Komplikasi Fraktur menurut (Arif Muttaqin, 2008) 1. Sindrom Kompartemen. Sindrom Kompartemen merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, syaraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan oot, syaraf dan pembuluh darah, atau karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang telalu kuat. 2. Fat Embolis Syndrome Fat Embolis Syndrome (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah. Hal tersebut ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardia, hipertensi, takipnea, dan demam. 3. Syok Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun. Hal ini biasanya terjadi pada fraktur. Pada beberapa kondisi tertentu, syok neurogeniksering terjadi pada fraktur femur karena rasa sakit yang hebat pada klien. Komplikasi Lama 1. Delayed Union Delayed union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Hal ini terjadi karena suplai darahke tulang menurun. Delayed union adalah fraktr yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan umtuk amggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah). Etiologi delayed union sama dengan etiologi pada non-union. 2. Non-union Non-union adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi, tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi yang disebut infected pseudoathrosis. Beberapa jenis non-union terjadi menurut keadaan ujung-ujung fragmen tulang sebagai berikut. a. Hipertrofik. Ujuung-ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari keadaan normalyang disebut gambaran elephants foot. Garis fraktur tampak dengan jelas. Ruangan antar tulang diisi dengan tulang rawan dan jaringan ikat fibrosa. Pada jenis ini, vaskularisasi baik sehingga biasanya hanya diperlukan fiksasi yang rigid tanpa pemasangan bone graft. b. Atrofik (oligotrofik) Tidak ada tana-tand aktivitas selular pada ujung fraktur. Ujung tulang lebih kecil dan bulat serta osteoporotik dan avaskular. Pada jenis ini, di samping dilakukan fiksasi rigid, juga diperlukan pemasangan bonegraft. 3. Mal-union. Mal-union adalah keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, pemendekan, atau union secara menyilang misalnya pada fraktur tibia-fibula. Etiologi mal-union adalah fraktur tanpa pengobatan, pengobatan yang tidak adekuat, reduksi dan imobilisasi yang tidak baik, pengambilan keputusan serta teknik yang salah pada awal pengobatan, osifikasi prematur pada lempeng epifisis karena adanya trauma.