Taxoplasma Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Fix.docx

  • Uploaded by: Meghantropus
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Taxoplasma Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,435
  • Pages: 24
TAXOPLASMA DAN PENGARUHNYA BAGI KESEHATAN MANUSIA

DISUSUN OLEH :

1. Muhammad Alif Nurrahman 2. Muhammad Aliridho 3. Muhammad Dzulfikar Cahyo 4. Muhammad Fahmi Nurdin 5. Muhammad Fajar Husnawan 6. Muhammad Firdaus M 7. Muhammad Hendra Nur Ihsan 8. Muhammad Hergi Suprayogi 9. Muhammad Misbah Saputra Angkotasan 10. Muhammad Ridwan 11. Muhammad Risky Ramadhan 12. Muhammad Risky Setiawan 13. Muhammad Sofyan Prihadipta

Institut Teknologi Yogyakarta STTL (YLH) 2017

17250687 17250688 17250689 17250690 17250691 17250692 17250693 17250694 17250695 17250696 17250697 17250698 17250699

KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha pemurah, karena berkat kemurahan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Toxoplasma dan Pengaruhnya bagi Kesehatan”, suatu permasalahan mengenai penggunaan tanah dalam pertanian bagi masyarakat dan khususnya untuk penulis sendiri. Makalah ini dibuat untuk memperdalam pemahaman mengenai mikroorganisme parasit Toxoplasma gondii yang merupakan mikoorganisme patogenik bagi semua spesies yang rentan terhadap Toxoplasma gondii termasuk manusia. dan selain itu, juga untuk memenuhi tugas “Biologi dan Mikrobiologi Lingkungan” dalam proses pendalaman materi ini, tentunya kami mendapatkan, bimbingan, arahan, dan saran untuk itu rasa terima kasih sedalam-dalamnya kami sampaikan. Tentunya makalah kami masih jauh dari kata sempurna, tapi penulis tentunya bertujuan untuk menjelaskan atau memaparkan point-point pada makalah ini, sesuai dengan pengetahuan yang kami peroleh, baik dari buku maupun dari sumber-sumber yang relevan. Semoga memberikan manfaat bagi kita, bila ada kesalahan tulisan atau kata-kata di dalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Yogyakarta, 11 Desember 2017

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, suatu peristiwa timbulnya penyakit akibat makanan dapat disebabkan oleh kontaminasi yang ada pada makanan yang berupa agen biologi atau patogen (contohnya virus, bakteri, parasit, prion), agen kimiawi (contohnya senyawa toksin atau logam) atau agen fisik (contohnya pecahan kaca atau serpihan tulang. Dengan ditemukannya lebih dari 200 penyakit yang bisa ditularkan melalui makanan, patogen-patogen tersebut merupakan penyebab utamanya. Hampir semua patogen pembawa yang berasal dari makanan berukuran mikroskopis, termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit lainnya. merupakan mikroorganisme uniseluler yang memiliki dinding sel namun tidak memiliki nukleus. Mereka memiliki bentuk, jenis dan properti yang bermacam-macam. Beberapa bakteri patogen dapat membentuk spora dan resisten terhadap panas tinggi (contohnya Clostridium botulinum, C. perfringens, Bacillus subtillus, B. cereus). Bakteri lainnya dapat memproduksi toksin yang membuat mereka resisten terhadap panas (contohnya Staphylococcus aureus). Protozoa parasit merupakan mikroorganisme uniseluler yang tidak memiliki dinding sel yang rigid (kaku) namun memiliki nukleus yang sistematis. Protozoa tersebut lebih besar daripada bakteri. Seperti layaknya virus, protozoa tidak berkembangbiak di makanan, hanya di sel inang saja. Bentuk transmisi organisme ini disebut dengan cyst. Protozoa ini dapat bekerjasama dengan makanan dan menyebarkan penyakit melalui air, contohnya yaitu Entamoeba histolytica, Toxoplasma gondii, Giardia lamblia, Crytosporidium parvum dan Cyclospora cayatenensis.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana spesifikasi Toxoplasma gondii? 2. Apa etiologi dari penyakit Toksoplasmosis? 3. Bagaimana cara penularan Toxoplasma gondii? 4. Bagaimana penanganan klinis dari penyakit Toksoplasmosis?

C. Tujuan 1. Mengetahui Parasit Toxoplasma 2. Mengetahui daur hidup dari Toxoplasma gondii 3. Mengetahui gejala yang ditimbulkan oleh penyakit Toksoplasmosis 4. Mengetahui cara pencegahan terhadap penyakit Toksoplasmosis

D. Kajian Pustaka

Mikrobiologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari mahluk hidup yang tidak dapat dilihat secara mata telanjang (karena ukurannya yang kecil) dan dapat dilihat dengan bantuan alat bantu berupa mikroskop. Mikroorganisme adalah organism atau mahluk hidup yang sangat kecil, yang tidak dapat dilihat degan mata telanjang sehingga memerlukan alat bantu berupa mikroskop. Klasifikasi mikroorganisme yaitu sebagai berikut : 

Bakteri (Bacteria) o Dinding sel dan inti sel yang jelas o Berbentuk bulat (locus) dan lonjong (Basilus) o Parapatogenik (bersifat menyebabkan penyakit)



