Sop Ppi.docx

  • Uploaded by: RieNha Widya Iskandar
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Sop Ppi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,517
  • Pages: 37
SOP Cuci Tangan Pakai Sabun No. Dokumen : SOP/UKM/419/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003 Proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun cair dan air mengalir.

1. Pengertian

:

2. Tujuan

:

Menghilangkan semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh mikroorganisme pada kulit tangan.

3. Kebijakan

:

1. Dilaksanakan segera: Setelah tiba di puskesmas. 2. Dilaksanakan sebelum: a. Kontak langsung dengan pasien. b. Memakai sarung tangan. c. Melaksanakan pemeriksaan klinis. d. Melaksanakan tindakan invasif (contohnya : pemberian suntikan, pemasangan infus dll). e. Menyediakan/mempersiapkan obat-obatan. f. Mempersiapkan makanan dan memberi makan pasien. 3. Dilaksanakan diantara: Prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana tangan terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, atau ekskresi. 4. Dilaksanakan setelah: a. Kontak dengan pasien. b. Melepas sarung tangan. c. Melepas alat pelindung diri. d. Menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, eksudat luka dan peralatan yang diketahui atau kemungkinan terkontaminasi dengan darah, caoran tubuh, (ekskresi contohnya: bedpen, urinal) baik menggunakan ataupun tidak menggunakan sarung tangan. e. Menyentuh/memegang kotoran atau sampah. f. Menggunakan toilet. g. Menyentuh/melap hidung dengan tangan. h. Meninggalkan puskesmas. 5. Prosedur 2 sampai 9 dilaksanakan selama 15-20 detik. 6. Prosedur seluruhnya dilaksanakan selama 40-60 detik. 7. Tidak menggunakan aksesoris/perhiasan pada jari dan

pergelangan tangan. 8. Kuku pendek, bersih dan tidak menggunakan cat kuku. 4. Petugas/Sasaran

:

1. 2. 3. 4.

Petugas kesehatan. Petugas non kesehatan. Pasien. Pengunjung puskesmas.

5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. Westafel dengan air mengalir 24 jam yang tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. 2. Sabun cair yang mengandung chlorhexidine dalam dispenser. 3. Tissue kertas/paper towel. 4. Pedoman cara cuci tangan 12 langkah. 5. Tempat sampah dengan injakan kaki.

6. Prosedur

1. 2. 3. 4.

:

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 7. Dokumen terkait

:

Basahi tangan dengan air mengalir. Tuangkan 3-5 cc sabun cair pada salah satu telapak tangan. Putar dengan kedua telapak tangan. Gosok dengan cara telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri dengan jari-jari saling menjalin dan lakukan sebaliknya. Gosok telapak tangan dengan posisi jari-jari menjalin. Gosok punggung jari-jari dengan telapak tangan berlawanan, dengan jari-jari saling mengunci. Gosok ibu jari kiri secara berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya. Gosok ujung jari dengan cara memutar ujung jari-jari kanan di telapak tangan kiri dan lakukan sebaliknya. Bilas kedua tangan dengan air. Keringkan tangan sekering mungkin dengan tissue kertas/paper towel. Gunakan tissue kertas untuk mematikan kran. Tangan anda sudah aman sekarang.

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya ; Edisi Tahun 2011.

SOP Alat pelindung Diri (APD) Sarung Tangan No. Dokumen : SOP/UKM/420/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003 1. Pengertian

:

Pelindung/barrier, APD yang digunakan sebagai pelindung tangan dari bahan, alat, atau kontak dengan pasien yang diduga dapat menularkan penyakit.

2. Tujuan

:

Melindungi tangan petugas puskesmas dari bahan dan alat yang dapat menularkan penyakit dan melindungi pasien dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan.

3. Kebijakan

:

1. Sarung tangan bersih digunakan: Ketika tangan petugas akan kontak dengan darah, cairan tubuh lain, membran mukosa, atau kulit yang terlepas. 2. Sarung tangan steril digunakan: Ketika melakukan prosedur medis/klinis yang bersifat invasif, contohnya: menjahit luka, pencabutan gigi, pemasangan IUD. 3. Sarung tangan rumah tangga digunakan: Ketika menangani bahan-bahan dan alat bekas pakai yang telah terkontaminasi dan atau menyentuh permukaan yang tercemar, contohnya: membersihkan perlalatan medis, membersihkan lantai, membuang sampah medis. 4. Dilaksanakan ketika menerapkan kewaspadaan transmisi kontak pada pasien yang diketahui atau dicurigai dapat menularkan penyakit. 5. Pilih sarung tangan dengan ukuran yang sesuai dengan ukuran tangan. 6. Sarung tangan bersih harus diganti setiap kontak dengan pasien. 7. Sarung tangan yang dapat dicuci dan disterilkan kembali hanya sarung tangan rumah tangga. 8. Bila menggunakan gaun pelindung pastikan sarung tangan menutupi ujung lengan gaun pelindung. 9. Petugas kesehatan harus melepas sarung tangan sebelum meninggalkan ruangan pasien dan melakukan CTPS/handrub. 10. Untuk sarung tangan rumah tangga setelah dilepaskan

sarung tangan langsung direndam dalam wadah berisi larutan khlorin 0,5% selama 10 menit kemudian dicuci dengan air mengalir dan sabun cuci lalu dikeringkan. 11. Urutan memakai APD Sarung Tangan: CTPS lalu pakai sarung tangan dan urutan melepas APD Sarung Tangan: lepas sarung tangan kemudian CTPS. 4. Petugas/Sasaran

:

1. Petugas kesehatan 2. Petugas non kesehatan

5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. Peralatan CTPS/handrub. 2. Sarung tangan steril, sarung tangan bersih dan sarung tangan rumah tangga. 3. Wadah berisi laritan khlorin 0,5%. 4. Air bersih yang mengalir. 5. Sabun cuci. 6. Tempat sampah infeksius (warna kuning).

