Tbc.docx

  • Uploaded by: ChoirunisaSuciRumandani
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tbc.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,773
  • Pages: 23
TUBERKULOSIS PARU Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB I

Disusun oleh : Anatasya Kristi Indriani

(16004)

Annyndhyta

(16006)

Ismawati

(16018)

Nadya Suhanissa

(16025)

Rachmah Indah

(16031)

Robiatul Adawiayah

(16034)

Zihan Dwi Virananda

(16049)

Akademi Keperawatan Pelni Jln.Aipda KS Tubun No. 92-94 Jakarta Barat Telp.(021) 5485709. Ex.1313-1314, Fax.5485709 (021) 2016/2017

KATA PENGANTAR Puji syukur atas rahmat Allah SWT. Sehingga penyusunan tugas yang berjudul “Tuberkulosis Paru (TBC)” telah selesai, dalam rangka memenuhi tugas KMB I. Dalam penyusunan tugas ini kami menyadari masih banyak kekurangan. Untuk itu kami berharap saran dan kritik untuk kebaikan yang akan datang. Semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua. Serta dapat menambah ilmu sebagai bekal dalam bidang keperawatan.

Jakarta, 28 September 2017

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1

Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3

Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3 2.1

Pengertian TBC ........................................................................................ 3

2.2

Penyebab TBC .......................................................................................... 3

2.3

Patofisiologi TBC ..................................................................................... 4

2.4

Penatalaksanaan Medis ............................................................................. 9

2.5

Pengkajian .............................................................................................. 11

2.6

Pemeriksaan Diagnostik ......................................................................... 14

2.7

Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 15

2.8

Perencanaan Keperawatan ...................................................................... 15

2.9

Program Pemerintah ............................................................................... 16

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 19 3.1

Kesimpulan ............................................................................................. 19

3.2

Saran ....................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

ii

BAB I

PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Tuberkulosis paru adalah suatu infeksi penyakit kronik yang sudah

sangat lama dikenal pada manusia misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal didaerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakkan tulang vertebrata thorak yang khas TB karena kuman mycrobacterium ini telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia. Melihat tingginya angka kejadian dari penderita tuberculosis paru maka dibutuhkan paeran perawat dalam tindakan promotif yaitu dengan memberikan pendidikkan kesehatan seperti penatalaksanaan terutama pada pengaturan syaratsyarat rumah sakit diantaranya : pencahayaan, ventilasi, luas hunian, jumlah anggota keluarga, kebersihan rumah dan lingkungan tempat tinggal sedangkan dalam tindakan preventif yaitu dimulai dari perilaku hidup sehat ( makanmakanan yang bergizi dan seimbang, istirahat yang cukup, olahraga teratur, hindari rokok dan hindari stress ). Penderita dengan perilaku tidak meludah sembarangan, menutup mulut, apabila bersin atau batuk. Dalam upaya kuratif berkaitan dengan pengobatan seperti kepatuhan minum obat dan pemeriksaan rutin untuk memantau perkembangan pengobatab dan efek samping. Saat ini sudah ada pengobatan tuberculosis dengan mengkonsumsi obat anti tuberculosis ( OAT ). Setelah pasien dipastikan terkapar penyakit iniusai menjalani test bakteri tahan asam ( BTA ) dan memberikan imunisasi (BCG) pada saat bayi dan upaya rehabilitative diharapkan penderita TB paru. 1.2

Rumusan Masalah

1.

Apa pengertian TBC ?

2.

Apa penyebab TBC ?

3.

Bagaimana patofisiologi dan manifestasi klinis TBC ?

1

4.

Bagimana penatalaksanaan medis pada TBC ?

5.

Apa saja pengobatan primer dan sekunder untuk TBC ?

6.

Bagimana pengkajian pada TBC ?

7.

Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada TBC ?

8.

Apa saja diagnose keperawatan untuk TBC ?

9.

Bagaimana rencana tindakan keperawatan pada TBC ?

10.

Apa saja program pemerintah untuk masalah TBC ?

1.3

Tujuan Tujuan Umum : Untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB I Tujuan Khusus : 1. Untuk mengetahui definisi TBC. 2. Untuk mengetahui penyebab TBC. 3. Untuk mengetahui proses patofiologi dan manifestasi klinis TBC. 4. Untuk mengetahui penatalaksaan medis pada TBC. 5. Untuk mengetahui pengobatan primer dan sekunder untuk TBC. 6. Untuk mengetahui pengkajian TBC. 7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada TBC. 8. Untuk mengetahui diagnose keperawatan yang muncul pada TBC. 9. Untuk mengetahui rencana tindakan pada TBC. 10. Untuk mengetahui program pemerintah pada masalah TBC.