Actinomycetes o

Sel bakteri yang memiliki sifat jamur

o Bisa membuat spora dan juga bisa reproduksi 

Jamur (Fungi) o

Dapat membuat spora

o Terdapat jaringan seperti benang pada dinding sel (mycelium) o Dinding dan inti sel yang jelas 

Mycoplasma o Bakteri yang memiliki serangan seperti virus o Kurangnya sel dinding o Dapat menginfeksi inangnya



Virus o

Bersifat patogenik ( penyebab penyakit)

Ciri-ciri mikroorganisme dikelompokkan sebagai berikut : 1. Mikrobia pada umumya sangat kecil ( ukurannya dinyatakan dalam micrometer) yaitu m = 0.001 mm. 2. Meupakan mahluk hidup uni seluler ( bersel satu)

dan prokariotik ( tidak punya

membrane inti) 3. Pada umumnya tidak berklorofil (kecuali Actinomycedes) 4. Bentuk –bentuk sel bervariasi seperti Basil (batang), Kokus (bola), Spirilum (spiral), Kokobasil (bulat dan batang), dan Vibrio (tanda baca koma). Toxoplasmosis adalah salah satu penyakit zoonosis yang banyak hamper dijumpai di seluruh dunia dan menyerang berbagai jenis mamalia termasuk mahluk eksotis dan hewanhewan berdarah panas lainnya, kasusu taksoplasmosis juga banyak terjadi pada manusi dan disebut sebagai opportunises disease pada immunocompromise patiens. Penyakit ini memiliki dampak ekonomis yang penting karena mampu menimbulkan banyak penurunan produksi, gangguan pertumbuhan dan fersitalitas , termasuk abortus biaya pengobatan yang tinggi dan penurunan kualitas sumber daya manusia dan kerugian lain juga harus dipertimbangkan. Epidemiologi Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan, dan pencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif, kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena itu, epidemiologi telah menjangkau hal tersebut. Epidemiologi sebagai Suatu pengetahuan tentang fenomena massal ( Mass Phenomen ) penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah ( Natural History ) penyakit menular. Di sini tampak bahwa pada waktu itu perhatian epidemiologi hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang terjadi/mengenai masyarakat/massa (Wade Hampton Frost , 1972 ) Di bidang kedokteran, istilah ini mengacu pada penyebab dari suatu penyakit atau gangguan kesehatan. Ketika suatu etiologi suatu penyakit tidak dapat ditentukan atau diketahui secara pasti, penyebab penyakit tersebut disebut idiopatik.

BAB II PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Parasit Toxoplasma Toxoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii, merupakan penyakit parasit pada manusia dan juga pada hewan yang menghasilkan daging bagi konsumsi manusia. Infeksi yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii tersebar di seluruh dunia. Pada hewan berdarah panas dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara, sedangkan kucing dan berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif. Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit parasiter yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi beberapa penelitian telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan prevalensinya. Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan dan banyak sumber penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae). Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital toxoplasmosis). Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami infeksi penyakit ini. Sebagai parasit, Toxoplasma gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat.

B. Kejadian Toxoplasmasis

Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang secara alami dapat menyerang manusia, ternak, hewan peliharaan lain seperti hewan liar, unggas dan lain-lain. Kejadian toxoplasmosis telah dilaporkan dari beberapa daerah di dunia ini yang geografiknya sangat luas. Survei terhadap kejadian ini memberi gambaran bahwa toxoplasmosis pada suatu daerah bisa

sedemikian hebatnya hingga setiap hewan memperlihatkan gejala toxoplasmosis. Survei yang telah diadakan di Amerika Serikat. Toxoplasmosis juga sering terjadi melalui jalur atau rute makanan yaitu bentuk jaringan dari parasit (kista mikroskopis terdiri dari bradyzoites) dapat ditularkan kepada manusia oleh makanan. Manusia menjadi terinfeksi karena : 

Makanan setengah matang, atau daging yang terkontaminasi (terutama daging babi, domba, dan daging rusa).



Menelan makanan setengah matang, memegang daging yang terkontaminasi dan tidak mencuci tangan dengan bersih (Toxoplasma tidak dapat diserap melalui kulit utuh).



Makan makanan yang terkontaminasi oleh pisau, peralatan, talenan, atau makanan lain yang pernah kontak dengan daging mentah yang terkontaminasi. Pada manusia, penyakit toxoplasmosis ini sering menginfeksi melalui saluran pencernaan.

Biasanya melalui perantara makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan agen penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya karena minum susu sapi segar atau makan daging yang belum matang sempurna dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis. Penyakit ini juga sering terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah yang biasanya disebut dengan mink. Pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis sering terjadi karena makanan yang diberikan biasanya berasal dari daging segar (mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan.

C. Epidemologi Toxoplasma Gondii

Toxoplasma gondii ditemukan di seluruh dunia. Infeksi terjadi, di mana ada kucing yang mengeluarkan ookista bersama tinjanya. Ookista ini adalah bentuk yang infektif dan dapat menular pada manusia atau hewan lain. Penyebaran Toxoplasma gondii sangat luas, hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia baik pada manusia maupun pada hewan. Sekitar 30% dari penduduk Amerika Serikat positif terhadap pemeriksaan serologis, yang menunjukkan pernah terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya. Kontak yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan orang yang menangani daging mentah seperti juru masak.

