Penentuan Stadium HIV AIDS
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
No. Dokumen : 445.1/ .04/SPO/ I /2014
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
Halaman : 1/2
Direktur RSUD I.A.MOEIS Kota Samarinda
10 Januari 2014
Dr.Hj. Mieke Dhipa Anggraini, M.Kes NIP. 19581222 198709 2 001
Pengertian
Penentuan stadium hiv aids adalah urutan langkah yang disusun secara sistematis untuk menentukan stadium klinis dari penderita HIV AIDS
Tujuan
Terlaksananya pelayanan dukungan dan pengobatan bagi penderita Hiv Aids yang optimal
Kebijakan
RSUD IA Moeis sebagai Rumah Sakit Daerah yang memberi pelayanan perawatan bagi penderita Hiv Aids harus memiliki mekanisme penentuan stadium.
Prosedur
1. Pasien yang didiagnosa positif hiv maka akan dirujuk kedokter yang member layanan pengobatan Hiv Aids 2. dokter pemberi pelayanan akan melakukan anameses terhadap pasien terkait dengan keluhannya dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium yang menunjang. 3. pembagian stadium klinis hiv ; a. stadium I : tanpa gejala b. stadium II : penerununan berat badan minimal, munculnya popular pruritik eruption Berat badan menurun <10% dari BB semula Infeksi saluran napas berulang (sinusitis, tonsilitis, otitis media, faringitis) Herpes zoster Cheilitis angularis Ulkus oral yang berulang Papular pruritic eruption Dermatitis seboroika Infeksi jamur kuku
Penentuan stadium HIV AIDS No. Dokumen : 445.1/
No. Revisi :
Halaman : 2/2
.04/SPO/ I /2014
c. stadium III : Berat badan menurun >10% dari BB semula Diare kronis yg tdk diketahui penyebabnya berlangsung > 1 bulan Demam persisten tanpa sebab yang jelas yang (intermiten atau konstan > 37,5oC) > 1 bulan Kandidiasis Oral persisten (thrush) Oral Hairy Leukoplakia TB paru Infeksi bakteri berat (pnemonia, empiema, pyomiositis, infeksi tulang atau sendi, meningitis atau bakteremia) Stomatitis ulseratif nekrotizing akut, gingivitis atau periodontitis Anemi (< 8g/dL), netropeni (< 0,5x109/L) trombositopeni kronis yg tdk dpt diterangkan sebabnya
dan/atau
Stadium IV : HIV wasting syndrome (BB turun 10% + diare kronik 1 bln atau demam >1 bln yg tdk disebabkan penyakit lain) Pneumonia Pneumocystis (PCP) Pneumonia bakteri berat yg berulang Infeksi herpes simpleks kronis (orolabial, genital atau anorektal > 1 bulan atau viseral) Kandidiasis esofagus (atau trakea, bronkus, paru) TB ekstra paru Sarkoma Kaposi Infeksi Cytomegalovirus (CMV) (retinitis atau organ lain) Toksoplasmosis SSP Ensefalopati HIV Kriptokokus ektra pulmoner termasuk meningitis DLL Unit Terkait
1. Konselor 2. Dokter yang merawat 3. Petugas laboratorium
Strategi Testing HIV AIDS
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
No. Dokumen : 445.1/ .04/SPO/ I /2014
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
Halaman : 1/1
Direktur RSUD I.A.MOEIS Kota Samarinda
10 Januari 2014
Dr.Hj. Mieke Dhipa Anggraini, M.Kes NIP. 19581222 198709 2 001
Pengertian
Strategi testing HIV AIDs adalah alur yang disususn secara sistematis untuk mempermudah diagnose HIV AIDS
Tujuan
1. Terlaksananya pelayanan pada pasien HIV AIDS yang optimal 2. Memberi panduan kepada petugas dalam mendiagnosa pasien HIV AIDS
Kebijakan
RSUD I. A Moeis sebagai Rumah Sakit Daerah yang memberi pelayanan VCT harus memiliki alur strategi testing
Prosedur
1. Setiap klien yang dianjurkan tes HIV diberi pengantar oleh petugas dalam amplop tertutup disertai sampel darah. Sebelmnya petugas atau
konselor
menghubungi
petugas
laboratorium
untuk
memberitahu bahwa akan ada sampel darah yang akan diperiksa 2. Petugas menerima sampel lalu melakukan pemeriksaan HIV terhadap sampel tersebut 3. Pada pasien sukarela atau kts laboratorium akan langsung melakukan pemeriksaan dengan menggunakan 3 reagen rapid tes. bila 3 hasil non reaktif maka hasil disimpulkan non reaktif, bila ketiga-tiganya reaktif maka dianggap hasilnya reaktif atau positif, jika hasiel reagen pertama reaktif sedangkan reagen kedua atau ketiga non reaktif berarti intermediet, maka pasien akan dirujuk untuk pemeriksaan ulang 12 minggu lagi 4. Pada pasien yang diperiksa atas inisiatif petugas atau TIPK maka akan dilakukan pemeriksaan regen pertama dengan satu reagen rapid test yang paling sensitive. Bila hasil non reaktif maka dianggap non reaktif atau negative, jika hasil postif maka maka akan dilakukan pemeriksaan dengan dua reagen yang lain. Kesimpulan hasilnya sama dengan kesimpulan dinomor dua 5. Semua hasil pemeriksaan akan langsung disampaikan oleh petugas laboratorium kepada petugas pengirim secara lisan dan tertulis dalam amplop tertutup.