2

BAB II

PEMBAHASAN 2.1

Pengertian TBC Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat

lama dikenal pada manusia misalnya dia dibungkan dengan tempat tinggal didaerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikkan dengan tempat adanya penemuan kerusakkan tulang vertebrata torak yang khas TB dari kerangka yang digali diheidelberg dari kuburan zamman neolitikum. (Aru W Sudoyo, dkk, Ilmu Penyakit Dalam, 2010, hal 2230). Tuberkuiosis (TB) adalah penyakii infeksius, yang terutama menyerang parenkira paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Brunner & Suddart, 2001, Ed.1, hal.584) Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. (Price, Sylvia Anderson, Patofisiologi, 2005, hal. 852). Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru dan organ lainnya. (PMK No.67 Thn.2016)

2.2

Penyebab TBC Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis

kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.

3

Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal paruparu lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.

2.3

Patofisiologi TBC Individu rentan yang menghimp basil tuberkulosis dan menjadi

terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnyaya (lobus atas). Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifiktuberkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini

mengakibatkan

penumpukan

eksudat

dalam

alveoli,

menyebabkan

bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan. Massa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi,

4

membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respons sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut, pembentukan tuberkel, dan selanjutnya.

Gejala-Gejala Klinis

Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bemacarn-macam atau malah banyak pasien ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :

1.

Demam Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40- 41OC. Serangan demam pertama dapat

5

sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini sehingga pasien merasa tidak pemah terbebas dari serangan demam influenza.. 2.

Batuk. Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.

3.

Sesak napas. Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

4.

Nyeri dada. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.

5.

Gejala malaise Sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.



Tuberkulosis Primer Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau

dibersihkan keluar menjadi dropletneaclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultra violet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan bila partikel infeksi ini tetap terhisap oleh orang sehat. Ia akan menempel pada saluran nafas atau jaringan paru partikel dapat masuk ke alveolar. Bila ukuran partikel 5 mm kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh

6

makrograf. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrograf keluar dari percabangan irakeubronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya. Bila kuman menetap dijaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma makrograf. Disini ia dapat terbawa masuk keorgan tubuh lainnya. Kuman bersarang dijaringan paru akan berbentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer atau sarang (focus) ghon. Sarang primer ini dapat terjadi disetiap bagian jaringan paru. Bila menjalar samapai ke pleura maka terjadi erupsi pleura. Kuman dapat juga masuk melalui saluran gastrointestinal. Jaringan limfe, orofaring dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk kedalam vena dan menjalar kesaluran organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran keseluruh bagian paru menjasdi TB milier. Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfagitis local) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal+limfadenitis regional kompleks primer (ranke). Semua proses ini selanjutnya menjadi : Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat ini yang banyak terjadi, semua dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotic. Klasifikasi hilus keadaan ini terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5mm dan kurang lebih 10% diantaranya dapat terjadi reaktifitas lagi karena kuman yang dormant, berkomplikasi dan menyebar secara : a) percontinuitam yakni menyebar kesekitarnya, b) secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun para yang disebelahnya, kuman dapat juga ditelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar keusus, c) secara limfogen keorgan tubuh lainnya. Semua kejadian diatas tergolong dalam perjalanan tuberculosis primer. 

Tuberkulosis Sekunder Kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-

tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa (tuberculosis postprimer-TB pasca primer : TB sekunder). Mayoritas terinfeksi mencapai 90%. Tuberculosis sekunder terjadi karena imuniras menurun seperti

