Anggota Kelompok : • Muhammad Royyan F.
(1613015115)
• Wiwik Pratiwi
(1613015148)
• Natanael Ramos Parapat
(1613015145)
• Kana Mukti Nugroho
(1613015094)
• Hendy Kesuma Pribady
(1613015100)
• Nur Afni Febriani
(1613015061)
• Adri Musrah
(1613015112)
• Ria Asriani
(1613015151)
• Nur Fatmawati
(1613015139)
• Maria Inviola Gonsaldes J. (1613015106)
• Amelia Siyanti
(1613015127)
• Khalisa Nurul Huda
• Maya Mandi Triseno
(1613015091)
Sediaan Steril Mata & Hidung
Kelompok 4
Fakultas Farmasi
S1 A-2016 Teknologi & Formulasi III
Universitas Mulawarman
(1613015163)
01
Definisi & Klasifikasi a. Tetes mata b. Salep mata c. Tetes telinga
02
Komponen & Bahan Tambahan a. Tetes mata b. Salep mata c. Tetes telinga
03
Permasalahan dalam pembuatan a. Tetes mata b. Salep mata c. Tetes telinga
04
Metode Sterilisasi a. Tetes mata b. Salep mata c. Tetes telinga
01
Definisi & Klasifikasi Tetes mata •
Menurut FI III tetes mata merupakan sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dari bola mata
Salep mata •
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Anief, 2000)
•
Menurut FI III, salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok.
•
FI IV, Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan
dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptik yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas.
01
Definisi & Klasifikasi Tetes hidung (Guttae Nasales) •
obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet
•
Sediaan cairan, semisolid atau sediaan padat yang digunakan pada rongga hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau lokal.
02
Komponen & Bahan Tambahan
Tetes mata
Asam Borat
Nama resmi
: BORIC ACID
Pemerian
: Hablur, serbuk hablur putih, kasar, tidak berbau, rasa agak asam
dan pahit kemudian diikuti rasa manis. Kelarutan
: Larut dalam etanol, eter, gliserin, air, & minyak menguap lainnya.
Kegunaan
: Preservatif dan pendapar
Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara, tertutup rapat Inkompak
: Inkompaktibel dengan basa kuat dan logam alkali. Menguap dengan adanya kalium dan asam anhidrat. Membentuk kompleks dengan gliserin, yang lebih asam dari asam borat.
pH
: 3,5 – 4,1
Natrium tetraborat
Nama resmi
: SODIUM BORATE
Pemerian
: Putih, butiran kasar, granul, atau serbuk hablur.
Kelarutan
: Larut dalam air terutama dalam air mendidih, tidak larut dalam etanol
Kegunaan
Preservatif dan pendapar
Penyimpanan : Dalam tertutup baik, ditempak sejuk & kering Inkompak
: inkompaktibe dengan asam, logam, dan garam alkaloid
pH
: 9,0 – 9,6
Aqua Pro Injeksi
Nama resmi
: PURIFIED WATER
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna
Kelarutan
: Larut dalam kebanyakan pelarut polar
Stabilitas
: Air secara kimiawi stabil dalam keadaan fisik (cair, es, dan uap air)
Inkompatibilitas: Air dapat bereaksi dengan logam alkali dan air dapat bere aksi dengan garam anhidrat. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
02
Komponen & Bahan Tambahan
Salep mata
Adeps Lanae
Nama Lain
: Lanolin
Pemerian
: zat serupa lemak, lekat, warna kuning atau kuning pucat, agak tembus cahaya,
bau lemah dan khas. Kelarutan
: tidak larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol dingin, lebih larut dalam alkohol panas.
Kegunaan
: sebagai agen pengemulsi.
Penyimpanan : Disimpan pada tempat yang tertutup rapat, terlindung dari cahaya, dan pada tempeature 15±300C Inkompatibilitas : lanolin mengandung prooksidan, yang mungkin dapat mempengaruhi stabilitas obat tertentu.
Titik lebur
: 38 – 44 ºC
Natrium Vaselin tetraborat flavum
Nama lain
: Vaselin kuning
Pemerian
: Massa lunak, bening, kuning muda sampai kuning, sifat ini tetap setelah zat dileburkan atau dibiarkan
hingga dingin tanpa diaduk.Berfluoresensi lemah, juga jika dicairkan, tidak berbau, hampir tidak berasa. Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol, larut dalam kloroform, larut dalam eter, larut dalam eter minyak tanah, larutan kadang-kadang beropalesensi lemah.
Kegunaan
:Digunakan sebagi basis salep dan emolien pada pengobatan penyakit kulit.
