Sumber Belajar 2, Jenis Kelamin

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sumber Belajar 2, Jenis Kelamin as PDF for free.

More details

  • Words: 4,986
  • Pages: 22
SUMBER BELAJAR 2: NASKAH CASE STUDY ”Sulitnya Memahami Perbedaan Jenis Kelamin” Sulitnya Memahami Perbedaan Jenis Kelamin Oleh: Siti Mariya Ulfah Saya seorang guru kelas satu, waktu saya akan mengajar Pendidikan Kewarga Negaraan di awal tahun ajaran baru dengan tujuan setelah pembelajaran berakhir anak-anak bisa mengetahui bahwa meskipun laki-laki dan perempuan berbeda tetapi semua harus sama dalam mengikuti pelajaran. Maka saya pilih materi yang ada di silabus dengan materi pokok: Perbedaan jenis kelamin dan Kompetensi Dasarnya : Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama, dan suku bangsa. Mengajar di kelas satu bukanlah hal yang baru bagi saya, saya sangat menikmati pekerjaan saya sebagai guru kelas satu di Sekolah Dasar Kebondalem Kecamatan Mojosari Kab. Mojokerto. Profesi ini sudah saya jalani selama delapan belas tahun mulai tahun 1989 selalu berhadapan dengan anak-anak yang masih sangat lugu dan masih banyak membutuhkan bimbingan dan arahan. Waktu saya akan membelajarkan dengan pendekatan PAKEM, materi tentang perbedaan jenis kelamin saya sudah menyiapkan RPPnya, saya berfikir bagaimana membelajarkan yang bisa mengaktifkan, menyenangkan dan menjadikan anak kreatif dengan efektif waktu, padahal anak kelas satu masih banyak yang belum bisa membaca, menulis dan komunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia juga masih terbatas, apalagi masuk sekolah masih berjalan satu bulan karena kebanyakan menggunakan bahasa ibu/bahasa jawa. Tetapi saya tidak putus asa selalu ingin mencoba, karena belajar bisa juga dari kegagalan itu yang menjadi prinsip saya. Bel berbunyi tanda masuk kelas, saya membawa RPP yang sudah saya bawa dari rumah menuju kelas, Saya berdiri di depan kelas mengajak anak-anak berdo’a sebelum belajar, kemudian saya membuka RPP. Ucapan salam saya lontarkan ”Assalamualaikum” anak-anak menjawab dengan serentak “Wa alaikum salam”. Kemudian saya mengatakan kepada anak-anak bahwa hari ini kita akan belajar membedakan jenis kelamin, dengan percaya diri saya mengajar. Kegiatan saya awali tanya jawab, pertanyaan pertama yang saya sampaikan “Anak-anak ibu kalian itu laki-laki atau perempuan ? Anak-anak menjawab bersama-sama, perempuan……. Kemudian saya sambung dengan pertanyaan, sedangkan Ayah kalian itu laki-laki atau perempuan? Laki-laki bu guru, laki-laki bu guru jawab anak dalam satu kelas. Seketika itu saya merasa bingung dan gugup dalam benakku berfikir apa yang akan dikerjakan anak-anak selanjutnya? untuk menutupi kegugupan, saya mengajak anakanak menyanyi lagu satu-satu aku sayang ibu. Pembelajaran berlanjut, anak-anak saya ajak keluar kelas. Di halaman membentuk lingkaran, kemudian saya minta menyebutkan nama-nama

1

temannya dan jenis kelamin secara bergiliran. Setelah itu saya bertanya kepada anak-anak, sudah semua menyebutkan nama-nama teman dan jenis kelaminnya ? sudah bu………………! Saya merasa bingung lagi, ternyata saya menemui jalan buntu bagaimana selanjutnya pelajaran ini akhirnya anak-anak saya ajak bermain pengelompokkan, sebelum bermain saya bertanya kepada anak-anak “siapa yang senang bermain“? (semua anak mengangkat tangan sambil teriak-teriak saya bu……….saya bu……) dengan melompat-lompat akhirnya kelas menjadi gaduh. Saya tambah bingung anak-anak tidak mau diam, dengan suara yang keras saya berteriak–teriak “Diam, kalau ingin bermain dengarkan bu guru “. Sekarang perhatikan, nanti kalau ibu menyebutkan laki-laki kumpul laki-laki dan perempuan kumpul perempuan maka kalian harus lari cepat mengelompok menurut jenis kelamin. Waktu bermain anak-anak kelihatannya senang, mereka lari-lari sambil teriak-teriak. Di penghujung permainan anak-anak mengelompok menurut jenis kelamin (semua anak berdiri menurut kelompok jenis kelamin) saya melanjutkan pembelajaran dengan menyuruh menghitung jumlah anak lakilaki dan jumlah anak perempuan untuk dituliskan hasilnya di atas tanah. (semua anak dalam kelompok saling menghitung jumlah temannya. Setelah pembelajaran di halaman selesai, saya ajak anak-anak masuk ke kelas. Di dalam kelas saya bertanya kepada semua anak dengan pertanyaan “Siapa yang sudah bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan ? “, kelas menjadi hening (tampaknya semuan tidak ada yang berani menjawab ) kemudian saya suruh untuk diskusi (ngobrol) dikelompoknnya untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan. Nah! Anak-anak silahkan bekerja dalam kelompok untuk menceritakan perbedaan laki-laki dan perempuan, ternyata harapan saya adalah hampa, saya mengalami kesulitan yaitu tidak ada satupun yang mau berbicara. Dengan gaya bahasa tertentu saya membujuk mereka agar mau berbicara, tetapi tidak ada yang mau berbicara. Saya berharap akan ada diskusi kelompok, pelaporan hasil diskusi dan sharing sebagaimana skenario yang sudah saya rancang tidak bisa berlangsung. Kelas semakin sunyi, tidak terdengar suara satupun, kemudian saya menemukan ide agar anak menggambar. (anak laki-laki menggambar anak perempuan, anak perempuan menggambar anak anak laki-laki ) sebelum menggambar saya melemparkan pertanyaan kepada anak-anak “Apa bedanya anak laki-laki dan anak perempuan “? Coba saling mengamati. (beberapa anak mengangkat tangan dan ribut ingin menyampaikan pendapatnya dengan suara yang keras ! saya bu, saya bu, saya bu). Kemudian saya minta menyampaikan secara bergiliran , yang dimulai dari kelompok merah. Kelompok merah menjawab “kalau perempuan memakai anting-anting bu! kata Ninda wakil dari kelompok merah, disahut oleh Hendra wakil dari kelompok hijau “perempuan memakai baju rok bu! kelas tambah ramai semua anak ingin menyampaikan pendapatnya secara bersahut-sahutan. saya minta anak-anak untuk diam dan yang akan

