Terumbu Karang; Gimana Entar Entarnya Gimana

  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Terumbu Karang; Gimana Entar Entarnya Gimana as PDF for free.

More details

  • Words: 1,998
  • Pages: 10
MEMBANGUN BISNIS MASA DEPAN DENGAN PRINSIP “GEEG”, gimana entar-entarnya gimana ? (oleh Dr Tauhid Nur Azhar, M.M, M.Kes./Penulis buku Be The Great with The GEEG)

Terumbu karang “the Great Reef Barrier” yang membentang di luar garis pantai sebelah timur benua Australia (meliputi sebagian besar negara bagian Queensland) adalah jajaran koralia warisan dunia yang telah berumur sekitar 18 juta tahun. Apa fungsi dari bentang alam dahsyat ini ? Jajaran terumbu ini adalah “dapur” pertumbuhan dari beragam makhluk biologis lautan, mulai dari yang berskala mikroskopik sampai dengan mamalia laut. Selain itu keluarga alga dan koralianya

juga

mengasimilasi

CO2

dalam

proses

fotosintesa.

Mereka

mengurangi efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global, dan perubahan iklim mondial. Naiknya suhu udara 0,5 derajat saja dalam rerata tahunan sudah akan memusnahkan ribuan spesies yang sulit untuk beradaptasi. Tetapi pada gilirannya kenaikan kadar karbondioksida dan suhu global yang tidak terkendali akan menjadikan alga memiliki kandungan karbondioksida terlalu tinggi dan mati. Demikian pula gugusan koral yang membentuk terumbu karang akan mati merangas dan bersamanya turut pula terancam diversitas spesies-spesies yang bernaung di terumbu itu. Segera akan terjadi dampak berantai (chain effect) yang berakibat fatal tidak hanya bagi ekosistem lokal tetapi pada ekosistem global.

Gugus terumbu karang dan perairan laut yang merupakan media daur ulang karbon dan tempat berkembangbiaknya ribuan spesies di lautan

Untuk itu James Lovelock, seorang ilmuwan Inggris mengusulkan untuk memasang pipa-pipa raksasa berdiameter 10 meter dengan panjang 100 sampai dengan 200 meter secara vertikal untuk memompa air samudera yang kaya akan nutrisi dan unsur hara ke permukaan. Apa tujuan proyek ini? Tak lain dan tak bukan adalah agar di permukaan samudera dapat tumbuh koloni alga dalam jumlah besar, dengan adanya alga ini maka akan terjadi proses peningkatan asimilasi karbondioksida. Sekitar 500 giga ton karbon dari atmosfer akan dapat terserap. Langit menjadi biru, suhu udara terkendali, pemanasan global tak terjadi, ekosistem di berbagai belahan dunia pun terselamatkan. Bencana seperti taifun, tornado, gelombang pasang, dan juga tsunami akan dapat dikurangi. Sungguh suatu perbuatan mulia yang mencerminkan keluhuran akhlaq dan wawasan kebertanggungjwaban dunia dan akhirat. Akan tetapi, hal yang paling menarik dari ilustrasi di atas adalah apa yang dilakukan oleh Canon, sebuah perusahaan elektronik multinasional raksasa. Salah satu produk unggulan dari Canon adalah printer personal dan printer yang diperuntukkan bagi fungsi perkantoran. Dari tahun 1999 sampai dengan 2006 Canon, Inc telah menerapkan kebijakan energy saving untuk mereduksi emisi karbon dan peningkatan suhu, maklumlah penggunaan alat elektronika yang mengkonsumsi energi tinggi akan menghasilkan peningkatan suhu secara akumulatif. Contoh, penyejuk udara di rumah, hotel, kantor, pertokoan, dan fasilitas umum lainnya adalah penyumbang kenaikan suhu lokal yang cukup signifikan. Penghematan energi yang dilakukan Canon dalam produknya yang telah dipasarkan selama 7 tahun ternyata berhasil mereduksi karbon sebesar 6,99 juta ton, atau sekitar 20% dari jumlah total karbon yang dapat diasimilasi oleh 20% air laut. 1 km2 air laut dapat mengasimilasi sekitar 20 ton karbon per tahunnya. “Bantuan” Canon ini cukup signifikan dalam menjaga kesetimbangan ekosistem terestrial, di mana ekosistem yang terjaga pada gilirannya akan mampu menjalankan fungsi kontributifnya terhadap ekosistem global. Upayaupaya semacam ini bukan saja akan mereduksi biaya penanganan bencana,