6. Prosedur

1. Lakukan CTPS/handrub. 2. Memakai sarung tangan steril: Buka pembungkus sarung tangan steril dan simpan ditempat datar dengan bagian telapak tangan menghadap keatas. Dengan tangan kanan ambil sarung tangan sebelah kiri dengan memegang bagian sisi sebelah dalam lipatannya, yaitu bagian yang akan bersentuhan dengan kulit tangan saat dipakai. Posisikan sarung tangan kiri setinggi pinggang dan menggantung ke lantai, sehingga bagian lubang jari-jari tangannya terbuka, lalu masukkan tangan kiri. Ambil sarung tangan kanan dengan cara menyelipkan jarijari tangan kiri yang sudah memakai sarung tangan ke bagian lipatan (bagian yang tidak bersentuhan dengan kulit tangan). Pasang sarung tangan kanan dengan cara memasukkan jari-jari tangan kanan, kemudian luruskan lipatan dan atur posisi sarung tangan kanan sehingga terasa pas di tangan. 3. Memakai sarung tangan bersih dan sarung tangan rumah tangga: Tidak menggunakan cara khusus 4. Melepas sarung tangan: Sebelum melepas sarung tangan steril, celupkan ke dalam larutan khlorin 0,5%. Lepaskan sarung tangan kiri, dengan menggunakan tangan kanan yang masih memakai sarung tangan. Masukkan ke dalam tempat sampah infeksius. Untuk melepas sarung tangan kanan, selipkan jari tangan kiri yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung tangan kanan yang belum dilepas dengan memegang bagian dalam sarung tangan kanan. Tempatkan sarung tangan bekas pakai ke dalam tempat yang sesuai: Sarung tangan steril dan sarung tangan bersih ke dalam tempat sampah infeksius.

:

Sarung tangan rumah tangga ke dalam wadah berisi larutan khlorin 0,5% dan direndam selama 10 menit. 5. Lakukan CTPS/handrub. 7. Dokumen terkait

:

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, Edisi Tahun 2011. 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: Per 08/Men/VII/2007 Tentang Alat Pelindung Diri.

SOP Alat pelindung Diri (APD) Masker No. Dokumen : SOP/UKM/421/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Pelindung/barrier; APD yang digunakan sebagai pelindung hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada wajah petugas kesehatan, pasien atau pengunjung puskesmas.

2. Tujuan

:

Melindungi hidung, mulut, dagu dan rambut dibagian wajah petugas kesehatan dari percikan darah atau cairan tubuh pasien dan mencegah penularan penyakit melalui udara atau droplet.

3. Kebijakan

:

1. Digunakan untuk pasien, pengunjung puskesmas dan petugas kesehatan yang dicurigai atau diketahui menderita penyakit menular melalui udara atau droplet. 2. Digunakan ketika kontak dengan pasien yang dikhawatirkan dapat terkena percikan darah, cairan atau bagian tubuh lainnya ke bagian muka petugas kesehatan. 3. Digunakan ketika membersihkan ruangan pelayanan dan mencuci peralatan medis setelah digunakan. 4. Urutan memakai APD: CTPS, gaun pelindung, apron, masker, kacamata, sarung tangan dan urutan melepas APD : sarung tangan, kacamata, masker, apron, gaun pelindung, CTPS. 5. Khusus untuk petugas yang melayani/merawat pasien airborne infeksius (TB, SARS, Flu Burung) menggunakan masker jenis N95 sesuai ukuran.

4. Petugas/Sasaran

:

1. 2. 3. 4.

5. Peralatan/Sarana /Prasarana

:

1. Peralatan CTPS/handrub. 2. Masker sekali pakai. 3. Masker N95 sekali pakai.

Petugas kesehatan Petugas non kesehatan Pasien Pengunjung puskesmas

6. Prosedur

:

1. Lakukan CTPS/handrub. 2. Memakai masker: Peganglah masker dengan satu tangan, posisikan sisi depan bagian hidung dengan ujung jari-jari, biarkan tali pengikat masker menjuntai bebas di bawah tangan. Tariklah tali pengikat masker bagian atas dan posisikan tali agak tinggi di belakang kepala, di atas telinga lalu diikat (atau kaitkan karet masker pada daun telinga). Posisikan masker ke bawah dagu. Tariklah tali pengikat masker bagian bawah ke belakang kepala dan posisikan tali di bawah telinga lalu diikat. Letakkan jari-jari kedua tangan pada masker di atas bagian hidung yang terbuat dari logam, tekan sisi logam tersebut (gunakan dua jari dari masing-masing tangan) mengikuti bentuk hidung. Jangan menekan masker dengan satu tangan karena dapat mengakibatkan masker bekerja kurang efektif. Bila menggunakan masker N95, tutup bagian depan dengan kedua tangan, dan hati-hati agar posisi masker N95 tidak berubah. 3. Melepaskan masker: Untuk membuka masker, lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali atau karet bagian atas (jangan menyentuh bagian luar masker). Buanglah masker bekas pada tempat sampah infeksius (warna kuning). Lakukan CTPS/handrub.

7. Dokumen terkait

:

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 2. Pedoman Pelatihan Pendekatan Praktis Kesehatan Paru (Practical Approach To Lung Health PAL) Untuk Tenaga Puskesmas. 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, Edisi Tahun 2011.

SOP Alat pelindung Diri (APD) Mata No. Dokumen : SOP/UKM/422/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Pelindung (barrier); sebagai alat pelindung diri (APD) mata tenaga kesehatan dari mikroorganisme pada saat proses pelayanan kesehatan.