Strategi Testing HIV AIDS No. Dokumen : 445.1/
Unit Terkait
.04/SPO/ I /2014
1. Konselor 2. Dokter yang merawat 3. Petugas laboratorium
No. Revisi :
Halaman : 2/2
Alur Pelayanan VCT-HIV No. Dokumen : 445.1/ .04/SPO/ I /2014
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan : Direktur RSUD I.A.MOEIS Kota Samarinda
10 Januari 2014
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
Halaman : 1/2
Dr.Hj. Mieke Dhipa Anggraini, M.Kes NIP. 19581222 198709 2 001
Pengertian
Alur pelayanan VCT adalah urutan langkah yang disusun secara sistematis
untuk
mempermudah
layanan
VCT-HIV(Voluntary
Counseling and Testing HIV) bagi klien yang membutuhkan Tujuan
1. Terlaksananya pelayanan VCT-HIV yang optimal 2. Mempermudah klien mendapat akses pelayanan VCT-HIV 3. Menjamin kerahasiaan klien
Kebijakan
RSUD IA Moeis sebagai Rumah Sakit Daerah yang memberi pelayanan VCT harus memiliki alur pelayanan VCT-HIV
Prosedur
1.
Setiap klien yang ingin melakukan tes HIV sukarela harus melalui konselingterlebih dahulu
2.
Pelayanan VCT-HIV diberikan untuk pasien rawat jalan dan rawat inap.
3.
Pelayanan VCT-HIV dilakukan ditempat dan waktu yang sudah ditentukan konselor yang ditunjuk. Konselor berhak menunda pelayanan di waktu lain Berdasarkan pertimbangan tertentu.
4.
Pasien rawat jalan yang datang khusus untuk tes HIV mendaftar di pendaftaran rawat jalan dan petugas pendaftaran akan menghubungi konselor klinik VCT untuk menentukan tempat dan waktu konseling
5.
Pasien rawat jalan yang dirujuk dari poli lain harus menghubungi konselor
terlebih dahulu untuk menentukan
tempat dan waktu konseling. 6.
Pasien rawat inap yang menginginkan dirinya untuk diperiksa HIV dapat menyampaikan kepada dokter yang merawat lalu dokter yang merawat
akan menghubungi konselor untuk
menentukan tempat dan waktu konseling.
Alur Pelayanan VCT-HIV No. Dokumen : 445.1/
No. Revisi :
Halaman : 2/2
.04/SPO/ I /2014
7. Setiap klien yang telah menjalani sesi konseling pre tes HIV dan setuju untuk diketahui status HIV nya maka akan menjalani pemeriksaan
laboratorium.
Sebelumnya
klien
harus
menandatangani surat persetujuan pemeriksaan HIV. Konselor akan menghubungi petugas laboratorium yang ditunjuk kemudian membuat permintaan untuk pemeriksaan
laboratorium lalu
dimasukkan dalam amplop tertutup dan ditulis nama konselor diatasnya 8.