melainkan juga berkontribusi pada keberlanjutan peradaban manusia, dan meningkatkan kualitas hidup bersama. Jika

dicermati,

misi

perusahaan

Canon

seperti

itu

tidak

akan

mendatangkan profit atau keuntungan finansial yang cukup berarti. Justru inovasi teknologi yang ramah lingkungan, hemat energi, dan memiliki dampak minimal terhadap lingkungan biasanya berkorelasi dengan biaya pengembangan yang sangat tinggi. Introduksi teknologi baru adalah investasi yang sangat mahal! Komponen biaya yang terlibat dapat disigi mulai dari proses riset dasar (teoritis), pengembangan prototipe, menginkubasikannya menjadi model bisnis, dan selanjutnya mengembangkannya sebagai sebuah produk baru yang berorientasi pasar. Dalam hal ini sebuah proses pengembangan produk baru (new product development) akan sampai pada tahapan ”wajib” membangun ”value chain” di dalam proses operasi produksinya, baik itu di bidang manufaktur maupun jasa. Rantai nilai yang dimaksud dimulai dari reformasi rencana bisnis yang meliputi perumusan ulang visi dan misi perusahaan, mission statement, dan strategi bisnis. Dalam dimensi operasi perlu dikembangkan pula sebuah konsep Enterprise Resources Planning

yang mampu mencakup dan meliputi

kemampuan kendali atas semua proses yang akan dilaksanakan. Fungsi kendali ini meliputi analisa kebutuhan, potensi sumber daya (resources), efektifitas, pengambilan keputusan (expert system dengan prinsip propagasi berulang), dan evaluasi serta panduan pencapaian kinerja optimal (optimasi). Melihat rantai nilai yang sangat rumit dan panjang ini, visi perusahaan yang berorientasi dunia-akhirat haruslah melalui sebuah proses pemikiran yang cermat, perencanaan yang akurat, dan tentu saja segenap elemen yang terlibat di dalamnya memiliki keikhlasan yang bertujuan. Untuk mencapai maqom (derajat) ”keikhlasan yang bertujuan” ini seorang CEO dan anggota board of director lainnya, termasuk principal stake holder haruslah mengembangkan investasi spiritual yang berkesinambungan. Bisnis dan pekerjaan adalah ibadah. Azas manfaat bagi sesama, berkontribusi secara maksimal bagi segenap elemen yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan bisnis adalah ”the common purposes” yang harus dikembangkan. Ibarat uang

Rp.10.000, bila kita belanjakan nasi rames, yang kenyang hanya kita sendiri, tetapi bila dibelikan 2 buah koran, yang akan membaca dalam 1 hari saja mungkin sudah 20 orang. Bila artikel atau berita yang dibacanya itu kemudian menginspirasi yang bersangkutan untuk melakukan langkah-langkah strategis dalam

hidupnya,

maka

10.000

kita

sudah

menjadi

investasi

yang

berkesinambungan. Konsep dan prinsip semacam ini adalah sebuah pilihan. Dan pilihan tidak pernah datang dengan gratis, semuanya memerlukan upaya dan pengertian yang mendalam tentang konsep dan tujuan hidup secara universal. Ilustrasi lain yang relevan adalah Body Shop, Google, dan Starbucks, bila ketiga unit bisnis global itu diinisiasi dan diawali dengan visi mengeruk keuntungan finansial semata belum tentu ketiganya kini berjaya dan menjadi jawara dunia. Body Shop diawali dengan niat ikhlas mengedukasi dan mendorong semangat kewirausahaan para ibu rumah tangga di berbagai pelosok Inggris, Nilai yang diusung kemudian adalah peduli kepada kemanfaatan bersama, komunitas lokal, lingkungan, diversitas spesies, dan pengentasan kemiskinan

dan

kebodohan.