2

menjawab hendaknya angkat tangan dulu. Kelas mulai agak sepi tiba-tiba Wahyu menyampaikan ‘kalau perempuan biasanya rambutnya pendek”. begitu saya melihat Andi diam saja saya bertanya kepada mereka! Kalau menurut kamu apa Andi? Dengan nada polosnya, Andi menjawab ”Perempuan itu kalau sudah besar susunya(payudara) juga besar.kelas tambah ramai ditambah jawaban Nanda yang mengatakan ya bu,wedok itu juga bisa meteng (permpuan bisa hamil ) kegiatan tanya jawab berlangsung kurang lebih 15’ hasil tanya jawab saya tulis dipapan,akhirnya suasa kelas menjadi aktif tidak sunyi lagi. Setelah tanya jawab selesai ,saya melanjutkan pembelajaran semua anak saya minta untuk menggambar orang dan menyebutkan ciri-cirinya .dan pelajaran saya akhiri dengan pesan moral tentang “ bahwa meskipun lakilaki perempuan berbeda kita harus saling menjaga perasaan, menerima kekurangan dan kelebihan dan harus sama dalam berbuat terutama dalam proses belajar.

3

CONTOH PERMASALAHAN DI KELAS IV SD “ PERKALIAN SUSUN KE BAWAH DENGAN CARA PENDEK” Permasalahan Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa SD kelas IV melakukan banyak kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal tentang perkalian susun ke bawah dengan cara pendek. Dalam kegiatan tes yang dilakukan disuatu kelas dan hasilnya diamati secara seksama didapat hasil sebagai berikut. • Dari 29 orang siswa yang masing-masing mengerjakan 8 soal didapat data sebagai berikut. 

Terdapat 4 siswa yang menjawab salah 1 soal



Terdapat 7 siswa yang menjawab salah 2 soal



Terdapat 3 siswa yang menjawab salah 3 soal



Terdapat 6 siswa yang menjawab salah 4 soal



Terdapat 9 siswa yang menjawab salah lebih dari 4 soal

• Siswa banyak melakukan kesalahan terutama pada soal-soal yang hasil perkaliannya lebih dari 10 sehingga harus digunakan teknik memindah (teknik menyimpan). Contoh kesalahan-kesalahan tersebut dapat dirangkum sebagai berikut. Contoh-1 948 408 72 × 6× 1696 (2 × 9 = 16) 3048 (6 × 4 = 30) 6636 + 68056 Siswa melakukan kesalahan dalam menentukan hasil perkalian yaitu: 6 × 4 = 30 2 × 9 = 16 408 81 6 Contoh-2 90 2508 709 81 68 × × 729 × 5752 7371 431 + + 48892 Siswa salah Contoh-3 98 69 × 72 540 +

dalam menentukan hasil perkalian dengan bilangan nol. (satuan dikalikan satuan, puluhan dikalikan puluhan)

98 69 1572 × 588 7452 +

(satuan dikalikan satuan kemudian puluhannya dijumlahkan)

4

612 Contoh-4 697 47 × 4879 2788+ 7667

98 69 × 882 588 + 1470

81 90 × 00 729 + 729

Senada dengan masalah di atas Ashlock (1990: 65-68) juga menyampaikan pola kesalahan siswa dalam mengerjakan soal tentang perkalian 2 bilangan cacah susun ke bawah dengan cara pendek seperti berikut.

