Ta Ilham Fajar Sanius.docx

  • Uploaded by: khalid akbar
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ta Ilham Fajar Sanius.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,456
  • Pages: 47
ANALISIS IMPLEMENTASI LATIHAN SEK0CI DI ATAS KAPAL MV. HANJANI PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh :

ILHAM FAJAR SANIUS NIT : 16 617 014

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA JURUSAN KEMARITIMAN PROGRAM STUDI NAUTIKA SAMARINDA 2018

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..............................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................

ii

ABSTRAK ............................................................................................ iii ABSTRACT .......................................................................................... iv KATA PENGANTAR ...........................................................................

v

DAFTAR ISI ........................................................................................ vii DAFTAR TABEL ................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR .............................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi BAB I

BAB II

PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................

1

B. Rumusan Masalah .………………………………………..

2

C. Batasan Masalah ..........................................................

2

D. Tujuan Penelitian .........................................................

3

E. Manfaat Penelitian .........................................................

3

F. Hipotesis Penelitian………….... ......................................

3

TINJAUAN PUSTAKA A. Sekoci Untuk Penyelamatan Jiwa Di Laut ..……………... 4 B. Kursus

Keterampilan

Pelaut

Dan

Prosedur

Penyelamatan …………...... .......................................... C. Hal-Hal

Yang

Perlu

Diperhatikan

Pada

15

Waktu

Penurunan sekoci .......................................................... 17

D. Definisi Operasional ...................................................... 18 BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ....................................... 20 B. Metode Pengumpulan Data ........................................... 20 C. Jenis Dan Sumber Data. ................................................ 21 D. Metode Analisis. ............................................................. 22

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Ringkasan Singkat PT. Arpeni Pratama Ocean Line ..... 24 B. Sejarah Singkat MV. Hanjani ................................ ........ 25 C. Crew List MV. Hanjani .............................. ..................... 27 D. Master List MV. Hanjani ................................................ 28 E. Struktur Organisasi MV. Hanjani ................................... 30

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis .......................................................................... 31 B. Pembahasan .................................................................. 36

BAB VI

PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................... 42 B. Saran – saran ................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latihan sekoci penolong dalam proses penyelamatan dilaut adalah merupakan pengetahuan praktis pelaut yang menyangkut bagaimana cara menyelamatkan diri maupun orang lain dalam keadaan darurat di laut. Seperti mengalami tubrukan, kebakaran, kandas dan lain sebagainya. Proses penyelamatan ini baik para penolong maupun yang ditolong harus tahu dan paham benar caracara atau teknik pengoprasian sekoci penolong yang ada di kapal. Dalam proses pelaksaan penyelamatan-penyelamatan ini baik penolong maupun yang ditolong harus tahu dan benar-benar paham bagaimana cara menggunakan berbagai alat penolong yang ada dikapalnya. Persiapan dan tindakan-tindakan pada waktu menaiki sekoci serta bagaimana cara menggunakan sarana yang tersedia didalam sekoci penolong. Menurut aturan SOLAS 1974 amandemen 1997, tentang latihan menurunkan sekoci dalam jangka waktu 7 menit. Namun demikian pada kenyataaannya masih ada anak buah kapal yang tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagaimana mestinya karena kurangnya latihan dan pengetahuan tentang cara penurunan sekoci. Seperti penulis alami saat praktek di atas kapal, dalam melaksanakan latihan keadaan darurat sekoci penolong pada

tanggal 02 September 2009 proses menurunkan sekoci tak tepat waktu. Tepatnya pada saat kapal sedang berlabuh jangkar di pelabuhan tg. perak (surabaya), Dari kejadian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa karena kurangnya latihan dan pengetahuan tentang sekoci maka terjadi keterlambatan penurunan sekoci di atas kapal, sekoci yang semestinya turun 7 menit menjadi 15 menit. Sesuai hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk membuat proposal dengan judul yaitu : Analisis Implementasi Latihan Sekoci Di Atas Kapal MV. Hanjani. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dari penulisan skripsi ini, maka masalah pokok yang akan penulis bahas dalam skripsi ini adalah sejauh mana pengetahuan dan keterampilan anak buah kapal di atas MV. Hanjani mengenai pengoprasian sekoci. C. Batasan Masalah Pada dasarnya pembahasan ini difokuskan pada proses penurunan sekoci di atas kapal sehingga dalam keadaan darurat, anak buah kapal bisa meninggalkan kapal secara cepat dan dapat bertahan di sekoci sampai pertolongan datang. D. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini dilakukan untuk memberi sumbangan pemikiran yang bertujuan antara lain :

Agar semua anak buah kapal dapat memahami tentang cara pengoprasian sekoci penolong secara tepat dan berdaya guna dalam keadaan darurat atau meninggalkan kapal. E. Manfaat Penilitian 1. Meningkatkan pengetahuan Anak Buah Kapal tentang cara mengoprasikan sekoci di atas kapal MV. HANJANI. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak perusahaan pelayaran dalam hal pengoprasian sekoci di atas kapal MV. HANJANI. F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan

rumusan

masalah

di

atas

yang

telah

dikemukakan sebelumnya maka hipotesis dalam penulisan proposal ini adalah : Diduga

kurangnya

pemahaman,

keterampilan,

pelatihan

dan

pelaksanaan dari anak buah kapal tentang pengoprasian sekoci penolong yang menyebabkan keterlambatan penurunan sekoci di atas kapal MV. Hanjani.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sekoci Untuk Penyelamatan Jiwa Di Laut 1. Pengertian sekoci Penolong Dalam buku Badan Diklat Perhubungan (Survival Craft and Rescues Boat). 2000 : 20, mengemukakan bahwa : Sekoci penolong adalah alat penolong yang digunakan untuk evakuasi seluruh awak kapal (dan penumpang) karena memiliki konstruksi yang kuat dari alat penolong lainnya dan kapasitasnya sampai dengan maksimal 150 orang tergantung ukuran sekoci. SOLAS 1974 Bab III aturan 41 pasal 2.2.1 Walaupun konstruksi sekoci lebih kuat, namun karena bentuknya sekoci hanya dapat digunakan dengan aman di perairan yang tenang. Sesuai Bab III SOLAS 1974, sekoci penolong yang di ijinkan ada beberapa tipe, yaitu : a. Sekoci terbuka (Open Life Boat). b. Sekoci tertutup sebahagian (Partially Enclosed). c. Sekoci tertutup sebahagian secara otomatis (Self Righting Partially Enclosed) d. Sekoci tertutup (Totally Enclosed)