Petugas
laboratorium
yang
ditunjuk
akan
melakukan
pemeriksaan laboratorium untuk klien yang dirujuk. Bila klien berasal dari rawat inap maka
petugas laboratorium akan
mengambil sampel di ruang perawatan. Hasil laboratorium akan disampaikan langsung kepada konselor dalam amplop tertutup. 9.
Konselor akan melakukan konseling pasca tes setelah hasil laboratorium diterima. Hasil laboratorium akan dibuka oleh konselor di depan klien dan dilanjut kan dengan konseling. Konselor dan klien dapat membuat janji untuk konseling lanjutan di waktu yang lain.
10. Hasil konseling dan pemeriksaan HIV adalah rahasia antara konselor dan klien. Hanya akan dibuka kepada petugas medis yang merawat klien dan pihak lain yang disetujui klien 11. Setiap kegiatan VCT agar didokumentasikan dalam formulir yang tersedia. Unit Terkait
1. Konselor VCT 2. Dokter pemberi layanan rawat jalan dan rawat inap 3. Petugas pendaftaran rawat jalan 4. Petugas laboratorium
Alur Pelayanan PITC (Provider Inisiative Testing and Counseling HIV)
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
No. Dokumen : 445.1/ .04/SPO/ I /2014
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
Halaman : 1/1
Direktur RSUD I.A.MOEIS Kota Samarinda
10 Januari 2014
Dr.Hj. Mieke Dhipa Anggraini, M.Kes NIP. 19581222 198709 2 001
Pengertian
Alur pelayanan PITC adalah urutan langkah yang disusun sistematis
secara
untuk mempermudah layanan PITC(Provider Inisiative
Testing and Counseling HIV) bagi klien yang membutuhkan Tujuan
1. Terlaksananya pelayanan PITC yang optimal 2. Mempermudah klien mendapat akses pelayanan PITC 3. Menjamin kerahasiaan klien
Kebijakan
RSUD IA Moeis sebagai Rumah Sakit Daerah yang memberi pelayanan PITC harus memiliki alur pelayanan PITC
Prosedur
1. Setiap petugas kesehatan yang berkompeten berhak untuk menganjurkan
pemeriksaan HIV pada pasien yang datang ke
layanan Rumah Sakit. 2. Pemeriksaan HIV dilakukan setelah pasien diberi informasi yang cukup mengenai HIV dan telah memberikan persetujuan secara lisan. Bila pasien menolak maka pasien harus menandatangani penolakan secara tertulis. 3. Pemeriksaan dianjurkan untuk kelompok pasien tertentu antara lain ibu hamil, penderita TBC,penderita IMS, dan penderita yang dicurigai atau memiliki kelainan yang mirip dengan gejala HIVAIDS. 4. Petugas kesehatan dilarang melakukan pemeriksaan tanpa persetujuan
pasien
atau
mewajibkan
pasien
melakukan
pemeriksaan. 5. Setiap pasien rawat jalan yang setuju diperiksa HIV, maka petugas memberi formulir pemeriksaan dalam amplop tertutup dengan ditulis nama petugas di atasnya. Kemudian pasien ambil sampel di laboratoriu
Alur Pelayanan PITC (Provider Inisiative Testing and Counseling HIV) No. Dokumen : 445.1/
No. Revisi :
Halaman : 2/2
.04/SPO/ I /2014
6. Setiap pasien rawat inap yang setuju diperiksa HIV, maka petugas mengambil sampel darah di ruangan kemudian dimasukkan bersama formulir laboratorium dalam amplop tertutup yang telah ditulis nama petugas diatasnya. 7. Setiap akan dilakukan pemeriksaan, petugas harus menghubungi laboratorium terlebih dahulu. 8. Hasil laboratorium akan disampaikan langsung oleh petugas laboratorium kepada petugas. 9.
Petugas akan membuka hasil pemeriksaan di depan pasien dan dilanjutkan dengan konseling dan pemberian rujukan bila diperlukan.
10. Hasil pemeriksaan HIV adalah rahasia antara
petugas kesehatan
dan pasien Hanya akan dibuka kepada petugas medis
yang
merawat pasien dan pihak lain yang disetujui klien 11. Setiap kegiatan PITC agar didokumentasikan dalam formulir yang tersedia Unit Terkait
1. .Dokter 2. .Perawat 3. .Bidan 4. .Petugas laboratorium
Konseling Post Tes VCT-HIV
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
No. Dokumen : 445.1/ .04/SPO/ I /2014
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
10 Januari 2014
Halaman : 1/1
Direktur RSUD I.A.MOEIS Kota Samarinda
Dr.Hj. Mieke Dhipa Anggraini, M.Kes NIP. 19581222 198709 2 001
Pengertian
Konseling post tes adalah konseling yang dilakukan oleh seorang konselor terhadap seorang klien yang sudah menjalani pemeriksaan tes HIV.