Krista Toxoplasma gondii pada lingkunagn dengan suhu yang tepat (24oC)

akan

mengalami pematangan menjadi krista infektif pada watu 2 – 3 hari. Sedangkan pada dalam daging dapat bertahan hidup pada suhu - 4°C sampai tiga minggu. Kista tersebut akan mati jika daging dalam keadaan beku pada suhu - 15OC selama tiga hari dan pada suhu - 20OC selama dua hari. Daging dapat menjadi hangat pada semua bagian dengan suhu 65OC selama empat sampai lima menit atau lebih maka secara keseluruhan daging tidak mengandung kista aktif, demikian juga hasil daging siap konsumsi yang diolah dengan garam dan nitrat.

Konsumsi daging mentah atau daging yang kurang masak merupakan sumber infeksi pada manusia. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk penyebaran Toxoplasma gondii. Di Indonesia, prevalensi zat anti Toxoplasma gondii pada hewan adalah sebagai berikut: kucing 35 73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing 75% dan pada ternak lain kurang dari 10%.

D. Etiologi Toxoplasma Gondii

Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada monocyte dan sel-sel endothelial pada berbagai organ tubuh. Nama Toxoplasma berasal dari bahasa Yunani dari kata Toxon yang berarti busur (bow) yang mengacu pada bentuk sabit (crescent shape) dari takzoit. Adapun gondi berasal dari kata Ctenodactylus Gondii, seorang rodensi dari Afrika Utara yang pertama kali menemukan protozoa ini pada tahun 1908. Toxoplasma gondii ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya. Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan seterusnya. Belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni. Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat di bawah mikroskop bentuk yang oval agak panjang dengan kedua ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika ditemukan di antara selsel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak di bagian ujung yang berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, namun para peneliti belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya.

Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endotelial, sel alat tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri menjadi 2, 4 dan seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit akan menyebar melalui peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya. Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Toxoplasma gondii juga cepat mati karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati, jasad ini pun akan ikut mati. Toxoplasma membentuk pseudocyte dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya secara kronis. Bentuk pseudocyte ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis.

E. Morfologi Dan Klasifikasi Toxoplasma Gondii

Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit (bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit). Bentuk takizoit menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi. Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris. Kista tersebut mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya kedua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron dan sebuah benda residu. Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, karena berkembang biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian. Selain itu Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, clan Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis, trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit.

Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10-100 um. Kista penting untuk transmisi dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ketiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 1012 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus seksual atau gametogeni dan sporogoni yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut. Menurut Levine (1990) klasifikasi parasit sebagai berikut : Kingdom

: Animalia

Sub kingdom

: Protozoa

Filum

: Apicomplexa

Kelas

: Sporozoasida

Sub Kelas

: Coccidiasina

Ordo

: Eucoccidiorida

Sub ordo

: Eimeriorina

Famili

: Sarcocystidae

Genus

: Toxoplasma

Spesies

: Toxoplasma gondii

F. Daur Ulang Hidup Toxoplasma Gondii

Siklus hidup Toksoplasma gondii memiliki dua fase. Bagian seksual dari siklus hidup hanya terjadi pada kucing, baik domestik maupun liar (keluarga Felidae), yang membuat kucing menjadi tuan rumah utama parasit karena pada tahap seksual terjadi peleburan gamet yang masing-masing memiliki kromosom haploid. Tahap kedua, bagian aseksual dari siklus hidup,

dapat terjadi di lain hewan berdarah panas, termasuk kucing, tikus, burung, (termasuk manusia). Host dimana reproduksi aseksual terjadi disebut hospes perantara atau terjadi reproduksi aseksual pada inangnya dengan membelah diri. Hewan Pengerat adalah hospes perantara yang khas. Dalam kedua jenis host, parasit Toxoplasma menyerang sel dan membentuk ruang yang disebut vakuola. Di dalam vakuola khusus yang disebut vakuola parasitophorous, bentuk parasit bradyzoites, perlahan mereplikasi parasit. Vakuola yang berisi kista bentuk reproduksi bradyzoites terutama dalam jaringan otot dan otak. Karena parasit berada di dalam sel, mereka aman dari sistem kekebalan inang yang tidak menanggapi kista. Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii. Di dalam usus kecil kucing sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit masuk ke dalam sel epitel dan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama kotoran kucing. Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit (sporogoni). Bila ookista tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten). Resistensi Toxoplasma untuk antibiotik bervariasi, tetapi kista sangat sulit untuk diberantas sepenuhnya. Di dalam vakuola, T. Gondii itu sendiri (dengan endodyogeni) sampai pada sel yang terinfeksi parasit dan mengisi dengan semburan, melepaskan takizoit, bentuk, dan motil secara reproduksi aseksual parasit. Berbeda dengan bradyzoites, maka takizoit bebas biasanya efisien dibersihkan oleh sistem kekebalan inang, meskipun beberapa dari mereka berhasil menginfeksi sel dan bradyzoites dengan cara mempertahankan infeksi pada jaringan kista yang tertelan oleh kucing (misalnya, dengan memberi makan pada tikus yang terinfeksi).