e. Sekoci dengan system udara otomatis (Self Contained Air Support System). f. Sekoci dengan pelindung tahan api (Fire Protected). Diliahat dari penggeraknya sekoci di bedakan menjadi : a. Sekoci dengan penggerak dayung dan layar. b. Sekoci mekanik yaitu tenaga penggerak secara mekanik dan bukan motor. c. Sekoci motor. Pada umumnya sekoci yang dilengkapi motor di luar badan sekoci dapat digunakan untuk “Rescue Boat” bila memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam aturan 47 Bab III SOLAS 1974. 2. Alat Penurunan Sekoci Alat penurunan sekoci ada 4 macam yaitu : a. Dewi-dewi puffing (Hiffing Devits) b. Dewi-dewi lengan tunggal (Single Arm Devits) c. Dewi-dewi gaya berat (Gravity Davits) d. Peluncur otomatis (Free Fall Arrangment) Dewi-dewi lengan tungggal digunakan untuk menurunkan sekoci yang kaku. Dewi-dewi gaya berat dan “Hiffing” digunakan untuk menurunkan sekoci jenis terbuka atau jenis sebahagian terbuka yang dikerjakan secara manual dan dengan system mekanik dengan bantuan udara bertekanan.

Peluncur otomatis dapat digunakan untuk meluncurkan sekoci tertutup. Pemegang otomatis dapat digunakan untuk mengikat sekoci tertutup. Sekoci penolong yang dilengkapi dengan alat ini akan terkembang dan lepas dari ikatannya kemudian terapung di air akan terjadi secara otomatis bila mana kapal tenggelam pada waktu tertentu. 3. Daya Angkut Sekoci a. Sekoci yang diijinkan adalah sekoci yang daya angkutnya tidak lebih dari 150 orang. b. Selain daya angkut yang ditentukan berdasarkan kapasitas (volume) sekoci bagaimana aturan dari SIMPSON’S Rule sesuai dengan SOLAS 1947 amandemen 1997 penentuan daya angkut sekoci adalah sebagai berikut : 1. Sedikit mungkin dengan acuan jumlah orang dengan berat rata-rata 75 kg semuanya menggunakan rompi penolong, dapat dengan normal tanpa mengganggu operasi mesin atau pendayung. 2. Sedikit mungkin dengan acuan ruang gerak tiap orang cukup bebas dan jarak antara injakan kaki dengan tempat duduk tidak kurang dari 35 cm. c. Letak dan posisi tempat duduk harus secara jelas diketahui.

4. Persyaratan Untuk Sekoci Penolong Bermotor Dalam buku Badan Diklat Perhubungan (Survival Craft and Rescue Boats) 2000 : 47. persyaratan Konstruksi. a. Sekoci yang disetujui harus dengan kontruksi yang kuat dan memiliki stabilitas yang baik pada saat dimuati penuh dengan lambung bebas yang memadai. Ia harus memiliki lambung yang tegar sehingga mampu mempertahankan stabilitasnya pada kedudukan tegak diperairan tenang dengan muatan penuh. b. Sekoci harus mampu diturunkan ke air dengan muatan penuh secara aman serta memiliki kekuatan untuk ditunda / ditarik dan diturunkan untuk kecepatan kapal 5 knot. c. Lambung sekoci tidak boleh terbuat dari bahan yang mudah terbakar atau muatan terhadap api / panas. d. Tempat duduk sekoci harus serendah mungkin dan dibawah permukaan air serta mampu menahan beban orang dengan berat 100 kg dan dengan ruang tempat duduk yang nyaman. e. Sekoci harus kokoh sehingga tidak terjadi defleksi bila dimuati beban. f. Untuk sekoci mental 1,25 berat sekoci. g. Untuk sekoci selain metal 2 kali berat sekoci. h. Sekoci harus dikonstruksikan mampu untuk benturan dengan lambung kapal dengan kekuatan 3 meter / detik dan tidak rusak bila dijatuhkan ke air pada ketinggian 3 meter.

i. Jarak tegak antara lantai sekoci dengan bagian dalam penutup sekoci yang menutupi sekoci lebih dari 50% luar lantai harus : 1) Tidak kurang dari 1.3 m untuk sekoci yang dibolehkan membawa 9 orang atau kurang. 2) Tidak kurang dari jarak antara 1.3 sampai 1.7 m sekoci yang dibolehkan membawa 24 orang atau lebih. 3) Tidak kurang dari jarak antara 1.3 sampai 1.7 m untuk sekoci yang dibolehkan mengangkut antara 9 sampai 24 orang dengan cara interpasi angka-angka di atas. 5. Ketentuan Lain a. Sekoci penolong untuk kapal penumpang harus dapat di naikturunkan berulang-ulang dengan beban penuh. b. Sekoci penolong untuk kapal barang harus dapat diturunkan dalam waktu tidak lebih dari 3 menit, dan harus dapat diturunkan berulang-ulang. c. Sekoci harus memiliki tangga embarkasi. d. Sekoci harus dirancang sedemikian rupa sehingga orang yang sakit (orang yang tak berdaya) dapat dinaikkan ke sekoci dengan aman. e. Lantai dan injakan sekoci harus dibuat tidak licin. 6. Perlengkapan Sekoci Perlengkapan bagi sekoci yang di ijinkan harus sesuai dengan ketentuan aturan 41 paragrap 8 SOLAS 1974 Bab III

a. Spesifikasi sekoci penolong bermotor 1. Dengan mesin pembakaran kompresi,harus bisa di star setiap saat. 2. Bahan bakar paling sedikit harus cukup untuk 24 jam dengan kecepatan penuh terus menerus. 3. Harus bisa bergerak mundur. 4. Mesin dan alat-alatnya harus terlindung pada saat di pakai waktu udara jelek. 5. Kecepatan maju dengan kecepatan penuh pada air tenang 6 knots. b. Mechanically Propeller 1. Harus mempunyai tenaga yang cukup untuk segera menjauh dari lambung kapal ketika sekoci diturunkan dan harus bisa memperhatikan haluan dalam segala cuaca. 2. Harus bisa di gerakkan orang yang tidak terlatih. 3. Harus dilengkapi oleh alata-alat pengubah putaran (maju menjadi mundur) oleh juru mudi setiap saat. c. Tulisan-tulisan pada badan sekoci penolong 1. Nama pelabuhan induk. 2. Kapasitas sekoci penolong. 3. Ukuran-ukuran sekoci. 4. Nomor sekoci. d. Cara Pemberian Nomor sekoci