2 46 24 × 184 102 + 1204 1 313 4× 1252

5 48 57 336 × 250 + 2836

210 15 × 210

34 2 68 ×

1 524 34 × 1576

2 27 4 88 ×

433 226 × 878

2 18 3 34 ×

2 27 4 168 ×

1 24 4 86 ×

2 18 3 304 ×

Demikian juga Marks (1985:119) menyatakan bahwa banyak guru melaporkan tentang muridnya yang tidak dapat memberikan jawaban yang benar untuk soal seperti: 28 4 202 × Jalan pikiran pengerjaan itu adalah: 4 × 8 = 32 ditulis 2 memindah 3 puluhan. Maka 3 puluhan ditambah 2 puluhan (dalam 28) menjadi 5 puluhan, dan 4 × 5 puluhan adalah 20 puluhan, sehingga hasilnya 202. Berdasar pengalaman di lapangan terungkap bahwa salah satu penyebab adalah guru melakukan pembelajaran perkalian susun ke bawah cara pendek dengan hanya memberikan algoritma (langkah-langkah pengerjaan) secara mekanik atau hafalan. Berdasar hal tersebut di atas, maka diperlukan suatu kejelasan tentang penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan perkalian susun ke bawah cara pendek, dan alternatif pemecahannya dalam suatu pembelajaran yang menekankan pada pemahaman proses, dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam suatu kegiatan yaitu PTK, yang menekankan pada

5

penggunaan pendekatan konstruktivis dan teori Bruner yaitu: enactif, ekonik dan simbolik. Konstruktivis adalah suatu pandangan dalam mengajar dan belajar, di mana siswa membangun sendiri arti dari pengalamannya dan interaksi dengan orang lain, sedangkan tugas guru adalah memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa (Arend, 1997:125). Sedangkan Bruner (dalam Orton, 1992:151) menyatakan bahwa siswa dalam belajar konsep matematika melalui 3 tahap yaitu enactif, ekonik, dan simbolik. Tahap enactive yaitu tahap belajar dengan memanipulasi benda atau obyek kongkrit, tahap ekonic adalah tahap belajar dengan menggunakan gambar, dan tahap simbolik adalah tahap belajar matematika melalui manipulasi lambang atau simbol. Permasalahan tersebut di atas dapat ditinjau dari aspek pengembangan kurikulum, pendalaman materi, dan praktik pembelajaran adalah sebagai berikut. 1. Perkalian susun ke bawah diajarkan mulai kelas III semester 1 yang dibedakan antara cara panjang dan cara pendek dan ditingkatkan untuk kelas IV. Seyogyanya pembelajaran cara panjang dan cara pendek (dicantumkan dalam kurikulum) diajarkan dalam satu kesatuan tidak terpisah. 2. Fakta dasar perkalian (perkalian 1 angka dengan 1 angka) perlu diterampilkan dengan metode yang menarik misal: permainan atau lomba, agar anak tidak bosan dan lebih menyenangkan.

3. Pembelajaran perkalian bilangan cacah susun ke bawah dengan cara pendek perlu dibelajarkan dengan konsep yang menggunakan media antara lain kertas berpetak dan lidi. Fokus Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan memfokuskan pada penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan perkalian susun ke bawah dengan cara pendek, yaitu menentukan sebab kesalahan siswa dengan memeriksa setiap kesalahan. Berdasar penyebab kesalahan-kesalahan tersebut dilakukan usaha untuk memperbaikinya dalam pembelajaran. Rumusan Masalah Sesuai dengan fokus penelitian di atas, maka dapat disusun rumusan masalah yang diajukan menjadi pertanyaan sebagai berikut. 1. Apa saja yang menjadi penyebab kesalahan siswa pada perkalian susun ke bawah dengan cara pendek 2. Strategi pembelajaran apa yang dapat dilakukan untuk dapat memper-baiki penyebab kesalahan siswa tersebut?

6

Contoh Fokus Masalah Dan Rumusan Masalah Fokus Masalah Menentukan penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan perkalian susun ke bawah dengan cara pendek berarti memeriksa setiap kesalahan yang dilakukan siswa. Berdasar penyebab kesalahan-kesalahan tersebut dilakukan usaha untuk memperbaikinya dalam pembelajaran.

Rumusan Masalah Sesuai dengan fokus penelitian di atas, maka dapat disusun rumusan masalah yang diajukan menjadi pertanyaan sebagai berikut. Apa saja yang menjadi penyebab kesalahan siswa pada perkalian susun ke bawah dengan cara pendek? Strategi pembelajaran apa yang dapat dilakukan dapat memperbaiki penyebab kesalahan siswa tersebut?

7

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

CONTOH RPP TEMATIK:SATUAN

PENDIDIKAN : SDN

TEMA : Diri Sendiri KELAS/SEMESTER : I/I ALOKASI

WAKTU :

TAHUN

4 x 35 menit PELAJARAN :

Pertemuan ke 1 (dari 7 x pertemuan) I.

Standar Kompetensi Bahasa IndonesiaPKNMengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan dengan perkenalan dan tegur sapa.Menerapkan hidup rukun dalam perbedaan

II. Kompetensi Dasar Bahasa IndonesiaPKNMelaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk sederhana Memperkenalkan diri sendiri dengan menggunakan kalimatMenjelaskan perbedaan jenis kelami III. Indikator Bahasa IndonesiaPPKNMelaksanakan perintah guru Mengidentifikasi nama diri dengan lengkapMengidentifikasi perilaku jenis kelamin laki-laki dan perempuan IV. Tujuan Pembelajaran Bahasa IndonesiaPPKNMendengarkan suatu instruksi Menyampaikan pesan berantai Menyebutkan identitas diri dengan lengkap Memperkenalkan diri di depan kelas dengan kalimat sederhana dan santunMenyebutkan perbedaan anak laki-laki dan perempuan Menyebutkan ciri-ciri anak laki-laki dan perempuan dari penampilannya