Kista bertahan hidup melalui perut kucing . bradizoite dan sporozoite bertahan pada PH asam dan parasit menginfeksi epitel dari usus kecil di mana mereka mengalami reproduksi seksual dan pembentukan ookista. Ookista berasal dari feses. Hewan dan manusia yang menelan ookista (misalnya, dengan makan sayuran yang tidak dicuci) atau terinfeksi jaringan kista dalam daging yang dimasak secara tidak benar. Parasit memasuki makrofag pada lapisan usus dan didistribusikan melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Serupa dengan mekanisme yang digunakan di banyak virus, toksoplasma mampu mendisregulasi siklus sel inang dengan mengadakan pembelahan sel sebelum mitosis (perbatasan G2 / M). Disregulasi siklus sel inang disebabkan oleh sekresi peka panas sel yang terinfeksi sehingga mengeluarkan faktor yang menghambat siklus sel tetangga. Alasan untuk disregulasi Toxoplasma tidak diketahui, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa infeksi adalah khusus untuk host sel-sel dalam struktur sel S-fase dan host yang berinteraksi dengan Toxoplasma sehingga tidak dapat diakses selama tahap-tahap lain dari siklus sel. Infeksi tahap akut toksoplasma dapat tanpa gejala, tetapi sering memberikan gejala seperti flu pada tahap akut awal, dan dapat menjadi flu yang fatal (kasus sangat jarang terjadi) lalu tahap akut mereda dalam beberapa hari ke bulan, yang mengarah ke tahap laten. Infeksi laten biasanya tanpa gejala, namun dalam kasus pasien immunocompromised (seperti mereka yang terinfeksi HIV atau penerima transplantasi pada terapi imunosupresif), toksoplasmosis dapat berkembang. Manifestasi yang paling menonjol dari toksoplasmosis pada pasien immunocompromised adalah ensefalitis toksoplasma, yang dapat mematikan. Jika infeksi T. gondii terjadi untuk pertama kali selama kehamilan, misalkan pada kotoran kucing yang terinfeksi T. gondii, parasit dapat melewati plasenta, mungkin menyebabkan hidrosefalus atau mikrosefali, kalsifikasi intrakranial, korioretinitis dan kemungkinan bisa terjadi aborsi spontan (keguguran) atau kematian intrauterin.

G. Cara Penularan

Walaupun Toxoplasma gondii dilaporkan dapat menginfeksi semua jenis bersel inti dari berbagai jenis hewan dan manusia, bahkan insekta. Tapi terdapat beberapa jenis organ atau sel yang diserang oleh takizoit ini tergantung pada rute infksi dan inangnya. Takizoit merupakan stadium akhir dari parasit yang berkembang dengan cepat (sekitar 6- 8 jam infeksi) selama fase

akut mampu menginfeksi semua sel yang berinti kemudian berkembang biak secara endodoigenik. Infeksi akut ditandai dengan replikasi takizoit yang sangat cepat. Takizoit dengan cepat menyebar melalui saluran limp ke kelenjar limpe atau dari darah ke hati, menuju paru-paru dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh, adapun infeksi lakten, replikasi takzoit melambat, sedangkan bradizoit mengalami perkembangan dan mengalami pembentukan sista di dalam jaringan yang merupakan awal dari dormansi parasit. Proses masuknya takizoit menuju sel target merupakan proses aktif dan sangat singkat dengan kisaran waktu antara Manusia dapat terinfeksi oleh Toksoplasma gondii dengan berbagai cara yaitu 15-30 drtik. Sebaliknya, proses fagositosis memakan waktu 2-4 menit. Proses penetrasi ini melibatkan tiga tahap yang berjalan dengan integrative, yaitu perlekatan, penetrasi aktif, dan pembuatan vakuola varasitoforus maka proses perkembangan secara vegetatif dimulai, pembelahan diri takizoit yang dikenal dengan nama endodiogoni dan poliendodiogoni. Saat ini dilaporkan dalam periode sama pada sel hancur mencapai 256 takizoit baru atau lebih periode tersebut dama dengan dimana satu sel akan membelah menjadi dua sel, oleh karena kecepatan replikasi yang demikian cepat dibanding dengan kemampuan sel untuk bermitosis. Maka kerusakan yang terjadi semakin ama semakin meluas. Setelah terjadi infeksi Toksoplasma gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, dimana parasit menyerang organ dan jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri ini paling nyata terjadi pada jaringan retikuloendotelial dan otak, di mana parasit mempunyai afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan rase kronik, terbentuk kista-kista yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan peradangan lokal. Toxoplasma gondii dapat bersifat akut berdasarkan dari galurnya. Manusia dapat terinfeksi oleh Toxoplasma gondii dengan makan daging mentah atau kurang masak yang mengandung kista Toksoplasma gondii, ternakan atau tertelan bentuk ookista dari kotoran kucing, misalnya bersama buah-buahan dan sayur-sayuran yang terkontaminasi. Juga mungkin terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari donor penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi Toksoplasma gondii. Kecelakaan

laboratorium dapat terjadi melalui jarum suntik dan alat laboratoriurn lain yang terkontaminasi oleh Toksoplasma gondii serta infeksi kongenital yang terjadi intra uterin melalui plasenta.

