Terorisme

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Terorisme as PDF for free.

More details

  • Words: 655
  • Pages: 2
Terorisme Ada banyak bentuk dari gangguan dan ancaman yang dapat menghancurkan keutuhan dan keselamatan bangsa. Berikut merupakan bentuk dari berbagai gangguan dan ancaman: terorisme, agresi, gerakan separatisme, radikalisme, kejahatan lintas negara, gangguan keamanan, perusakan lingkungan, dan bencana alam. Salah satu bentuk gangguan dan ancaman yang sedang ramai di media adalah terorisme. Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan menimbulkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Aksi terorisme berbeda dengan perang, aksi ini tidak tunduk pada tatacara peperangan yang ditunjukkan dengan waktu pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan memiliki target korban jiwa yang acak bahkan warga sipil. Makna-makna negatif yang dikandung oleh istilah ”terorisme” dan ”terorisme” membuat para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang pembebasan, pasukan perang salib, militan, mujahidin, dan lain-lain. Sebenarnya makna dari jihad, mujahidin sangat jauh dari tindakan terorisme. Terorisme sendiri sering tampak dengan mengatasnamakan agama. Terorisme bertujuan untuk membuat orang lain merasa ketakutan dan menarik perhatian orang, kelompok atau suatu bangsa. Biasanya perbuatan teror digunakan apabila satu-satunya jalan untuk melaksanakan kehendaknya adalah melalui terorisme. Terorisme digunakan sebagai senjata psikologis untuk menciptakan suasana panik, tidak menentu serta menciptakan ketidak percayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dan memaksa masyarakat atau kelompok tertentu untuk mentaati kehendak pelaku teror. Terorisme tidak ditujukan langsung kepada lawan, akan tetapi perbuatan teror justru dilakukan dimana saja dan terhadap siapa saja. Dan yang lebih utama, maksud yang ingin disampaikan oleh pelaku teror adalah agar perbuatan teror tersebut mendapat perhatian yang khusus. Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Center (WTC) di New York, Amerika Serikat pada tanggal 11 September 2001, dikenal sebagai “September Kelabu”, yang memakan 3000 korban. Dengan adanya kejadian ini, dunia sadar untuk memerangi Terorisme sebagai musuh internasional. Terlebih lagi dengan diikuti terjadinya Tragedi Bali, tanggal 12 Oktober 2002 yang merupakan tindakan teror, menimbulkan korban sipil terbesar di dunia, yaitu menewaskan 184 orang dan melukai lebih dari 300 orang. Perang terhadap Terorisme yang dipimpin oleh Amerika, mula-mula disambut oleh pemerintahan Tony Blair yang mengeluarkan Anti Terrorism, Crime and Security Act, December 2001 yang kemudian diikuti tindakan-tindakan dari Negara-negara lain yang sama tujuannya, sperti Filipina dengan mengeluarkan Anti Terrorism Bill. Makna terorisme mengalami suatu pergeseran dan perluasan paradigma, yaitu sebagai suatu perbuatan yang semula dikategorikan sebagai Crimes against State (termasuk pembunuhan dan percobaan pembunuhan Kepala Negara atau anggota keluarganya), menjadi Crimes against Humanity, dimana yang menjadi korban

adalah masyarakat sipil. Crimes against Humanity masuk kategori Gross Violation of Human Rights (Pelanggaran HAM Berat) apabila serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, lebih diarahkan pada jiwa-jiwa orang tidak bersalah (Public by innocent), sebagaimana terjadi di Bali. Terorisme juga tergolong kejahatan terhadap hati nurani (Crimes against conscience) karena menjadi sesuatu yang jahat bukan karena diatur atau dilarang oleh Undang-Undang, melainkan karena pada dasarnya tergolong sebagai natural wrong atau acts wrong in themselves. Menyadari hal ini dan lebih didasarkan pada peraturan yang ada saat ini yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) belum memadai untuk memberantas terorisme, Pemerintah Indonesia merasa perlu untuk membentuk Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, yaitu dengan menyusun Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) nomor 1 tahun 2002, yang pada tanggal 4 April 2003 disahkan menjadi Undang-Undang dengan nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Tindak terorisme beberapa kali memberi ancaman terhadap bangsa Indonesia. Tindak-tindak terorisme tersebut antara lain: 1. Bom Bali 2002 - terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002 di kota kecamatan Kuta di pulau Bali, Indonesia. Peristiwa ini sering dianggap sebagai peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia. 2. Bom JW Marriott 2003 3. Bom Kedubes Australia - sebuah bom mobil meledak di depan Kedutaan Besar Australia pada pukul 10.30 WIB di kawasan Kuningan, Jakarta. Jumlah korban jiwa tidak begitu jelas, pihak Indonesia berhasil mengidentifikasi 9 orang namun pihak Australia menyebut angka 11. 4. Bom Bali 2005 - seri pengeboman yang terjadi di Bali pada 1 Oktober 2005. 5. Bom Jakarta 2009 Berikut merupakan tokoh-tokoh terorisme di Indonesia:

Dr. Azahari

Noordin M Top

Amrozi

Imam Samudra

Ali Ghufron

Related Documents