Penyimpanan :Disimpan pada tempat yang tertutup baik dan terlindung dari cahaya. Titik lebur
: 38 ± 600C.
Paraffin cair
Nama lain
: Paraffin liquid
Pemerian
: Cairan kental, transparan, tidak berflouresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Kelarutan
: Tidak larut daam air, sedikit larut dalam alkohol, terlarut dalam minyak menguap,dapat dicampur dengan hidrokarbon dan minyak tertentu ( kecuali minyak jarak ).
Kegunaan
: Sebagai basis salep, emolien dan pembersih pada kondisi kulit tertentu, dan sebagai lubrikan dalam sediaan mata pada pengobatan mata yang kering.
Inkompak
:Ketidak campuran dengan zat pengoksida lain yang kuat.
Penyimpanan :Disimpan pada tempat yang tertutup rapat dengan temperatur tidak kurang dari 40ºC
02
Komponen & Bahan Tambahan
Tetes Hidung
Cairan Pembawa
Umumnya digunakan air Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa OTH Cairan pembawa lain : propilenglikol dan parafin liquid. Syarat : a.
Viskositas sama dengan viskositas mukus hidung. (The pH sekresi hidung
Art of Compounding
hal
dewasa sekitar 5,5-6,5 sedangkan anak- anak sekitar pH 5-6.7)
b.
pH sediaan sedikit asam mendekati netral.
c.
Larutan Isotonis atau Larutan sedikit hipertonis.
d.
Cairan pembawa lain : propilenglikol dan parafin liquid.
253:
pH Larutan & Zat Pendapar
pH larutan OTH antara pH 5 sampai 6,7.
Kapasitas dapar OTH sedang dan isotonis atau hampir isotonis. Disarankan menggunakan dapar fostat pH 6.5 atau dapar lain yang cocok pH 6.5 dan dibuat isotonis dengan NaCI.
Pensuspensi
Dapat digunakan sorbitan (span), polisorbat (tween) atau surfaktan lain yang cocok, kadar tidak boleh melebihi dari 0,01% b/v.
Pengental
Metil selulosa (Tylosa) = o,1 -0.5 % ; CMC-Na = 0.5-2 %
Pengawet
Benzolkonium Klorida = O.01 – 0,1 %b/v Klorbutanol
Tonisitas
Kalau dapat larutan dibuat isotonis (0.9 % NaCI) atau sedikit hipertonis dengan memakai NaCl atau dekstrosa
Contoh Formulasi pada Formularium Nasional Edisi kedua hal 120 Tiap 10ml mengandung : R/
Epinephrini Bitartras
182
mg
Chlorbutanolum
50
mg
Natrii Pyrosulfis
10
mg
Propylenglycolum
500
mg
Aquadestilata
Bahan tambahan
ad 10 ml
Uraian Bahan : CHLORBUTANOLUM º
Nama lain
: Klorobutanol
º
Pemerian
: hablur, tidak berwarna, bau dan rasa khas apek mirip kamfer, mudah menguap
º
Kelarutan
: larut dalam 130 bagian air, dalam 0,6 bagian etanol 95%
º
Penyimpanan
: dalam wadah tertutup
º
Khasiat & penggunaan : sedativum pengawet; anastesikum lokal
NATRII PYROSULFIS º
Nama lain
: Natrium pirosulfit
º
Pemerian
: Hablur atau serbuk,yang berbentuk hablur tidak berwarna, yang serbuk putih atau kuning gading bau belerang, rasa asam dan asin
º
Kelarutan
: Larut dalam 2 bagian air, sukar larut dalam etanol 95%
º
Penyimpanan
: tertutup baik
º
Khasiat & penggunaan: antioksidan
PROPYLENGLYCOLUM º
Nama lain
: Propilenglikol
º
Pemerian
: cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopik.
º
Kelarutan
: dapat campur dengan air, dengan etanol 95%, dan kloroform
º
Penyimpanan
: tertutup baik
º
Khasiat dan penggunaan: zat tambahan, pelarut
AQUA DESTILATA º
Nama lain
: air suling
º
Pemerian
: jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
º
Penyimpanan
: tertutup baik
Contoh Formulasi pada Jurnal Bazigha, 2005 Tiap 2,5 ml sediaan mengandung : R/
Salbutamol sulphate
2.5
Citrit acid
pH 3,4
Aquadest
mg
ad 2,5ml
Citrit acid dalam formulasi digunakan sebagai pendapar dengan pH 3,4 larutan sedikit asam karena akan leblh efektif bila digunakan untuk pengobatan demam dan infeksi sinusitis. Aquadest digunakan sebagai cairan pembawa.