1. Di mulai dari muka ke belakang 2. Nomor ganjil di lambung kanan, nomor genap di lambung kiri 3. Nomor di tulis di kedua lambung haluan sekoci e. Syarat Penyimpanan Sekoci 1. Jauh dari haluan dan buritan kapal 2. Bisa di turunkan ketika kapal kosong, kapal miring 15 ° 3. Harus bisa diturunkan dalam waktu 3 menit f. Guna sekat peluncur 1. menahan benturan sekoci dengan badan kapal 2. Membantu penurunan sekoci ketika kapal miring lebih besar dari 15° g. Perlengkapan sekoci 1. Daya apung dengan 2 cadangan 2. Dayung kemudi 3. 1.5 set keleti dengan rantai pengikatnya 4. Ganco (boat hook) 5. Dua prop (sumbat) untuk setiap lubang beserta rantai pengikatnya. Bagi sekoci yang di lengkapi dengan sumbat otomatis tidak dilengkapi dengan sumbat biasa 6. Dua buah ember dari bahan mental 7. kemudi dengan tangkainya (celaga) 8. Dua buah kampak, satu pada masing-masing ujungnya 9. Lampu beserta minyaknya cukup untuk 24 jam

10. Dua kotak korek api yang disimpan dalam kemasan kedap air 11. Tiang dengan kawat labrang yang tahan karat beserta layar berwarna orange. 12. Kompas beserta penerangannya. 13. Tali penolong (life line) terikat sekeliling luar sekoci. 14. Jangkar/jangkar air. 15. Dua buah tali pangolin (tonnage painter) dimuka dan dibelakang diikat kuat dengan cakil. 16. Makanan disimpan dalam kemasan kedap air. 17. Air tawar 3 liter tiap orang. 18. Empat buah cerawat payung (parachute flare). 19. Enam buah cerawat tangan (red hand flare) 20. Dua isyarat orange (smoke signal) untuk siang hari. 21. Obat-obatan pada kemasan kedap air. 22. Senter yang bisa dipakai untuk mengirim isyarat morse, dengan baterai dan bolamnya. 23. Cermin untuk isyarat siang hari. 24. Pisau lipat (jack knife) besrta pembuka kaleng yang selalu terikat pada badan sekoci dan rantai. 25. Dua buah tali buangan yang terpung. 26. Pompa tangan. 27. Satu set alat pancing.

28. Terpal pelindung yang berwarna orange. 29. Khusus sekoci motor harus ada pemadam api untuk jenis kebakaran minyak. 30. Radio jinjing/emergency portable radio pada salah satu sekoci. h. Merkah pada sekoci 1. Ukuran (Dimensi) sekoci; panjang, lebar, dan jumlah orang yang dapat diangkut. 2. Nama kapal dan pelabuhan dimana kapal didaftar. 3. Nomor sekoci. 7. Rescue Boat Menurut buku Badan Diklat Perhubungan (Survival Craft And Rescue Boat) 2000 : 59 “Rescue boat adalah sekoci yang dirancang untuk memberikan pertolongan pada orang-orang dalam keadaan bahaya dan menarik pesawat-pesawat penyelamat”. Sebenarnya rescue boat adalah sekoci yang dirancang khusus untuk dapat berfungsi menolong orang dan menarik rakit. a. Persyaratan khusus Rescue Boat. Persyaratan khusus yang dimiliki rescue boat adalah : 1. Panjangnya tidak kurang dari 3.8 dan tidak lebih dan 8.5 m. 2. Mampu mengangkut 5 orang duduk dan satu orang terlentang.

3. Bila tidak memiliki “sheer” yang memadai harus dilengkapi dengan penutup bagian haluan sepanjang 15% x panjang haluan sekoci. 4. Harus memiliki kecepatan sedikitnya 6 knot dan dapat bertahan sedikitnya 4 jam. 5. Harus mampu berolah gerak untuk mengangkat orang yang jatuh ke laut, menarik rakit penolng dan dapat menarik rakit yang terbesar yang dimiliki oleh kapal tesebut dengan kecepatan sedikitnya 2 knot. b. Perlengkapan rescue boat (Peraturan II SOLAS 1974) 1. Dayung dan pandal 2. Sebuah gayung yang dapat terapung 3. Satu pedoman magnet dengan rumah pedomannya 4. Satu jangkar apung 5. Satu tali tambat 6. Satu tali keselamatan 7. Satu senter kedap air 8. Satu peluit atau isyrarat bunyi yang lainnya 9. Perlengkapan P3K satu set 10. Lampu sorot yang mampu menerangi sampai jarak 180 m selama 6 jam secara terus menerus Sebagai tambahan juga rescue boat harus dilengkapi : 1. Sebuah ganco sekoci

2. Sebuah timba 3. Sebuah pisau atau kampak Untuk rescue boat yang dikembangkan sebagai tambahan perlengkapan adalah : 1. Pisau yang dapat terapung satu buah 2. Dua buah busa penghisap air (spon) 3. sebuah pompa manual 4. Sebuah peralatan untuk memperbaiki rakit 5. Sebuah ganco sekoci c. Persyaratan sebuah sekoci 1. Di kapal penumpang a. Di kapal penumpang yang besarnya 500 grt atau lebih satu sebuah ditiap sisi kapal b. Kapal yang besarnya kurang dari 500 grt cukup memiliki sebuah saja. c. Di kapal-kapal penumpang Ro-Ro harus memiki rescue boat (Fact Rescue Boat). 2. Di kapal barang Setiap kapal barang wajib memilki sedikitnya satu rescue boat. Sekoci penolong dapat jadi dapat digunakan sebagai

pengganti

rescue

boat

apabila

memenuhi

persyaratan yang ditentukan. (spesifikasi rescue boat terpenuhi).

