Solehul Hafiz

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Solehul Hafiz as PDF for free.

More details

  • Words: 3,377
  • Pages: 10
Ujub.. Definasi Orang yang terkena penyakit ujub akan memandang remeh dosa-dosa yang dilakukannya dan mengang-gapnya bagai angin lalu. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita dalam sebuah hadits: “Orang yang jahat akan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, dengan santai dapat diusirnya hanya dengan mengibaskan tangan. Adapun seorang mukmin melihat dosa-dosanya bagaikan duduk di bawah kaki gunung yang siap menimpanya.” (HR. Al-Bukhari) Bisyr Al-Hafi mendefenisikan ujub sebagai berikut: “Yaitu menganggap hanya amalanmu saja yang banyak dan memandang remeh amalan orang lain.” Barangkali gejala paling dominan yang tampak pada orang yang terkena penyakit ujub adalah sikap suka melanggar hak dan menyepelekan orang lain. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah meringkas defenisi ujub sebagai berikut: “Yaitu perasaan takjub terhadap diri sendiri hingga seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada yang lain. Padahal boleh jadi ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi saudaranya itu lebih wara’ dari perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang dirinya!” Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata: “Iblis jika ia dapat melumpuhkan bani Adam dengan salah satu dari tiga perkara ini: ujub terhadap diri sendiri, menganggap amalnya sudah banyak dan lupa terhadap dosa-dosanya. Dia berkata: “Saya tidak akan mencari cara lain.” Semua perkara di atas adalah sumber kebinasaan. Berapa banyak lentera yang padam karena tiupan angin? Berapa banyak ibadah yang rusak karena penyakit ujub? Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan bahwa seorang lelaki berkata: “Allah tidak akan mengampuni si Fulan! Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun berfirman:

“Siapakah yang lancang bersumpah atas namaKu bahwa Aku tidak mengampuni Fulan?! Sungguh Aku telah mengampuninya dan menghapus amalanmu!” (HR. Muslim) Amal shalih itu ibarat sinar dan cahaya yang terkadang padam bila dihembus angin ujub!

Ujub adalah sifat seseorang dimana ia merasa dirinya lebih baik hingga menolak kebaikan orang lain, bangga dan senang dengan dirinya, senang dengan yang diucaphingga meremehkan orang lain.. Ujub berbeda dengan sombong, karena sombong adalah sifat seseorang dimana ia hanya dengan dirinya tetapi tidak sampai meremehkan orang lain.. sehingga bisa dibilang ujub lebih parah dari sombong, dan ada pula yang

lebih parah dari kedua hal ini yaitu takabur... Ujub bisa menghancurkan amal sholeh yang telah kita perbuat.. Macam-macam ujub, antara lain adalah.. 1.Ujub dengan fisiknya, yaitu dengan merasa dirinya lebih baik, lebih cantik, lebih segalasegalanya.. 2.ujub dengan kekuatannya, yaitu dengan merasa diri lebih kuat hingga tidak perlu bantuan orang lain.. QS.41:15, Maka adapun kaum Ád, mereka menyombongkan diri di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran dan mereka berkata "Siapakah yang lebih hebat kekuatannya dari kami?" Tidakkah meeka memperhatikan bahwa sesungguhnya Alloh yang menciptakan mereka. Dia lebih hebat kekuatanNya dari mereka? Dan mereka telah mengingkari tanda-tanda (kebesaran) Kami. 3.Ujub dengan intelektualitasnya, yaitu dengan merasa diri lebih cerdas, lebih pintar.. 4.ujub dengan nasabnya, yaitu dengan merasa golongannya lebih baik.. 5.ujub dengan hartanya, yaitu dengan merasa dirinya lebih kaya, lebih mampu.. 6.ujub dengan pendapat yang salah, yaitu dengan merasa dirinya paling benar meskipun sebenarnya salah.. Sebab-sebab dari ujub ini, antara lain.. 1.berteman dengan orang-orang yang biasa membanggakan dirinya 2.melupakan Alloh sebagaipemberi nikmat 3.terlalu semangat hingga melupakan hakikatnya 4.jauh dari hakikat nafs 5.berlebihan dalam mengagungkan Alloh 6.terlalu kurang dalam mengagungkan Alloh Cara-cara agar terhindar dari ujub ini, antara lain.. 1.selalu ingat akan hakikat jiwa manusia 2.selalu ingat akan hakikat dunia dan akhirat 3.selalu ingat akan nikmat-nikmat Alloh 4.mengingat akan mati 5.taddabur ayat-ayat Al-Qurán 6.selalu ingat dengan orang-orang yang sakit ataupun lebih rendah atau dibawah kita 7.memutuskan hubungan dengan orang-orang yang membanggakan dirinya dan mencari orang-orang yang baik, selalu mengingat Alloh, zuhud.. 8.bedoá kepada Alloh agar kita terhindar dari sifat ini..