Tujuan
1. Terlaksananya pelayanan VCT-HIV yang optimal 2. Membantu klien untuk menerima hasil tes dan memberi respon yang baik 3. Membantu klien untuk merencanakan tindak lanjut sesudah tes 4. Menjamin kerahasiaan klien
Kebijakan
RSUD IA Moeis sebagai Rumah Sakit Daerah yang memberi pelayanan VCT harus memiliki pedoman dalam melakukan konseling post tes VCT
Prosedur
1. Konselor membuka sesi konseling dengan salam dan menanyakan kondisi serta kesiapan klien untuk membuka hasil 2. Konselor menunjukkan amplop hasil pemeriksaan laboratorium HIV yang masih tertutup lalu membuka hasil di depan klien 3. Konselor membacakan hasil yang tertera di laporan laboratorium dengan jelas lalu menanyakan ulang apakah klien mengerti. 4. Konselor
menjelaskan
makna
hasil
tersebut
sambil
memperhatikan reaksi emosi klien 5. Bila hasil tes HIV reaktif maka klien memberi waktu jeda kepada klien untuk mengungkapkan reaksi emosinya. Kemudian konselor memberi empati dan menangani reaksi emosi klien. 6. Bila hasil tes non reaktif atau indeterminate maka bicarakan masalah window period dan cara-cara untuk berperilaku yang tidak berisiko tertular HIV selama window period. Lalu tawarkan untuk tes ulang setelah window period
Konseling Post Tes VCT-HIV No. Dokumen : 445.1/
No. Revisi :
Halaman : 2/2
.04/SPO/ I /2014
7. Konselor memberi edukasi tentang perilaku yang tidak berisiko tertular HIV termasuk konsep abstinentia, be faithfull, safe sex dan safe drug. 8. Konselor dan klien mendiskusikan tentang rencana tindak lanjut termasuk masalah pengobatan, rujukan dan konseling ulang bila diperlukan 9. Konselor mengajak klien untuk mendiskusikan masalah membuka status kepada keluarga dan orang terdekat 10. Konselor menutup sesi konseling dengan mengajak klien mengulang kembali apa yang sudah disepakati selama sesi konseling 11. Konselor mendokumentasikan hasil konseling dalam formulir yang tersedia. Unit Terkait
Konselor VCT
KONSELING PRE TES VCT-HIV
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
No. Dokumen : 445.1/ .04/SPO/ I /2014
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
10 Januari 2014
Halaman : 1/1
Direktur RSUD I.A.MOEIS Kota Samarinda
Dr.Hj. Mieke Dhipa Anggraini, M.Kes NIP. 19581222 198709 2 001
Pengertian
Konseling pre tes adalah konseling yang dilakukan oleh seorang konselor terhadap seorang klien untuk
mempersiapkan
klien
mengambil keputusan untuk melakukan tes HIV atau tidak. Tujuan
1. Terlaksananya pelayanan VCT-HIV yang optimal 2. Mempermudah klien mengambil keputusan 3. Menjamin kerahasiaan klien
Kebijakan
RSUD IA Moeis sebagai Rumah Sakit Daerah yang memberi pelayanan VCT harus memiliki pedoman dalam melakukan konseling pre tes VCT
Prosedur
1. Konselor membuka sesi konseling dengan salam dan saling memperkenalkan diri dengan klien. 2. Konselor membuat perjanjian dengan klien tentang durasi konseling serta men jelaskan secara umum apa yang akan dilakukan dalam konseling. 3. Konselor menjelaskan tentang makna konfidensialitas bahwa konseling bersifat rahasia antara konselor,klien dan pihak yang disepakati oleh dua pihak 4. Konselor menjelaskan dengan bahasa yang dipahami klien tentang HIV-AIDS serta cara-cara penularannya. 5. Konselor menggali informasi dari klien tentang masalah yang dihadapi terutama berkaitan dengan faktor risiko yang dimiliki klien. 6. Konselor menawarkan untuk tes HIV lalu menjelaskan tentang prosedur tes makna dari hasil tes, dan makna dari window period. 7. Konselor mendiskusikan mengenai tindak lanjut sesuai hasil tes dan member gambaran tentang fasiltas yang tersedia serta kemungkinan rujukan.