7

malnutrisi alcohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberculosis pasca primer ini dimulai dengan srang dini yang berlokasi diregiotas paru (bagian apical-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah kedaerah parenkim ini paru-paru dan tidak nodus beller paru. Sarang dini ini mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 310minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari selsel limfosit dan berbagai jaringan ikat. TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi dari eksogen dari usia muda TB usia tua (elderly tuberculosis). Tergantung dari jumlah kuman virulensinya dan imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi : direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat, sarang yang mulamula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukkan jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan perkabutan sarang dini yang meluas sebagai granula perkapuran. Srang ini yang meluas sebagai granuloma berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami nekrosis menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju dibatukan keluar akan terjadi kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis. Lama-lama dinding menebal karena infiltrasi jaringan fibroblast dalam jumlah besar, sehingga menjadi kualitas sklerotik (kronik) terjadinya perkijauan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein, lipid dan asam nukleat oleh enzim yang diproduksi oleh makrograf dan proses yang berlebihan sitikin yang TNF-nya bentuk perkijauan lain yang jarang. Disini lesi sangat kecil tetapi berisi bakteri sangat banyak kavitas dapat : a) metas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk kedalam peredaran darah arteri. Maka akan terjadi TB milier. Dapat juga masuk keparu sebelahnya atau tertelan masuk kelambung dan selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang disebutkan terdahulu. Bila juga TB endobronkhial dan eondotrakheal atau empiema bila sputum kepleura. b) memadat dan membungkuk dam sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkuloma ini dapat mengapus dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi oleh fingus seperti aspergillus dan kemudian menjadi mycoloma. c) bersih dan menyembuh disebut open healed cavity dapat juga menyembuh disebut open

8

healed cavity membungkus menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas yang terbungkus menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate shaped. Secara keseluruhan akan terdapat 3macam sarang yakni 1) sarang yang sudah sembuh sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi. 2) saramg aktuf eksudatif sarang bentu ini perlu pengobatan yang lengkap dan sempurna. 3) sarang yang berada antara aktif dan sembuh sarang bentuk ini dapat sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan terjadi eksaserbasi kembali. Sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna juga. Penyakit tuberculosis paru apabila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi yang dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi akut. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, laryngitis, usus, poncet’ss, arthopathy. Komplikasi lanjut : obsruksi jalan nafas SOPT (Syndrom Obstrukdi Pasca Tuberkulosis, kerusakkan parenkim berat, fibrosa paru 1 pulmonak sering terjadi pada TB millier dan kavoras paru).

2.4

Penatalaksanaan Medis



Farmakoterapi

Obat Primer :

INH, Rifampisin, pirazimanida, dan etambutol. Obat-obat ini paling efektif dan paling rendah toksisitasnya,

tetapi

menimbulkan

resistensi

dengan cepat bila digunakan sebagai obat tunggal. Maka terapi selalu dilakukan dengan kombinasi dari 3-4 obat.

Obat Sekunder :

Streptomisin,

klofazimin,

fluorkinolon,

dan

sikloserin. Obat ini memiliki kegiatan yang lebih lemah dan bersifat lebih toksis, maka hanya digunakan bila terdapat resistensi atau intoleransi terhadap obat primer.

9

Pilihan 1 : Berikan isoniazid, rifampin, dan pirazinamid setiap hari selama 8 minggu, diikuti 16 minggu isoniazid dan rifampisin setiap hari / 2-3 kali per minggu.

Pilihan 2 : Berikan isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan streptomisin atau etambutol tiap hari selama 2 minggu diikuti 2 kali per minggu 2 pemberian obat serupa yang diawasi langsung selama 6 minggu, dan diikuti dengan 2 kali per minggu pemberian isoniazid dan rifampisin yang diawasi langsung selama 16 minggu.

Pilihan 3 : Obati dengan terapi yang diawasi langsung 3 kali seminggu dengan isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol atau streptomisin selama 6 bulan.

Kombinasi Isoniazid, rifampisin dan pirazinamid adalah yang paling banyak digunakan.

10



Non Farmakoterapi

a.

sering berjemur dibawah sinar matahari pagi pukul 06.00 s.d. 08.00

b.

memperbanyak istirahat (bed rest) / istirahat yang cukup

c.

diet sehat (pola makan yang benar) dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan vit A untuk membentuk jaringan lemak baru dan meningkatkan sistem imun.

d.

menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal

e.

menjaga sirkulasi udara didalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang baru.

f.

berolahraga secara teratur seperti jalan santai dipagi hari

g.

minum susu kambing atau susu sapi

h.

menghindari kontak langsung dengan pasien TB

i.

rajin mengontrol gula darah.

2.5

Pengkajian Melakukan pemeriksaan fisik dengan dasar data pengkajian klien sebagai

berikut :

1.

Aktivitas / Istirahat Gejala :

Kelelahan umum dan kelelahan, nafas pendek karena kerja, kesulitan tidur pada malam hari, menggigil dan berkeringat, mimpi buruk,

Tanda :

Takikardia, takipnea, / dipsnea pada keja, kelelahan otot, nyeri, dada terasa sesak ( tahap lanjut ).