B. Kursus Keterampilan Pelaut Dan Prosedur Penyelamatan Hal ini ditekankan dalam UU No 17 tahun 2008 ”bahwa pelayaran yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran, dan perlindungan lingkungan maritim, merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang harus dikembangkan potensi dan peranannya untuk mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis”. Dalam suatu sistem manajemen keselamatan kerja, erat kaitannya

dengan

ISM

CODE

yang

sasarannya

pencegahan

kecelakaan manusia atau kehilangan jiwa dan menghindari kerusakan lingkungan khususnya dalam lingkungan maritime serta harta benda. Pemenuhan ISM CODE sesuai dengan Konvensi Internasional Safety Of Life At Sea 1974 Chapter IX bahwa penerapan ISM CODE bersifat wajib. Oleh karena itu sebelum naik di atas kapal untuk menjadi seorang ABK atau Crew haruslah memiliki sertifikat dimana sertifikat tersebut adalah sertifikat keahlian atau kompetensi yang akan dipergunakan di atas kapal, sertifikat itu seperti BST, MEFA, PSCRB, MC, dan lain-lain. Dan juga ditetapkan pada SOLAS Consolidated Edition, 1997 Chapter III Regulation bahwa semua kapal harus mengikuti ketentuanketentuan sebagai berikut :

1. Di atas kapa-kapal penumpang ketika latihan sekoci dan latihan kebakaran harus dilaksanakan setiap 1 kali dalam seminggu jika keadaan

memungkinkan,

latihan-latihan

tersbut

harus

juga

dlaksanakan segera setelah kapal meninggalkan pelabuhan terakhr intuk memenuhi pelayaran internasional jarak jauh (paling lambat 24 jam setelah kapal berangkat). 2. Di atas kapal-kapal barang latihan-latihan sekoci dan kebakaran harus dilaksanakan dalam waktu 1 kali sebulan atau 24 jam setelah kapal meninggalkan suatu pelabuhan bila terjadi pergantian ABK lebih dari 25%. 3. Hasil pelaksanaan latihan-latihan darurat harus dicatat dalam log book, bila latihan tersebut tidak dapat dilaksanakan maka alasannya harus juga dicatat dala log book kapal. 4. Sekoci-sekoci penolong harus digunakan secara bergiliran pada sat dilaksanakannya latihan darurat. Bila mungkin setiap 4 bulan sekali, sekoci harus diturunkan ke air. 5. Semboyan bahaya untuk mengumpulkan para kru di master station harus tersedia dan menggunakan suling kapal untuk membunyikan isyarat 7 (tujuh) tiupan pendek disusul dengan tiupan panjang ( . . . . . ..

) secara terus menerus yang dengan suling kapal.

6. Di kapal – kapal penumpang jarak jauh, maka harus itambah dengan semboyang – semboyang yang dilakukan secara efektif.

C. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada waktu Penurunan Sekoci 1. Orang yang berada dimuka dan dibelang dewi-dewi harus berhati-hati,

karena

kemungkinan

sekoci

meluncur

secara

mendadak yang dapat membahayakan. 2. Pada saat sekoci meluncur, semua orang yang berada di sekoci harus berpegang pada tali monyet (life line) dan tidak berpindahpindah tempat. Apabila sebagian lambung sekoci telah menyentuh air, hempasan ombak dapat membahayakan orang yang berada di sekoci, untuk itu harus berhati-hati. 3. Sewaktu sekoci sedang meluncur kemungkinan sekoci dengan kapal saling berbenturan yang dapat mengakibatkan kerusakan pada sekoci, untuk itu disiapkan dapra. 4. Siapkan tangga monyet dan jaring jala-jala yang dipasang dengan kuat. 5. Peralatan untuk menurunkan sekoci harus selalu dalam kondisi baik. 6. Berikan kesempatan pada penumpang untuk naik lebih dahulu. 7. Spesifikasi sekoci penolong bermotor. 8. Tulisan-tulisan pada badan sekoci penolong a. Nama pelabuhan induk b. Kapasitas sekoci penolong c. Ukuran-ukuran sekoci

d. Nomor sekoci 9. Syarat penyimpanan sekoci a. Jauh dari haluan dan butiran kapal b. Bisa diturunkan ketika kapal kosong, kapal miring 150C c. Harus bisa diturunkan dalam waktu 30 menit 10. Gunanya sekat peluncur a. Menahan benturan sekoci dengan badan kapal b. Membantu penurunan sekoci ketika kapal miring lebih besar dari 150C. D. Definisi Operasional Sekoci penolong adalah alat penolong yang dapat digunakan untuk evakuasi seluruh anak buah kapal (dan penumpang), karena memiliki konstruksi yang lebih kuat dari alat penolong lainnya dan kapasitasnya sampai dengan maksimum 150 orang tergantung sekoci. Walaupun

konstruksi

sekoci

lebih

kuat,

namun

karena

bentuknya sekoci hanya dapat digunakan dengan aman diperairan yang tenang. Sesuai BabI III SOLAS 1974, sekoci penolong yang diijinkan ada beberapa tipe, yaitu : 1. Sekoci terbuka (open life boat) 2. Sekoci tertutup sebahagian (partially endosed) 3. Sekoci tertutup sebahagian dengan system udara otomatis (self contained air support system).

4. Sekoci dengan pelindung tahan api (fine protected). 5. Otomatis (self righting partially endosed). 6. Sekoci tertutup (totally enclosed). Dilihat dari penggeraknya sekoci dapat dibedakan menjadi : 1. Sekoci dengan penggerakdayung dan layer 2. Sekoci mekanik yaitu tenaga penggerak secara mekanik dan bukan motor. 3. Sekoci motor pada umumnya sekoci yang dilengkapi motor diluar badan sekoci dapat digunakan untuk “rescue boatI” bila memenuhi persyaratan sebagaimanan diatur dalam aturan 47 Bab III SOLAS.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di atas kapal yang dimiliki oleh PT. ARPENI PRATAMA OCEAN LINE, Tbk. Adapun waktu penelitian adalah 12 bulan 1 hari terhitung mulai tanggal 13 November 2008 sampai

dengan

14

November

2009

tepatnya

saat

penulis

melaksanakan praktek laut (Prala) di kapal tersebut. B. Metode Pengumpulan Data Dalam pembuatan atau penyelesaian skirpsi ini diperlukan datadata yang kongkrit sebagai bahan analisa dalam penulisan materi pokok serta masalahnya. Cara penulisan yang dipakai untuk memperoleh data yang diteliti sesuai dengan pengalaman penulis selama praktek laut (prala) adalah sebagai berikut ; 1. Metode lapangan (field research) Yaitu penilitian yang dilakukan dengan cara mengadakan tinjauan langsung pada obyek yang diteliti. Data dan informasi dikumpulkan melalui : a. Metode Observasi Yaitu dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung pada objek yang diteliti (Pengoprasian Sekoci di atas kapal) sehingga penulis akan bisa menggambarkan, menganalisa

untuk pembuatan skripsi yang berjudul analisa kinerja anak buah kapal dakam mengatasai keterlambatan penurunan sekoci di atas kapal. b. Metode Interview Yaitu dengan cara mengadakan Tanya jawab secara langsung kepada Nahkoda, Perwira beserta anak buah kapal yang ada di atas kapal dalam upaya mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan cara mengoprasikan sekoci penolong yang sesuai dengan prosedur agar tidak mengalami keterlambatan penurunan sekoci di atas kapal. 2. Metode Studi Pustaka Penelitian yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari literature, buku-buku dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Untuk memperoleh landasan teori yang akan digunakan dalam membahas masalah yang akan diteliti. C. Jenis Dan Sumber Data Adapun jenis dan sumber data yang diperoleh dan digunakan dalam penelitian ini adalah : Data Kualitatif Data yang diperoleh dalam bentuk variabel berupa informasiinformasi sekitar pembahasan baik secara lisan maupun tulisan. Data dalam bentuk lisan ini diperoleh dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap Nahkoda, Perwira dan ABK di atas kapal.