Konseling Pre Tes VCT-HIV No. Dokumen : 445.1/
No. Revisi :
Halaman : 2/2
.04/SPO/ I /2014
8. Konselor dan klien mendiskusikan masalah pilihan apakah menjalani tes atau tidak serta keuntungan dan kerugiannya 9. Konselor memberi kesempatan pada klien untuk memikirkan kembali antara pilihan tes atau tidak dengan memperhatikan kesiapan emosi klien 10. Bila klien belum siap untuk menjalani tes maka konselor memberi pilihan pada klien untuk menjalani konseling ulang di waktu lain 11. Bila klien siap untuk tes maka klien menandatangani surat persetujuan lalu konselor menghubungi laboratorium dan memberi surat pengantar laboratorium kepada klien. 12. Konselor menutup sesi konseling dengan membuat perjanjian konseling lagi baik untuk klien yang setuju tes atau tidak. Klien yang akan tes akan menjalani konseling post tes sesuai waktu yang disepakati dengan konselor. Bila konselor berhalangan maka bisa menawarkan pada klien untuk digantikan konselor lain. 13. Konselor mendokumentasikan hasil konseling dalam formulir yang tersedia. Unit Terkait
Konselor VCT
PEMBERIAN INFORMASI DAN PENAWARAN TES HIV
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
No. Dokumen : 445.1/ .04/SPO/ I /2014
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
Halaman : 1/1
Direktur RSUD I.A.MOEIS Kota Samarinda
10 Januari 2014
Dr.Hj. Mieke Dhipa Anggraini, M.Kes NIP. 19581222 198709 2 001
Pengertian
Pemberian informasi dan penawaran tes HIV adalah merupakan bagian dari pelayanan PITC yang dijalankan di rumah sakit.
Tujuan
1. Terlaksananya pelayanan PITC-HIV yang optimal 2. Membantu pasien untuk mengetahui tentang HIV-AIDS secara benar 3. Membantu pasien untuk mengambil keputusan dalam menjalani tes HIV sebagai bagian dari pengobatan 4. Menjamin kerahasiaan pasien
Kebijakan
RSUD IA Moeis sebagai Rumah Sakit Daerah yang memberi pelayanan PITC harus memiliki pedoman dalam melakukan pemberian informasi dan penawaran tes HIV.
Prosedur
1. Setiap pasien ibu hamil, penderita IMS,TB dan penyakit yang mirip
dengan HIV-AIDS akan menjalani sesi pemberian
informasi dan penawaran tes HIV. Petugas layanan kesehatan menentukan pasien yang akan ditawarkan tes HIV sesuai kriteria yang sudah ditentukan. 2. Petugas menjelaskan secara umum tentang HIV-AIDS dan kaitannya dengan kondisi pasien sekarang. 3. Petugas menjelaskan alasan ditawarkannya tes HIV 4. Petugas menjelaskan keuntungan dilakukan tes HIV 5. Petugas memberi penjelasan mengenai layanan
yang tersedia di
rumah sakit termasuk terapi ARV 6. Petugas menjelaskan bahwa tes HIV bersifat rahasia dan hanya akan dibuka untuk pasien,petugas kesehatan terkait dan pihak lain bila diperlukan..