2. Tujuan

:

Melindungi mata petugas kesehatan dari percikan darah, cairan tubuh atau benda lainnya dari pasien, pada waktu melaksanakan pelayanan kesehatan.

3. Kebijakan

:

1. Digunakan ketika melaksanakan pelayanan kesehatan yang diketahui atau dikhawatirkan terjadi percikan darah, cairan tubuh, atau ‘zat padat’ lainnya pasien memasuki mata petugas kesehatan. 2. Urutan memakai APD mata: CTPS lalu pakai kacamata/visor dan urutan melepas APD mata: lepas kacamata/visor, lalu CTPS.

4. Petugas/Sasaran

:

1. Petugas kesehatan 2. Petugas non kesehatan

5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. APD mata: kacamata/visor 2. Peralatan CTPS/handrub. 3. Wadah berisi larutan khlorin 0,5%.

6. Prosedur

1. Lakukan CTPS 2. Menggunakan visor: Pilih visor yang sesuai dengan ukuran. Posisikan visor di wajah anda dan pastikan mata terlindungi. 3. Melepaskan kacamata/visor: Untuk melepasnya, pegang gagang visor (hindari memegang bagian luar visor, karena telah terkontaminasi). Setelah digunakan lakukan dekontaminasi visor dengan merendamnya ke dalam larutan khlorin 0,5% selama 10

:

menit. 4. Lakukan CTPS/handrub. 7. Dokumen terkait

:

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, Edisi Tahun 2011.

SOP Alat pelindung Diri (APD) Gaun Pelindung No. Dokumen : SOP/UKM/423/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Pelindung (barrier); sebagai alat pelindung diri (APD) untuk menutupi pakaian, pada saat memberikan pelayanan/merawat pasien.

2. Tujuan

:

Melindungi pakaian dan kulit petugas dari sekret pada saat memberikan pelayanan/merawat pasien.

3. Kebijakan

:

1. Digunakan pada saat memberikan pelayanan/merawat pasien. 2. Gaun pelindung hanya boleh dipergunakan di ruang pelayanan/perawatan puskesmas. 3. Gaun pelindung yang dipergunakan diutamakan yang terbuat dari bahan kedap air, yang menggunakan tali pengikat/perekat di bagian belakang. 4. Urutan memakai gaun pelindung: CTPS lalu pakai gaun pelindung, dan urutan melepas gaun: lepas gaun pelindung lalu CTPS.

4. Petugas/Sasaran

:

1. Petugas kesehatan. 2. Petugas non kesehatan.

5. Peralatan/Sarana/Prasaran a

:

1. Gaun pelindung. 2. Peralatan CTPS. 3. Wadah linen kotor.

6. Prosedur

:

1. Lakukan CTPS. 2. Memakai gaun pelindung: Pakai gaun pelindung bersih/steril, jangan sampai gaun pelindung menyentuh lantai. Ambil gaun pelindung dengan memegang bagian dalam pundak, biarkan gaun pelindung terbuka, masukan tangan ke dalam lubang lengan gaun, posisi lengan diletakkan setinggi dada, menjauh dari tubuh.

Gerak-gerakkan lengan dan tangan dalam lubang gaun. Ikatkan tali pengikat (rekatkan perekat) gaun. 3. Melepas gaun pelindung: Lepaskan tali atau perekat gaun pelindung, lepaskan secara terbalik, pegang bagian dalam gaun pelindung, karena bagian depan dan lengan gaun pelindung telah terkontaminasi. Lipat atau gulung gaun dan letakkan di wadah linen kotor yang telah disediakan untuk dicuci atau dibuang di tempat limbah infeksius. 4. Lakukan CTPS. 7. Dokumen terkait

:

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat. 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, Edisi Tahun 2011.

SOP Alat pelindung Diri (APD) Apron No. Dokumen : SOP/UKM/424/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Pelindung (barrier); sebagai alat pelindung diri (APD) yang digunakan sebagai penghalang tahan air sepanjang badan sampai lutut petugas kesehatan.

2. Tujuan

:

Mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan secara langsung.

3. Kebijakan

:

1. Digunakan pada saat merawat/memberikan pelayanan pasien yang berpotensi mengeluarkan cairan tubuh yang dapat mengenai tubuh petugas seperti pertolongan persalinan. 2. Saat menggunakan Apron/Celemek Tahan Air gunakan terlebih dahulu gaun pelindung. 3. Urutan memakai apron: CTPS, gaun pelindung, apron, dan urutan melepas apron: apron, gaun pelindung, CTPS.

4. Petugas/Sasaran

:

1. Petugas kesehatan 2. Petugas non kesehatan

5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. Peralatan CTPS. 2. Apron/Celemek Tahan Air. 3. Wadah tahan karat berisi larutan khlorin 0,5%.

6. Prosedur

1. Lakukan CTPS/handrub. 2. Memakai APD Apron: Pakailah APD Apron/Celemek Tahan Air setelah menggunakan APD gaun pelindung dan sebelum menggunakan APD sarung tangan. 3. Melepas APD Apron: Setelah melaksanakan tindakan, lepaskan APD sarung tangan terlebih dahulu, lalu lepaskan Apron dengan

:

memegang bagian dalam apron. Rendam apron pada wadah tahan karat berisi larutan khlorin 0,5% selama 10 menit. 4. Lakukan CTPS. 7. Dokumen terkait

:

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya, Edisi Tahun 2011.

SOP Penatalaksanaan Linen No. Dokumen : SOP/UKM/425/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Penanganan linen kotor infeksius (linen kotor bekas dipakai oleh pasien, linen yang ternoda cairan tubuh dan darah serta bekas pasien berpenyakit menular) mulai dari pengumpulan, pemilahan, pengangkutan, pencucian dan penditribusian, sehingga mencegah infeksi mikroba ke pasien lain, petugas dan lingkungan.