Selain itu, data atau informasi yang didapat dalam bentuk tulisan diperoleh dari berita-berita, internet, majalah-majalah mengenai sekoci di atas kapal baik itu cetak maupun elektronik. Sumber Data Adapun sumber data yang penuis gunakan terdiri atas : a. Data Primer Data ini merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara langsung. Data pada penelitian ini dperoleh dengan cara metode survey yaitu dengan cara mengamati dan mencatat secara langsung dilokasi penelitian. b. Data Sekunder Data ini merupakan data pelengkap yang diperoleh diluar yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi ini seperti literature/gambar, bahan kuliah dan dari perusahaan serta hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. D. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penyelesaian hipotesis adalah analisa diskriptif yaitu suatu analisis yang menggambarkan tentang upaya peningkatan keterampilan bagi perwira dan anak buah kapal terhadap penurunan sekoci di atas kapal. Hal ini dilakukan dengan terlebih dahulu menganalisa kinerja perwira dan anak buah kapal yang merupakan tolak ukur tingkat

keterampilan serta dilakukannya pembahasan sebagai pemecahan masalah yang terjadi.

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat PT. Arpeni Pratama Ocean Line PT. Arpeni Pratama Ocean Line adalah perusahaan pelayaran niaga pertama terbesar yang dimiliki Negara. Kelahiranya lebih bermodalkan tekad dan semangat kejuangan pendirinya yakni pejuang perang kemerdekaan dari Angkatan Laut Republik Indonesia. Seperti halnya bangsa Indonesia, PT. Arpeni Pratama Ocean Line pun telah mengalami pasang surut bersama-sama. Awalnya pada tanggal 18 Agustus 1950 berdiri di Jakarta sebagai Perusahaan Samudera Nasional pertama dengan nama arpenies kemudian diganti dengan nama Arpeni pratma Ocean Line dan mengoperasikan 8 (delapan) buah kapal uap, Masing-masing SS. Jakarta dan SS. Arpeni pratma Ocean Line. Pada tahun 1961 berubah status dari Namlore Venoschap (N.V.) Arpeni Pratama Ocean Line menjadi Perusahaan Negara (PT) Arpeni Pratama Ocean Line perusahaan ini berkembang pesat sampai tahun 1970, PT. Arpeni Ocean Line mengoperasikan 22 kapal ke seluruh penjuruh dunia. Tahun 1974 PT. Arpeni Pratama Ocean Line berubah status dari bentuk Perusahaan Negara (PN) menjadi bentuk PT. Arpeni Pratama Ocean Line sebagai Badan Usaha Milik perusahan Arpeni Sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai penarikan

kembali kapal-kapal tua (telah berumur 25 tahun ke atas), kapal-kapal PT. Arpeni Pratama Ocean Line kemudian ditarik dan diremajakan oleh Pemerintah sehingga PT. Arpeni Pratama Ocean Line memperoleh 8 kapal baru, 3 kapal Full cargo dan Semi Container. Setelah tahun 1990 terdapat 8 unit kapal yang dipandang tidak ekonomis lagi dan pada tahun 1995, 3 unit kapal Semi Container dijual. Sehingga akibatnya, pada tahun 1996, perusahaan mengoperasikan 6 unit kapal saja. Dengan bantuan Pemerintah, sejak akhir tahun 1998, PT.Arpeni Pratama ocen Line menerima 9 unit kapal baru tipe cargo dengan kapasitas masing-masing 4320T, melayani antar Negara dan samudera. Tahun 1999 hingga tahun 2000 PT. Arpeni Pratama Ocean Line memperoleh tambahan 5 unit kapal baru tipe Palwo Buwono. Terdiri 2 unit, berkapasitas 8930 Teus dan 3 unit berkapasitas 17940Teus. Pada tahun 2000 guna memenuhi permintaan pasar

PT. Arpeni

Pratama Ocean Line menerapkan Standar Kualitas ISO 9000/TQM dan Sistem Manajemen Keselamatan. Dalam hal ini, PT.Arpeni Pratama Ocean Line menerima sertifikat ISO 9002 dan SMC tahun 2000. B. Sejarah Singkat MV. HANJANI MV. Hanjani adalah salah satu armada kapal dari sekian kapal milik PT. Arpeni Pratama Ocean Line Kapal ini dibangun oleh perusahaan TAICHUNG dari jepang.

Vessel Ship Particular Name Of Vessel

: MV. HANJANI

Call Sign

:YEMU

Type

: GANERAL CARGO

Flag

: INDONESIA

Port of Registry

: JAKARTA

Imo number

: 8505991

Class

: BKI

GT

: 6.302 R/T

NT

: 2.643 R/T

Deadweight

:

TROPICAL DRAFT. 7.645 M

DWT. 8.024.27 K/T

SUMMER DRAFT. 7.468 M

DWT. 7.774.67 K/T

WINTER

DWT. 7.527.05 K/T

DRAFT. 7.242 M

LOA

:

104.15 Mtrs

LBP

:

96.00 Mts

Breadth

:

18.50 Mtrs

Depth

:

13.00 Mtrs

T.P.C

:

15 T/Cm

C. Crew List MV. HANJANI Tabel I. Daftar Crew List MV. HANJANI NO

NAMA

JABATAN

KEBANGSAAN

1

DUCHRI RAMDANAN

KAPTEN

INDONESIA

2

MEYDY DANCE OWU

MUALIM I

INDONESIA

3

RAUF ELLY

MUALIM II

INDONESIA

4

WIHARDY

MUALIM III

INDONESIA

5

SLAMET SUKARDI

KKM

INDONESIA

6

DANANG S AGUNG

MASINIS II

INDONESIA

7

MULYADI

MASINIS III

INDONESIA

8

NARYO

MASINIS IV

INDONESIA

9

AGUS SALIM

ELECTRIK

INDONESIA

10

MODESTUS O

KADET DECK

INDONESIA

11

RAHMAT

KADET MESIN

INDONESIA

12

NASUTION

BOSUN

INDONESIA

13

SAFRI

JURU MUDI

INDONESIA

14

FAIZAL

JURU MUDI

INDONESIA

15

PERIH MATIAS

JURU MUDI

INDONESIA

16

M. ISA

KELASI

INDONESIA

17

SUBIYANTO

MANDOR

INDONESIA

18

KUSDIMAN

OILER

INDONESIA

19

SUDARSONO

OILER

INDONESIA

20

HENRY JATMIKA

OILER

INDONESIA

21

ZULHARDISON

KOKI

INDONESIA

22

MUHAMMAD FAISAL

PELAYAN

INDONESIA

D. Master List MV. HANJANI ABANDON SHIP BOAT STATION ISYARAT : TUJUH TIUP PENDEK DIIKUTI DENGAN SATU TIUP PANJANG SECARA BERULANG ULANG DENGAN SULING ATAU ALARM KAPAL (. . . . . . . _____ ) SEKOCI NO. 1 ( KIRI ) No. 1.