2.

Integritas Ego Gejala :

Adanya faktor stress lama, masalah keuangan rumah, perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, populasi budaya / etik,

11

Tanda :

Menyangkal ( khususnya selama tahap dini ), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

3.

Makan / Cairan Gejala :

Kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna, penurunan berat badan,

Tanda :

Turgor kulit buruk, kering / bersisik, kehilangan otot / hilang lemak subkutan.

4.

Nyeri / Kenyamanan Gejala : Nyeri dada mningkat karena batuk berulang, Tanda : Berhenti-henti pada daerah yang sakit, prilaku distraksi, gelisah.

5.

Pernafasan Gejala :

Batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek, riwayat tuberculosis / terpajan pada individu terifeksi,

Tanda :

Peningkatan prekwensi pernafasan ( penyakit luas atau fibrosis parenkrim paru dan pleura ), pegembangan pernafasan tidak simetris, ( efusu fleura ), karakteristi sputum hijau / purulen, mukoid kuning atau bercak darah, perkusi pekak dan penurunan fremitus ( cairan pleura atau penebalan pleura / pneumotoraks ), bunyi nafas tubeler, dan tau bisikan fektoral diatas lesi luas. Krekels tercatat diatas aspek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekelspostitussic) karakteristik sputum : hijau/purulen, mukoid kuning atau bercak darah deviasi trakeal (penyebaran bronkhogenik).

12

sputum purulen

Sputum hijau

Sputum bercak darah

6.

Keamanan Gejala :

Adanya kondisi penekanan imun contoh AIDS, kanker, test HIV positif,

Tanda :

7.

Demam rendah atau sakit panas akut.

Interaksi Sosial Gejala :

Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular, perubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik, untuk melaksanakan peran

8.

Penyluhan atau pembelajaran Gejala :

Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum atau status kesehatan buruk, gagal untuk membaik atau kambuhnya TB, tidaj berpartisipasi dalam terapi

13

2.6

Pemeriksaan Diagnostik

1.

Kultur sputum : positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit.

2.

ELISA-nelssen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah): positif untuk basil asam cepat

3.

Test kulit (PPD, mantoux, potongan vollmer) reaksi (area indurasi 10mm atau lebih besar terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan reaksi masa lalu dan adanya anti bodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat dirunkan atau infeksi disebabkan oleh mikrobakterium yang berbeda.

4.

ELISA /Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.

5.

Foto thorax : dapat menunjukan infiltrasi lesi awal primer atau effusi cairan. Perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga area fibrosa.

6.

Histology atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster, urine dan cairan srebrospinal, biopsy kulit) : positif untuk mycobacterium tuberculosis.

14

7.

Biopsi jarum pada jaringan paru : positif untuk granula TB adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.

8.

Elektrolit : dapat tidak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi, contoh hiponatremia, disebabkan oleh tidak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB Paru kronis.

9.

GDA : dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.

10.

Pemeriksaan fungi paru : penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksogen sekunder terhadap iniltrasi prenkim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB PAru kronis luas).

2.7

Diagnosa Keperawatan

1.

Bersilian jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan sekresi trakeobronkial yang sangat banyak.

2.

Ketidakpatuhan terhadap regimen pengobatan.

3.

Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan, perubahan status nutrisi, dan demam.

4.

Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan dan tindakan kesehatan preventif.

2.8

Perencanaan Keperawatan

1.

Tidak efektif bersihan

jalan nafas berhubungan dengan secret

kental atau sekresi darah Tujuan

: Jalan nafas efektif selama perawatan

Kriteria hasil : Bunyi nafas vesikuler, frekuensi nafas 10-20 x/menit, irama nafas teratur Rencana tindakan :

15

a. Kaji fungsi pernafasan (bunyi, kecepatan, irama, dan kedalaman) b. Berikan posisi semi fowler c. Anjurkan batuk efektif d. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500ml/hari e.Berikan obat sesuai indikasi agen mukolitik (asetilsistein), bronkodilator, resiko steroid (prednisone)

2.