8

V. Materi Pembelajaran Bahasa

IndonesiaPPKNCara

memperkenalkan

diriPerbedaan Jenis

kelamin VI. Strategi Pembelajaran Metode : Ceramah, tanya-jawab, demonstrasi, penugasan Pendekatan : Tematik, PAKEM, dan kontekstual Model : Langsung (Direct Instruction) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Tahapan/Sintaks pembelajaranKegiatan Guru-SiswaPendahuluan: Orientasi Guru mengkondisikan siswa untuk siap belajar Guru mengajak siswa menyanykan lagu : Dua Mata Saya. Guru menginformasikan tujuan pelajaran, misalnya: Anak-anak hari ini kalian akan belajar dan berlatih bagaimana cara memperkenalkan diri. Guru menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan, misalnya anakanak nanti kalian semua harus ke depan untuk memperkenalkan diri. Kegiatan inti: Presentasi Guru melakukan tanya jawab, misalnya: Anak-anak pernahkah kalian ditanya siapa nama dan alamat kalian? Bagaimana cara kalian memperkenalkan diri? Guru mendemonstrasikan cara memperkenalkan diri (menyebutkan nama lengkap, alamat, nama orang tua, dsb) Guru meminta seorang siswa maju ke depan dan memperkenalkan diri. Guru menanyakan kepada siswa: anak-anak sekarang apakah kalian bisa memperkenalkan diri seperti yang tad diperlihatkan temanmu?. Guru meminta siswa satu persatu maju ke depan untuk memperkenalkan diri.

9

Tahapan/Sintaks pembelajaranKegiatan Guru-SiswaLatihan terstrukturGuru meminta siswa memperkenalkan diri Siswa memperkenalkan diri satu persatu (Guru melakukan penilaian individu siswa dalam aspek berbicara). Setelah selesai, guru mengajukan pertanyaan: Anak-anak siapa di kelas ini yang termasuk kelompok anak laki-laki? Anak perempuan? Siswa mengacungkan tangan atau menyebutkan nama-nama temannya yang laki-laki dan perempuan. Guru meminta dua orang siswa maju ke depan (anak laki-laki dan perempuan) Guru mengajukan pertanyaan: Apa yang membedakan penampilan anak laki-laki dan perempuan? Coba perhatikan temanmu! Siswa menjawab pertanyaan Siswa menyebutkan ciri-ciri anak laki-laki dan perempuan berdasarkan penampilannya.Latihan terbimbingGuru memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berkenalan dengan cara melakukan tanyajawab tentang identitas diri dengan tepat Siswa melakukan kegiatan bertanya jawab dan saling memperkenalkan diri secara berpasanganLatihan mandiriGuru memberikan tugas kepada siswa: a. b.

berlatih memperkenalkan diri di rumah melakukan pengamatan terhadap kebiasaan anak laki-laki dan

perempuanPenutup:Guru

mengadakan

tanya

jawab

untuk

memantapkan pengetahuan dan keterampilan siswa tentang cara memperkenalkan diri.

10

VII.

Penilaian

Bentuk penilaian: Metode: lisan dan kinerja Contoh instrumen: Bahasa Indonesia: Perkenalkanlah dirimu di depan kelas! Lakukan tanya jawab dengan teman sebangku mu tentang identitas diri kalian! PPKN Apakah perbedaan anak laki-laki dan perempuan dari penampilannya? Sebutkan jenis permainan yang disukai anak laki-laki dan perempuan! Skor penilaian kinerja siswa: memperkenalkan diri Aspek yang dinilai (memperkenalkan diri)SkorSiswa dapat: Berbicara dengan suara lantang dan keras5b.

a.

Berbicara dengan

kata-kata yang benar dan tepat5c. Berbicara menyebutkan identitas diri (nama, alamat rumah, tempat bersekolah)10Siswa a. Berbicara dengan suara pelan dan terbata-bata2b.

Berbicara dengan kata-kata

yang kurang tepat3

11

Penilaian siswa ketika saling bertanya jawab: Aspek yang dinilai (bercakap-cakap/mengakukan pertanyaan)SkorSiswa dapat: Mengajukan pertanyaan sederhana kepada temannya untuk mengetahui nama dan alamat (identitas diri teman)5 Mau Menjawab pertanyaan teman dengan memperkenalkan diri 5Memperkenalkan diri (menyebutkan identitas diri dengan lengkap)10 Skor penilaian PPKN Aspek yang dinilai (membedakan, mengidentifikasi ciri-ciri anak laki-laki dan perempuanSkorSiswa dapat menyebutkan ciri-ciri anak laki-laki dan perempuan dari penampilan fisiknya10Siswa dapat menyebutkan kebiasaan atau jenis permainan yang sering dilakukan anak laki-laki dan perempuan10