JABATAN Nahkoda

SEKOCI NO. 1 - Pemimpin utama

2.

Mualim II

- Komandan sekoci, membawa epirb, two way radio dan documen kapal

3.

KKM

- Wakil komandan sekoci, membawa jurnal mesin dan documen penting lainnya

4.

Masinis III

- Tutup prop belakang, bebaskan lashing tengah dan belakang, buka life line, buka pendant line belakang, siapkan takal belakang dan hidupkan mesin sekoci.

5.

Bosun

- Buka lashing sekoci belakang dan winchman

6.

Juru Mudi A

- Tutup prop depan, bebaskan lashing depan, buka life line, buka pendant line depan dan siapkan takal depan

7.

Juru Mudi B

- Buka lashing sekoci depan, pasang takal depan dan kirimkan tali tambat depan

8.

Sailor

- Pasang takal belakang dan turunkan tangga embarkasi

9.

Oiler A

- Membawa immersion suit, buka lashing tangah sekoci dan membantu menurunkan tangga embarkasi

10.

Mess Boy

- Membawa makanan, selimut dan kirimkan tali tambat belakang

11.

Cadet Deck A

- Terima tali tambat depan dan pasang di bolder depan

12.

Cadet Engine

- Terima tali tambat depan dan pasang di bolder depan

ABANDON SHIP BOAT STATION ISYARAT : TUJUH TIUP PENDEK DIIKUTI DENGAN SATU TIUP PANJANG SECARA BERULANG ULANG DENGAN SULING ATAU ALARM KAPAL (. . . . . . . _____ ) SEKOCI NO. 2 ( KANAN ) No.

JABATAN

1. 2.

Mualim I Mualim III

3.

Mualim II

4.

Masinis IV

5.

Elektrik

6.

Juru Mudi C

7. 8.

Mandor Oiler B

9.

Oiler C

10.

Koki

11.

Cadet B

SEKOCI NO. 2 - Memimpin sekoci dan membawa jurnal deck - Wakil komandan sekoci, membawa sart dan membuka lashing tengah sekoci - Pasang takal belakang dan turunkan tangga embarkasi - Tutup prop belakang, bebaskan lashing tengah dan belakang buka life line, buka pendant line belakang, siapkan takal belakang - Buka lashingdepan sekoci, pasang takal depan dan kirim tali tambat depan - Tutup prop depan, bebaskan lashing depan, buka life line buka pendant line depan dan siapkan takal depan - Buka lashingsekoci belakang dan winchman - Membawa imersion suit, kirim tali tambat belakang dan membantu menurunkan tangga embarkasi - Terima tali tambat depan dan pasang di bolder depan - Membawa selimut, makanan dan membantu menurunkan tangga embarkasi - Terima tali tambat belakang dan pasang dibolder belakang

E. Stuktur Organisasi di MV. Hanjani

Master

Mualim I

KKM

Mualim II

Masinis II Bosun

Mandor

Mualim III

Masinis III AB I

Oiler I Masinis IV

AB II

Oiler II

AB III

Oiler III

Cadet Deck

Electrician

Koki Kelasi Pelayan

Cadet Engine

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis 1. Keterampilan Crew atau anak buah kapal Apabila terjadi keadaan darurat maka keterampilan crew atau anak buah kapal dalam menggunakan alat-alat di atas kapal sangat menentukan dari contoh latihan keadaan darurat sekoci penolong yaitu pada tanggal 02 September 2009, jam 09.00 – 09.30 LT tepatnya pada saat kapal anchorage di Tanjung perak (surabaya), dimana keadaan cuaca pada saat itu cerah. Latihan sekoci penolong dalam menyelamatkan jiwa dalam keadaan darurat. Pada saat latihan masih banyak crew atau anak buah kapal yang belum mengetahui cara pengoprasian sekoci penolong yang sesuai dengan prosedur. Seharusnya sekoci diturunkan dalam waktu 3-7 menit dengan pengetahuan dan keterampilan crew atau anak buah kapal, akan tetapi pada kenyatannya sekoci penolong dapat di turunkan setelah memerlukan waktu 10-15 menit. Disini terlihatnya bahwa kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengoperasian sekoci penolong di MV. Hanjani. Dimana perincian dari latihan tersebut adalah sebagai berikut :

Pukul 09.00 LT

: General alarm dibunyikan (7 pendek 1 panjang kurang ± 1 menit)

Pukul 09.05 LT

: Regu sekoci segera menuju master station masing-masing.

Pukul 09.15 LT

: Sekoci

diturunkan

sampai

dek

embarkasi/stationary. Pukul 09.20 LT

: Diarea sampai di air.

Pukul 09.30 LT

: Latihan selesai.

Adapun perlengkapan yan digunakan adalah : 1. Life Jacket 2. Helmet 3. Handy Talky/walky Talky Dari contoh di atas terlihat dengan jelas bahwa keterampilan crew atau anak buah kapal tentang pengoprasian sekoci penolong sangat kurang, sehingga didalam latihan mengenai keadaan darurat tidak terlaksana sesuai dengan yang diharapkan. Agar dapat memperjelas bahwa tingkat pengetahuan anak buah

kapal tentang sekoci penolong sangat

minim,

pada

quistionnare (terlampir) yang penulis sebarkan kepada responden yang berisi beberapa pertanyaan maka penulis mengambil persentase dari setiap pertanyaan tersebut dengan data sebagai berikut :

Table 1. Data crew atau anak buah kapal yang bekerja di atas kapal MV. Hanjani berdasarkan tingkat ijasah Tingkat ijasah

