RHINITIS AKUT No. dokumen : SOP/UKP/RI No. Revisi
SOP
:
Tanggal terbit : Halaman
:1/3
UPT Puskesmas Lubuk Landai 1. Pengertian
H. Ibrohim, SKM Nip: 196611291987031003 Rhinitis akut adalah peradangan pada hidung yang berlangsung akut < 12 minggu
2. Tujuan
Sebagai acuan bagi Dokter dan Petugas mengenali dan menangani penyakit rhinitis akut
3. Kebijakan
SK Kepala Upt Pusksmas Lubuk Landai ........................Tentang Pelayanan Klinis Puskesmas
4. Referensi
Permenkes No 5 tahun 2014
5. Prosedur
1. Anamnesa a. Menanyakan apakah ada demam ringan, dan sakit kepala. b. Menanyakan apakah ada keluar ingus dari hidung (rinorea), hidung tersumbat disertai rasa panas dan gatal pada hidung. c. Menanyakan apakah ada gejala sistemik umumnya lebih berat disertai sakit pada otot. d. Menanyakan apakah ada gejala terjadi sebelum tanda karakteristik atau ruam muncul. e. Menanyakan apakah ada gejala berupa ingus yang sangat banyak dan bersin. f. Menanyakan apakah ada gejala berupa demam, toksemia, terdapat limfadenitis, dan mungkin ada paralisis otot pernafasan. 2. Pemeriksaan Klinis a. Dapat ditemukan adanya demam. b. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak kavum nasi sempit, terdapat sekret serous atau mukopurulen dan mukosa udem dan hiperemis. c. Pada rhinitis difteri tampak ada ingus yang bercampur darah. Membran keabu-abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian bawah, membrannya lengket dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan. 3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperlukan 4. Diagnosa Rhinitis akut 5. Diagnosa Banding Perdarahan yang bukan berasal dari hidung tetapi darah mengalir keluar dari hidung seperti hemoptisis, varises oesofagus yang berdarah, perdarahan di basis cranii yang kemudian darah mengalir melalui sinus sphenoid ataupun tuba eustachius. 6. Terapi a. Istirahat yang cukup. b. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat. c. Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan setelah kurang lebih 1 - 2 minggu. Karena itu umumnya terapi yang diberikan lebih bersifat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, dan nasal dekongestan disertai dengan istirahat yang cukup. Terapi khusus tidak diperlukan kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder bakteri, maka antibiotik perlu diberikan. d. Antipiretik dapat diberikan parasetamol. e. Dekongestan oral dapat mengurangi sekret hidung yang banyak, membuat pasien merasa lebih nyaman, seperti pseudoefedrin, fenilpropanolamin, atau fenilefrin. f. Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi bakteri, seperti amoxicillin,eritromisin, cefadroxil. g. Pada rhinitis difteri terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin sistemik, dan antitoksin difteri.
6. Diagram alir Anamnesa Pasien
Pemeriksaan klinis
Menegakkan Diagnosa
Therapy
7. Hal-hal yang harus diperhatikan
-
8. Unit terkait
1. Ugd 2. Poli umum
9. Dokumen terkait 1. Rekam Medik
2. Buku Register 10. Rekam Historis
No
Yang di Ubah
Isi Perubahan
Tanggal Mulai Berlaku