Sumbangan Islam Ke Eropa (studis2)

  • Uploaded by: ersa
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sumbangan Islam Ke Eropa (studis2) as PDF for free.

More details

  • Words: 6,483
  • Pages: 23
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah “peradaban Islam” merupakan terjemahan dari kata Arab, yaitu al- Hadharah alIslamiyyah. Istilah Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “kebudayaan Islam”. Padahal, istilah kebudayaan dalam bahasa arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata

:

“kebudayaan”

(civilization/Inggris

dan

(Arab/al-tsaqafah

dan

culture/Inggris)

al-hadharah/Arab)

sebagai

istilah

baku

dengan

“peradaban”

kebudayaan.

Dalam

perkembangan lmu antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan.Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat.Sedangkan, manifestasi- manifestasi kemajuan tekhnis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban.Kalau kebudayaan lebih banyak di reflesikan dalam seni, sastra, religi (agama) dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi. Definisi kebudayaan (culture), misalnya dalam satu Kamus: The totality of socially transmitted behavior patterns, arts, beliefs, institutions, and all other products of human work and thought…., maka kebudayaan memiliki makna yang hampir sama dengan peradaban. Keduanya adalah hasil kerja manusia pada suatu zaman.Namun, dalam pembicaraan secara umum, peradaban nuansanya lebih luas, lebih menyeluruh.Peradaban lebih dekat dengan struktural (kekuasaan), bahkan melingkupinya.Sedang kebudayaan, biasanya malah sering disebut sebagai antitesa dari kekuasaan (struktural), sehingga sering muncul istilah ‘pendekatan struktural’ dan ‘pendekatan kultural’.Belum lagi dalam keseharian, kebudayaan malah dipersempit lagi dengan aspek2 kesenian belaka.Bahkan kedua aspek itu sering digabung menjadi seni-budaya.Karenanya berbeda dengan kebudayaan yang bisa dibiarakan relatif terlepas dari kekuasaan, peradaban hampir selalu terkait dengan kekuasaan. Dan ada beberapa definisitentang peradaban, diantaranya yaitu :

a. Peradaban adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan bagian-bagian atau unsur-unsur suatu kebudayaan yang dianggap harus maju, dan indah. b. Peradaban adalah pertumbuhan melalui perkembangan pengetahuan dan kecakapan sehingga orang memungkinkan memiliki tabiat “Beradab”. c. Peradaban adalah untuk menunjukkan keadaan beradab artinya memiliki tabiat dan pengendalian diri. d. Peradaban adalah kemajuan lahir batin yang menyangkut sopan santun, budi bahasa dan kebudayaan suatu bangsa. Dari beberapa difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa peradaban adalah segalah tindakan atau tingkah laku seorang atau orang lain terhadap perkembangan sehingga ia memiliki tabiat “ beradab” dan pengendalian diri terhadap dirinya sendiri untuk kemajuan lahir dan batin mencangkup sikap sopan dan santun dan budi pekerti dan bahasa yang baik. Untuk Peradaban Islam lebih diartikan sebagai peradaban kaum muslimin. Peradaban islam ialah tauhid yang memberikan identitas yang mengikat semua bagian-bagian, sehingga menjadikan mereka suatu badan yang integral.Peradaban Islam merupakan tabiat tingkah laku yang dibangun atas nilai-nilai Islam dan dibawa oleh kewahyuan Islam sendiri yang mana kemudian di kembangkan oleh masyarakat.Peradaban Islam adalah kemajuan yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan tabiat yang diorentasikan pada Al-Qur’an dan Hadits. Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama sekira 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah Saw di Madinah (622-632M),masa Khulafaur Rasyidin (632-661M), masa Daulah Bani Umayyah (661-750M) dan masa Daulah Bani Abbasiyah (750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada tanggal 28 Rajab tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana masa-masa kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak ilmuwan muslim berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagiumat manusia yang terjadi selama kurang lebih 700 tahun, dimulai dari abad 6 M sampai dengan abad 12 M. Pada masa tersebut, kendali peradaban dunia berada pada tangan umat Islam.