Jumlah

Persentase

PSCRB

4

19 %

BST

18

81 %

Total

22

100 %

Sumber : data yang telah diolah

Dari tebel di atas didapat bahwa anak buah kapal yang mempunyai ijasah BST (Basic Safety Training) adalah 18 orang sehingga dapat disimpulkan bahwa sertifikat tentang sekoci penolong PSCRB (Proficiency Survival Craft And Rescue Boat) belum dimiliki. Dapat dilihat pada lampiran crew list. 1. Berdasarkan dari hasil jawaban responden yang ada pada pertanyaan poin pertama maka penulis mengambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan anak buah kapal tentang penurunan sekoci penolong masih kurang. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut : Table 2. Tingkat pengetahuan anak buah kapal pada saat penurunan sekoci Jawaban responden

jumlah

Persentase

Ya

9

41 %

Tidak

13

51 %

Total

22

100 %

Sumber : data yang telah diolah

Menurut jawaban responden pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan anak buah kapal tentang penurunan sekoci masih kurang sebab terdapat 9 responden (41%) yang menjawab ya dan 13 responden (51%) yang menjawab tidak. 2. Berdasarkan dari hasil jawaban responden yang ada pada pertanyaan poin kedua maka penulis mengambil kesimpulan bahwa latihan sekoci penolong tidak dilaksanakan sesuai dengan jadwal. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3. Pelaksanaan latihan sekoci penolong Jawaban responden

jumlah

Persentase

Ya

18

81 %

Tidak

4

19 %

Total

22

100 %

Sumber : data yang telah diolah

Menurut jawaban responden pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan latihan sekoci penolong jarang dilaksanakan sebab terdapat 18 responden (81%) yang menjawab ya dan 4 responden (19%) yang menjawab tidak. 3. Berdasarkan pada hasil jawaban responden yang ada pada pertanyaan poin ketiga maka penulis mengambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan anak buah kapal tentang peralatan

yang digunakan saat penurunan sekoci masih kurang. Agar lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4. Tingkat pengetahuan anak buah kapal tentang peralatan yang digunakan pada saat penurunan sekoci Jawaban responden

Jumlah

Persentase

Ya

8

37 %

Tidak

14

63 %

Total

22

100 %

Sumber : data yang telah diolah

Menurut jawaban responden pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan anak buah kapal tentang peralatan yang digunakan saat penurunan sekoci masih kurang sebab terdapat 8 responden (37%) yang menjawab ya dan 14 responden (63%) yang menjawab tidak. 4. Berdasarkan pada hasil jawaban responden yang ada pada pada pertanyaan poin keempat maka penulis mengambil kesimpulan bahwa pada kamar/kabin tempat tinggal anak buah kapal

tidak

ada

buku-buku

petunjuk

tentang

prosedur

menggunakan sekoci penolong. Agar lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

tabel 5. Penyediaan buku-buku panduan tentang prosedur penurunan sekoci penolong Jawaban responden

Jumlah

Persentase

Ya

6

28 %

Tidak

16

72 %

Total

22

100 %

Sumber : data yang telah diolah

Menurut jawaban responden pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa buku-buku panduan penurunan sekoci penolong tidak ada pada kamar/kabin dari anak buah kapal sebab terdapat 16 responden (72%) yang menjawab tidak dan 6 responden (28%) yang menjawab ya. B. Pembahasan Berdasarkan dari hasil hipotesis di atas data observasi (pengamatan) di MV. Hanjani bahwa kurangnya pemahaman dan pelatihan crew atau anak buah kapal pada saat dilakukan pelatihan pengoprasian sekoci di atas kapal sebagai penyebab terlambatnya penurunan sekoci. Oleh karena itu dibawah ini akan diuraikan langkah-langkah untuk mengatasi kurangnya pengetahuan dari anak buah kapal tentang cara mengunakan sekoci penolong : 1. Penyebab kurangnya pengetahuan atau keterampilan anak buah kapal tentang sekoci penolong.

a. Kurangnya pendidikan yang didapat oleh anak buah kapal tentang sekoci penolong Sesuai ketentuan dalam Internasional Convention On ”Standarts Of Training Certification And Watch Keeping For Seafarer” 1978 amandemen 1995 (SCTW 1978 amandemen 1995) regulation VI/2, diwajibkan bagi para nakhoda, perwira dek, kepala kamar mesin, masinis dan personil yang ditugaskan dalam pelayanan penurunan sekoci penolong mempunyai sertifikat khusus kecakapan/keterampilan pesawat luput maut dan sekoci penyelamat (certificate proficiency in survival craft and recue boat). Namun pada kenyataannya di MV. Hanjani hanya terdapat 4 orang anak buah kapal yang memiliki sertifikat PSCRB, sementara 18 orang lainnya hanya memiliki sertifikat BST, sehingga sebagian besar dianggap tidak memahami prosedur penurunan sekoci yang sesuai. Hal ini secara mendasar berpengaruh pada proses penurunan sekoci. Apabila pengetahuan atau keterampilan personil kurang memadai maka prosedur penurunan akan membutuhkan waktu yang lebih lama yang berpengaruh pada keselamatan penumpang. b. Jarangnya dilaksanakan latihan sekoci penolong di atas kapal Salah satu faktor yang juga sangat mempengaruhi kurangnya pengetahuan atau keterampilan dari anak buah kapal

adalah jarangnya dilaksanakan latihan sekoci penolong di atas kapal secara rutin sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh mualim 1. Bila latihan sekoci penolong jarang dilaksanakan maka akan membuat anak buah kapal menjadi tidak terbiasa dan tidak terampil lagi dalam mengunakan sekoci penolong. Pengetahuan tentang cara mengunakan sekoci penolong yang telah didapat selama bekerja di atas kapal lama kelamaan akan berkurang sehingga pada saat latihan dilaksanakan anak buah kapal akan lambat atau kurang terampil dalam pelaksaannya. 2. Langkah-langkah untuk mengatasi kurangnya pengetahuan anak buah kapal dalam hal penggunaan sekoci penolong a. Memberikan pendidikan atau kursus sekoci penolong oleh pihak perusahaan. Cara memberikan pendidikan dan keterampilan sekoci penolong yaitu disaat para anak buah kapal yang mengambil cuti diberikan kesempatan mengikuti pendidikan atau kursus yang dilaksanakan oleh diklat yang menyelenggarakan program tentang alat-alat keselamatan khususnya mengenai sekoci penolong dengan begitu anak buah kapal akan mendapatkan pengetahuan secara teori maupun praktek sesuai dengan program STCW

1974 dari mulai perkenalan alat, cara

perawatan sampai dengan cara pengunaannya.