Dalil

Salah seorang ulama salaf pernah berkata: “Seorang yang ujub akan tertimpa dua kehinaan, akan terbongkar kesalahan-kesalahannya dan akan jatuh martabatnya di mata manusia.” Salah seorang ahli hikmah berkata: “Ada seorang yang terkena penyakit ujub, akhirnya ia tergelincir dalam kesalahan karena saking ujubnya terhadap diri sendiri. Ada sebuah pelajaran yang dapat kita ambil dari orang itu, ketika ia berusaha jual mahal dengan kemampuan dirinya, maka Imam Syafi’i pun membantahnya seraya berseru di hadapan khalayak ramai: “Barangsiapa yang mengangkat-angkat diri sendiri secara berlebihan, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjatuhkan martabatnya.”

Definasi Orang yang terkena penyakit ujub akan memandang remeh dosa-dosa yang dilakukannya dan mengang-gapnya bagai angin lalu. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengabarkan kepada kita dalam sebuah hadits: “Orang yang jahat akan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, dengan santai dapat diusirnya hanya dengan mengibaskan tangan. Adapun seorang mukmin melihat dosa-dosanya bagaikan duduk di bawah kaki gunung yang siap menimpanya.” (HR. Al-Bukhari) Bisyr Al-Hafi mendefenisikan ujub sebagai berikut: “Yaitu menganggap hanya amalanmu saja yang banyak dan memandang remeh amalan orang lain.” Barangkali gejala paling dominan yang tampak pada orang yang terkena penyakit ujub adalah sikap suka melanggar hak dan menyepelekan orang lain. Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah meringkas defenisi ujub sebagai berikut: “Yaitu perasaan takjub terhadap diri sendiri hingga seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada yang lain. Padahal boleh jadi ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi saudaranya itu lebih wara’ dari perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang dirinya!” Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata: “Iblis jika ia dapat melumpuhkan bani Adam dengan salah satu dari tiga perkara ini: ujub terhadap diri sendiri, menganggap amalnya sudah banyak dan lupa terhadap dosa-dosanya. Dia berkata: “Saya tidak akan mencari cara lain.” Semua perkara di atas adalah sumber kebinasaan. Berapa banyak lentera yang padam karena tiupan angin? Berapa banyak ibadah yang rusak karena penyakit ujub? Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan bahwa seorang lelaki berkata: “Allah tidak akan mengampuni si Fulan! Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun berfirman:

“Siapakah yang lancang bersumpah atas namaKu bahwa Aku tidak mengampuni Fulan?! Sungguh Aku telah mengampuninya dan menghapus amalanmu!” (HR. Muslim) Amal shalih itu ibarat sinar dan cahaya yang terkadang padam bila dihembus angin ujub! Sebab-Sebab Ujub 1. Faktor Lingkungan dan Keturunan