BAB II PEMBAHASAN A. Proses Masuknya Peradaban Islam di Eropa/Barat a) Periode Rasululloh SAW (610 – 632M) Keberhasilan Rasulullah Muhammad SAW dalam membangun peradaban Islam yang tiada taranya dalam sejarah dicapai dalam kurun waktu 23 tahun, 13 tahun langkah persiapan pada periode Makkah (Makiyyah) dan 10 tahun periode Madinah (Madaniyah). Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu generasi, dimana Muhammad SAW telah berhasil memegang kendali kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia dan Mesir. Masa kerasulan Muhammad SAW pada akhir periode Madinah merupakan puncak (kulminasi) peradaban Islam, karena disitulah sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebagaimana firman Allah dalam QS. AlMaidah Ayat 3, yang artinya :“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah ayat 3). Generasi masa itu juga merupakan generasi terbaik sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran ayat 110, yang artinya :“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”. (QS. Ali Imran ayat 110). b) Periode Khulafaur Rasyidin (632-661 M) Khalifah Ar-Rasyidin adalah empat orang khalifah(pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammadsetelah Beliau wafat.Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling

dikenal

dalam

membela

ajaran

yang

dibawanya

di

saat

masa

kerasulan

Muhammad.Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam. 1) Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H/632-634 M). Abu Bakar ash-Shidiq nama aslinya adalah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Aamir dari suku Taim bin Murrah bin Ka’ablahirtahun 573 M. Beliau adalah orang pertama yang beriman kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan lelaki dewasa. Beliau adalah sahabat yang menemani hijrah beliau.Beliau jugalah orang yang menggantikan Nabi untuk menjadi imam shalat serta amir jama’ah haji, Beliau adalah khalifah pertama Islam setelah wafatnya Muhammad SAW.Ia adalah salah seorang petinggi Mekkah dari suku Quraisy. Setelah memeluk Islam namanya diganti oleh Muhammad menjadi Abu Bakar.Ia digelari Ash- Shiddiq yang berarti yang terpercaya setelah ia menjadi orang pertama yang mengakui peristiwa Isra' Mi'raj.Ia juga adalah orang yang ditunjuk oleh Muhammmad untuk menemaninya hijrah ke Yatsrib. Ia dicatat sebagai salah satu Sahabat Muhammad yang peling setia dan terdepan melindungi para pemeluk Islam bahkan terhadap sukunya sendiri. Selama dua tahun masa kepemimpinan Abu Bakar, masyarakat Arab di bawah Islam mengalami kemajuan pesat dalam bidang sosial, budaya dan penegakan hukum. Selama masa kepemimpinannya pula, Abu bakar berhasil memperluas daerah kekuasaan islam ke Persia, sebagian Jazirah Arab hingga menaklukkan sebagian daerah kekaisaran Bizantium. 2) Umar bin Khattab(13 - 23 H / 634 - 644 M) Umar bin Khattab adalah putra Naufal Al Quraisy dari suku Ady, lahir tahun 586-590 M. Beliauadalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam dan diberi gelar oleh Rosulullah SAW, yaitu “Al Faruq”, yang berarti dapat membedakan yang hak dan batil. Pengangkatan Umar bin Khattab bukan berdasarkan konsensus tetapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Hal ini tidak menimbulkan pertentangan berarti di kalangan umat islam saat itu karena umat Muslim sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling setia membela ajaran Islam. Di zaman Umar bin Khattab gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara

Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria, sekarang Istanbul), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilaya propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan.Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah.Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif.Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk.Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah. 3) Utsman bin Affan (23-35 H/644-656 M) Utsman bi Affan adalah khalifah ke-3 dalam sejarah Islam.Beliau merupakan sahabat yang mula-mula masuk Islam, hartawan dan dermawan serta sangant bijaksana. Oleh karena itu beliau dipiliholeh Umar bin Khattab dan dan enam sahabat lainnya sebagai formatur yaitu Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalibsebagai khalifah. Di masa pemerintahan Utsman, beliau mendirikan gedung pengadilan, armada Islam dan wilayah pemerintahan.Perluasan kekuasaannyamulai Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan serta membukukan mushaf Al Qur’an yang terkenal dengan Mushaf Utsmani. 4) Ali bin Abi Thalib (35 – 41 H / 656 – 660)