Body

Shop

berkembang

menjadi

sebuah

perusahaan yang tidak sekedar menciptakan pelanggan tetapi mengembangkan “nilai” (Michael Porter). Google diawali dengan niat tulus untuk memberikan akses terhadap informasi bagi jutaan orang di seluruh dunia, sebuah misi mulia yang pada akhirnya akan sangat berkontribusi bagi pengentasan kebodohan. Apa yang terjadi? Google menjadi raksasa industri di bidang teknologi informasi, bahkan pada medio 2008 perusahaan ini sudah akan merambah industri seluler dan telekomunikasi bergerak (mobile device). Sementara itu, Starbucks tumbuh dan berkembang, menggurita sebagai chain coffeshop bersama-sama dengan ribuan petani kopi yang terentaskan kesejahteraannya, di berbagai pelosok dunia, termasuk di Aceh dan beberapa daerah di nusantara lainnya. Padahal kalau dipikir-pikir kita bahkan sama sekali tidak mengenal sosok atau pribadi Anita Roddick (pendiri Body Shop) dan kawan-kawannya itu, sebaliknya tentu mereka pun demikian. Akan tetapi, apa yang memotivasi mereka untuk menavigasi bisnisnya demi kesejahteraan dan kebahagiaan

bersama? Bila dilihat dari teori nilai pelanggan yang diungkapkan oleh Robert B Woodruff dengan 4 nilai yang menjadi acuannya yakni kemampuan untuk diterima, kinerja produk, konsekuensi dari produk, dan keuntungan produk dalam kondisi tertentu, hasilnya keempat perusahaan di atas (Canon, Body Shop

Google, dan Starbucks) telah melangkah memasuki nilai kelima dan

keenam, yaitu : sustainable consequence and benefit of products.

Nilai-nilai pelanggan dari Robert B Woodruff haruslah dikembangkan untuk menjangkau konsekuensi hasil yang lebih berkesinambungan, multimanfaat, dan berdampak pada masa depan (dunia-akhirat)

Bila dikaitkan dengan issue di dunia bisnis yang kini tengah marak dan menjadi topik hangat di setiap seminar, ilustrasi di atas mungkin dapat terasosiasi dengan sebuah konsep yang disebut dengan Corporate Social Responsibility (CSR), di mana definisi corporate social responsibility menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Sebaliknya, menurut Trinidad and Tobago Bureu of Standards, CSR diartikan sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk meningkatkan

ekonomi bersama dengan kualitas hidup dari karyawan, keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat secara luas. Perkembangan konsep tanggung jawab sosial sebuah unit bisnis kini bahkan telah melahirkan konsep baru yang bersifat lebih adaptif terhadap prinsip CB-BO (caused business-business objective). Konsep ini dikenal sebagai Corporate Citizenship, sebuah pengejawantahan dari kewajiban perusahaan sebagai bagian dari anggota masyarakat. Maskapai penerbangan misalnya, haruslah memenuhi kaidah keselamatan dengan standar tertinggi (IOSA dari International Civil Aviation Organization) bukan semata sebagai bagian dari profit taking, melainkan bagian dari sebuah “ibadah” sosial.

Berdedikasi tinggi pada pekerjaan, mengutamakan keselamatan dan kenyamanan pengguna jasa adalah bagian dari proses mencapai tujuan memberi dampak manfaat bagi sesama (courtessy by Batavia Air)

Mendermakan segenap potensi dan kemampuan untuk menghadirkan kebahagiaan dan kenyamanan bagi stakeholder-nya. Reliabilitas kompetensi manusia dalam unit bisnis menjadi salah satu titik awal yang dapat memulai implementasi corporate citizenship. Masih teringat di benak kita beberapa peristiwa kecelakaan di tanah air kita belakangan ini yang memiliki indikasi kuat terkait dengan adanya keteledoran manusia (negligence). Sebuah lift jatuh di gedung perkantoran, wahana permainan di sebuah themes park roboh, gerbong

kereta terbakar, dan meluncur ke luar jalur, sebuah pesawat mendarat dengan kecepatan di atas kecepatan yang diperkenankan, semua itu mengakibatkan korban yang tak ternilai. Dari sinilah investasi spiritual harus dimulai, transformasi perilaku harus ditanamkan. Bila semula sebagian (besar) dari kita lebih mengedepankan konsep ”gimana entar”, saat inilah kita harus mulai mengembangkan konsep ”entarnya gimana”. Sebuah proses perencanaan yang di dalamnya termaktub variabel waktu (optimasi pemanfaatannya), optimasi potensi dan kompetensi (kognitif,

afektif,

komunikasi,

dan

empati/social

quotient),

sinergi

multi

dimensional, dan evaluasi serta limitasi. Semua variabel itu pada gilirannya akan dibundling dengan etos dan perilaku bisnis yang beretika, berakhlaq, dan sarat dengan nilai-nilai mulia.