Resiko tinggi infeksi (penyebaran/aktivasi berulang) berhubungan dengan kerusakan jaringan/tambahan infeksi. Tujuan

: infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil

: TTV normal, tidak adanya tanda-tanda infeksi

Rencana tindakan : a. Kaji patologis penyakit (penyebaran droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa dan bernyanyi) b. identifikasi orang terdekat faktor resiko c. anjurkan pasien untik menutup mulut saat batuk/bersin d. berikan masker pribadi e. awasi suhu sesuai indikasi f. tekankan pentingnya untuk tidak menghentikkan obat g. awasi pemeriksaan ulang kultur h. berikan obat sesuai indikasi

2.9

Program Pemerintah Sebagian besar penderita TB adalah penduduk yang berusia produktif

antara 15-55 tahun, dan penyakit ini merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan akut pada seluruh kalangan usia. Pemerintah melalui Program Nasional Pengendalian TB telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi TB, yakni dengan strategi DOTS (Directly

16

Observed

Treatment

Shortcourse).

World

Health Organization (WHO)

merekomendasikan 5 komponen strategi DOTS yakni : 1.

Tanggung jawab politis dari para pengambil keputusan (termasuk dukungan dana). Komitmen ini meliputi kebijakan, keberpihakan, perhatian dan pendanaan untuk mendukung pelaksaan program.

2.

Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak dilakukan terhadap dahak terduga TB yaitu dahak pagi yang diambil pagi hari ketika di rumah dan dahak sewaktu ketika datang ke faskes kembali.

3.

Pengobatan dengan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan pengawasan langsung Pengawas Menelan Obat (PMO). Dengan lama pengobatan 6 bulan. Dalam pengobatan ini harus ada pengawas minum obat agar pasien minum obat secara rutin/tidak putus selama jadwal waktu.

4.

Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin. Obat TB harus tersedia dalam jumlah yang cukup di setiap tingkat administrasi dan faskes setiap waktu.

5.

Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB. Kemudian terdapat Gerakan Terpadu Nasional TBC (Gerdunas TBC) Daerah. a.

Mengobati pasien TB hingga sembuh, untuk memutuskan rantai penularan.

b.

Menganjurkan pasien untuk menutup hidung dan mulut bila batuk dan bersin.

C.

Jika batuk berdahak, agar dahaknya di tampung dalam pot berisi lisol 5% atau dahaknya ditimbun dengan tanah

17

d.

Penderita TB di anjurkan sekamar dengan keluarganya, terutama selama 2 bulan pengobatan pertama.

e.

Memberikan imunisasi BCG pada bayi.

f.

Memberikan pengobatan pencegahan pada anak balita yang tidak mempunyai gejala TB, tetapi mempunyai anggota keluarga yang menderita TB.

Penanggulangan : Untuk mengurangi jumlah penderita, obat harus di minum dan penderita di awasi secara ketat oleh keluarga maupun teman sekelilingnya dan jika memungkinkan di pantau oleh petugas kesehatan agar terjamin kepatuhan penderita minum obat.

18

BAB III

PENUTUP 3.1

Kesimpulan Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama

dikenal pada manusia misalnya dia dibungkan dengan tempat tinggal didaerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikkan dengan tempat adanya penemuan kerusakkan tulang vertebrata torak yang khas TB dari kerangka yang digali diheidelberg dari kuburan zamman neolitikum. (Aru W Sudoyo, dkk, Ilmu Penyakit Dalam, 2010, hal 2230). Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis 3.2

Saran Berdasarkan keperluan diatas, maka penulis mencoba memberikan saran 1. Diharapkan perawat dalam memberkan asuhan keperawatan hendaknya lebih memperhatikan kondisi klien saat ini dan memenuhi kebutuhan klien terlebih dahulu apa bila diperlukan. 2. Diharapkan tenaga kesehatan (perawat) dapat memberikan pedidikan kesehatan pada klien dengan Tuberculosis Paru agar pengobatan bisa terselesaikan tanpa terjadi infeksi berulang.

19

DAFTAR PUSTAKA Doengoes, Marrylynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencaaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal - Bedah. Jakarta: EGC

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Black, Joyce M. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Buku 3. Jakarta : EGC

Sudoyo, Aru W. 2009. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jilid 2. Jakarta : Interna Publishing

Tierney, Lawrence M. 2003. Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Salemba Medika

Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Ed.6. Jakarta : PT Elex Media Komputindo

PMK. No.67. Tahun 2016. Tentang Penanggulangan Tuberkulosis

20

More Documents from "ChoirunisaSuciRumandani"

Tbc.docx
October 2019 14
Kritis Icu Baru.docx
October 2019 25
Soal Ukom Vinete (2).docx
December 2019 17
Lengkap Hcu.docx
October 2019 14
Kritis Icu Baru-1.docx
October 2019 13