Beliau adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan remaja.Ali dikenal orang yang pemberani, pemurah, dermawan, rendah hati, jujur, amanah, adil, disiplin, dan sebagainya. Dan beliau juga pernah menanggung resiko besar ketikan menyelamatkan Nabi Muhammad SAW saat perjalanan hijrah ke Madinah bersama Abu Bakar As Siddiq.Setelah sepeninggal Usman bin Affan, umat Islam berbondong-bondong menemui Ali bin Abi Thalib, Namun Ali tidak bersedia karena Thalhah bin Ubaidillah dan Zubir bin Awwam tidak ikut. Barulah setelah ada dukungan keduanya, beliau mau menerima jabatan itu. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman bi Affan.Dia yakin bahwa pemberontakan- pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsmankepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Khalifah Umar bin Khattab. c) Periode Daulah Bani Umayyah (661-750 M) Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahanIslam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus) ; serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkal disebut juga dengan Muawiyah I. Masa Kedaulatan Umayyah berlangsung selama lebih kurang 90 tahun. Beberapa orang Khalifah besar Bani Umayyah ini adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abdul Malik bin Marwan (685- 705 M), Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M), Umar bin Abdul Aziz (717720 M) dan Hasyim bin Abdul Malik (724- 743 M). Awal berlangsungnya periode Daulah Bani Umayyah lebih memprioritaskan pada perluasan wilayah kekuasaan.Ekspansi wilayah yang sempat terhenti pada masa Khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Alibin Abi Tholib dilanjutkan kembali oleh Daulah Bani Umayyah. Pada zaman Muawiyah bin Abi Sufyan, Tunisia mulai ditaklukkan. Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke

Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abdul Malik.Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand.Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan. Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman Al-Walid bin Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban, dimana umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun, tercatat bahwa pada tahun 711 M merupakan suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, benua Eropa. Setelah Al-Jazair dan Marokko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad, panglima pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan.Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordova, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Sevi'e, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordova. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Pada zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah. Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.

Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang.Pada bidang pengembangan keilmuan, Daulat Umayyah mengawalinya dengan mengeluarkan sebuah kebijakan startegis.Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705M) merupakan Khalifah pertama yang berhasil melakukan berbagi pembenahan administrasi pemerintahan dimana beliau memerintahkan penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan dan kenegaraan di seluruh wilayah Islam yang membentang dari Pegunungan Thian Shan di sebelah Timur sampai Pegunungan Pyrenees di sebelah Barat termasuk dalam berbagai administrasi kenegaraan lainnya.Pada perkembangan selanjutnya Bahasa Arab menjadi bahasa umum sebagai bahasa pengantar dunia (lingua franca), juga menjadi bahasa diplomatic antar Bangsa diantara Barat dan Timur bahkan berkembang menjadi bahasa ilmiah sampai kepada zaman renaissance, hingga Roger Bacon (1214-1294 M) dari Oxford ahli pikir Inggeris terbesar itu, menurut Ecyclopedia Britanica, 1951, volume II, halaman 191-197, mendorong sedemikian rupa untuk mempelajari Bahasa Arab guna memperoleh pengetahuan yang sangat murni, yang menyatakan bahwa: “Roger Bacon, placing Averroes beside Aristole and Avicenna, recommends the study of Arabic as the only way of getting the knowledge which bad versions obscured”, yakni “menganjurkan mempelajari Bahasa Arab sebagai jalan satu- satunya bagi memperoleh ilmu yang telah dikaburkan oleh versi-versi yang jelek” sebelumnya. Pada bidang lainnya, pembangunan yang dilakukan Muawiyah bin Abi Sufyan diantaranya mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang.Pada masanya, jabatan khusus seorang Hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri.Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya.Khalifah Abdul Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam.Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai katakata dan tulisan Arab. Keberhasilan Khalifah Abdul Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) sebagai seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti untuk orang cacat.Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap.Dia juga membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrikpabrik, gedung-gedung pemerintahan dan masjid yang megah.

Pada lapangan perdagangan yakni pada saat peradaban Islam telah menguasai dunia perdagangan sejak permulaan Daulat Umayyah (661-750M), dimana pesisir lautan Hindia sampai ke Lembah Sind, sehingga terjalin kesatuan wilayah yang luas dari Timur sampai Barat yang berimplikasi terhadap lancarnya lalu-lintas dagang di dataran antara Tiongkok dengan dunia belahan Barat pegunungan Thian Shan melalui Jalan Sutera (Silk Road) yang terkenal itu, yang kemudian terbuka pula jalur perdagangan melalui Teluk Parsi, Teluk Aden yang menghubungkannya dengan kota-kota dagang di sepanjang pesisir Benua Eropa, menyebabkan “kebutuhan Eropa pada saat itu amat tergantung pada kegiatan dagang di dalam wilayah Islam”. Di zaman Umar Ibn Ab Al-Aziz(717M-720M), masa pemerintahannya diwarnai dengan banyak Reformasi dan perbaikan. Dia banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah-tanah yang tidak

produktif,

menggali

sumur-sumur

baru

dan

membangun

masjid-masjid.