12

Case Study-2 Pembelajaran Matematika SMP BUKAN HAL BARU, MENGAPA SULIT PAHAM?*

Menjadi guru matematika adalah impian yang sangat saya dambakan sejak lulus SMA. Menurutku, selain guru olah raga, menjadi guru matematika adalah guru yang paling santai. Setelah menerangkan materi pelajaran, kemudian siswa diberi tugas, maka selanjutnya kita tinggal menunggu mereka bekerja. Ternyata dugaanku salah. Jadi guru matematika ternyata lebih sulit, karena pelajaran matematika sangat tidak disukai oleh kebanyakan siswa. Pagi hari ini adalah hari pertama aku mengajar untuk tahun ajaran baru ini. Materi yang harus aku berikan kepada anak-anak adalah OPERASI BILANGAN BULAT di kelas 1 (satu) SMP. Indikatornya: menjumlah dan mengurangi bilangan bulat. Setelah proses belajar mengajar selesai saya menharapkan siswa dapat menjumlah dan mengurangi bilangan bulat, serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah memberi salam saya meminta ketua kelas untuk memimpin berdoa, dengan harapan semoga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang di harapkan, dan bermanfaat. Setelah proses berdoa selesai saya mengecek kehadiran anakanak. Saya memulai pembelajaran dengan menanyakan seputar materi yang pernah di dapat di sekolah sebelumnya (di Sekolah Dasar). Saya bertanya:” Apa yang dimaksud bilangan bulat? Siapa yang dapat menuliskan Himpunan Bilangan Bulat?”. Dari jawaban beberapa siswa, saya kaget karena mereka masih belum paham apa itu bilangan bulat. Setelah saya mengingatkan tentang bilangan bulat yang sudah diberikan di SD dan bagaimana cara mengoperasikan bilangan bulat maka saya mulai masuk pada materi pokok menjumlah dan mengurangi bilangan bulat. Saya buat beberapa contoh soal menjumlah dan mengurangi bilangan bulat di papan tulis, yaitu, 6 + 7= ... , (-5)+6= ..., 4 +(-7)=..., 5 – 3=..., 5 – 8=..., 5 – (-5)=.... Saya memberi dua macam contoh cara pengerjaan yang berbeda pada anak, agar mereka dapat memilih cara yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka.

13

Contoh pengerjaan pertama adalah 6+7= .... Pada soal ini saya meminta salah satu anak untuk ke depan mengerjakannya. Ternyata siswa tidak mengalami kesulitan. Berikutnya (-5) +6 =.... Saya bertanya kepada Rudi:” Berapa hasil dari (-5)+6?”. Rudi menjawab:”Min satu”. Saya bertanya kepadanya:” Darimana diperoleh negatif satu?”. Ia terdiam. Saya tanyakan ke siswa lainnya. Tak ada satupun yang menjawab. Selanjutnya saya menjelaskan pada mereka dengan menggunakan garis bilangan, seperti cara yang sudah mereka dapatkan di SD. Untuk menghitung (-5) + 6, pijakan hitungan mulai dari angka 0. Karena bilangannya (-5) maka melangkah kekiri 5 satuan, kemudian karena 6 positif maka dari (-5) melangkah kekanan 6 satuan dan berhenti. Ternyata berhenti di angka 1. Oleh karena itu (-5) +6 = 1. Berikutnya saya menjelaskan cara yang kedua, yaitu dengan mengumpamakan bilangan positif tabungan untuk mengembalikan hutang, dan bilangan negatif itu besarnya hutang. Dengan demikian bila hutangnya lima (-5) kemudian tabungannya 6, maka setelah membayar hutang akan tersis tabungan 1. Oleh karena itu (-5) +6 = 1. Selanjutnya saya minta satu persatu anak mengerjakan soal: (5)+6 = ..., 4 +(-7) = ..., 5 – 3 = ..., dan 5 – 8 = ... di papan tulis. Satu persatu anak maju. Ketika seorang siswa mengerjakan 5 – (5)=..., waktu cukup banyak tersita. Anak tersebut hanya diam saja di depan kelas. Tampak ia memilih cara dengan garis bilangan. Langkah pertama digambarkannya melangkah 5 ke kanan, kemudian dia kelihatan binggung melihat –(-5). Kemudian ia melangkah kekiri sebanyak 5. Saya membantunya dengan menjelaskan bahwa operasi pengurangan merupakan lawan dari operasi penjumlahan atau mengurangi sama dengan menjumlah dengan lawannya, sehingga harus balik. Dengan banyak bantuan akhirnya anak tersebut dapat melakukan pengurangan dengan bilangan negatif. Dari proses mengerjakan ke papan tulis tadi saya berkesimpulan bahwa anak-anak belum lancar mengerjakan operasi bilangan bulat dengan garis bilangan. Saya melihat anakanak bingung bila sudah menyangkut pengurangan. Selesai pengerjaan di papan tulis, saya lakukan pembahasan soal yang telah dikerjakan. selanjutnya saya memberi kesempatan kepada mereka untuk bertanya bila masih ada materi yang belum