Yaitu keluarga dan lingkungan tempat seseorang itu tumbuh. Seorang insan biasanya tumbuh sesuai dengan polesan tangan kedua orang tuanya. Ia akan menyerap kebiasaan-kebiasaan keduanya atau salah satunya yang positif maupun negatif, seperti sikap senang dipuji, selalu menganggap diri suci dll. 2. Sanjungan dan Pujian yang Berlebihan Sanjungan berlebihan tanpa memperhatikan etika agama dapat diidentikkan dengan penyembelihan, seba-gaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits. Sering kita temui sebagian orang yang terlalu berlebihan dalam memuji hingga seringkali membuat yang dipuji lupa diri. Masalah ini akan kami bahas lebih lanjut pada bab berikut. 3. Bergaul Dengan Orang yang Terkena Penyakit Ujub. Tidak syak lagi bahwa setiap orang akan melatahi tingkah laku temannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri bersabda:

“Perumpamaan teman yang shalih dan teman yang jahat adalah seperti orang yang berteman dengan penjual minyak wangi dan pandai besi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Teman akan membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. 4. Kufur Nikmat dan Lupa Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala Begitu banyak nikmat yang diterima seorang hamba, tetapi ia lupa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberinya nikmat itu. Sehingga hal itu menggiringnya kepada penyakit ujub, ia membanggakan dirinya yang sebenarnya tidak pantas untuk dibanggakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menceritakan kepada kita kisah Qarun;

“Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. (Al-Qashash: 78) 5. Menangani Suatu Pekerjaan Sebelum Matang Dalam Menguasainya dan Belum Terbina Dengan Sempurna

Demi Allah, pada hari ini kita banyak mengeluhkan problematika ini, yang telah banyak menimbulkan berbagai pelanggaran. Sekarang ini banyak kita temui orang-orang yang berlagak pintar persis seperti kata pepatah ‘sudah dipetik sebelum matang’. Berapa banyak orang yang menjadi korban dalam hal ini! Dan itu termasuk perbuatan sia-sia. Yang lebih parah lagi adalah seorang yang mencuat sebagai seorang ulama padahal ia tidak memiliki ilmu sama sekali. Lalu ia berkomentar tentang banyak permasalahan, yang terkadang ia sendiri jahil tentang hal itu. Namun ironinya terkadang kita turut menyokong hal seperti ini. Yaitu dengan memperkenalkannya kepada khalayak umum. Padahal sekarang ini, masyarakat umum itu ibaratnya seperti orang yang menganggap emas seluruh yang berwarna kuning. Kadangkala mereka melihat seorang qari yang merdu bacaannya, atau seorang sastrawan yang lihai berpuisi atau yang lainnya, lalu secara membabi buta mereka mengambil segala sesuatu dari orang itu tanpa terkecuali meskipun orang itu mengelak seraya berkata: “Aku tidak tahu!” Perlu diketahui bahwa bermain-main dengan sebuah pemikiran lebih berbahaya daripada bermain-main dengan api. Misalnya beberapa orang yang bersepakat untuk memunculkan salah satu di antara mereka menjadi tokoh yang terpandang di tengah-tengah kaumnya, kemudian mengadakan acara penobatannya dan membuat-buat gelar yang tiada terpikul oleh siapa pun. Niscaya pada suatu hari akan tersingkap kebobrokannya. Mengapa!? Sebab perbuatan seperti itu berarti bermain-main dengan pemikiran. Sepintas lalu apa yang mereka ucapkan mungkin benar, namun lambat laun masyarakat akan tahu bahwa mereka telah tertipu! 6. Jahil dan Mengabaikan Hakikat Diri (Lupa Daratan)

Sekiranya seorang insan benar-benar merenungi dirinya, asal-muasal penciptaannya sampai tumbuh menjadi manusia sempurna, niscaya ia tidak akan terkena penyakit ujub. Ia pasti meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar dihindarkan dari penyakit ujub sejauh-jauhnya. Salah seorang penyair bertutur dalam sebuah syair yang ditujukan kepada orang-orang yang terbelenggu penyakit ujub:

“Hai orang yang pongah dalam keangkuhannya.