H. Gejala

Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala klinisnya, toksoplasmosis dapat dikelompokkan menjadi : Toksoplasmosis akuisita (dapatan) dan Toksoplasmosis kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun kongenital sebagian besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat akut dan kemudian menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan penyakit lain. Pada individu imunokompeten yang tidak hamil, infeksi toxoplasma gondii biasanya tanpa gejala. Sekitar 10-20% pasien mengembangkan limfadenitis atau sindrom, seperti flu ringan ditandai dengan demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit tenggorokan, limfadenopati dan ruam. Dalam beberapa kasus, penyakit ini bisa meniru mononukleosis menular. Gejala biasanya dapat hilang tanpa pengobatan dalam beberapa minggu ke bulan, meskipun beberapa kasus dapat memakan waktu hingga satu tahun. Gejala berat, termasuk myositis, miokarditis, pneumonitis dan tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan wajah, perubahan refleks parah, hemiplegia dan koma, tapi jarang. Ensefalitis, dengan gejala sakit kepala, disorientasi, mengantuk, hemiparesis, perubahan refleks dan kejang, dapat menyebabkan koma dan kematian. Nekrosis perbanyakan parasit dapat menyebabkan beberapa abses dalam jaringan saraf dengan gejala lesi. Chorioretinitis, miokarditis, dan pneumonitis juga terjadi. Penularan Toksoplasmosis tidak secara langsung ditularkan dari orang ke orang kecuali dalam rahim Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak umumnya ringan. Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam. Ada yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa minggu sampai beberapa tahun. Ada gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad klasik yang terdiri dari hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau tetrade sabin yang disertai kelainan psikomotorik. Toksoplasmosis kongenital dapat menunjukkan gejala yang sangat berat dan

menimbulkan kematian penderitanya karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga pada sistem syaraf penderita. Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks pada retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa. Korioretinitis karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat infeksi kongenital. Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering terjadi bermacammacam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada ibu selama kehamilan trimester pertama, dapat berupa kerusakan yang sangat berat sehingga terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi serebral dan korioretinitis. Pada anak yang lahir prematur, gejala klinis lebih berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan lesi mata. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan adalah pembesaran kelenjar limfa pada leher bagian belakang dan apabila mecapai pusat syaraf akan menyebabkan ancephalitis (Toxoplasma celebralis akut) parasit yang msauk kedalam jantung akan terjadi peradangan. Adapun lesi pada mata yang mengenai khorion dan retina sehingga menyebabkan (Toxoplasmosis Optical Mica Akuta) . Pengidap Toxoplasma juga disertai dengan rasa lelah, demam dan sakit kepala. Pada infeksi akut, limfadenopati sering dijumpai pada kelenjer getah bening daerah leher bagian belakang. Gejala tersebut di atas dapat disertai demam, mialgia, malaise, sakit tenggorokan dan sakit kepala. Bentuk kelainan pada kulit akibat toksoplasmosis berupa ruam makulopapuler yang mirip kelainan kulit, sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi pneumonia interstisial. Gejala umum lainnya yang Nampak pada penderita yaitu adanya nodul-nodul nekrosa pada paru-paru, limpa dan ginjal. Sel-sel nodul yang terkandung Toxoplasmosis yang tergabung dalam koloni-koloni terminal (Pseudio-Cysts) atau parasit-parasit itu terletak bebas dalam jaringan-jaringan. Parasit ini juga terdapat pada sel-sel pada pinggir ulkus- ulkus usus. Didalam jaringan otak, parasit-parasit ini ditemukan dalam sel-sel neutron otak sebagai parasit-parasit intra seluller yang membentuk koloni-koloni terminal (Pseudo Cysts). Disamping itu juga sel-sel limfosit dalam ruang virchow robin terjadi nekrosa lokal pada jaringan otak.

Pada hati juga memperlihatkan adanya pendearahan lokal, yaitu adanya degenerasi dan reaksi seluler disamping sarang-sarang nekrosa tersebut diatas. Parasit ditemukan dalam makrofag pada sel hati. Adapun dalam limfa kadang-kadang terdapat sel-sel reticulum dan makrofag-makrofag. Parasit terlihat dalam mikroard yakni salam makrofag atau fibril. Serabutserabut otot mengalami degenerasi.

I. Diagnosa Toxoplasma

Meskipun insiden infeksi toksoplasmosis tinggi, diagnosis klinis jarang dilakukan karena tanda klinis dari toxoplasmosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya. Uji laboratorium biasanya digunakan untuk diagnosis. Hanya mendeteksi antibodi yang spesifik saja tidak cukup karena banyak manusia dan binatang memiliki titer antibodi. Sebuah infeksi baru dapat menjadi pembeda dengan deteksi peningkatan jumlah antibodi (seroconversion) dari isotypes yang berbeda (IgG, IgM, IgA) atau dari sirkulasi. Deteksi parasit yang bebas (takizoit) pada kombinasi dengan gejala klinis dapat mengkonfirmasikan suatu infeksi, sebagai contoh pada biopsi atau abortion material. Deteksi kista jaringan (hanya seperti antibodi saja) tidak mengkonfirmasi infeksi aktif. Identifikasi Toxoplasma gondii dalam darah atau cairan tubuh (Medows, 2005), yaitu : 1. Isolasi T. gondii dalam darah atau cairan tubuh (misalnya, CSF, cairan ketuban) dengan inokulasi kultur jaringan. 2. Fluorescent antibodi atau tachyzooites pewarnaan immunoperoxidase. 3. Reaksi berantai polimerase (PCR) untuk deteksi T. gondii DNA. 4. Serologi, yaitu : a. ELISA untuk mendeteksi IgG, IgM, IgA atau antibodi IgE b.

IFA deteksi IgG atau IgM IgM spesifik tes yang dilakukan bila diperlukan untuk menentukan waktu infeksi, misalnya dalam sebuah pregnansi. Sebuah tes negatif yang kuat IgM menunjukkan bahwa infeksi ini tidak baru, tetapi tes IgM positif sulit untuk menginterpretasikan. IgM spesifik toksoplasma dapat ditemukan hingga 18 bulan setelah infeksi akut dan positif palsu yang umum.

c.