03
Permasalahan dalam pembuatan sediaan Poin Masalah Sterilitas sediaan tetes mata
Tetes Mata
Kejernihan sediaan tetes mata
Tonisitas sediaan tetes mata
Pendaparan sediaan tetes mata
Viskositas sediaan tetes mata
Pemakaian pengawet
Permasalahan • Tetes mata yang tidak steril/terkontaminasi mikroorganisme dapat menyebabkan mata terluka hingga kebutaan • Bahan padat pada tetes mata yang tidak jernih akan mengakibatkan rangsangan pada mata • Tetes mata yang tidak isotonis atau mendekati isotonis dapat
meyebabkan rasa nyeri • Tetes mata yang cederung asam akan mengakibatkan rasa nyeri sehingga dibutuhkan dapat pada rentang Ph (7,3-9,7)
Penyelesaian • Dilakukan sterilisasi akhir (Uap) atau menyaring dengan filter bebas bakteri • Disaring (misalnya dengan Jenaer Fritten dengan ukuran pori G 3 – G 5 ) • Umumnya digunakan Natrium klorida (0,7-0,9 %)
atau asam borat (1,5-1,9 %) • Digunakan dapar natrium asetat-asam borat serta dapar fosfat
• Sediaan tetes mata dengan pembawa air memiliki kekurangan yaitu
• Digunakan peningkat viskositas sehingga distribusi
dapat ditekan keluar dari saluran konjungtiva oleh gerakan pelupuk
bahan aktif akan lebih baik serta waktu kontak akan
mata, sehingga waktu kontak pada mata menurun
lebih panjang. Ex : metil selulosa dan PVP
• Pemakaian pengawet selain pada mata yang luka atau untuk tujuan pembedahan serta obat dengan takaran tunggal, obat tetes
mata harus menggunakan pengawet.
03
Permasalahan dalam pembuatan sediaan
Permasalahan
Salep mata
• Pembuatan salep mata harus berlangsung padakondisi aseptik..
• Sediaan salep mata yang dibuat harus memiliki basis yang halus.
• Pemilihan zat aktif harus tepat.
• Kurangnya netto setelah sediaan jadi.
03
Permasalahan dalam pembuatan sediaan Permasalahan • Tidak boleh menggunakan cairan pembawa minyak mineral atau minyak lemak.
Tetes Hidung
• Air yang pada umumnya digunakan sebagai cairan pembawa
• Jangan menggunakan obat yang cenderung akan mengerem fungsi rambut getar epitel
• pH larutan sebaiknya diatur sekitar 5,5-6,5 • Usahakan agar larutan Isotonik • Usahakan menggunakan penambahan bahan yang menaikkan viskositas agar mendekati sekret lendir hidung • Hindari penggunaan larutan obat yang bereaksi alkali • Pemberian guttae nasales pada bayi tidak boleh mengandung menthol
04
Metode Sterilisasi Sediaan tetes mata Uji sterilitasnya meliputi beberapa tahap: 1. pelarutan media uji 2. evaluasi media uji 3. uji sterilitas sediaan.
Media yang digunakan untuk uji sterilitas adalah media Tioglikolat dan Soybean-Casein Digest. Media uji yang telah dibuat harus dievaluasi sebelum digunakan dalam uji sterilitas dari sediaan tetes mata. Pengujian media meliputi uji sterilitas media, uji fertilitas media, dan uji efektifitas media.
Uji sterilitas media dilakukan dengan mengambil media Tioglikolat dan Soybean Casein Digest steril masing-masing dua tabung
dan diinkubasikan pada suhu 30-35°C (untuk Tioglikolat) dan suhu 20-25°C (untuk Soybean-Casein Digest) dalam waktu tidak kurang dari 7 hari. Sisa media disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 10°C sampai waktu penggunaan. Pertumbuhan bakteri atau jamur dapat diketahui dengan timbulnya kekeruhan pada media.
Uji fertilitas
dilakukan dengan cara penanaman bakteri Bacillus subtilis ke dalam dua tabung reaksi yang berisi media Tioglikolat steril, diinkubasikan pada suhu 30-35°C selama tidak kurang dari 7 hari. Kemudian ke dalam dua
tabung reaksi yang berisi media Soybean-Casein Digest masing-masing ditanamkan jamur Candida albicans, diinkubasikan pada suhu 20-25°C selama tidak kurang dari 7 hari. Diamati apakah terjadi kekeruhan atau tidak.