Lihatlah tempat buang airmu, sebab kotoran itu selalu hina. Sekiranya manusia merenungkan apa yang ada dalam perut mereka, niscaya tidak ada satupun orang yang akan menyombongkan dirinya, baik pemuda maupun orang tua.Apakah ada anggota tubuh yang lebih dimuliakan selain kepala?Namun demikian, lima macam kotoranlah yang keluar darinya! Hidung beringus sementara telinga baunya tengik. Tahi mata berselemak sementara dari mulut mengalir air liur. Hai bani Adam yang berasal dari tanah, dan bakal dilahap tanah, tahanlah dirimu (dari kesombongan), karena engkau bakal menjadi santapan kelak. Penyair ini mengingatkan kita pada asal muasal penciptaan manusia dan keadaan diri mereka serta kesu-dahan hidup mereka. Maka apakah yang mendorong mereka berlagak sombong? Pada awalnya ia berasal dari setetes mani hina, kemudian akan menjadi bangkai yang kotor sedangkan semasa hidupnya ke sana ke mari membawa kotoran. 7. Berbangga-bangga Dengan Nasab dan Keturunan Seorang insan terkadang memandang mulia diri-nya karena darah biru yang mengalir di tubuhnya. Ia menganggap dirinya lebih utama dari si Fulan dan Fulan. Ia tidak mau mendatangi si Fulan sekalipun berkepentingan. Dan tidak mau mendengarkan ucapan si Fulan. Tidak syak lagi, ini merupakan penyebab utama datangnya penyakit ujub. Dalam sebuah kisah pada zaman kekhalifahan Umar radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa ketika Jabalah bin AlAiham memeluk Islam, ia mengunjungi Baitullah Al-Haram. Sewaktu tengah melakukan thawaf, tanpa sengaja seorang Arab badui menginjak kainnya. Tatkala mengetahui seorang Arab badui telah menginjak kainnya, Jabalah langsung melayangkan tangannya memukul si Arab badui tadi hingga terluka hidungnya. Si Arab badui itu pun melapor kepada Umar radhiyallahu ‘anhu mengadukan tindakan Jabalah tadi. Umar radhiyallahu ‘anhu pun memanggil Jabalah lalu berkata kepadanya: “Engkau harus diqishash wahai Jabalah!” Jabalah membalas: “Apakah engkau menjatuhkan hukum qishash atasku? Aku ini seorang bangsawan sedangkan ia (Arab badui) orang pasaran!” Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab: “Islam telah menyamaratakan antara kalian berdua di hadapan hukum!” Tidakkah engkau ketahui bahwa: Islam telah meninggikan derajat Salman seorang pemuda Parsi Dan menghinakan kedudukan Abu Lahab karena syirik yang dilakukannya.

Ketika Jabalah tidak mendapatkan dalih untuk melepaskan diri dari hukuman, ia pun berkata: “Berikan aku waktu untuk berpikir!” Ternyata Jabalah melarikan diri pada malam hari. Diriwayatkan bahwa Jabalah ini akhirnya murtad dari agama Islam, lalu ia menyesali perbuatannya itu. Wal ‘iyadzubillah 8. Berlebih-lebihan Dalam Memuliakan dan Menghormati

Barangkali inilah hikmahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang sahabat-sahabat beliau untuk berdiri menyambut beliau. Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Barangsiapa yang suka agar orang-orang berdiri menyambutnya, maka bersiaplah dia untuk menempati tempatnya di Neraka.” (HR. At-Tirmidzi, beliau katakan: hadits ini hasan) Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Janganlah kamu berdiri menyambut seseorang seperti yang dilakukan orang Ajam (non Arab) sesama mereka.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu)