14

dimengerti. Rupanya tak ada yang bertanya. Berikutnya saya memberi tugas atau latihan yang dikerjakan bersama kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Soal latihannya adalah: 1 – 5= ..., (-5) – 4=..., 3 – (-2)= ..., (-6) – (-4)= ..., dan 6 – (-4)=.... Pada saat anak-anak bekerja dalam kelompok, saya berkeliling ke seluruh kelompok untuk melihat hasil kerja tiap-tiap kelompok, sambil memberikan bimbingan yang diperlukan secara terus menerus. Dan saya temukan pada tiap kelompok ada siswa yang tidak aktif, dia cenderung diam tidak mau ikut memikirkan bagaimana cara mendapatkan hasil dari proses penjumlahan atau pengurangan pada tugas tersebut. Untuk mengetahui hasil kerja kelompok maka perwakilan dari masing-masing kelompok menuliskan hasilnya di papan tulis. Wakil-wakil kelompok kelihatan lancar menuliskan hasil kerjanya. Saya tidak heran karena yang maju semuanya adalah anak yang paling mampu di kelompoknya. Setelah selesai penulisan hasil kerja kelompok masing-masing, saya bertanya kepada semua anak apakah sudah paham dengan cara menyelesaiakan soal-soal tadi. Ternyata mereka umumnya diam saja. Ini menandakan bahwa masih belum paham betul mengenai penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Saya berpikir bahwa jangan-jangan untuk yang bilangan bulat positif dijumlahkan atau dikurangkan dengan bilangan bulat positif saja mereka belum trampil. Namun saya juga melihat bahwa beberapa anak sudah lancar menjumlah dan mengurangkan bilangan bulat, baik yang positif maupun yang negatif. Saya sadari bahwa setiap anak punya daya pikir ataupun pemahaman yang berbeda-beda. Ada anak yang dijelaskan berulang kali namun masih belum paham juga, sementara bagi anak lain yang daya pikirnya cepat hal ini sangatlah mudah. Selanjutnya anak-anak saya ajak untuk membahas hasil dari presentasi tiap-tiap kelompok tadi. Saya minta mereka untuk membetulkan pekerjaan mereka yang masih salah. Dan akhirnya saya bersyukur bahwa pembelajaran saya yang pertama pada tahun ajaran ini dapat saya lampaui dengan baik, dan berjalan lancar dan situasi yang tidak tegang. Walaupun demikian saya masih bertanya-tanya dalam hati kenapa anak-anak masih belum paham mengenai operasai pada bilangan bulat, padahal pelajaran ini sudah mereka dapatkan di sekolah sebelumnya. Apakah

15

ingatannya yang kurang ataukah penjelasannya yang memang kurang jelas, inilah yang terus saya pikirkan sampai saat ini. Dan saya membayangkan apakah mereka bisa mengerjakan soal-soal yang saya berikan untuk dikerjakan di rumah.

16

SUMBER BELAJAR-9: Uraian Tugas Terstruktur dan Belajar Mandiri Tugas Terstruktur:

Setelah Anda melaksanakan pembelajaran, adakah perasaan tidak puas? Coba lakukan refleksi terhadap pembelajaran yang Anda lakukan itu kemudian tuliskan hasil refleksi itu dalam bentuk narasi. Hasil tulisan Anda akan menjadi suatu case study. Agar case study Anda bermakna dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah, berikut ini rambu-rambu yang harus dipenuhi dalam narasi case study Anda. Ada judul case study. Menggambarkan ringkasan alur pembelajaran Menguraikan aktivitas siswa dan aktvitas guru Menggambarkan media pembelajaran yang digunakan Mengilustrasikan suasana pembelajaran Menguraikan hasil belajar yang dicapai siswa Case study Anda itu akan menjadi pijakan dalam menyelesaiakan tugas terstruktur kegiatan belajar berikutnya, yaitu perencanaan tindakan. Case study Anda itu juga akan menjadi salah satu portofolio Anda. Cermati case study Anda dan identifikasi masalah yang ada di dalamnya. Analisislah faktor-faktor penyebabnya dan rumuskan masalahnya. Bawalah case study Anda dan daftar masalah serta rumusannya itu pada pertemuan kegiatan belajar di MGMP berikutnya.

Tugas Belajar Mandiri Berikut ini tugas mengamati pembelajaran pada video dan membaca artikel secara kritis. A. Mengamati Model Pembelajaran Ambillah “CD Matematika Sekolah Menengah Pertama” yang tersedia di Paket Pembelajaran BERMUTU dan putarlah CD tersebut. CD itu memuat 5 (lima) “Model Pembelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama” yang diselenggarakan di 5 (lima) SMPN oleh guru matematika di sekolah masingmasing. SMPN yang dimaksud adalah (1) SMPN 1 EROMOKO – Wonogiri, (2) SMPN 1 Melonggo – Jepara, (3) SMPN 1 Ngariboyo – Magetan, (4) SMPN 1 Pangsid, dan (5) SMPN 3 Kawangkoan – Manado.

17

Tugas Anda Sebagai Guru Peserta Belajar

1. Simaklah kelima model pembelajaran tersebut secara seksama. 2. Menurut Anda apa pesan guru dalam pembelajaran tsb. 3. Pilihlah salah satu model pembelajaran, amati dan kajilah secara mendalam: , serta catatlah hal-hal penting menurut Anda. 4. Coba identifikasi 3 (tiga) kegiatan pembelajaran untuk masing-masing komponen atau unsur PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Lihat kriteria PAKEM yang ada di Sumber Belajar. 5. Identifikasilah hal-hal atau kejadian-kejadian yang kurang baik menurut Anda dan tidak perlu ditiru oleh guru ditinjau dari segi pengembangan kurikulum, penguatan materi, dan praktek mengajar. 6. Tulislah beberapa saran untuk memperbaiki hal-hal atau kejadian-kejadian yang kurang baik pada butir 4 di atas. 7. Coba identifikasi 3 (tiga) masalah yang ada pada model pembelajaran tersebut. Masalah boleh dikaitkan dengan unsur pengembangan kurikulum, penguatan materi, dan/atau praktek mengajar. 8. Tulislah penyebab timbulnya setiap masalah yang Anda identifikasi pada butir 6 di atas. 9. Rumuskanlah 1 (satu) masalah yang dapat diangkat menjadi masalah Penelitian Tindakan Kelas berdasarkan hasil pengamatan Anda terhadap model pembelajaran matematika tersebut. B. Membaca Kritis Suatu Artikel Ambillah sumber belajar yang berjudul “Penelitian Pendidikan SD: 4 SKS yang disusun oleh Aunurrahman, dkk, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Bacalah Bahan presentasi halaman 5-22 s.d. 5-33 yang terkait dengan “Masalah-masalah Pembelajaran yang dapat Dikaji melalui PTK.”