Dia

mendistribusikan sedekah dan zakat dengan cara yang benar hingga kemiskinan tidak ada lagi dizamannya. Dimasa pemerintahannya tidak ada lagi orang yang berhak menerima zakat ataupun sedekah. Berkat ketaqwaan dan kesalehannya, dia dianggap sebagai salah seorang Khulafaur Rasyidin. Penaklukan dimasa pemerintahannya pasukan islam melakukan penyerangan ke Prancis dengan melewati pegunungan Baranese mereka sampai ke wilayah Septomania dan Profanes, lalu melakukan pengepungan Toulan sebuah wilayah di Prancis. Namun kaum muslimin tidak berhasil mencapai kemenangan yang berarti di Prancis. sangat sedikit terjadi perang dimasa pemerintahan Umar. Dakwah islam marak dengan menggunakan nasehat yang penuh hikmah sehingga banyak orang masuk islam. Salah satu kemajuan yang paling menonjol pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah adalah kemajuan dalam system militer. Selama peperangan melawan kakuatan musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran dari cara- cara teknik bertempur kemudian mereka memadukannya dengan system dan teknik pertahanan yang selama itu mereka miliki, dengan perpaduan system pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan dan militer Dinasti Bani Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat baik dengan kemajuankemajuan dalam system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani Umayyah mampu melebarkan sayap kekuasaannya hingga ke Eropa.Secara garis besar formasi kekuatan tentara Bani Umayyah terdiri dari pasukan berkuda, pasukan pejalan kaki dan angkatan laut.

d) Periode Daulah Bani Abbasiyah (132 – 656 H/750 - 1258 M) Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad, telah banyak memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa, terdapat beberapa orang khalifah yang benar-benar memliki kepedulian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai bidang lainnya, seperti bidang-bidang sosial dan budaya. Diantara kemjuan dalam bidang sosila budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa dampak positif dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada masa ini.Karna dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya. Diantara kemajuan ilmu pengetahuan sosial budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan lain sebagainya. Seni asitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan kota- kota, seperti pada istana Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara banguan kota seperti pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya. Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada mas inilah lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh terkenan dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori masuk Islam, Al farabi dan lain-lainnya. Selain

bidang-bidang

tersebut

diatas,

terjadi

juga

kemajuan

dalam

bidang

pendidikan.Pada masa-maa awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan oleh para khalifah untuk mengembangakan dan memajukan pendidikan.Karna itu mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingakat tinggi.

Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup lama dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode: a) Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama; b) Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama; c) Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua; d) Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua; e) Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad. Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulah Bani Abbasiyah lebih memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah.Fakta sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan pencapaian cemerlang di dunia Islam pada bidang sains, teknologi dan filsafat.Pada saat itu dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhilafahan Islam. Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulah Bani Abbasiyah merupakan masa kejayaan (keemasan) peradaban Islam, dimana Baghdad mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat.Secara politis, para khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M).Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh, ahli ibadah, senang bershadaqah, sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama, senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama dari para ‘ulama.Pada masa

pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli.Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial.Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan.Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun.Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya.Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi. Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al Rasyid mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab hukum yang empat hidup Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi'i (767-820 M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M). Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak terlepas dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah. Menurut Demitri Gutas proses penterjemahan di zaman Abbasiyah didorong oleh motif sosial, politik dan intelektual. Ini berarti bahwa para pihak baik dari unsur masyarakat, elit penguasa, pengusaha dan cendekiawan terlibat dalam proses ini, sehingga dampaknya secara kultural

sangat besar. Gerakan penerjemahan pada zaman itu kemudian diikuti oleh suatu periode kreativitas besar, karena generasi baru para ilmuwan dan ahli pikir muslim yang terpelajar itu kemudian

membangun

dengan

ilmu

pengetahuan

yang

diperolehnya

untuk

mengkontribusikannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. 

Menurut Marshall, proses pengislaman tradisi-tradisi itu telah berbuat lebih jauh dari sekadar