9. Lengah Terhadap Akibat yang Timbul dari Penyakit Ujub

Sekiranya seorang insan menyadari bahwa ia hanya menuai dosa dari penyakit ujub yang menjangkiti dirinya dan menyadari bahwa ujub itu adalah sebuah pelanggaran, sedikitpun ia tidak akan kuasa bersikap ujub. Apalagi jika ia merenungi sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: ”Sesungguhnya seluruh orang yang sombong akan dikumpulkan pada hari Kiamat bagaikan semut yang diinjak-injak manusia.” Ada seseorang yang bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah seseorang itu ingin agar baju yang dikenakannya bagus, sandal yang dipakainya juga bagus?” Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya Allah itu Maha Indah, dan menyukai keindahan, hakikat sombong itu ialah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu) awal hadits berbunyi: “Tidak akan masuk Surga orang yang terdapat sebesar biji zarrah kesombongan dalam hatinya). Dampak ujub

1. Jatuh dalam jerat-jerat kesombongan, sebab ujub merupakan pintu menuju kesombongan. 2. Dijauhkan dari pertolongan Allah. Allah Subahanahu Wata’ala berfirman: “Orang-orang yang berjihad (untuk mencari keri-dhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Al-Ankabut: 69) 3. Terpuruk dalam menghadapi berbagai krisis dan cobaan kehidupan. Bila cobaan dan musibah datang menerpa, orang-orang yang terjangkiti penyakit ujub akan berteriak: ‘Oii temanteman, carilah keselamatan masing-masing!’ Berbeda halnya dengan orang-orang yang teguh di atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala , mereka tidak akan melanggar rambu-rambu, sebagaimana yang dituturkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Siapakah yang mampu lari dari hari kematian? Bukankah hari kematian hari yang telah ditetapkan? Bila sesuatu yang belum ditetapkan, tentu aku dapat lari darinya. Namun siapakah yang dapat menghindar dari takdir?

4. Dibenci dan dijauhi orang-orang. Tentu saja, seseorang akan diperlakukan sebagaimana ia memperla-kukan orang lain. Jika ia memperlakukan orang lain dengan baik, niscaya orang lain akan membalas lebih baik kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghor-matan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).” (An-Nisa’: 86) Namun seseorang kerap kali meremehkan orang lain, ia menganggap orang lain tidak ada apa-apanya dibandingkan dirinya. Tentu saja tidak ada orang yang senang kepadanya. Sebagaimana kata pepatah ‘Jika engkau menyepelekan orang lain, ingatlah! Orang lain juga akan menyepelekanmu’

5. Azab dan pembalasan cepat ataupun lambat. Se-orang yang terkena penyakit ujub pasti akan merasakan pembalasan atas sikapnya itu. Dalam sebuah hadits dise-butkan: “Ketika seorang lelaki berjalan dengan mengenakan pakaian yang necis, rambut tersisir rapi sehingga ia takjub pada dirinya sendiri, seketika Allah membenamkannya hingga ia terpuruk ke dasar bumi sampai hari Kiamat.” (HR. Al-Bukhari) Hukuman ini dirasakannya di dunia akibat sifat ujub. Seandainya ia lolos dari hukuman tersebut di du-nia, yang jelas amalnya pasti terhapus. Dalilnya adalah hadits yang menceritakan tentang seorang yang bersumpah atas nama Allah bahwa si Fulan tidak akan diampuni, ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni si Fulan dan menghapus amalnya sendiri. Dengan begitu kita harus berhati-hati dari sifat ujub ini, dan hendaknya kita memberikan nasihat kepada orangorang yang terkena penyakit ujub ini, yaitu orang-orang yang menganggap hebat amal mereka dan menyepelekan amal orang lain.