Uji aviditas imunoglobulin G.

d. Immunosorbant aglutinasi untuk IgM atau IgA. e. Uji Sabin-Feldman dye, hemaglutinasi tidak langsung, aglutinasi lateks, aglutinasi dimodifikasi dan fiksasi komplemen. 5. Pencitraan Radiologi a. Computed Tomography (CT) atau radiologi dapat menunjukkan toksoplasmosis otak, USG dapat digunakan pada janin dan kalsifikasi atau ventrikel membesar dalam otak bayi baru lahir. b. CT atau MRI dapat menunjukkan beberapa kontras, bilateral meningkat ("cincin-lesi") dalam otak.

J. Diagnosis Toxoplasmosis Kongenital Pada Bayi

Di Indonesia sering dijumpai bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongnital. Penyebab kelainan kongenital karena infeksi termasuk golongan toxoplasma janin mulai membentuk zat anti pada akhir trimester pertama, yang terdiri dari IgM zat anti ini biasanya menghilang setelah 1-3 bulan. Zat anti IgM pada bayi didapat dari ibunya melalui plasenta Konsentrasi IgG pada neonatus berkurang, dan akan naik lagi bila bayi dapat mebuat IgG sendiri pada umur lebih kurang 3 bulan. Serodiagnosis infeksi kongenital berdasarkan kenaikan jumlah zat anti IgG spesifik mau deteksi zat anti IgM spesifik. Tujuan penulisan makalah ini untuk mengingat kembali kepentingan pemeriksaan zat anti IgG pada paired sera untuk diagnosis toxoplasmosis kongenital bila zat anti IgG tidak ditemukan. Pada bulan Januari 1986 Sampai Juni 1988 staf bagian parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yaitu Srisasi Ganda Husada telah melakukan penelitian tentang toxoplasmosis yaitu telah memeriksa 99 bayi berumur 1 hari sampai 6 bulan yang tersangka menderita toxoplasmosis kongenital. Bayi-bayi ini dikirim oleh RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, rumah sakit lain yang ada di Jakarta dan dari dokter-dokter praktek pribadi. Kelainan klinik pada bayi-bayi yang tersangka toxoplasmosis kongenital ini adalah merupakan trias klasik yaitu Hidrocephalus, korioretinitis, dan perkapuran otak. Ada bayi yang hanya menunjukkan suatu kelainan seperti hepatosplenomegali katarak, mikrosefalus, kejang, dan ada yang menunjukkan lebih dari satu kelainan di atas.

Dari tiap bayi diambil darah vena atan darah tali pusat serum dipisahkan dari gumpalan darah dan disimpan dalam frezer pada suhu 20C sampai diperiksa 2m anti IgM ditentukan dengan Elisa dengan menggunakan test kit Eti-Toxox-M reverse dari sorin Biomedica. Dalam test kit ini tersedia lempeng-lempeng plastik dengan sumur-sumur ini diisi dengan serum kontrol dan serum pendertia, kemudian diinkubasi selama 1 jam pada suhu 370C. Bila dalam serum tersebut terdapat IgM spesifik, maka IgM ini akan diikat dan menempel pada dasar sumur. Cairan dalam sumur-sumur dibuang dan lempeng-lempeng dicuci. Kemudian sumur-sumur diisi dengan toxoplasmosis entigen yang dibuat dari toxoplasma gondii RH Strain antigen ini dicanlpur dengan Enzyme tracer yang mengandung IgG terhadap toxoplasma gondii (dari tikus) yang dikonjugasi pada horse radish peroxydase. Setelah diinkubasi kembali selama 1 jam pada 370C, maka toxoplasma gondii akan terikat pada IgM spesifik dan enzim tracer yang menempel pada IgG terhadap toxoplasma gondii. Dengan demikian antivitas enzim ini proposional dengan konsentrasi IgM spesifik dalam serum penderita atau kontrol. Aktivitas enzim diukur dengan menambahkan Tetra Methilbenzidene chromogen/substrat yang tidak warna. Lempeng-lempeng diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Enzym dicampur dengan chromogen substrat menimbulkan warna kuning yang diukur dengan spektrofotometer dengan filter 450mm setelah reaksi dihentikan dengan laluran H2SO4In. Yang dianggap positif adalah nilai besar dari pada Cut off Control. Zat anti IgG pada bayi yang datang sebelum Juni 1987 di tentukan dengan mikroteknik tes hemagtutinasi tidak langsung (IHA) menurut Milgram dengan menggunakan antigen dari laboratorium NAMRU 2 yang dibuat dari RH strain toxoplasma gondii sebelum diperiksa serum diinativasi pada suhu 56°C selama setengah jam,. Titer dimana masih tampak aglutinasi. Mulai Juni 1987 telah tersedia Toxo Elisa Test Kit dari MA Bio product dan untuk penentuan zat anti IgG lalu digunakan Test Kit tersebut. Dalam Test Kit tersebut digunakan lempeng-lempeng plastik dengan sumur-sumur yang telah dilapisi dengan antigen toxoplasma gondii. Sumur-sumur ini diisi dengan senun kontrol dan serum penderita. Kemudian diinkubasi 45 menit pada suhu kamar. Bila serum yang diperiksa mengandung zat anti IgG spesifik maka zat anti ini terikat pada antigen. Setelah dicuci sumur-sumur diisi dengan antihuman IgG yang dikonjugasi pada enzim alkalin fosfatase. Lempeng-lempeng diinkubasi selama 45 menit pada subu kamar. Konjugat ini akan terikat pada IgG spesifik (bila) ada pada dasar sumur diisi dengan substat Pnitro fenifostat. Setelah diinkubasi kembali selama 45 menit subtract akan dihirrolisa oleh enzim