2. Tujuan

:

Pencegahan infeksi untuk mengurangi penularan penyakit dari linen kotor infeksius, linen kotor bekas dipakai oleh pasien, dan linen yang ternoda cairan tubuh dan darah; serta linen bekas pasien berpenyakit menular.

3. Kebijakan

:

1. Petugas yang bekerja dalam pengelolaan linen harus menggunakan pakaian kerja khusus, alat pelindung diri dan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala serta dianjurkan memperoleh imunisasi Hepatitis B. 2. Tersedia tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjang berupa mesin cuci, desinfektan, pengering, meja dan mesin setrika. 3. Kantong untuk membungkus linen bersih harus dibedakan dengan kantong yang digunakan untuk membungkus linen kotor. 4. Menggunakan kereta dorong yang berbeda dan tertutup antara linen kotor dan linen bersih, kereta harus dicuci dengan desinfektan setelah digunakan mengangkut linen kotor. 5. Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan.

4. Petugas

:

1. Medis 2. Paramedis 3. Cleaning Service

5. Sasaran

:

6. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. Linen 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Air mengalir. Detergen diutamakan yang ramah lingkungan Desinfektan khlorin 0,5%. Kereta dorong. Alat pelindung diri (kacamata, masker, gaun pelindung, apron, sarung tangan, sepatu boot). Kantong linen. Mesin cuci dan pengering. Meja dan mesin setrika. Lemari linen.

7. Prosedur

:

1. Lakukan CTPS. 2. Gunakan APD sarung tangan rumah tangga sampai dengan proses pengeringan. 3. Pengumpulan linen: Linen kotor hendaknya sesedikit mungkin dipegang dan digerak-gerakan untuk mencegah kontaminasi udara, bila linen terkena darah atau cairan tubuh hendaknya dilipat dan digulung sedemikian rupa sehingga bagian yang paling kotor berada di tengah gulungan kemudian masukan linen kedalam kantong plastik warna kuning. 4. Pemilahan linen: Pemilahan linen dilakukan diruang pencegahan infeksi ruang pencucian. Bersihkan linen kotor dari tinja, urine, darah, dan muntahan. Jika linen terkontaminasi darah dan cairan tubuh, pastikan linen direndam menggunakan khlorin selama 10 menit. 5. Pencucian linen: Cuci menggunakan detergen dikelompokkan berdasarkan tingkat kekotorannya. 6. Pengeringan linen: Keringkan linen dengan di jemur pada matahari. Setelah di jemur linen di setrika. 7. Penyimpanan linen: Penyimpanan linen dipisahkan sesuai dengan jenisnya, linen baru yang diterima ditempatkan di lemari bagian bawah, dan pintu lemari harus selalu tertutup.

8. Dokumen terkait

:

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

SOP Pengendalian Lingkungan No. Dokumen : SOP/UKM/426/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Desinfeksi standar untuk menghalau patogen dan menurunkan patogen secara signifikan di permukaan terkontaminasi sehingga memutuskan rantai penularan penyakit.

2. Tujuan

:

Untuk menciptakan lingkungan yang bersih aman dan nyaman sehingga dapat meminimalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan kepada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat di sekitar puskesmas sehingga penularan penyakit dan kecelakaan kerja dapat dicegah.

3. Kebijakan

:

1. Semua permukaan horizontal yang disediakan untuk pelayanan pasien harus dibersihkan setiap hari dan bila terlihat kotor permukaan tersebut juga harus dibersihkan bila pasien sudah keluar dan sebelum pasien lain masuk. 2. Bila permukaan tersebut meja pemeriksaan, atau peralatan lainnya pernah bersentuhan langsung dengan pasien, permukaan tersebut harus dibersihkan dan didesinfeksi diantara pasien-pasien yang berbeda. 3. Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala. 4. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan setelah digunakan. 5. Kain pel yang dapat digunakan kembali, harus dicuci dan dikeringkan setelah digunakan dan sebelum disimpan. 6. Tempat-tempat di sekitar pasien harus bersih dari peralatan serta perlengkapan yang tidak perlu sehingga memudahkan pembersihan menyeluruh setiap hari. 7. Meja pemeriksaan dan peralatan di sekitarnya yang telah digunakan pasien harus dibersihkan dengan desinfektan segera setelah digunakan.

4. Petugas/Sasaran

:

1. Petugas kesehatan 2. Petugas non kesehatan

3. Cleaning Service 5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Peralatan CTPS. Detergen, diutamakan ramah lingkungan. APD sarung tangan rumah tangga. Tempat sampah. Kantong plastik. Larutan khlorin (0,05-0,5)%

6. Prosedur

:

1. Lakukan CTPS. 2. Gunakan APD sarung tangan rumah tangga. 3. Bersihkan semua bagian permukaan yang selalu kontak dengan pasien menggunakan air, detergen, dan kain pembersih sekali pakai. 4. Tempatkan kain pembersih ke wadah limbah tahan bocor yang sesuai. 5. Lakukan desinfeksi dengan khlorin pada bagian permukaan yang terkena tumpahan. 6. Lepas APD ke wadah yang sesuai untuk pembersihan dan desinfeksi lebih lanjut. 7. Lakukan CTPS.

7. Dokumen terkait

:

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.

SOP Penatalaksanaan Limbah Padat Medis No. Dokumen : SOP/UKM/427/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Penatalaksanaan limbah padat medis di puskesmas yang meliputi pemilahan pada sumber, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, penyimpanan sementara dan pembuangan akhir (diangkut oleh pihak ke-3).

2. Tujuan

:

Mengelola limbah padat medis sehingga tidak mencemari lingkungan yang dapat menjadi sumber penularan penyakit bagi petugas, pasien, pengunjung dan masyarakat sekitar serta dapat meningkatkan mutu pelayanan Pukesmas.