Uji efektifitas dilakukan dengan cara menanamkan bakteri Bacillus subtilis ke dalam dua tabung reaksi berisi media Tioglikolat steril kemudian masing-masing ditambahkan sediaan uji 2 mL kemudian diinkubasikan pada suhu 30-35°C selama tidak kurang dari 7 hari. Ke dalam dua tabung reaksi berisi media Soybean-Casein Digest steril, masing-masing ditanamkan jamur Candida albicans serta ditambahkan 2 mL sediaan uji, diinkubasikan pada suhu 20-25°C selama tidak kurang dari 7 hari. Amati apakah terjadi kekeruhan atau tidak.
Sebelum melakukan uji sterilitas dari sediaan, pada meja lemari aseptis terlebih dahulu dilap dengan alkohol 70%, lalu dinyalakan lampu ultraviolet (UV) dan aliran udara laminar selama 1 jam. Kemasan obat tetes mata bagian luarnya dibersihkan dengan alkohol 70%. Tiga tabung reaksi yang berisi media Tioglikolat, ke
dalam masing-masing tabung diteteskan 2 mL sediaan uji dan diinkubasikan pada suhu 30-35°C. Hal yang sama dilakukan terhadap tiga tabung reaksi yang berisi media Soybean-Casein Digest, dan diinkubasikan pada suhu 20-25°C.
Pada uji sterilitas perlu adanya kontrol sterilitas media uji, kontrol positif, dan kontrol negatif.
Inkubasi dilakukan selama tidak kurang dari 14 hari dan setiap hari diamati apakah terjadi kekeruhan.
Pada uji sterilitas perlu adanya kontrol sterilitas media uji, kontrol positif, dan kontrol negatif.
Kontrol sterilitas media uji
Kontrol (+) yaitu tabung berisi media Tioglikolat yang telah ditanami bakteri indikator Bacillus subtilis dan
yaitu tabung yang berisi media Tioglikolat dan tabung berisi media
juga tabung yang berisi media Soybean-Casein Digest yang telah ditanami jamur Candida
Soybean-Casein yang tidak ditanami, tetapi diinkubasikan juga
albicans, kemudian diinkubasikan bersama dengan tabung uji lainnya.
bersama tabung uji lainnya.
yaitu tabung yang berisi media Tioglikolat dan tabung
media Soybean-Casein Digest yang telah diberi 5 tetes sediaan tetes mata steril dan diinkubasikan bersama dengan tabung uji lainnya.
Kontrol ( - )
04
Metode Sterilisasi Sediaan Salep Mata
Memenuhi uji sterilitas yang tertera pada uji keamanan hayati
ALAT BAHAN PERLAKUAN KEMASAN
Kemasan Sterilisasi Fisik Pemijaran
Perlakuan
Bahan Bahan obat dan dasar salep disterilkan dengan
larutan
cara yang cocok
pada suhu antara 115 ° sampai
obat steril
ditambahkan atau
sebagai
serbuk
steril
sebanyak empat buah. Masing-masing bahan diisikan ke
• Hasil
akhirnya
dimasukkan
secara
Keempat botol
disterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121 °C.
Bahan tahan Panas
Sterilisasi Kimia
• Campurkan ketiga bahan dasar (parafin liquid, adeps lanae, dan vaselin), panaskan bersama-sama, kemudian
Desinfektan
disaring dengan penyaring kertas kasar di dalam corong yang dihangatkan dan disterilkan pada 150 °C selama 1 jam
Penyimpanan : Dalam tube, di
aseptic dalam tube steril
dalam botol (poloxamer 188, poloxamer 407, larutan
Panas Basah
30 menit ETIKET
• Botol-botol vial yang berukuran 100 ml, disiapkan
kloramfenikol dan aquadestilata).
116 ° selama tidak kurang dari
termikronisasi pada dasar salep steril
Bahan tidak tahan Panas Panas Kering
• Bahan
• Tube disterilkan dalam otoklaf
tempat sejuk Pembuatan
sediaan
dan
proses pencampuran bahan dilakukan didalam ruang LAF secara aseptis.
Penandaan : “Salep mata”
04
Metode Sterilisasi Sediaan Tetes Hidung Menurut British Pharmacopoeia (2001), Sediaan hidung steril disiapkan menggunakan metoda dan material yang dirancang untuk memastikan sterillitas dan untuk menghindari paparan dari kontaminan dan pertumbuhan dari jasad renik, rekomendasi pada aspek ini disiapkan dalam bentuk teks pada metoda produksi sediaan yang steril.
Cara Sterillisasi : a
Filtrasi dengan menggunakan filter membran dengan ukuran pori 0,45µm atau 0,2µm.
b
Panas Kering
c
Autoclaving
d
Sterilisasi gas dengan etilen oksida
Kesimpulan
Saran
Any Question ? Sekian
&
Terimakasih Adios