukan diagnosa dapat ditentukan dengan baik. Walaupun begitu dengan adanya mutasi mutasi baru atau polimorfisme baru, tidak 100% penyakit genetik dapat dipastikan dengan teknik ini. Dalam prakteknya seorang konselor genetik biasanya menerima pasien dari para kolega seperti ahli pediatrik, ahli obsgyn, bidan, dan dokter umum. Konselor genetik bekerja sebagai anggota dari tim kesehatan dengan memberikan informasi secara benar dan memberi dukungan bagi keluarga yang memiliki anggota dengan cacat lahir 13

atau penyakit genetik serta keluarga yang mungkin beresiko untuk mewarisi penyakit genetik. Seorang konselor akan mengidentifikasi keluarga beresiko, menyelidiki masalah yang ada dalam keluarga, menafsirkan informasi tentang hal tersebut, menganalisa pola risiko kekambuhan, dan meninjau pilihan penanganan yang tersedia kepada keluarga. Dari skenario yang dibahas, pasutri yang sama-sama mempunyai Talasemia alfa minor ingin sebuah penjelasan tentang kemungkinan mendapatkan keturunan. Pertama dijelaskan kepada pasien mengenai apa itu thalasemia, macam-macamnya, prognosisnya, dan bagaimana cara pengobatannya. Kemudian menjelaskan bagaimana thalasemia bisa menimbulkan penyakit bagi tubuh pasien dan memberitahu bahwa thalasemia dapat diturunkan ke anaknya jika pasien menikah. Apalagi jika pasien menikah dengan orang yang masih ada ikatan saudara atau dengan orang yang membawa gen thalasemia sama seperti dia. Menjelaskan bahwa gen-gen yang resesif, bisa bertemu lagi dan menyebabkan timbulnya penyakit genetik. Jadi sebaiknya pasien memilih keputusan yang bijak untuk menentukan kesehatannya dan kesehatan keluarganya di masa yang akan datang. Komplikasi Akibat anemia yang lain dan berat, sering terjadi gagal jantung. Transfuse darah yang berulang-ulang dari proses hemolesis menyebabkan kadar besi dalam darah tinggi\, sehingga tertimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung, dan lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi. Limpa yang basar mudah ruptur akibat trauma yang ringan, kematian terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung. Kesimpulan Thalasemia merupakan suatu penyakit herediter yang cukup banyak di Indonesia. Penyakit ini menurun secara autosomal resesif, sehingga akan manifes secara berat jika muncul bersama-sama (dengan kata lain masing-masing ayah dan ibu menyumbangkan satu mutagen). Thalasemia akan bermanifestasi jika carier ini menikah dengan carier lainnya (25% anaknya Thalasemia, 50% carier, dan 25% normal). Maka perlu dihindari pernikahan sesama suku dan keluarga dekat.Thalasemia sendiri terbagi menjadi Thalasemia α dan Thalasemia β, didasarkan pada rantai mana yang sintesisnya terganggu. Masing-masing Thalasemia tersebut memiliki tingkat pembagian lebih lanjut berdasarkan banyaknya rantai yang hilang. Semua thalasemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan. Pada bentuk yang lebih berat, misalnya beta thalasemia mayor, bisa terjadi ikterus, luka terbuka di kulit, dan pembesaran limpa. Sumsum 14

tulang yang terlalu aktif menbentuk sel darah merah baru untuk menggantikan sel darah merah yang terlalu cepat rusak, dapat menyebabkan penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang panjang menjadi lemah dan mudah patah. Daftar Pustaka 1. Robert J. A. F, Pembrey M. E. Pengantar genetika kedokteran. Jakarta: EGC. 2012. 2. Human Genetics, diunduh dari : https://en.wikipedia.org/wiki/Human_genetics, 15 september 2015. 3. Sudoyo A. W, Setiyohadi B, Alwi A, et all. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 4 jilid 2. Jakarta: interna publishing. 2012. 4. Mcphee S.J, Papadakis M. A. Lange current medical diagnosis and treatment. Edisi 49. New York: Mc Graw Hill. 2010. 5. Hillman R. S, Ault K. A. Lange hematology in crinical practice. Edisi 3. New York: Mc Graw Hill. 2012. 6. Hoffbrand V, Mehta A. At glance hematologi. Edisi 2. Jakarta: Erlangga. 2012. 7. Confirmation of the validity of using birth MCV for the diagnosis of alpha thalassemia

trait,

diunduh

dari

:

http://www.pagepress.org/journals/index.php/hr/article/view/hr.2009.e20/1639,

15

september 2015. 8. Joint SOGC–CCMG clinical practice, oktober 2008, ”Clinical Practice Guideline : Carrier Screening for Thalassemia and Hemoglobinopathies in Canada”. 9. Konseling

genetik,

10

april

2012,

diunduh

dari

:

http://www.pdfcoke.com/doc/88669536/konseling-genetik, 15 September 2015.

15

Related Documents