Bekerja dengan ikhlas, menebarkan kebahagiaan bagi sesama adalah kunci pembuka pintu rahmat. Hati menajdi tenang dan jalan hidup menjadi lapang (courtessy by Clarion Hotel)

Data hasil survey perilaku konsumen di Inggris menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai pembelian yang sangat signifikan terhadap produkproduk dengan merek yang terasosiasikan dengan perusahaan yang dikenal sebagai perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial dan ramah lingkungan. Total nilai penjualan produk-produk tersebut jauh melampaui produkproduk sejenis yang tidak terasosiasikan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.

Berbicara tentang prinsip GEEG (gimana entar-entarnya gimana), maka prinsip yang dapat dikembangkan dari ide dasar itu adalah: Corporate Spiritualship Principle atau Corporate Spiritual Investment, di mana semua elemen di dalam sebuah unit bisnis melakukan aktifitas bisnisnya sebagai bagian dari ibadah. Corporate purposes adalah akumulasi dari stake holder purposes yang maujud dalam visi, misi, dan objective aims yang measurable (terukur). Bagaimana ketenangan pikiran dan kegembiraan kerja dapat menjadi intangible capital? Dari hati yang puas, jiwa yang tenang, dan keterbebasan dari tekanan kecemasan serta kegelisahan akan melahirkan jalur-jalur kreatif, solutif, dan konsruktif di otak kita. Bayangkan bila semua komponen dalam perusahaan menjadi pribadi-pribadi yang dahsyat; berpikir multilateral, fokus, cinta pada apa yang dikerjakan, mampu mengkomunikasikan dirinya dan berkomunikasi dengan baik, empatif, dan bersinergi secara tim, hasilnya perusahaan akan menajdi raksasa yang sarat energi. Rasa tenang dan kegembiraan akan membuka jalur sistem aktivasi retikuler dan jaras talamikokortikal di otak kita, 2 jalur ”broadband” yang menjadikan kita manusia cerdas.

Berbagai struktur di otak manusia memiliki fungsi dan sistematika yang saling bersinergi untuk menghasilkan sebuah keputusan dan juga memodifikasi perilaku

Dapat

disimpulkan

bahwa

orang-orang

yang

bekerja

atau

mengembangkan bisnis di sebuah wahana/media yang memiliki karakter sebagai institusi melakukan

yang cerdas (merencanakan, mengendalikan, dan senantiasa self

assesment

sebagai

bagian

dari

proses

evaluasi

berkesinambungan) maka motivasi dan kinerja yang bersangkutan akan menjadi berlipat. Perusahaan yang bersama-sama memikirkan masa depan peradaban umat manusia seperti Toyota dengan kendaraan hibrid dan fuel cell yang ramah lingkungannnya. Sanyo dengan baterai Eneloop yang berdurasi panjang dan tidak

mempercepat

mengembangkan

kerusakan

budidaya

dan

lingkungan, sistem

perusahaan

tangkap

yang

perikanan

yang

menjaga

benar

kebersinambungan populasi sumber daya ikan tangkapnya, Microsoft dengan program Student-nya yang membantu banyak anak belajar teknologi secara lebih mudah, ataupun Airbus dan Boeing yang berlomba-lomba memproduksi pesawat beremisi karbon rendah dan mengkonsumsi energi secara hemat, akan menjadi ”masjid-masjid” sesungguhnya dalam mencapai kebahagiaan baik dunia maupun akhirat.

Haji Tawakal pemilik warung makan Paotere di Makassar, bekerja dengan hati dan peduli terhadap budidaya bahan baku produk makanannya

Sebagai penutup, izinkan saya untuk menyitir sebuah kalimat langit yang indah; Tuhan itu sebagaimana prasangka hamba-Nya, dan Sesungguhnya pertolongan Tuhan itu sedemikian dekatnya”. Tentu kedua kalimat

tersebut

memiliki catatan : ”syarat dan ketentuan berlaku”, yaitu bagi orang-orang yang berusaha keras untuk memahami tujuan hidupnya!

Related Documents