3. Kebijakan

:

1. Petugas wajib menggunakan APD seperti: sarung tangan, masker, gaun pelindung kedap air, helm dan sepatu kerja. 2. Sebelum dan setelah melaksanakan penatalaksanaan limbah medis, petugas diharuskan CTPS. 3. Pengambilan limbah padat medis dilakukan setiap hari dari setiap ruangan yang menghasilkan limbah padat medis. 4. Puskesmas menyediakan gudang/tempat penyimpanan limbah padat medis sementara (TPS) yang aman dan terhindar dari gangguan hewan, dengan diberi papan nama dan tanda bahaya. 5. Pengawasan pelaksanaan harian meliputi: a. Pengawasan pengambilan limbah padat medis b. Pengawasan gudang/penyimpanan limbah padat medis sementara (TPS) c. Pengawasan pemakaian APD 6. Petugas yang tidak mengenakan APD harus mendapatkan peringatan atau sangsi yang tegas.

4. Petugas/Sasaran

:

1. Medis 2. Paramedis

3. Cleaning Service 5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. 2. 3. 4. 5.

Peralatan CTPS Air mengalir Detergen, diutamakan yang ramah lingkungan Safety Box APD (sarung tangan rumah tangga, masker, helm, gaun pelindung kedap air, sepatu) 6. Tempat/plastik sampah padat medis

6. Prosedur

:

1. Lakukan CTPS 2. Gunakan APD lengkap 3. Identifikasi limbag padat medis (infeksius, potensial bahaya, logam tajam dan benda tajam) 4. Pisahkan limbah padat medis sesuai dengan jenis limbah 5. Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya a. Limbah padat medis infeksius dan potensial menjadi berbahaya dimasukkan kontainer anti bocor, anti tusuk, dengan lapisan kantong plastik warna kuning dan diikat dengan tali. b. Limbah padat medis logam tajam, benda tajam dimasukkan dalam kontainer khusus (safety box) dan tutup bila sudah mencapai ¾ penuh. c. Limbah padat medis berupa sisa produk farmasi yang meliputi obat-obatan kadaluarsa bila memungkinkan dikirim kembali ke agen penyedia. 6. Labeling sesuai dengan jenis limbah yang ada didalamnya 7. Simpan limbah padat medis yang sudah ditempatkan pada wadah di gudang/tempat penyimpanan limbah padat medis sementara (TPS) yang aman sebelum dikirim/diambil perusahaan pengelola limbah medis yang sudah ditunjuk.

7. Dokumen terkait

:

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

SOP Perlindungan Petugas KesehatanTerhadap Pajanan No. Dokumen : SOP/UKM/428/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Penatalaksanaan pajanan bahan kimia atau cairan tubuh pada petugas kesehatan.

2. Tujuan

:

Tindakan awal dalam mengurangi akibat pajanan bahan kimia atau cairan tubuh.

3. Kebijakan

:

1. Ketika terpajan bahan kimia. 2. Ketika terpajan sumber potensi HIV, HBV, HCV, Neisseria Meningitidis, MTB, Hepatitis A, Difteri, Varicella Zoster, Bordetella Pertusis, Rabies. 3. Apabila terpajan segera hubungi Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi Puskesmas dan segera ke rumah sakit untuk mendapatkan penatalaksanaan lanjutan bila diperlukan.

4. Petugas/Sasaran

:

1. Petugas kesehatan.

5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. Air mengalir tidak berbau tidak berasa tidak berwarna. 2. Peralatan CTPS.

6. Prosedur

1. Lakukan CTPS. 2. Melakukan tindakan pertolongan pertama, berupa: a. Jika pajanan pada mata: bilas dengan air mengalir selama 15 menit atau NaCl 0,9% selama 5-10 menit. b. Jika pajanan pada kulit: bilas dengan air mengalir selama 1 menit menggunakan sabun cair. c. Jika pajanan pada mulut: segera kumur-kumur dengan air selama 1 menit. 3. Segera hubungi Tim Pencegahan Pengendalian Infeksi Puskesmas dan segera ke rumah sakit untuk mendapatkan

:

penatalaksanaan lanjutan bila diperlukan. 7. Dokumen terkait

:

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.

SOP Pengambilan Specimen Dahak No. Dokumen : SOP/UKM/429/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Tindakan pengambilan specimen dahak terhadap pasien terduga TB dan penderita TB.

2. Tujuan

:

Mencegah petugas kesehatan dari kemungkinan penularan akibat percikan dahak yang infeksius.

3. Kebijakan

:

1. Semua penderita TB, terduga TB, dan petugas harus selalu mematuhi prosedur mengeluarkan dahak yang benar. 2. Petugas kesehatan wajib memberikan informasi kepada pasien cara pengambilan specimen dahak.

4. Petugas/Sasaran

:

1. Petugas kesehatan 2. Pasien

5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. Ruangan khusus berdahak (terbuka, mendapat sinar matahari langsung, ventilasi baik) 2. Pot dahak bersih, kering, diameter mulut pot 4-5cm, transparan, bertutup ulir. 3. Tempat sampah infeksius. 4. Air mengalir. 5. Peralatan CTPS. 6. Larutan Khlorin 0,5%. 7. Tisu kertas/paper towel. 8. APD masker, gaun pelindung dan sarung tangan.

6. Prosedur

1. Pasien berada di tempat khusus mengeluarkan dahak. 2. Melepas gigi palsu (bagi yang menggunakan). 3. Masukan dahak ke dalam pot, usahakan dahak tidak mengenai bagian luar pot. 4. Segera tutup pot dengan rapat dengan cara memutar tutupnya.