Riak Firman Allah dalam surah al-Ma’un ayat 4-6

Maksudnya: Maka celakalah bagi orang yang solat. (Iaitu) orang yang lalai solatnya dan orang-orang yang riak. Alhamdulillah… Terima kasih kepada semua pelawat laman web kami ini kerana sudi melawat dan memberikan komen yang bernas anda. Sokongan anda amat kami hargai. Semoga usaha dakwah kami menerusi laman maya ini mendapat keberkatan daripada Allah SWT dan manfaatnya dapat di ambil oleh semua, Insyaallah…. Ramai dikalangan kita pernah mendengar perkataan riak ini, tetapi tidak ramai yang sedar bahawa penyakit ini telah wujud dalam diri tanpa disedari dan tidak tahu bagaimana ianya muncul dan seterusnya merebak. Di sini kami akan merungkaikan apakah itu penyakit riak, bagaimana kehadirannya dan bagaimana mengatasinya. Semoga dengan rungkaian ini anda dapat mengambil iktibar dan cuba mengenalpasti adakah riak itu pernah ada dalam diri anda dan ikuti panduan yang kami berikan untuk membuang terus ataupun mengurangkan sedikit penyakit yang merosakkan hati anda tersebut. Pengertian riak Riak itu ialah melakukan kebaikan dan amal ibadat semata-mata untuk mencari tempat di dalam hati manusia. Perkara yang diriakkan oleh manusia; 1- Riak dari segi badan

Riak jenis ini menunjukkan seseorang itu menampakkan keletihannya kerana berpuasa dan banyak berjaga malam untuk beribadat. 2- Riak pada pakaian Seseorang itu memakai pakaian yang menunjukkan kewarakan dirinya sedangkan hakikatnya tidak. Memakai pakaian sebegini di hadapan golongan tertentu kerana kepentingan diri sedangkan di waktu lain dia bukanlah sebegitu malah hatinya juga bukanlah berniat untuk mendapat keredhaan Allah tetapi mengharap penghormatan daripada orang lain. 3- Riak dengan perkataan. Riak ini adalah seseorang itu menunjukkan dirinya seorang yang benar dan ikhlas melalui perkataan yang keluar dari bibirnya. Tuturnya seperti seorang penasihat dan pensyarah. Dia memilih lafaz-lafaz yang halus dan dalam maknanya juga kata- kata hikmat beserta hadith. Dia juga berkata seperti kata para Nabi dan aulia sedangkan pada hakikatnya dia sebenarnya sunyi dan kosong. 4- Riak pada amalan Orang sebegini adalah sering menzahirkan khusyuk dalam solat dan sengaja memanjangmanjangkan rukuk dan sujud apabila ada orang melihatnya. Orang seperti ini sering bersedekah secara terang-terangan, pergi menunaikan fardhu haji, berjalan menundukkan kepala dan kurang berpaling ke kanan dan ke kiri padahal Allah mengetahui batinnya. Sedangkan jika dia bersendirian amalannya bukan sempurna sebegitu, seperti solat dengan cepat, berjalan laju dengan matanya sering meliar ke sana ke mari dan sebagainya. 5- Riak dengan ramainya murid dan pengikut. Seseorang itu berasa bangga dengan murid dan pengikut yang ramai. Demikian juga seperti seseorang yang sering menyebut nama ulama’ itu dan ulama’ ini bagi menunjukkan dirinya seorang yang banyak bertemu dengan syeikh dan ulama. Peringkat Riak 1- Riak Akbar Riak akbar ialah seseorang itu taat melakukan ibadat tetapi untuk mendapatkan sesuatu daripada manusia dan bukanlah untuk beroleh keredhaan Allah SWT. Riak ini adalah berpaling terus daripada Allah pada keseluruhannya kerana hanya berkiblatkan manusia. 2- Riak Asghar Riak asghar ini pula ialah melakukan sesuatu untuk mendapatkan apa yang ada pada manusia dan apa yang pada Tuhan iaitu melakukan amal kerana Allah dan kerana yang lain daripada-Nya. Riak ini adalah lebih ringan daripada riak akbar kerana orang itu menghadap Allah pada satu segi dan kepada manusia pada satu segi yang lain. 3- Riak Jali ( yang terang ) Riak ini ialah mendorong seseorang itu untuk melakukan amal ibadat. Sehinggakan jika tanpa riak ini dia tidak berminat untuk melakukan amal. 4- Riak Khafi ( yang tersembunyi ) Riak ini pula ialah riak yang tesembunyi dan ianya tersembunyi dalam hati di mana ianya mendorong seseorang itu untuk lebih rajin beribadat. Bagaimana mengelakkan sifat riak? Rawatan terbaik bagi segala penyakit di muka bumi ini adalah menghindari dengan menjauhi sebab-sebab