mengintegrasikan dan memperbaiki, hal itu telah menghasilkan energi kreatif yang luar biasa. Menurutnya, periode kekhalifahan dalam sejarah Islam merupakan periode pengembangan di bidang ilmu, pengetahuan dan kebudayaan, dimana pada zaman itu telah melahirkan tokoh-tokoh besar di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi. Berbagai pusat pendidikan tempat menuntut ilmu dengan perpustakaan-perpustakaan besar bermunculan di Cordova, Palermo, Nisyapur, Kairo, Baghdad, Damaskus, dan Bukhara, dimana pada saat yang sama telah mengungguli Eropa yang tenggelam dalam kegelapan selama berabad-abad. Kehidupan kebudayaan dan politik baik dari kalangan orang Islam maupun non-muslim pada zaman kekhilafahan dilakukan dalam kerangka Islam dan bahasa Arab, walaupun terdapat perbedaan- perbedaan agama dan suku yang plural. Pada saat itu umat Islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh meninggalkan peradaban yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan, tradisi intelektual melalui gerakan penerjamahan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan penyelidikan yang didukung oleh kuatnya elaborasi dan spirit pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang secara pesat tersebut, mengakibatkan terjadinya lompatan kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang telah melahirkan berbagai karya ilmiah yang luar biasa.  Menurut Oliver Leaman proses penterjemahan yang dilakukan ilmuwan muslim tidak hanya menterjemahkan karya-karya Yunani secara ansich, tetapi juga mengkaji teks-teks itu, memberi komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam. Proses asimilasi tersebut menurut Thomas Brown terjadi ketika peradaban Islam telah kokoh. Sains, filsafat dan kedoketeran Yunani diadapsi sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup Islam. Proses ini menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan muslim sehingga dari proses tersebut telah melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari pemikiran Yunani dan bahkan boleh jadi asing bagi pemikiran Yunani.

Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan, Islam telah memberikan kontribusi kepada dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), compass (kompas) and gunpowder (mesiu). Penemuan alat cetak (movable types) di Tiongkok pada penghujung abad ke-8 M dan penemuan alat cetak serupa di Barat pada pertengahan abad 15 oleh Johann Gutenberg, menurut buku Historians’ History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika Bangsa Arab tidak menemukan lebih dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas. Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan yang dilakukan pada zaman Daulat Abbasiah sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan muslim yang mashur dan berkaliber internasional seperti : Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin Hayyan (Geber) pada ilmu kimia; Al- Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika; Al-Kindi (filsafat); Al-Farazi, Al- Fargani, Al-Bitruji (astronomi); Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang teknik dan optik; Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern; Ibnu Rusyd (Averroes) pada bidang filsafat; Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi). Mereka telah meletakkan dasar pada berbagai bidang ilmu pengetahuan. Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulah Bani Abbasiyah yang karyanya diakui dunia diantaranya: a) Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina; b) Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimanaterjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;

c) Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae; d) Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri). Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan.Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa. Melalui dunia Islamlah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab.Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi kegelapan, tak satupun bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul. Sebuah kisah menarik terjadi pada zaman Daulat Abbasiah saat kepemimpinan Harun Al-Rasyid, tatkala beliau mengirimkan jam sebagai hadiah pada Charlemagne seorang penguasa di Eropa. Penunjuk waktu yang setiap jamnya berbunyi itu oleh pihak Uskup dan para Rahib disangka bahwa di dalam jam itu ada jinnya sehingga mereka merasa ketakutan, karena dianggap sebagai benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa berikutnya, baik di belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat Kristen masih mempergunakan jam pasir sebagai penentuan waktu. Bagaimana kondisi kegelapan Eropa pada zaman pertengahan (Abad 9 M) bukan hanya pada aspek mental-dimana cenderung bersifat takhayul, demikian pula halnya dalam aspek fisik material. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh William Drapper: “Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling beradab di Eropa, 113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan toko-toko buku, masjid-masjid dan istana yang banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia, dimana jalan yang panjangnya bermil-mil dan telah dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu dari rumah- rumah di tepinya.Sementara kondisi di

London 7 abad sesudah itu (yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada.Di Paris berabadabad sesudah zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada saat hujan, melangkah sampai mata kakinya ke dalam lumpur”. Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah kepemimpinan Harun Al-Rasyid jauh melampaui peradaban yang ada pada orang- orang Kristen pimpinan Charlemagne.Pertengahan abad 9 M peradaban Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Masuknya Islam ke Spanyol yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756 M) berhasil membangun pemerintahan yang berpusat di Andalusia. Melalui Spanyol, Sicilia dan Perancis Selatan yang berada langsung di bawah pemerintahan Islam, peradaban Islam memasuki Eropa. Bahasa Arab menjadi bahasa internasional yang digunakan berbagai suku bangsa di berbagai negeri di dunia. Baghdad di Timur dan Cordova di Barat, dua kota raksasa Islam menerangi dunia dengan cahaya gilanggemilang. Sekitar tahun 830 M, Alfonsi- Raja Asturia telah mendatangkan dua sarjana Islam untuk mendidik ahli warisnya.Sekolah Tinggi Kedokteran yang didirikan di Perancis (di Montpellier) dibina oleh beberapa orang Mahaguru dari Andalusia.Keunggulan ilmiah kaum muslimin tersebar jauh memasuki Eropa dan menarik kaum intelektual dan bangsawan Barat ke negeri-negeri pusatnya. Diantara mereka terdapat Roger Bacon (Inggeris); Gerbert d’Aurillac yang kemudian menjadi Paus Perancis pertama dengan gelar Sylvester II, selama 3 tahun tinggal di Todelo mempelajari ilmu matematika, astronomi, kimia dan ilmu lainnya dari para sarjana Islam. Tidaklah mengherankan, karena pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyol menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya Universitas Cordova. Di Andalusia itulah mereka banyak menimba ilmu, dan dari negeri tersebut muncul nama-nama ‘ulama besar seperti Imam Asy-Syathibi pengarang kitab Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah mengilhami penulis-penulis Barat untuk melakukan hal yang sama. Di Andalusia (Spanyol bagian Selatan), berbagai universitasnya pada saat itu dipenuhi oleh banyak mahasiswa Katolik dari Perancis, Inggeris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para pemuda Kristen dari berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-bondong ke