:

5. Pasien harus melakukan CTPS. 6. Pot berisi dahak dipegang dengan tisu dan diserahkan kepada petugas laboratorium yang telah menggunakan APD lengkap, dan disimpan di tempat yang telah disediakan. 7. Petugas melaksankan CTPS. 7. Dokumen terkait

:

1. Standar Prosedur Operasional Pemeriksaan Mikroskopis TB Tahun 2012. 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat.

SOP Pengambilan Specimen Urine No. Dokumen : SOP/UKM/430/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Tindakan pengambilan specimen urine untuk pemeriksaan laboratorium.

2. Tujuan

:

Mencegah petugas kesehatan dari kemungkinan penularan akibat percikan urine yang infeksius.

3. Kebijakan

:

1. Semua pasien dan petugas harus selalu mematuhi prosedur pengambilan specimen urine yang benar. 2. Petugas kesehatan wajib memberikan informasi kepada pasien cara pengambilan specimen urine yang benar.

4. Petugas/Sasaran

:

1. Petugas kesehatan 2. Pasien

5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. 2. 3. 4. 5. 6.

6. Prosedur

1. Pasien melakukan CTPS. 2. Pasien menuangkan urine dari dalam pispot ke dalam pot urine, usahakan agar urine tidak mengenai bagian luar pot urine. 3. Pasien melakukan CTPS, dan memegang pot urine dengan tisue untuk diserahkan kepada petugas. 4. Petugas yang telah menggunakan APD (sarung tangan bersih, apron, masker) menerima pot urine dari pasien. 5. Setelah selesai petugas melepas sarung tangan bersih kemudian membuangnya di tempat sampah infeksius.

:

Toilet. Pot urine transparan, bertutup ulir satu, dan tidak bocor. Tempat sampah infeksius. Pispot. Perlatan CTPS. APD (sarung tangan, apron, masker).

6. Petugas melaksanakan CTPS. 7. Dokumen terkait

:

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat.

SOP Pengambilan Specimen Darah No. Dokumen : SOP/UKM/431/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Tindakan pengambilan specimen darah pasien untuk pemeriksaan laboratorium.

2. Tujuan

:

Melaksanakan tindakan pengambilan darah yang aman sehingga mencegah terpaparnya petugas terhadap setiap resiko infeksi yang dapat dihindari.

3. Kebijakan

:

1. Semua pasien dam petugas harus selalu mematuhi prosedur pengambilan specimen darah yang benar. 2. Pengambilan darah menggunakan jarum yang steril dan sekali pakai. 3. Alat suntik yang telah digunakan harus segera dibuang tanpa ditutup kembali ke dalam tempat sampah limbah medis. Apabila alat suntik dan jarum harus ditutup kembali gunakan metode satu tangan. 4. Safety Box yang sudah terisi ¾ bagiannya ditutup dan disegel. Disimpan ke TPS limbah medis.

4. Petugas/Sasaran

:

1. Petugas kesehatan 2. Pasien

5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. Perlengkapan tindakan (obat, spuit, bak instrumen, dll) 2. Sarung tangan bersih, tetapi harus steril bila melakukan pemeriksaan kultur. 3. Peralatan CTPS. 4. Tempat sampah limbah medis (safety box, plastik limbah medis, wheel bin). 5. Botol specimen berisi EDTA. 6. Bengkok. 7. Kapas alkohol. 8. Torniquet.

9. 10. 11. 12.

Perlak/alas. Verban/plester. Gunting. APD lengkap (masker, sarung tangan, gaun pelindung)

6. Prosedur

:

1. Alas/perlak sudah terpasang, dan bengkok yang diperlukan sudah tersedia. 2. Lakukan CTPS. 3. Memakai APD sarung tangan dan masker. 4. Memasang Torniquet. 5. Melakukan desinfeksi di bagian tubuh pasien dimana akan dilakukan pengambilan darah. 6. Setelah pengambilan specimen darah, bekas tusukan ditekan dengan kapas alkohol, kemudian diplester. 7. Buang langsung spuit bekas kedalam tempat sampah medis tanpa menutup jarum, setelah specimen darah disimpan di dalam botol specimen dan diberi label. 8. Lepaskan APD. 9. Lakukan CTPS.

7. Dokumen terkait

:

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat.

SOP Etika Batuk dan Bersin No. Dokumen : SOP/UKM/432/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Perilaku yang benar dari petugas kesehatan, pasien dan pengunjung puskesmas dalam mengandalikan penyebaran infeksi melalui batuk dan bersin.

2. Tujuan

:

Mengendalikan lingkungan untuk mengurangi penularan infeksi pernapasan melalui batuk dan bersin di puskesmas.

3. Kebijakan

:

1. Langkah pengendalian sumber infeksi harus dilakukan untuk semua orang yang batuk dan bersin. 2. Berlaku di semua lingkungan puskesmas. 3. Memberikan informasi kepada semua pengunjung tentang etika batuk dan bersin di puskesmas.

4. Petugas/Sasaran

:

1. Petugas kesehatan 2. Pasien 3. Pengunjung

5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. Peralatan CTPS/handrub. 2. Tempat sampah infeksius (warna kuning).

6. Prosedur

1. Bila anda merasa akan batuk atau bersin, segeralah berpaling/menjauh dari orang-orang di sekitar anda; 2. Kemudian tutuplah hidung dan mulut anda dengan menggunakan tissue kertas atau lengan baju atas bagian dalam; 3. Apabila batuk berdahak buanglah dahak di closet dan segera di siram; 4. Segera buang tissue yang sudah di pakai ke dalam tempat sampah infeksius; 5. Lakukan CTPS;

:

6. Bila perlu gunakan masker. 7. Dokumen terkait

:

1. Pedoman Interim WHO, 2007, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). 2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 565 Tahun 2011 Tentang Strategi Nasional Pengendalian Tuberculosis.