yang menimbulkan warna kuning. Setelah reaksi dihentikan dengan larutan NaOH I N perubahan warna dibaca dengan spektrofotometer dengan filter 405 mm. Intentitas perubahan warna sejajar dengan jumlah IgG spesifik. Yang dianggap positif adalah nilai yang sama dengan atau lebih besar dapat pada 0,21.

K. Penanganan Klinis Indikasi infeksi pada janin bisa diketahui dari pemeriksaan USG, yaitu terdapat cairan berlebihan pada perut (asites), perkapuran pada otak atau pelebaran saluran cairan otak (ventrikel). Sebaliknya bisa saja sampai lahir tidak menampakkan gejala apapun, namun kemudian terjadi retinitis (radang retina mata), penambahan cairan otak (hidrosefalus), atau perkapuran pada otak dan hati. Pemeriksaan awal bisa dilakukan dengan pengambilan jaringan (biopsi) dan pemeriksaan serum (serologis). Umumnya cara kedua yang sering dilakukan. Pada pemeriksaan serologi akan dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya reaksi imun dalam darah, dengan cara mendeteksi adanya IgG (imunoglobulin G), IgM, IgA, IgE. Pemeriksaan IgM untuk ini mengetahui infeksi baru. Setelah IgM meningkat, maka seseorang akan memberikan reaksi imun berupa peningkatan IgG yang kemudian menetap. IgA merupakan reaksi yang lebih spesifik untuk mengetahui adanya serangan infeksi baru, terlebih setelah kini diketahui lgM dapat menetap bertahun-tahun, meskipun hanya sebagian kecil kasus. Sebenarnya sebagian besar orang telah terinfeksi parasit toksoplasma ini. Namun sebagian besar diantaranya telah membentuk kekebalan tubuh sehingga tidak berkembang, dan parasit terbungkus dalam kista yang terbentuk dari kerak perkapuran (kalsifikasi). Sehingga wanita hamil yang telah memiliki lgM negatif dan lgG positif berarti telah memiliki kekebalan dan tidak perlu khawatir terinfeksi. Sebaliknya yang memiliki lgM dan lgG negatif harus melakukan pemeriksaan secara kontinyu setiap 3 bulan untuk mengetahui secara dini bila terjadi infeksi. Bagaimana bila lgM dan lgG positif ? Untuk ini disarankan melakukan pemeriksaan ulang. Bila ada peningkatan lgG yang signifikan, diduga timbul infeksi baru. Meski ini jarang terjadi, tetapi adakalanya terjadi. Untuk lebih memastikan akan dilakukan juga pemeriksaan lgA. Pemeriksaan bisa juga dilakukan dengan PCR, yaitu pemeriksaan laboratorium dari sejumlah kecil protein parasit ini yang diambil dari cairan ketuban atau darah janin yang kemudian digandakan. Bila indikasi infeksi sudah pasti, yaitu lgM dan lgA positif, harus segera dilakukan penanganan sedini mungkin. Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian sulfa dan

pirimethamin atau spiramycin dan clindamycin. Sulfa dan pirimethamin dapat menembus plasenta dengan baik sehingga dianjurkan untuk pengobatan pertama. Terapi harus dilakukan terus sampai persalinan. Bahkan setelah persalinan akan dilakukan pemeriksaan pada bayi. Bila didapat lgM positif maka bisa dipakstikan bayi telah terinfeksi. Meski hasilnya negatif sekalipun, tetap harus dilakukan pemeriksaan berkala sesudahnya. Dengan pemeriksaan dan pengobatan secara dini penularan pada bayi akan bisa ditekan seminimal mungkin. Selain itu pengobatan dini yang tepat saat awal kehamilan akan menurunkan secara signifikan kemungkinan janin terinfeksi. Infeksi Toxoplasma gondii pada individu dengan imunodefisiensi menyebabkan manifestasi penyakit dari tingkat ringan, sedang sampai berat, tergantung kepada derajat imunodefisiensinya. Menurut Gandahusada dkk.,(1992), pada penderita imunodefisiensi, infeksi Toxoplasma gondii menjadi nyata, misalnya pada penderita karsinoma, leukemia atau penyakit lain yang diberi pengobatan kortikosteroid dosis tinggi atau radiasi. Gejala yang timbul biasanya demam tinggi, disertai gejala susunan syaraf pusat karena adanya ensefalitis difus. Gejala klinis yang berat ini mungkin disebabkan oleh eksaserbasi akut dari infeksi yang terjadi sebelumnya atau akibat infeksi baru yang menunjukkan gejala klinis yang dramati karena adanya imuno-defisiensi. Pada penderita AIDS, infeksi Toxoplasma gondii sering menyebabkan ensefalitis dan kematian. Sebagian besar penderita AIDS dengan ensefalitis akibat Toxoplasma gondii gondii tidak menunjukkan pembentukan antibodi dalam serum. Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine dengan trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan menghambat siklus p-amino asam benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25-50 mg per hari selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari selama sebulan. Karena efek samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka dianjurkan untuk menambahkan asam folat dan selama pengobatan. Trimetoprimn juga ternyata efektif untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi antara pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah efektifitasnya. Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek sampingnya kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis spiramycin yang dianjurkan ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa peneliti menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester pertama dengan spiramycin 2-3 gram sehari selama seminggu

atau 3 minggu kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis. L. Pencegahan