dan punca terjadinya penyakit. Begitu jugalah kepada penyakit riak ini, iaitu menjauhi sebabsebab yang boleh membawa kepada perasaan itu, antaranya ialah; 1- Sifat suka dipuji oleh orang lain. Sifat ini akan membawa kepada bangga diri dan suka menunjuk-nunjuk kelebihan kepada orang lain. 2- Takut dikritik atau dicerca oleh orang lain. Ketakutan ini boleh membawa kepada penampilan yang kurang jujur dan suka berpura-pura. 3- Cintakan kehidupan dan kemewahan dunia dan lupa pada kematian. Seseorang itu melakukan segala pekerjaan adalah semata-mata kerana untuk menarik perhatian orang lain, dan menganggap dirinya hebat. Manusia sebegini mengharapkan ganjaran atas segala pekerjaan yang dilakukan. Setelah mengetahui sebab-sebab yang menjadi punca riak, mari kita lihat bagaimanakah cara untuk menghindarinya. Terdapat beberapa cara untuk menghindari sifat riak daripada menguasai hati; 1- Sentiasa mengingatkan diri sendiri tentang perkara yang diperintahkan Allah dan juga sering menyucikan hati dengan melakukan ibadat-ibadat khusus seperti zikir dan membesarkan kekuasaan Allah. 2- Mengawasi diri agar sentiasa takut akan kemurkaan Allah. Dengan tabiat ini akan membawa diri agar sentiasa berwaspada dalam melakukan perkara yang boleh mengheret kepada dosa dan seksaan Allah pada hari akhirat kelak. 3- Berwaspada terhadap perkara-perkara yang boleh menghapuskan pahala amalan yang dilakukan akibat riak. 4- Menanamkan dalam diri perasaan bahawa melakukan sesuatu itu kerana manusia sehingga membawa kemurkaan Allah itu adalah suatu perkara yang buruk dan patut dijauhkan. 5- Sentiasa mengawasi diri daripada lalai terhadap ujian dan nikmat yang dikurniakan Allah untuk menghampirkan diri kepada Allah. 6- Ikhlaskan diri dalam setiap amalan yang dilakukan. Apabila berasa suka dipuji dan diberi penghargaan setiap kali membuat sesuatu perkara yang baik dan berasa terhina apabila ditegur, maka inilah tanda wujudnya sifat riak. Adakalanya terdapat juga orang yang melakukan amal kebajikan dengan niat ikhlas kerana Allah, namun dia mendapat mendapat perhatian daripada orang lain atas amalannya. Keadaan ini tidak diambil kira sebagai riak kerana dia sememangnya niat dengan ikhlas pada awalnya. Namun untuk melakukan satu-satu ibadat pada permulaannya memang akan timbul perasaan riak dan rasa bangga diri, namun apabila amal itu sering dilakukan dan berterusan dengan niat ikhlas pastinya perasaan riak itu akan terhapus sedikit demi sedikit. Janganlah takut untuk pergi ke masjid, mendengar tazkirah, menunaikan solat jemaah dan sebagainya kerana takut akan dikatakan riak sedangkan dengan riak itulah akan mendorong

dan menggalakkan kita untuk beramal dan meningkatkan ibadat. Tetapi jangan biarkan perasaan riak itu terus menerus menguasai diri kerana apabila ada riak dalam setiap amalan maka amalan yang dilakukan adalah sia-sia belaka.

Related Documents

Solehul Hafiz
June 2020 14
Playground Hafiz
October 2019 25
Hafiz Poems
October 2019 21
Hafiz Poems.pdf
May 2020 18
Abdul Hafiz Said.docx
December 2019 10
Hafiz Isnin Terkini.docx
October 2019 22