PEMBERIAN INFORMASI DAN PENAWARAN TES HIV No. Dokumen : 445.1/
No. Revisi :
Halaman : 2/2
.04/SPO/ I /2014
7. Petugas memberi informasi ‘option out’ yaitu tes ini merupakan prosedur rutin yang dilakukan di rumah sakit dan akan dilakukan kepada semua pasien yang memberikan persetujuan secara lisan. Bagi yang menolak dipersilahkan membuat penolakan secara tertulis di formulir yang disediakan. 8. Petugas memberi informasi bahwa penolakan pasien tidak akan mempengaruhi layanan yang didapat . 9. Petugas memberi informasi perlunya membuka status bila hasil positif 14. Petugas memberi kesempatan pasien untuk bertanya pada petugas Unit Terkait
1. Dokter 2. Perawat 3. Bidan
PENYAMPAIAN HASIL TES HIV
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
No. Dokumen : 445.1/ .04/SPO/ I /2014
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
Halaman : 1/1
Direktur RSUD I.A.MOEIS Kota Samarinda
10 Januari 2014
Dr.Hj. Mieke Dhipa Anggraini, M.Kes NIP. 19581222 198709 2 001
Pengertian
Penyampaian hasil tes HIV adalah merupakan bagian dari pelayanan PITC yang diberikan setelah pasien menjalani pemeriksaan tes HIV
Tujuan
1. Terlaksananya pelayanan PITC-HIV yang optimal 2. Membantu pasien untuk menerima status HIV-nya dengan baik 3. Membantu pasien untuk mengambil keputusan dalam menjalani pengobatan lanjut 4. Menjamin kerahasiaan pasien
Kebijakan
RSUD IA Moeis sebagai Rumah Sakit Daerah yang memberi pelayanan PITC harus memiliki pedoman dalam melakukan penyampaian hasil tes HIV
Prosedur
1. Petugas membuka sesi dengan salam dan menanyakan kondisi serta kesiapan pasien menerima hasil 2. Petugas menunjukkan amplop hasil pemeriksaan laboratorium HIV yang masih tertutup lalu membuka hasil di depan pasien 3. Petugas membacakan hasil yang tertera di laporan laboratorium dengan jelas lalu menanyakan ulang apakah pasien mengerti. 4. Petugas menjelaskan makna hasil tersebut sambil memperhatikan reaksi emosi pasien. 5. Bila hasil tes HIV reaktif maka petugas memberi waktu
jeda
kepada pasien untuk mengungkapkan reaksi emosinya. Kemudian petugas memberi empati dan menangani reaksi emosi pasien. 6. Bila hasil tes non reaktif atau indeterminate maka bicarakan masalah window period dan cara-cara untuk berperilaku yang tidak berisiko tertular HIV selama window period. Lalu tawarkan untuk tes ulang setelah window period
PENYAMPAIAN HASIL TES HIV No. Dokumen : 445.1/
No. Revisi :
Halaman : 2/2
.04/SPO/ I /2014
7. Petugas memberi edukasi tentang perilaku yang tidak berisiko tertular HIV termasuk konsep abstinentia, be faithfull, safe sex dan safe drug. 8. Petugas dan pasien mendiskusikan tentang rencana tindak lanjut termasuk masalah pengobatan, rujukan dan konseling ulang bila diperlukan 9. Petugas mengajak pasien untuk mendiskusikan masalah membuka status kepada keluarga dan orang terdekat 10. Petugas menutup sesi dengan mengajak pasien mengulang kembali apa yang sudah disepakati selama sesi 11. Petugas
mendokumentasikan
hasil
pembicaraan
laboratorium dalam formulir yang tersedia. Unit Terkait
1. .Dokter 2. .Perawat 3. .Bidan
dan
data
PROFILAKSIS PASCA PAJANAN No. Dokumen : 445.1/ .04/SPO/ I /2014
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan : Direktur RSUD I.A.MOEIS Kota Samarinda
10 Januari 2014
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
Halaman : 1/1
Dr.Hj. Mieke Dhipa Anggraini, M.Kes NIP. 19581222 198709 2 001
Pengertian
Profilaksis pasca pajanan adalah tindakan dan pengobatan yang diberikan kepada setiap individu baik itu petugas maupun klien yang terpapar dengan cairan tubuh yang berisiko menularkan HIV
Tujuan
1. Mencegah kejadian penularan HIV 2. Membantu petugas atau klien untuk mengurangi kecemasan 3. Membantu
Rumah
Sakit
untuk
meminimalkan
kejadian
kecelakaan kerja. Kebijakan
RSUD IA Moeis sebagai Rumah Sakit Daerah yang memberi pelayanan VCT harus memiliki pedoman dalam melakukan profilaksis pasca pajanan sebagai bagian dari pencegahan penularan HIV
Prosedur
1. Setiap petugas ataupun klien yang terpapar cairan tubuh yang berpotensi menularkan HIV hendaknya mencuci bersih bekas pajanan dengan sabun antiseptik dan segera melaporkan kejadian kepada tim VCT 2. Tim VCT yang bertugas akan melakukan konseling singkat mengenai risiko pe nularan, pentingnya mengetahui status HIV petugas atau klien yang terpapar dan kemungkinan pemberian obat profilaksis. 3. Konselor memberikan rujukan kepada petugas atau klien untuk menjalani tes HIV bila petugas atau klien tersebut telah memberi persetujuan. Bila memungkan
individu yang menjadi sumber
paparan juga diperiksa status HIV nya dengan persetujuan dengan persetujuan individu tersebut.