sejumlah perguruan tinggi di Andalusia guna menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan muslim. Adalah Gerard dari Cremona; Campanus dari Navarra; Aberald dari Bath; Albert dan Daniel dari Morley yang telah menimba ilmu demikian banyak dari para ilmuwan muslim, untuk kemudian pulang dan menggunakannya secara efektif bagi penelitian dan pengembangan di masing-masing bangsanya. Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran dan kebudayaan telah pecah dan menyebarluas ke seluruh masyarakat dan seluruh benua. Para pemuda Kristen yang sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim, telah berhasil melakukan sebuah transformasi nilai- nilai yang unggul dari peradaban Islam yang kemudian diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan. Semaraknya pengembangan ilmu dan pengetahuan di dunia Islam diindikasikan dengan banyaknya perpustakaan tersebar di kota-kota dan negeri- negeri Islam yang jumlahnya sangat fantastis.Sejarah mencatat, perpustakaan di Cordova pada abad 10 Masehi mempunyai 600.000 jilid buku.Perpustakaan Darul Hikmah di Cairo mempunyai 2.000.000 jilid buku.Perpustakaan Al Hakim di Andalusia mempunyai berbagai buku dalam 40 kamar yang setiap kamarnya berisi 18.000 jilid buku.Perpustakaan Abudal Daulah di Shiros (Iran Selatan buku-bukunya memenuhi 360 kamar. Sementara ratusan tahun sesudahnya (abad 15 M), menurut catatan Catholik Encyclopedia, perpustakaan Gereja Canterbury yang merupakan perpustakaan dunia Barat yang paling kaya saat jumlah bukunya tidak melebihi 1.800 jilid buku. Sejarah juga mencatat bahwa Uskup Agung Raymond di Spanyol mendirikan Badan Penterjemah di Todelo yang ditujukan guna menterjemahkan sebagian besar karangan sarjanasarjana Muslim tentang ilmu pasti, astronomi, kimia, kedokteran, filsafat, dan lain-lain, dimana waktu yang dibutuhkan untuk menterjemahkannya yaitu lebih dari satu setengah abad (11351284 M). Dari pusat-pusat peradaban Islam yang meliputi Baghdad, Damaskus, Cordova, Sevilla, Granada dan Istanbul, telah memancarkan sinar gemerlap yang menerangi seluruh penjuru dunia terlebih Cordova, Sevilla, Granada yang merupakan bagian dari kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak memberikan kontribusi besar terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban modern di dunia Barat.

Bab 2 Aspek – aspek Peradaban Islam yang Masuk ke Eropa/Barat A.

Kota dan Seni Bangunan Ketika al-Dakhil berkuasa, Cordova menjadi ibukota negara. Ia membangun kembali kota