SOP Menyuntik yang Aman No. Dokumen : SOP/UKM/433/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Tindakan menyuntik yang dilakukan oleh petugas kesehatan kepada pasien dengan syarat dan cara yang aman.

2. Tujuan

:

Melaksanakan tindakan menyuntik yang aman sehingga mencegah terpaparnya petugas dan pasien terhadap setiap resiko infeksi yang dapat dihindari.

3. Kebijakan

:

1. Menyuntik yang tidak perlu harus dihindari, dengan penggunaan oral bila masih sesuai. 2. Menyuntik menggunakan jarum yang steril dan sekali pakai untuk satu orang pasien. 3. Bila memungkinkan sekali pakai vial walaupun multidose. Karena jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain. Khusus untuk pelayanan imunisasi mengacu pada kebijakan yang berlaku. 4. Alat suntik yang telah digunakan harus segera dibuang tanpa ditutup kembali ke dalam tempat sampah limbah medis. Apabila alat suntik dan jarum harus ditutup gunakan metode satu tangan.

4. Petugas/Sasaran

:

1. Medis 2. Paramedis

5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. 2. 3. 4.

Perlengkapan tindakan (obat, spuit, bak instrumen, dll). APD sarung tangan bersih. Peralatan CTPS/handrub. Tempat sampah limbah medis (safety box, plastik limbah medis, wheel bin).

6. Prosedur

:

1. 2. 3. 4. 5.

Lakukan handwash/handrub. Gunakan APD sarung tangan bersih. Gunakan alat suntik sekali pakai. Desinfeksi vial menggunakan alkohol. Buang langsung spuit bekas ke dalam tempat sampah limbah medis tanpa menutup jarum setelah selesai digunakan. 6. Lepaskan sarung tangan bersih. 7. Lakukan CTPS/handrub.

7. Dokumen terkait

:

1. Joint ILO/WHO Guidelines on Health Services and HIV/AIDS. 2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya.

SOP Penempatan Pasien dengan Penularan Penyakit Transmisi Udara No. Dokumen : SOP/UKM/434/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Penempatan pasien dengan penularan infeksi tansmisi udara (TB, flu burung, SARS) adalah kewaspadaan standar yang harus diberlakukan terhadap semua pasien, dengan cara menempatkan pasien pada ruang khusus/terpisah.

2. Tujuan

:

Memutuskan rantai penularan mikroba penyebab infeksi melalui udara.

3. Kebijakan

:

1. Membatasi ruang gerak pasien. 2. Ruang tunggu/periksa/perawatan terpisah, mempunyai sirkulasi udara yang baik, dan terpapar sinar matahari. 3. Diberlakukan sejak kedatangan pasien di puskesmas.

4. Petugas/Sasaran

:

1. Tenaga kesehatan. 2. Pasien. 3. Pengunjung puskesmas.

5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. Ruang tunggu dan periksa terpisah untuk pasien infeksi transmisi udara (TB, flu burung, SARS) yang rawat jalan. 2. Masker biasa untuk pasien infeksi transmisi udara (TB, flu burung, SARS) dan masker N-95 untuk petugas keshatan. 3. Peralatan CTPS. 4. Tempat sampah infeksius.

6. Prosedur

1. Mewajibkan pasien-pasien infeksi transmisi udara (TB, flu burung, SARS) dan petugas menggunakan APD masker dan APD gaun pelindung untuk petugas sesuai standar selama berada di puskesmas dengan tujuan untuk

:

membatasi transmisi udara, droplet dan kontak. 2. Penempatan psien (pasien rawat inap) a. Kamar tersendiri atau kohorting, beri jarak antar pasien ≥ 1 meter. b. Sepanjang belum tersedia HEPA filter, sediakan ventilasi minimal 10% dari luas ruangan. 3. Pemeriksaan fisik dan tindakan medis a. Batasi jumlah petugas di lingkungan pasien seminimal mungkin. b. Pastikan ruangan cukup udara. c. Arah angin terkontrol, dari petugas menuju pasien. d. Ventilasi yang baik. e. Sinar matahari masuk ke ruangan. f. Petugas menggunakan masker N-95 bila mengelola pasien infeksi. g. Lakukan CTPS sebelum dan sesudah kontak pasien. 7. Dokumen terkait

:

1. Materi Pencegahan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Hasan Sadikin.

SOP Penatalaksanaan Peralatan Perawatan Pasien No. Dokumen : SOP/UKM/435/16 No.Revisi : Tanggal Terbit : Halaman

:

Terbit Ke

: Kepala Puskesmas Ciparay

Puskesmas Ciparay DTP Jl. Raya Laswi No. 819

Hj. Tri Jeni Fitriani, Am.Keb NIP. 196812221990032003

1. Pengertian

:

Proses pencegahan infeksi peralatan perawatan pasien melalui tindakan (precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan, sterilisasi atau desinfkesi tingkat tinggi (DTT).

2. Tujuan

:

Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa (HIV AIDS, Hepatitis, TB, dll) melalui pemrosesan alat yang telah digunakan.