Sesuai ketentuan dalam internasional convention on ”Standarts Of Training Certification And Watch Keeping For Seafarer” 1979 amandemen 1995 (STCW 1978 amandemen 1995) reulation VI/2, diwajibkan bagi para nakhoda, perwira dek, kepala kamar mesin, masinis dan personil yang ditugaskan dalam pelayanan penurunan sekoci dan rakit penolong mempunyai sertifikat khusus/keterampilan

pesawat

luput

maut

dan

sekoci

penyelamat (Certificate Proficiency In Survival Craft And Rescue Boat). Kursus ini menyajikan kepada peserta suatu cara yang aman dan terpercaya dalam penyelamatan jiwa di laut bila kapal mengalami keadaan darurat

yang mengakibatkan

pelaut

(pelayar) terpaksa harus meninggalkan kapalnya. Setelah anak buah kapal mendapat pendidikan sekoci penolong melalui kursus yang diikutinya, diharapkan pada saat latihan sekoci penolong yang nantinya dilaksanakan di atas kapal maka anak buah kapal tersebut dapat lebih terampil dan cepat dalam melaksanakan latihan sekoci penolong dan juga mengetahui alat-alat yang digunakan serta fungsinya. b. Mengadakan latihan sekoci penolong secara rutin di atas kapal dan pemberian motivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anak buah kapal maka Nakhoda sebagai pimpinan tertinggi di atas kapal yang bertanggung jawab penuh terhadap keselamatan di

kapal, muatan, anak buah kapal dan seluruh penumpang supaya melaksanakan latihan-latihan alat keselamatan secara rutin.

Dengan

melakukan

latihan-latihan

keselamatan,

diharapkan pemahaman akan pentingnya latihan keselamatan jiwa dilaut akan meningkat, dan keseriusan serta ketertarikan mengikuti latihan keselamatan akan tercipta suatu team keselamatan yang solid. Tujuan lain yang dapat dicapai dengan memberi latihanlatihan sekoci dan rakit penolong secara rutin yaitu agar anak buah kapal dapat lebih terampil dalam mengunakan sekoci dengan cepat dan benar. Latihan-latihan yang dilaksanakan harus dilakukan sebaik-sebaiknya dan ditulis pada log book, bila tidak dilaksanakan maka jangan diisi pada log book. Nakhoda harus betul-betul tegas dalam memberikan latihan serta bisa melakukan

hal-hal

yang

bisa

diteladani

terutama

pelaksanaannya. Nakhoda harus tegas dalam memberikan teguran kepada anak buah kapal yang tidak menggunakan kelengkapan alat-alat keselamatan pada waktu latihan serta mengambil tindakan tegas bila ada anak buah kapal yang tidak hadir dalam latihan. Nakhoda sebagai penanggung jawab tertinggi di atas kapal harus senantiasa memberikan motivasi kepada anak buah kapalnya dalam hal pelaksanaan latihan alat-alat keselamatan

agar bertambah pengetahuannya. Hal tersebut dapat berupa penerangan atau tetap muka. Dalam

tatap

muka

seharusnya

Nakhoda

dapat

memberikan motivasi kepada seluruh anak buah kapal yaitu dengan cara memutarkan video tentang cara menggunakan sekoci penolong atau memutar video tentang berbagai kejadian yang dialami oleh kapal yang mengalami kecelakaan. Dengan pemutaran video ini diharapkan agar anak buah kapal dapat termotivasi untuk lebih memahami dan mengerti tentang arti pentingnya alat-alat keselamatan dalam hal ini sekoci penolong, sehingga pada saat kapal mengalami kecelakaan yang tidak diinginkan pada anak buah kapal lebih siap untuk proses penyelamatan dengan menggunakan sekoci penolong yang ada di kapal Dalam tatap muka tersebut, Nakhoda dapat juga memberikan informasi/masukan pengetahuan tentang sekoci yaitu dengan tidak menganggap remeh alat-alat keselamatan tersebut. Dalam sekilas anak buah kapal sering menganggap remeh alat-alat keselamatan yang biasa terpasang pada tempat-tempat yang strategis, mereka menganggap bahwa penanganannya mudah serta tidak perlu dipelajari secara khusus.

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya pengetahuan crew atau anak buah kapal tentang peralatan sekoci penolong sehingga timbul kesulitan dalam mengoperasikan sekoci penolong yang mengakibatkan latihan tidak terlaksana sebagaimana yang diharapkan. 2. Kurangnya pelaksanaan atau pelatihan crew atau anak buah kapal dalam pengoperasian sekoci penolong di atas kapal. B. Saran Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Sesuai ketentuan dalam SCTW 1978 amandemen 1995 Regulation VI/2, diwajibkan bagi para crew atau anak buah kapal yang ditugaskan

dalam

mempunyai

sertifikat

pelayanan khusus

penurunan

sekoci

penolong

kecakapan/keterampilan

sekoci

penyelamat (Certificate Proficiency in Survival Craft and Resque Boat), sehingga crew atau anak buah kapal memiliki pengetahuan tentang pengoperasian sekoci.

2. Berdasarkan dari ketentuan SOLAS 1974 bagi kapal-kapal penumpang, pelatihan (drill) sekoci penolong harus dilaksanakan sesuai

dengan

prosedur,

harus

memperagakan

bagaimana

mempergunakan alat-alat keselamatan di atas kapal (sekoci penolong). Sehingga crew atau anak buah kapal benar-benar terlatih pada saat penurunan sekoci.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Diklat Perhubungan, 2000, Personal Survival Techniques (Teknik Penelamatan Diri).

Badan Diklat Perubungan, 2000, Survival Craft And Rescue Boat, Depertemen Perhubungan, Jakarta.

Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, 2002, Solas 1974, Politeknik Pelayaran Makassar, Makassar.

Soerjono. HS Capt, Perlengkapan Kapal, Yayasan Venus, Ujung Pandang, Tanpa Tahun.

Prof Dr. Suharsini Arikunto, 2006, Suatu Pendekatan Praktis, Rineka Cipta, Jakarta.

Rozaimi Jatim Dan Rahardjo, 1980, Olah Sekoci, Yayasan Neptunus, Semarang.

Tim BPLP, 1998, Penyelamatan Jiwa Manusia Dilaut, Yayasan Venus, Ujung Pandang.

Related Documents

Ta Ilham Fajar Sanius.docx
November 2019 16
Ta Ta
August 2019 56
Fajar Jadi.docx
June 2020 21
Ta
November 2019 49
Ta
June 2020 19

More Documents from ""

Ta Ilham Fajar Sanius.docx
November 2019 16
Khalidbhatti[1]
May 2020 27
40 Ahadees Mubarika
May 2020 23
June 2020 29