ini dan memperindahnya, serta membangun benteng di sekeliling kota dan istananya. Supaya kota ini mendapatkan air bersih, digalinya danau yang airnya didatangkan dari pegunungan. Air danau itu selain dialirkan melalui pipa ke istana dan rumah-rumah penduduk, juga dialurkan melalui parit-parit ke kolam-kolam dan lahan-lahan pertanian. Peninggalan al-Dakhil yang hingga kini masih tegak berdiri adalah Masjid Jami Cordova, didirikan pada tahun 170/786 dengan dana 80.000 dinar. Dalam tahun 177/793 Hisyam I menyelesaikan bagian utama masjid ini dan menambah menaranya. Al-Ausath, a;-Nashir, al-Mustanshir dan al-Manshur, memperluas dan memperindahnya, sehingga menjadi masjid paling besar dan paling indah pasa masanya. Sepeninggal al-Dakhil Cordova terus berkembang dan menjadi salah satu kota terkemuka di dunia. Hisyam I memugar kembali jembatan tua yang dibngun oleh al-Khaulani, di samping menambah bangunan-bangunan megah dan taman-taman yang indah. Pemugaran selanjutnya dilakukan oleh al-Muntanshir dan al-Manshur. Perkembangan paling pesat terjadi pada masa alMuntanshir dan al-Manshur. Pusat kota yang dikelilingi oleh dinding tembok dengan tujuh pintu gerbangnya, pada waktu itu sudah berada di tengah, karena berkembangnya daerah pinggiran di sekitarnya. Kebanggan Cordova tidak lengkap tanpa al-Qashar al-Kabir, al-Rushafa, Masjid Jami Cordova, al-Zahra dan al-Zahirah. Al-Qashar al-Kabir adalah kota satelit yang dibangun oleh al-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa orang penggantinya. Di dalamnya dibangun 430 gedung yang di antaranya merupakan istana-istana megah. Rushafah adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun oleh al-Dakhil di sebelah barat laut Cordova. Dalam tahun 325/936 al-Nashir membangun kota satelit dengan nama salah satu selirnya, al-Zahra, di sebuah bukit di pegunungan Sierra Morena, sekitar tiga mil di sebelah utara Cordova. Pembangunan kota ini memakan waktu sekitar 40 tahun dan baru selesai pada masa al-

Muntashir. Selain membangun al-Zahra, al-Nashir membangun saluran air yang menembus gununng sepanjang 80 kilometer. Pada tahun 368/978 al-Manshur membangun kota al-Zahirah di pinggir al-Wadi al-Kabir, tidak jauh dari Cordova. Di dalamnya dibangun istana besar dan indah tempat kediaman alManshur, gedung-gedung pemerintahan, gudang makanan dan gudang senjata, tempat tinggal para menteri, perwira militer dan pegawai tinggi lainnya. Sebagaimana halnya menteri al-Zahra, al-Zahirah dilengkapi taman-taman indah, pasar-pasar, toko-toko, masjid-masjid dan bangunan umum lainnya. B.

Bahasa dan Sastra Arab Berbicara tentang perkembangan bahasa Arab di Andalusia, tidak mungkin melupakan

tokoh besar Ali al-Qali. Ia dibesarkan dan menimba ilmu Hadis, bahasa, sastra, Nahwu dan Sharf dari ulama-ulama terkenal di Baghdad. Pada tahun 330/941 ia tiba di Cordova atas undangan alNashir, lalu ia menetap disana dan mengembangkan ilmunya sampai wafat pada tahun 358/969. Ia banyak meninggalkan karya tulis yang bernilai tinggi, yang terkenal diantaranya adalah alAmali dan al-Nawadhir. Sejalan dengan perkembangan bahasa Arab, berkembang pula kesusastraan Arab yang dalam arti sempit disebut adab, baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Diantara jenis prosa adalah khithabah, tarassul maupun karya fiksi lainnya. Beberapa contoh khithabah dari Andalusia termuat dalam Nafh al-Thayyib min Ghushn al-Andalus al-Rathib karya al-Maqarri, dan dalam Qala’id al0Iqyan fi Mahasin al-A’yan buah pena al-Fath ibn Khaqan. Sebagaimana halnya di Timur, jenis syair yang berkembang di Andalusia adalah madah, ratsa, ghazal, khimar, washf, himasah, hija, zuhd dan hikmah. Sebelum Islam masuk ke Andalusia, orang Spanyol suka berseloka. Kedatangan Islam telah memperluas seloka-seloka Spanyol yang tidak beraturan itu, sehingga lahir muwasysyah, dan muwasysyah ini melahirkan zajal. Diantara sastrawan terkemuka Andalusia adalah Abu Amr Ahmad ibn Muhammad ibn Abd Rabbih, lahir di Cordova 246/860. Ia menekuni ilmu kedokteran dan musik, tetapi kecenderungannya lebih banyak kepada sastra dan sejarah. Sebagian besar karya syairnya sudah hilang, sedangkan yang berupa prosa ia tuangkan dalam karyanya yang diberi nama al-‘Aqd alFarid. Ia wafat dalam keadaan lumpuh pada tahun 328/940.

C.