Tugas Anda Sebagai Guru Peserta Belajar 1. Pelajarilah secara cermat Bahan presentasi tersebut dan garisbawahilah konsep dan/atau materi yang Anda anggap penting. 2. Bandingkan hasil kegiatan Anda dengan teman Anda. Jika terdapat perbedaan diskusikanlah. 3. Untuk memperjelas, mari kita perhatikan karakteristik butir 4, yaitu “Masalah yang strategis.” Sebagai contoh, kita memilih “masalah yang strategis” dalam pembelajaran matematika, yaitu: “siswa sulit melakukan

18

operasi bentuk aljabar.” Operasi bentuk aljabar ini merupakan topik baru bagi para siswa SMP. Jika para siswa dapat memahami dengan baik operasi bentuk aljabar ini, maka mereka akan dengan mudah memahami topik-topik berikutnya yang terkait dengan operasi bentuk aljabar. Dengan perkataan lain, operasi bentuk aljabar merupakan prasyarat bagi topik-topik berikutnya baik di tingkat SMP maupun di tingkat selanjutnya. Berdasarkan kurikulum matematika SMP, SMA/MA, SMK/MAK, dan bahkan perguruan tinggi; operasi bentuk aljabar ini antara lain akan digunakan dan dimanfaatkan oleh para guru dan siswa ketika mereka mempelajari persamaan, pertidaksamaan, relasi, fungsi, suku banyak, eksponen, logaritma, rasio, proporsi, limit fungsi, turunan fungsi, integral, dan matriks. Para guru dan siswa pasti menggunakan operasi bentuk aljabar dalam menyelesaikan persamaan linear, pertidaksamaan linear, persamaan kuadrat, dan pertidaksamaan kuadrat. Dengan demikian para guru harus menguasai dengan baik dan terampil menyajikan operasi bentuk aljabar dalam pembelajaran mereka. Ini menunjukkan bahwa operasi bentuk aljabar merupakan masalah yang strategis dalam pembelajaran matematika dan perlu disajikan secara efektif oleh para guru dalam pembelajaran mereka. 4. Telaahlah apakah operasi bentuk aljabar juga memenuhi 6 butir karakteristik masalah yang lainnya ataukah tidak? Uraikan jawaban Anda. 5. Tulislah 1(satu) topik atau subtopik matematika SMP yang memenuhi ketujuh karakteristik masalah tersebut dan yang dapat dijadikan masalah PTK. 6. Bandingkan apa yang Anda peroleh dengan yang dikemukakan oleh teman Anda.

19

Beberapa Hal yang Tak Terduga Oleh Slamet Prihatin Pembelajaran di kelas VIIIA kali ini merupakan pertemuan kedua setelah pertemuan pertama yang penuh kekacauan karena ada pembagian buku paket. Saat itu aku hanya mengajak anak-anak untuk merefleksikan keberhasilan dan kekurangan di kelas VII serta harapan di kelas VIII. Tidak lupa kuingatkan apa saja yang harus dilakukan di kelas VIII. Tidak ada masalah dalam komunikasi dengan mereka karena di kelas VII dulu aku juga yang mengajar mereka. Pada akhir pertemuan pertama itu kutugasi mereka untuk membawa contoh surat dinas untuk dibawa pada pertemuan berikutnya. Pembelajaran hari Kamis, 24 Juli 2008 kali ini mengambil kompetensi dasar (KD) menulis surat dinas berkenaan dengan kegiatan sekolah dengan sistematika yang tepat dan bahasa baku. Kuanggap KD ini mudah karena sudah pernah dipelajari di Sekolah Dasar (SD) kelas VI. Setelah sekitar dua menit kusapa anak-anak dengan menanyakan kabar mereka, pertemuan kuawali dengan mengecek surat dinas yang dibawa oleh mereka. ”AnakAnak, seperti yang ditugaskan oleh Bapak kemarin, tolong yang tidak membawa contoh surat dinas mengacungkan tangan!” kucoba untuk mengecek PR. Tidak ada yang mengacungkan tangan. Beberapa anak tampak menoleh ke kiri dan kanan, tampak ragu-ragu. Aku kembali bertanya dengan mengubah bunyi pertanyaan, ”Yang membawa contoh surat dinas tolong mengacungkan tangan!” Serentak anak-anak mengacungkan tangan. Kuhitung, ternyata ada sepuluh anak yang tidak membawa contoh surat dinas. Seperti sudah menjadi langganan, lima di antaranya merupakan anak-anak yang biasa tidak beres dalam mengerjakan tugas. Justru yang mengherankan adalah lima anak lainnya. Mereka kunilai baik-baik saja karena biasanya beres-beres saja dalam menyelesaikan tugas. Tetapi kali ini lain kenyataannya. Hati ini sebenarnya marah, tetapi niat untuk menghukum kuurungkan dengan memberi peringatan kepada mereka. Kurencanakan siswa mengidentifikasi bagian-bagian surat dinas secara individu. Bagaimana dengan sepuluh siswa yang tidak membawa contoh surat dinas? Sejenak aku berpikir. Untunglah tidak sampai membuat proses pembelajaran macet. Segera kuubah strategi pembelajaran dengan mengajak siswa untuk mengidentifikasi bagian-bagian surat dinas secara berpasangan. Baru hasil kerja mereka dipadu dalam kelompok melalui diskusi. Di kelas VIII A ini sudah ada kelompok permanen dengan anggota lima anak. Sampai dengan presentasi tidak ada masalah. Seperti biasanya, hasil kerja yang belum sempurna kuminta untuk dilengkapi dengan mengambil pendapat kelompok lain yang lebih lengkap. Ada dua kegiatan yang akan diikuti sekolah dalam rangka peringatan Agustusan, yaitu senam massal dalam pembukaan perkemahan Hari Pramuka