3. Kebijakan

:

1. Dilaksanakan dengan cara dekontaminasi, pencucian dan pembersihan, desinfeksi menggunakan larutan khlorin 0,5% atau desinfektan tingkat tinggi (DTT)/sterilisasi pada saat memproses peralatan kritis, peralatan semi kritis dan peralatan non kritis yang akan digunakan atau sesudah tindakan pelayanan kesehatan. 2. Peralatan kritis adalah alat yang digunakan masuk menembus ke dalam jaringan tubuh, semua peralatan kritis wajib dilakukan sterilisasi dengan menggunakan panas. Sebagai contoh peralatan yang dimasukkan dalam kategori kritis adalah semua instrumen bedah. 3. Peralatan semi kritis adalah alat yang menyentuh jaringan tubuh, semua peralatan semi kritis dilakukan minimal desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau apabila terdapat alat yang dapat bertoleransi terhadap panas, maka dapat dilakukan sterilisasi dengan menggunakan panas. Sebagai contoh peralatan yang dimasukkan ke dalam kategori semi kritis adalah alat diganostik gigi. 4. Peralatan non kritis adalah alat yang menyentuh permukaan tubuh, dapat dilakukan dengan menggunakan desinfektan tingkat rendah/alkohol swab. Sebagai contoh peralatan yang dimasukkan ke dalam kategori non kritis

adalah tensimeter. 5. Diwajibkan memakai APD dengan urutan memakai: CTPS, gaun pelindung, apron, masker, kacamata, sarung tangan dan urutan melepas APD: sarung tangan, kacamata, masker, apron, gaun pelindung, CTPS. 4. Petugas/Sasaran

:

1. Petugas kesehatan 2. Petugas non kesehatan 3. Petugas kebersihan

5. Peralatan/Sarana/Prasa : rana

1. Air mengalir. 2. APD gaun pelindung kedap air/apron, masker, kacamata/visor, sarung tangan rumah tangga. 3. Sikat (boleh menggunakan sikat gigi). 4. Detergen, diutamakan ramah lingkungan. 5. Alat sterilisasi uap tekanan tinggi (autoclave), sterilisator panas kering. 6. Wadah anti karat berisi larutan khlorin 0,5%. 7. Lemari peralatan perawatan pasien. 8. Handuk bersih dan kering. 9. Peralatan CTPS.

6. Prosedur

1. Lakukan CTPS. 2. Gunakan APD. 3. Precleaning Lakukan dekontaminasi alat selama 10 menit dalam wadah anti karat berisi larutan khlorin 0,5%. Cuci peralatan digosok/disikat dengan detergen agar kotoran hilang kemudian dibilas menggunakan air mengalir. Keringkan peralatan dengan ditiriskan atau dilap menggunakan handuk bersih dan kering. 4. Tentukan metode perawatan jenis peralatan Pilah peralatan apakah termasuk peralatan kritis, semi kritis atau non kritis. 4.1 Jika peralatan kritis lakukan sterilisasi: 4.1.1 Metode sterilisasi menggunakan autoclave uap bertekanan tinggi 1. Bila menggunakan autoclave masukan peralatan yang telah dilakukan precleaning ke dalam autoclave dengan setting temperatur 121°C, tekanan 15 psi (pressure per square inch) selama 30 menit. 2. Keringkan peralatan kritis dengan ditiriskan. 3. Masukan peralatan kritis setelah ditiriskan ke dalam bak instrumen kemudian bungkus peralatan dengan rapi (bila diperlukan), dan berikan label tanggal pemrosesan sterilisasi. 4. Simpan peralatan dengan rapi pada lemari instrumen. 5. Lepaskan APD.

:

6. Lakukan CTPS. Metode sterilisasi menggunakan alat pemanas kering 1. Bila menggunakan alat pemanas kering masukan peralatan yang telah dilakukan precleaning ke dalam oven dengan panas yang tinggi, adapun temperatur dan waktunya adalah sesuai petunjuk pabrik. 2. Masukan peralatan kritis setelah disterilisasi ke dalam bak instrumen kemudian bungkus peralatan dengan rapi (bila diperlukan), dan berikan label tanggal pemrosesan sterilisasi. 3. Simpan peralatan dengan rapi pada lemari peralatan perawatan pasien. 4. Lepaskan APD. 5. Lakukan CTPS. 4.2 Jika peralatan semi kritis lakukan Desinfektan Tingkat Tinggi: 4.2.1 Metode Desinfektan Tingkat Tinggi menggunakan uap 1. Masukan peralatan yang telah dilakukan precleaning ke dalam panci dengan uap air mendidih selama 20 menit, 20 menit dihitung sejak air mendidih. 2. Keringkan peralatan semi kritis dengan ditiriskan. 3. Masukkan peralatan semi kritis setelah disterilisasi ke dalam bak instrumen kemudian bungkus peralatan dengan rapi (bila diperlukan), dan berikan label tanggal pemrosesan DTT. 4. Simpan peralatan dengan rapi pada lemari peralatan perawatan pasien. 5. Lepaskan APD. 6. Lakukan CTPS. 4.2.2 Metode Desinfektan Tingkat Tinggi merebus 1. Masukan peralatan yang telah dilakukan precleaning ke dalam panci dengan direbus air mendidih selama 20 menit, 20 menit dihitung sejak air mendidih. 2. Keringkan peralatan semi kritis dengan ditiriskan. 3. Masukkan peralatan semi kritis setelah disterilisasi ke dalam bak instrumen kemudian bungkus peralatan dengan rapi (bila diperlukan), dan berikan label tanggal pemrosesan DTT. 4. Simpan peralatan dengan rapi pada lemari peralatan perawatan pasien. 5. Lepaskan APD. 6. Lakukan CTPS. 4.3 Jika peralatan non kritis lakukan Desinfektan Tingkat Rendah: 4.1.2

4.3.1

7. Dokumen terkait

:

Metode Desinfektan Tingkat Rendah menggunakan alkohol 1. Masukan peralatan yang telah dilakukan precleaning rendam dengan alkohol selama 20 menit. 2. Simpan peralatan dengan rapi pada lemari peralatan perawatan pasien. 3. Lepaskan APD. 4. Lakukan CTPS.

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 270/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. 2. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Penerbit Departemen Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Maternal dan Neonatal Health Dan JNPK-KR. Jakarta: EGC Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. 3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 382/Menkes/SK/III/2007 Tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. Edisi Tahun 2011.

Related Documents

Sop
July 2020 61
Sop
June 2020 64
Sop
August 2019 88
Sop
May 2020 64
Sop
November 2019 49
Sop
October 2019 55

More Documents from ""