Musik dan Kesenian Seirama dengan perkembangan syair, berkembang pula musik dan seni suara. Dalam hal

ini tidak bisa dikesampingkan jasa besar Hasan ibn Nafi’ yang lebih kenal dipanggil dengan panggilan Ziryab. Ia seorang maula dari Irak, murid Ishaq al-Maushuli seorang musisi dan biduan kenamaan di istana Harun al-Rasyid. Ziryab tiba di Cordova pada tahun pertama pemerintahan Abd al-Rahman II al-Ausath. Keahliannya dalam seni musik dan tarik suara, pengaruhnya masih membekas sampai sekarang, bahkan dianggap sebagai peletak dasar dari musik Spanyol modern. Tidak diingkari, baik oleh sarjana Barat maupun Timur, bahwa orang Arab pula yang memperkenalkan not: do, re, mi, fa, sol, la, si. Bunyi-bunyi itu diambil dari huruf-huruf Arab: Dal, Ra, Mim, Fa, Shad, Lam, Sin.[6] D.

Sains ‘Abbas bin Fama termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia orang yang pertama

kali menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim bin Yahya al-Naqqas terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian Barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batutah dari Tangier (104-1337 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn Khaldun (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tum adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol yang kemudian pindah ke Afrika. E.

Bidang Kesehatan Pada akhir abad ke 7M, Khalid bin Yazid merupakan yang pertama dalam sejarah

kekhalifahan umat Islam yang belajar ilmu kesehatan kepada John dan beliau juga belajar kimia kepada Marrinos dari Yunani. Ahad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umi al-Hasan bin Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafizh adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.[7]

Bab 3 Dampak Kemajuan Eropa/Barat bagi Dunia Islam Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negeri-negeri islam adalah ekonomi dan politik. Pada penghujung abad ke-19 dan awal abad ke-20, terobosan kekuasaan pihak Eropa terhadap dunia Islam meluas sejak dari Maroko ke Indonesia. Kehadiran militerdan ekonomi memuncak dalam dominasi politik luar negeri dari Negara-negara Eropa itu. Pada saat itu kesadaran umat islam bangkit dimana pihak islam masih mampu mempertahankan kekuasaan sendiri, walaupun belum sepenuhnya. Oleh karena itu ,untuk memulihkan dan membangkitkan kekuatannya kembali, maka dilakukanlah gerakan pembaharuan dalam semua bidang, termasuk dalam bidang politik. Pembaharuan tersebut didorong oleh dua faktor; pertama, pemurnian ajaran islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran islam dan menimba gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat. Kedua, pembaharuan dalam masalah politik, karena islam memang tidak bisa dipisahkan dengan politik. Sejak pertama kali menginjakan kaki di tanah spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan peran yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad dari tahun 711 M hingga 1492 M. Rentang wakyu yang sangat panjang tersebut telah berpengaruh pada proses kemajuan ilmu pengetahuan di dunia Barat. Penyebaran tradisi pendidikan islam ke Eropa/Barat sudah terjadi menjelang 1.1000, akan tetapi banjir ilmu pengetahuan yang sesungguhnyaa pada abad ke-12. Peran penting dalam pernyebaran ilmu pengetahuan di Eropa juga tidak lepas dari adanya pengaruh Ibnu Rusd (1120-1198). Pengaruh ilmu islam atas Eropa menimbulkan gerakan kebangkitan kembali(renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14.

BAB 4 Sikap Islam Dalam Menghadapi Kemajuan Eropa 

Sikap Apriori Sikap sebagian umat muslimin yang menolak mentah-mentah terhadap nilai-nilai barat beserta konsekuensi-konsekuensinya , sehingga mereka mengisolasi diri dari dinamika modernisasi sama sekali. Dampaknya adalah mereka mengalami kemunduran & kemajuan serta keterasingan dalam kehidupan.



Sikap Premisif Sikap ini merupakan sikap yang dominan di masyarakat , sikap menyerah kalah, tunduk patah & silau , sehingga menjiplak habis-habisan tanpa proses penyaringan lagi. Sikap ini diikuti dengan sikap memandang rendah terhadap semua yang berasal dan berbau islam.



Sikap Selektif Sikap ini menerima & melaksanakan proses filterisasi kebudayaan barat dengan paradigma berfikir islami. Mana yang sesuai dengan hukum dan nilai islam diambil & mana yang bertentangan ditolak dan dijauhi.

MAKALAH SUMBANGSIH ISLAM TERHADAP EROPA

Makalah ini Disusun untuk memenuhi Tugas Studi Islam II

Related Documents


More Documents from ""