20

dan pawai pembangunan. Kedua kegiatan itu melibatkan sebagian besar siswa dan guru. Karena itu kuangkat sebagai tema pembelajaran kali ini. Setelah kutawarkan kepada siswa, sebagian besar memilih senam massal. Kuputuskanlah mengambil tema tersebut. Beberapa siswa yang memilih pawai pembangunan jelas sekali menunjukkan ekspresi kekecewaan. Ada perasaan bersalah di hati ini karena tidak bisa memenuhi keinginan mereka. Para siswa kubagi menjadi empat macam tugas. Pertama, kelompok 1 dan 2 menulis surat dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kepada Kepala Sekolah yang berisi permintaan menampilkan senam massal. Kedua, kelompok 3 dan 4 menulis surat dari Kepala Sekolah kepada pelatih senam berisi permohonan kesediaan untuk melatih. Ketiga, kelompok 5 dan 6 menulis surat dari Kepala Sekolah kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan berisi ucapan terima kasih karena diberi kesempatan untuk tampil. Keempat, kelompok 7 dan 8 menulis surat dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kepada Kepala Sekolah yang berisi ucapan terima kasih karena penampilan senam massal sangat bagus. Tugas itu dikerjakan secara individu, baru kemudian didiskusikan dalam kelompok. Pembelajaran berlanjut dengan sharing antarkelompok. Kuminta kelompok yang mempunyai tugas sama menukarkan hasil pekerjaannya, kemudian saling memberikan komentar pada pekerjaan kelompok lain yang diterima. Sampai di sini ada masalah. Kelompok 1 tidak mau menukarkan hasil kerjanya dengan kelompok 2. Aku merasa kesal. Sejenak aku berpikir. Mengapa? Sekedar caper (cari perhatian) ataukah sebagai ekspresi kekecewaan karena keinginannya tidak kuturuti? Setelah kuberi pengertian beberapa saat, akhirnya mereka pun bersedia bertukar pekerjaan. Setelah waktu habis, kuminta anak-anak mengumpulkan hasil pekerjaannya. Pembelajaran kuakhiri dengan refleksi. ”Adakah kesulitan dalam pembelajaran kali ini?” tanyaku. ”Tidak, Pak.” jawab mereka. ”Bagaimana perasaan kalian?” sambungku. ”Kami senang, Pak,” suara yang paling dominan. Kupastikan dengan menunjuk salah satu siswa, ”Saya enjoy saja, Pak.” Satu jawaban yang cukup jujur. Untuk lebih memberikan ruang bagi mereka untuk mencurahkan isi hatinya, kupersilakan mereka mengisikan refleksi dalam jurnal belajar masing-masing. Kutugasi mereka untuk memperbaiki surat dinas yang telah ditulis. Setelah kuperiksa pekerjaan mereka, ternyata masih kutemukan banyak anak yang membuat kesalahan. Padahal, waktu para siswa mengerjakan tugas secara individu, berdiskusi kelompok, maupun mengomentari pekerjaan kelompok lain, sudah kuupayakan mendampingi mereka. Kutemukan kesalahan-kesalahan dalam penulisan surat dinas. Lima belas siswa masih belum bisa membuat kalimat yang efektif. Dua belas siswa masih mengalami kesalahan dalam penulisan tanda baca. Tujuh anak masih salah dalam penulisan gelar. Ada beberapa catatan yang tertinggal dalam benak ini.

21

1. Mengapa PR membawa contoh surat dinas yang kuanggap mudah, ternyata tidak dapat dikerjakan oleh sepuluh siswa? 2. Haruskah aku menuruti keinginan semua siswa dalam hal memilih tema agar mereka semua merasa ”memiliki” dan dapat terlibat dalam pembelajaran secara fisik dan mental? 3. Bagaimanakah cara yang efektif untuk mendorong siswa agar dapat dengan cepat melakukan tugas dari guru, terutama saat sharing antar kelompok agar tidak menghabiskan banyak waktu? 4. Mengapa masih juga ada anak yang belum menguasai penulisan surat dinas dengan benar meskipun sudah ada diskusi kelompok dan pendampingan dari guru? Satu hal yang menggembirakan bagiku adalah kesigapanku dalam mengatasi situasi kritis saat tidak semua siswa membawa contoh surat dinas. Kuubah strategi pembelajaran, yaitu kegiatan individu kuubah menjadi kegiatan berpasangan dengan tidak mengurangi makna pembelajaran.

22

Related Documents