Kucing merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan berjuta-juta ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai satu tahun di dalam tanah yang teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini, maka terjadinya infeksi pada kucing dapat dicegah, yaitu dengan memberi makanan yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau burung. Bila kucing diberikan monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka kucing tersebut tidak akan mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini hanya dapat digunakan untuk kucing peliharaan. Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan ookista yang berada di dalam tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70oC yang disiramkan pada tinja kucing Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran. Makanan yang matang harus ditutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut. Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66°C atau mengasap dan sampai matang sebelum dimakan. Bagi ibu yang memasak, jangan mencicipi hidangan daging yang belum matang. Setelah memegang daging mentah (tukang jagal, penjual daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih. Yang paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis kongenital karena anak yang lahir dapat menyebabkan cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik. Seta perlu adanya tindakan dengan melaporkan kasus penyakit toxoplasma kepada dinas keehatan setempat agar pemerintah dan masyarakat turun tangan dalam memberantas parasit Toxoplasma gondii.

Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit toksoplasmosis, antara lain (Chin, 2000): 1. Mendidik ibu hamil tentang langkah-langkah pencegahan: a.

Gunakan iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 150°F (66°C) sebelum dimakan. Pembekuan daging tidak efektif untuk menghilangkan Toxoplasma gondii.

b.

Ibu hamil sebaiknya menghindari pembersihan sampah panci dan kontak dengan kucing. Memakai sarung tangan saat berkebun dan mencuci tangan setelah kerja dan sebelum makan.

2. Makanan kucing sebaiknya kering, kalengan atau rebus dan mencegah kucing tersebut berburu (menjaga mereka sebagai hewan peliharaan dalam ruangan). 3. Menghilangkan feses kucing (sebelum sporocyst menjadi infektif). Feses kucing dapat dibakar atau dikubur. Mencuci tangan dengan bersih setelah memegang material yang berpotensial terdapat Toxoplasma gondii. 4. Pemilik kucing atau hewan peliharaan diusahakan memeriksa peliharaanya ke dokter hewan secara berkala. 5. Cuci tangan sebelum makan dan setelah menangani daging mentah atau setelah kontak dengan tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing. 6. Control kucing liar dan mencegah mereka kontak dengan pasir yang digunakan anakanak untuk bermain. 7. Penderita AIDS yang telah toxoplasmosis dengan gejala yang parah harus menerima pengobatan profilaksis sepanjang hidup dengan pirimetamin, sulfadiazine dan asam folinic. 8. Anak-anak sehabis bermain dengan tanah / pasir mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di berbagai negara juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali Input dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati maupun cacat kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap toxoplasma gondii akan dapat diketahui status penyakit penderita. Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka penyakit yang disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili babesiidae. Tanda-tanda yang terkait dengan toksoplasmosis tanpa gejala. Pasien mengembangkan limfadenitis atau sindrom, seperti flu ringan ditandai dengan demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit tenggorokan, limfadenopati dan ruam. myositis, miokarditis, pneumonitis dan tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan wajah, perubahan refleks parah, hemiplegi, koma, dan ensefalitis. Diagnosis dapat dilakukan dengan cara Isolasi, pewarnaan immunoperoxidase, PCR, serologi, dan pencitraan radiologi. Pencegahan dapat dilakukan dengan pendidikn pada ibu hamil, memperhatikan makanan kucing, menghilangkan feses kucing, PHBS, kontrol kucing liar, dan pengobatan profilaksis pada penderita AIDS.

B. Saran 1. Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.

2. Bagi wanita yang mengindap toxoplasmosis sebaiknya tidak hamil dahulu sampai sembuh atau virus dalam keadaan istirahat. 3.

Ibu hamil sebaiknya menghindari kontak langsung deng kucing.

4. Gunakanlah iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 1500F (660C) sebelum dimakan.

DAFTAR PUSTAKA    

  



http://keluargacemara.com/kesehatan/kehamilan/infeksi-kehamilan-karenatoxoplasma.html#ixzz1pe3XIgdB http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/05/makalah-toxoplasmosis.html http://www.totalkesehatananda.com/toxoplasmosis1.html http://www.vet-indo.com/Kasus-Medis/Pengertian-Toxoplasmosis.html

Ir. Indra Chahaya S., M.Si , 2003 , Epidemiologi “Toxoplasma gondii” . Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Dharmana, Edi , 2007 , Toxoplasma gondii, Musuh Dalam Selimut : Semarang . Kakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Blader, Ira J. , 2009 , Communication between Toxoplasma gondii and its host: impact on parasite growth, development, immune evasion, and virulence : Okhlahoma . University of Okhlahoma Health Sciences Center. Schmidt, Ronald H. , 2003 , General Overview of the Causative Agents of Foodborne Illness : Florida . University of Florida

Related Documents


More Documents from "Alfons Latuperissa"