PROFILAKSIS PASCA PAJANAN No. Dokumen : 445.1/ .04/SPO/ I /2014
No. Revisi :
Halaman : 2/2
4. Bila hasil tes HIV dari petugas atau klien reaktif maka tidak perlu diberikan terapi profilaksis tapi dirujuk ke klinik pengobatan HIV untuk menerima pengobatan. 5. Bila hasil tes HIV dari petugas atau klien non reaktif maka bisa dipertimbangkan untuk diberi terapi ARV profilaksis. 6. Konselor bertugas untuk melakukan konseling kepada petugas atau klien tentang regimen pengobatan,efek samping dan tentang masa jendela. 7. Konselor memberi dosis awal dari ARV profilaksis bila petugas atau klien setuju menjalani pemberian profilaksis sebelum 4 jam pasca paparan atau paling lambat sebelum 72 jam pasca paparan. 8. Konselor membuat laporan kejadian pasca pajanan yang akan dilaporkan kepada atasan dan sebagai arsip klinik VCT Unit Terkait
1. Bidan Tim VCT 2. Petugas Laboratorium 3. Bidang Keperawatan 4. Bidang Yanmed 5. Bagian Farmasi
RUJUKAN PASIEN DENGAN HIV - AIDS
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)
No. Dokumen : 445.1/ .04/SPO/ I /2014
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
Ditetapkan :
10 Januari 2014
Halaman : 1/1
Direktur RSUD I.A.MOEIS Kota Samarinda
Dr.Hj. Mieke Dhipa Anggraini, M.Kes NIP. 19581222 198709 2 001
Pengertian
Rujukan pasien dengan HIV – AIDS adalah suatu bagian dari pelayanan berkesinambungan HIV – AIDS
Tujuan
1. Memberikan pelayanan berkelanjutan bagi pasien HIV – AIDS 2. Menurunkan angka kesakitan dan kematian terkait HIV -AIDS
Kebijakan
RSUD IA Moeis sebagai Rumah Sakit Daerah yang memberi pelayanan KTS ( Konseling dan Testing ) dan TIPK ( Tes HIV atas Inisiasi Petugas Kesehatan ) harus memiliki pedoman dalam melakukan perujukan pasien HIV – AIDS
Prosedur
1. Setiap pasien yang dirawat dengan HIV – AIDS dan melakukan pemeriksaaan laboratorium atau terapi khusus harus dilakukan perujukan ke FASYANKES yang memiliki fasilitas tersebut 2. Konsulen atau petugas yang merawat akan menjelaskan kepada pasien tentang perlunya rujukan lebih lanjut. Petugas juga berkewajiban menyampaikan bahwa kerahasiaan penyakit pasien terpaksa dibuka terbatas pada petugas tempat rujukan. 3. Konselor atau petugas harus meminta persetujuan secara lisan dari pasien untuk setiap proses perujukan dan bila tidak setuju pasien harus menandatangani formolir penolakan. 4. Bila persetujuan lisan di dapat maka petugas akan menghubungi FASYANKES yang dituju disertai data pasien yang diperlukan disertai juga rujukan resmi tertulis. 5. Bila rujukan laboratorium maka yang dikirim adalah sample darah pasien dan dikirim oleh petugas yang ditunjuk atau di ambil oleh petugas luar( LSM ) yang sudah disetujui pasien. 6. Rujukan pasien bisa dilakukan dengan kendaraan rumah sakit atau pasien berangkat sendiri ke FASYANKES dituju.
RUJUKAN PASIEN DENGAN HIV - AIDS No. Dokumen : 445.1/
No. Revisi : 00
Halaman : 2/2
.04/SPO/ I /2014
7. Setiap rujukan akan dilakukan pencatatan oleh petugas terkait. Unit Terkait
1. Tim VCT 2. Petugas Laboratorium 3. Bidang Keperawatan 4. Bidang Yanmed 5. Driver ambulan